Harder © Oldurin20
.
.
Casts ©SMENT
.
.
.
Laki-laki berkulit tan itu turun dari mobilnya, mengambil langkah masuk ke dalam sebuah kasino besar yang gemerlap dan terlihat megah, belum masuk saja suara gegap gempitanya sudah terdengear telinga. Sambil berjalan membenahi posisi jas abu-abunya, tak lupa memantik sebuah rokok yang sedari tadi menggantung di mulutnya. Kedua penjaga membukakan pintu untuk pria itu, namun sebelum sepenuhnya masuk ke dalam kasino itu ia bertanya pada salah seorang penjaga.
"Sehun di dalam?"
"Iya tuan, tuan Sehun baru saja datang sejam yang lalu."
"Berada di spot mana dia?"
"Maaf tuan, saya kurang tau."
Ia segera memalingkan muka dan bergegas masuk. Pemandangan yang ia lihat saat pertama kali masuk adalah ratusan wanita yang memamerkan lekukan tubuh masing-masing. Entah mereka benar-benar orang kaya atau para prostitusi yang sedang mencari mangsa untuk diperas uangnya, sering sekali ia dihampiri perempuan-perempuan cantik untuk tidur. Namun selalu ia tolak.
Ia tidak suka perempuan.
Ia gay.
Matanya mulai bekerja meneliti setiap spot tempat besar itu, mencari sosok albino berambut pirang dan bermata kelam di antaranya, sambil sesekali melirik beberapa pria manis yang berkeliaran di dalam. Sayang sekali jika laki-laki manis menggagahi perempuan, mereka lebih cocok digagahi daripada menggagahi. Pikirnya sambil tersenyum miring.
"Kai!" Panggil seseorang dari jauh.
"Sehun, hampir saja aku mengelilingi kasino gilamu ini."
"Ah maaf maaf, aku lupa menginformasikanmu kembali spot spesial yang kali ini aku buat."
Dia, Oh Sehun, pemilik kasino besar ini sekaligus sahabat Kai. Orang yang ia cari sedari tadi.
"Buat? Kau membuat ruangan pribadi lagi?" Kejutnya.
"Ah ya tentu saja, aku bosan selalu bersenang-senang di ruangan pribadi yang suasananya sama."
"Kau bisa mendekorasi ruangannya Hun."
"I own the money."
Kai hanya berdecak kecil.
Sehun mengajaknya ke lantai bawah, ruangan baru yang dibicarakannya sangat mewah. Bahkan ada bar sendiri di dalamnya. Ada kolam kecil di tengahnya dimana Kai bisa melihat beberapa wanita dan pria berenang di dalamnya dalam keadaan telanjang. Bukan hal yang aneh jika berada di tempat seperti itu.
Ia mengikuti Sehun duduk di meja bar, koleksi minuman kerasnya sangat lengkap. Dari yang murah sampai yang sangat mahalpun tersedia.
"Dimana Suho? Kukira ia akan datang juga."
"Entahlah Kai, ia bilang sedang ada urusan dengan seseorang dari Kanada, klien barunya mungkin."
"Oh."
"Ah ngomong-ngomong, kau pesan saja minuman. Semua gratis khusus hari ini saja untukmu,"
Kai mengernyitkan keningnya, menatap temannya bingung.
" ya karena kau nampak sangat lelah dan kurang seks." Ia terkekeh kecil.
"Aku tidak sedang butuh seks, tapi tawaran gratis minumnya takkan ku tolak."
"Bagus! Aku ingin duduk bersama perempuan-perempuan disana. Mereka melirikku terus daritadi." Katanya sambil menepuk bahu Kai dan pergi meninggalkan meja bar itu.
Mata tajamnya menelusuri rak besar di sebrangnya dimana berisi ratusan botol minuman keras terpajang elegan disana, meja bar itu sangat panjang dan cukup ramai, Kai sampai bingung ingin memanggil bartender yang mana. Semua nampak sibuk. Sampai seorang laki-laki berbaju pelayan muncul, ia tidak berniat menyapa Kai dan menanyakan pesanannya, ia hanya datang untuk mengelap beberapa gelas kotor yang banyak terpajang di sekitar Kai dan menyimpannya di nampan yang ia bawa.
"Bisa aku memesan minuman padamu?"
"Maaf. Tapi tidak."
"Oh ayolah, sedari tadi aku memanggil-manggil bartender dan tidak ada yang merespon. Aku sudah ditelantarkan lama daritadi."
Pelayan ini menatapnya datar, merasa bahwa itu bukan urusannya sama sekali, ia hanya pelayan dan tidak mengerti apa-apa tentang minuman keras. Memang benar ia melihat bartender nampak sibuk sekali, beberapa dari mereka nampak kewalahan malah.
