Kuroko No Basuke belongs Tadathosi Fujimaki
.
.
.
Mayuzumi Chihiro dilahirkan sebagai spesies landak. Lahir di dunia dimana manusia memiliki genetika hewan 50% ditubuhnya. Memiliki siklus bulanan dimana tubuhnya akan tumbuh bulu-bulu halus dan akan mengeras serta meruncing membentuk duri sebagai pertahanan diri selama tiga atau empat hari.
Mayuzumi menggerutu kesal ketika tangan kanangnya mulai terasa panas dan gatal. Dua, tiga bulu halus mulai muncul dilengan kanannnya saat dirinya dalam latihan basket rutin seperti biasanya. Melangkah keluar lapangan ketika rasa panas dan gatal mulai menyebar kearah punggungnya berniat untuk meminta izin pulang terlebih dahulu kepada kapten timnya yang menurut Mayuzumi kerjaanya hanya menonton anak buahnya berlarian kesana kemari berebutan bola basket yang jumlahnya hanya satu.
"Akashi." Tangan kanannya sengaja diangkat untuk menunjukkan bulu-bulu kecil yang semakin banyak muncul. "Aku izin pulang sekarang."
Akashi mengedip sekali, manik dwi warnanya menatap wajah Mayuzumi lalu ketangan Mayuzumi. "Bukankah siklus bulananmu tanggal 6 ? Ini baru tanggal 1, ngomong-ngomong."
Mayuzumi mendengus, poni abu lepek didahinya disisir kebelakang. "Mana ku tau." Kedua kaki bergerak tidak nyaman, rasa panas dan gatal dipunggungnya mulai menjalar kekakinya. "Mungkin itu karena kau memperlakukanku seperti budak makanya jiwa landakku tidak terima."
"Oh." Senyum geli terpampang diwajah Akashi. "Chihiro seharusnya kau tau kalau seseorang mengalami siklus bulanannya lebih awal dari yang seharusnya itu karena faktor stres, daya tahan tubuh lemah, dan kurangnya mengonsumsi makanan yang berserat."
"Jadi kau mengizinkan ku pulang atau tidak ?" Tanya Mayuzumi kesal, bulu landak dilengannya mulai menutupi hingga sebatas siku dan sedikit mulai mengeres karena rasa tidak nyaman dalam diri Mayuzumi. "Aku sih tidak masalah jika tidak diizinkan pulang." Lanjutnya mencoba sesantai mungkin meskipun dalam pikirannya sudah mengumpat tidak karuan. "Asal jangan salahkan aku jika salah satu anak buahmu terkena racun dari duriku."
"Baik." Kata Akashi halus, sorot matanya tampak geli melihat Mayuzumi yang semakin tidak nyaman. "Dengan satu syarat." Jari telunjuk naik keatas. "Izinkan aku untuk menyentuh duri...ehm bulu landakmu itu."
Mayuzumi melongo, tangan kirinya reflek menyentuh bulu ditangan kananya yang mulai berubah menjadi duri. Terasa lembut seperti kain sutra saat disentuh. "Yakin ?" Tanya Mayuzumi bingung. Durinya jika disentuh memang terasa lembut dan halus, namun jika disentuh oleh orang lain yang tidak dikehendakinya untuk menyentuhnya durinya akan mengeras dan ujungnya akan meruncing serta mengeluarkan cairan ungu kental sebagai bertahanan diri.
"Tentu." Akashi berucap mantap, kepala merah mengangguk dua kali dengan mata berbinar senang.
"Ini tajam dan beracun." Kata Mayuzumi mencoba mengkonfirmasi keiinginan Akashi. "Kau akan demam selama satu minggu penuh, tidak nafsu makan, dan-"
"Aku tau Chihiro." Ujar Akashi memotong perkataan Mayuzumi. "Itu akan baik-baik saja jika kau menginzinkan aku untuk menyentuhnya."
Mayuzumi mengedip sekali, tidak yakin yang dilihatnya dibalik punggung Akashi. Bersinar merah terang dengan efek berkerlip-kerlip. "Aku tidak mau." Kata Mayuzumi dan mundur selangkah. Siapa pun itu entah Akashi bahkan orang taunya sekalipun tidak akan diizinkannya untuk menyentuh duri ditubuhnya.
"Kenapa ?" Kepala merah Akashi miring kekanan, mata bulat besar entah kenapa terlihat berkaca-kaca dengan bibir cemberut lucu. "Kau boleh menyentuh sayapku." Katanya sambil membalikkan tubuhnya agar Mayuzumi dapat melihat sepasang sayap kupu-kupu berwarna merah dipunggung Akashi.
Satu pertanyaan yang sampai saat ini Mayuzumi belum tau jawabannya. Kenapa orang seperti Akashi harus dilahirkan sebagai spesies kupu-kupu ?. Spesies yang dilahirkan dengan kesan cantik, anggun, sopan dan sombong. Sedangkan Akashi hanya memiliki kesan sombong, sisanya 'buruk'. Manja, suka memerintah, suka seenaknya, benar sendiri dan lainnya yang membuat Mayuzumi harus mengelus dadanya sabar jika berhadapan dengan Akashi.
"Hanya sekali saja." Bujuk Akashi dengan tampang dibuat semelas mungkin. "Satu detik juga tidak masalah."
"Tidak." Jawab Mayuzumi dan mengalihkan pandangannya dari Akashi.
"Chihiro~ "
"Tidak."
"Chihiro~ nyan ~"
"Kau bukan kucing." Kepala Mayuzumi reflek menatap Akashi dan menyesali gerakkan refleknya. Kedua tangan Akashi mengepel dibawah dagunya, mata bulat- yang entah kenapa terlihat semakin besar dan berkaca kaca, pipi gempal memerah dan suara 'nyan' imut keluar dari bibir merahnya.
"Nyan~ nyan~ nyan~"
"Geerghh." Mayuzumi mengerang tertahan. Lupa jika Akashi tahu kelamahannya terhadap makhluk imut tidak berdosa. "Baik. Hanya sebentar." Ujarnya kalah dengan pesona imut Akashi.
"Yokatta !" Akashi melompat kecil, sayap kupu-kupu dibelakang punggungnya mengepak dua kali.
"Kau tau Akashi." Ujar Mayuzumi saat Akashi mulai menjulurkan tangannya untuk menyentuh duri ditangan Mayuzumi. "Kau tidak seharusnya menunjukkan emosimu."
"Aku tidak." Sangkal Akashi. Jari-jemarinya mulai menyentuh duri ditangan Mayuzumi. "Halus." Gumamnya pelan.
"Jangan menyangkal. Sayapmu tidak akan muncul jika kau bisa menahan emosimu."
Akashi bergumam menanggapi perkataan Mayuzumi, yang semula lima jari sekarang Akashi menggunakan semua jari tangannya untuk mengelus duri ditangan Mayuzumi. Mayuzumi mendengkur pelan, sebagian dari dirinya merasa senang Akashi mengelusnya dengan lembut.
"Aku tidak tau akan selembut ini."
"Tentu saja kau tidak tau. Yang kau tau hanya- "
"MAYUZUMI-SAN !!!" Mayuzumi tersentak kaget mendengar teriakan Hayama dari arah belakangnya. Jantungnya berpacu cepat, insting hewannya mengirimkan sinyal bahaya hingga durinya mengeras dan mengeluarkan racun.
Hari berikutnya Akashi absen sekolah selama satu minggu penuh karena terkena racun landak Mayuzumi.
Terkutuklah kau Hayama.
Fin
Wellll jangan samakan landak biasa dengan landak Mayuzumi. Cuz beda jauh :v