"Aku bisa meminta Sehun memecatmu jika kau menolak perintahku."
Pelayan itu kaget, wajahnya menampilkan paras tidak suka dan benci. Tidak tahukan orang ini bahwa ia sangat-sangat sibuk?
"Apa pesanan tuan? Biar saya bilang pada bartender selagi saya mengangkut gelas-gelas ini."
"Bagus. Katakan pada mereka aku memesan satu botol wine merah." Katanya sambil menekankan kata botol pada kalimatnya.
Pelayan itu membungkuk dan berjalan meninggalkan Kai. Sambil menunggu, ia melonggarkan simpul dasinya dan mengeluarkan handphonenya, mencari kontak Suho meneleponnya.
"Halo?"
"Suho, dimana kau?"
"Kai, bisakah kau tidak meneleponku sekarang? Aku benar-benar sibuk."
"Hey kau datang atau tidak?"
"Tidak, jadi kututup ya. Aku sangat sibuk."
Kai menghela napas kecewa, Sehun masih sibuk dengan rekan-rekannya di sofa nun jauh di ujung ruangan, dan ia mulai merasa bosan.
"Tuan?" Seorang bartender menyadarkannya dari lamunannya, dengan membawa sebotol wine merah di tangannya dan satu gelas berukuran kecil.
"Kyungsoo bilang anda memesan wine merah, benar?"
"Kyungsoo?"
"Ah maaf, itu pelayan yang tadi mengatakan pesanan tuan."
Si bartender itu membuka botol wine dan menuangkan isinya pada gelas kecil. Meninggalkan Kai yang mulai menyisip winenya. Di tengah-tengah kegiatan menikmati winenya, ia merasa punggung dan bahunya disentuh nakal oleh jemari ramping yang kini berhenti di atas tangannya, di sebelahnya, seorang gadis berambut pirang pendek tersenyum manis dan duduk di sebelahnya.
"Aku memperhatikanmu daritadi." Kai nampak tidak tertarik sama sekali.
"Kau sendiri?" Kai mengangguk, masih sibuk dengan winenya.
"Biar aku temani, ayo kita duduk di sofa." Ajaknya.
Kai tidak suka, tangannya dingin dan basah. Ia hanya memakai bikini putih, jelas sekali ia habis berendam di kolam kecil di tengah ruangan. Ia mengitari pandangannya, berharap menemukan Sehun atau siapapun untuk dijadikan alasan menolak ajakan wanita ini.
"Choa!"
Itu suara Sehun.
"Hei aku mencarimu tadi di kolam, ternyata kau disini bernama Kai."
"Kai? Oh jadi namanya Kai."
Kai mendengus kesal mendengar gadis itu menyebut namanya.
"Hun, aku ingin keliling. Kau tunggu disini saja temani gadis ini, kasian nampaknya dia bosan."
"Hey Kai, jangan begitu. Choa biasanya pemalu, jarang-jarang ia menyapa laki-laki duluan." Gadis itu hanya tersenyum kecil penanda kemenangan, Sehun membelanya.
"Jangan bercanda Hun, kau tau aku gay." Katanya sambil menekankan kata gay. Choa tercengang kaget, ia menatap Kai dan Sehun bergantian tidak percaya.
"Hnm, silahkan saja kau keliling. Mungkin kau menemukan laki-laki manis disini."
Kai tersenyum, meninggalkan Choa dan Sehun. Seberlalunya Kai, Choa memasang wajah kesal dan langsung protes pada Sehun.
"Bagaimana bisa dia gay?! Kau bukan teman yang baik."
"Hey, itu bukan salahku sayang. Ia gay karena pilihannya sendiri, aku tak bisa mengganggu gugat. Dia laki-laki bebas." Choa mendengus kesal, meninggalkan Sehun sendiri di meja bar.
Kai berjalan keluar ruangan tersebut, ruangan itu mempunyai pintu yang tembus di bagian belakang kasino itu. Suasananya sepi, setidaknya Kai bisa mengistirahatkan sebentar telinganya yang daritadi disiksa musik keras. Namun ia teringat winenya, ia meninggalkannya di meja bar dan ia merutuk kesal. Ia mengeluarkan handphonenya dan menelepon Sehun, ia yang mengundangnya kemari dan ia harus menemaninya, dia tidak mau ditelantarkan sendiri.
"Hun, kau dimana?"
"Meja bar, ada apa?"
"Temani aku di taman belakang kasino. Sekarang."
"Apa? Apa yang kau lakukan disana? Kau saja kemari, winemu belum habis."
"Tck, pokoknya kemari dan bawa wineku."
"Baiklah." Katanya menghela napas lewat telepon.
Beberapa menit kemudian Sehun datang, membawa dua botol minuman di tangannya. Wine miliknya dan tequila, yang sudah pasti miliknya sendiri.
"Bisakah kau buatkan bar khusus gay untuk ku?" Sindirnya sebal.
"Nah, akan kupikirkan lain kali. Lagian, itu salahmu sendiri punya wajah yang digilai wanita."
Ia berdecak kesal, mereka berbincang banyak setelahnya. Membicarakan pekerjaan, kehidupan seks, masa depan, Suho yang hobi berganti pasangan, dan hal-hal random lainnya. Sehun selesai dengan tequilanya dan ia mulai menyulut rokoknya, menawarkan Kai sebatang rokok kretek yang sangat harum. Bukan seperti rokok murahan pada umumnya.
Ia mengedarkan pandangannya dan menemukan Kyungsoo, pelayan yang tadi membantunya tengah menelepon seseorang sambil menjaga nampan berisi gelas-gelas kaca kotor. Kai menghampirinya.
"Ya, jaga dirimu baik-baik." Akhir Kyungsoo memutus hubungan teleponnya.
"Kyungsoo."
Yang dipanggil kaget sehingga menjatuhkan semua gelas kaca di nampannya, menimbulkan suara gaduh nyaring yang memekakan telinga.
"Astaga!" Ia panik dan mulai memungut serpihan gelas kaca yang berserakan, tidak mempedulikan permintaan maaf Kai yang membuatnya kaget. Pikirannya melayang memikirkan bagaimana ia harus mengganti gelas-gelas mahal itu, ia harus terpaksa tidak menerima gaji sebulan untuk mengganti enam belas gelas kaca itu, belum lagi ia kena marah atasannya.
"Kai, ada apa?!" Seru Sehun.
Keduanya langsung menoleh ke arah laki-laki albino dan Kyungsoo memucat, bukan atasannya yang datang. Tapi pemilik kasino itu, ia semakin mati, kemungkinannya dipecat sangat tinggi. Sehun menoleh serpihan kaca di lantai dan salah satu pelayannya yang tak berani menatap matanya. Hampir saja ia memarahi Kyungsoo, tapi Kai menegaskan bahwa itu salahnya.
"Biar aku yang ganti Hun, jangan khawatir." Sehun menatap Kai tanda mengerti, ia hanya berdiri disana menatap sinis pelayan itu sambil menghisap rokok mahal miliknya.
"Biar aku bantu membereskan, tanganmu sudah berdarah-darah." Tawar Kai sembari memperhatikan tangan pelayan itu.
"Tak apa tuan."
Kai diam tak berkutik, ia memandangi keseriusan pelayan itu. Tersirat wajah ketakutan di paras indah itu. Sehun yang menyadari kebekuan Kai mencoba untuk menyadarkannya, tidak ingin Kai berbuat macam-macam pada pegawainya. Bagaimanapun juga dia pelayan, bukan prostitusi yang pantas ditatap seintens itu oleh Kai.
"Ka-"
"Berapa hargamu?" Pertanyaan Kai membuat Kyungsoo dan Sehun kaget bukan main.
"Kau gila Kai! Dia pegawaiku dan statusnya pelayan, bukan prostitusi yang bisa asal kau tanyakan harganya!" Bentak Sehun yang tidak dihiraukan olehnya.
Sementara itu Kyungsoo masih menatap Kai kaget, tidak menyangka dirinya akan diberi pertanyaan rendahan seperti itu.
"Seperti yang tuan Sehun bilang, aku bukan prostitusi! Aku tidak memiliki harga berupa uang." Ungkapannya diucapkan dengan nada tinggi yang cenderung tenang.
"Tidak memiliki harga? Kalau begitu aku bisa mengajak-"
"Kai sudah cukup. Jangan menghina pegawaiku lagi. Ayo kita pergi, dan kau,"
Sehun menatapnya tajam.
" cepat bereskan semua ini dan kembali bekerja!" Setelahnya ia berlalu sambil menyeret Kai kembali ke dalam bar.
.
.
.
.
Hai! Sudah hampir dua tahun saya terakhir update ff, dan hari ini saya officially kembali dari hiatus yang sangat panjang. Untuk chapter ini sengaja saya buat pendek, saya mau lihat dulu berapa favorit dan reviewnya, kalau readers keliatan penasaran, bakal saya lanjutin dengan length words yang lebih panjang, hehehehhe. Terima kasih juga untuk beberapa reviewers yang masih mau membaca ff yang lamaaaaaa, dan terima kasih untuk beberapa PM dari kalian yang selalu semangatin saya buat nulis kembaliiiii. Semoga dengan ini saya bisa kembali dengan cerita yang lebih becus, hehehhe, sampai jumpa di chapter depan!
