Hetalia Axis Powers © Hidekaz Himaruya

Warning: standard warning applied, (possible] mis/typos, crack pair [Lukas/Natalia aka Norway/Belarus/], [might be] OoC.

No profit gained

Happy reading

-oOo-

drabble one: the fabulous stranger

Chapter warning: AU, and Rate M for theme, implisit[?] lime, mention of alcohol, western teenage lifestyle.

-oOo-

Sejak awal, Natalia tidak bisa melepaskan pandang dari pemuda itu. Pemuda yang memasuki aula pesta bersama dengan keempat pemuda lainnya, yang salah satunya Natalia tahu sebagai Tiino, mantan junior Ivan di SMP dulu. Tak ada satupun yang Natalia tahu darinya, selain bahwa si pemuda tampan bahkan ketika ia baru menjatuhkan pandangan ke arahnya. Ekspresi di wajah pucat itu datar, namun entah mengapa Natalia justru menganggapnya sangat menawan. Helai pirang pucat yang pendek, entah bagaimana sangat cocok. Satu jepit berbentuk cross tersemat di sisi kiri kepala, namun bukannya tampak seperti wanita, tapi justru membuat dia terkesan classy dan stylish. Perpaduan jeans hitam, kets, dan kemeja ungu bergaris putih, dan dasi merah tidak membuatnya terlihat membosankan, justru—setidaknya bagi Natalia—mencuat di tengah kumpulan remaja lain di prom night SMA malam ini.

Ya. Pemuda itu sangat tampan. Sangat seksi dan menawan. Begitu memukau hingga Natalia tak bisa menahan matanya untuk tidak meliriknya setiap sepuluh detik sekali secara diam-diam. Sangat mengesankan hingga Natalia tidak bisa mencegah otaknya membayangkan bagaimana seandainya ia menarik pemuda itu ke dalam klosetnya dan menciumnya dalam, hangat, dan lama—

Gadis itu menarik napas dan menggelengkan kepalanya. Ada apa dengan dirinya? Tidak biasa ia berpikiran demikian jauh dan parah. Bahkan dengan dua mantan kekasihnya sebelumnya pun, tidak pernah.

Siapa dia? Mungkin dari kelas lain—yang jelas bukan dari kelas Natalia.

Prom night masih berlangsung, namun Natalia sama sekali tidak bisa fokus pada apapun: dansa, makanan, beberapa temannya yang mencoba mengobrol padanya, bahkan hentakan musik yang mengalun. Hanya melirik kepada pemuda yang berada beberapa jauh darinya. Dengan jantung yang berdebar, perasaan antusias yang membuat telapak tangan berkeringat dingin, dan keinginan untuk berdiri dari duduknya, menghampiri pemuda itu, dan memulai obrolan pertama.

Tapi Natalia tidak pernah menjadi pihak yang pertama kali memulai semua.

"Lukas!" sebuah suara teriakan, dan si pemuda berhelai pirang pucat menoleh ke sumber suara yang terdengar barusan.

Namanya Lukas? Beruntung sekali Natalia tahu, tanpa harus lebih dulu mengobrol dengannya.

Tapi tetap saja ia ingin mendekat. Namun bagaimana caranya menghilangkan rasa segan dan malu yang menjerat? Ia menghela napas dan membuang pandang, dan saat itulah ia melihat ke arah meja tempat minuman, terutama botol-botol vodka yang terlihat hangat.

Tanpa banyak berpikir, ia raih botol vodka. Dituangnya dalam satu gelas kosong, hingga penuh, lantas segera ditenggaknya. Rasanya panas, ia mengernyit—ia tidak terbiasa dengan minuman pelumpuh logika. Karena itulah, hanya butuh tiga gelas vodka saja untuk membuat pandangannya mulai tampak ganda, tubuhnya terasa jauh lebih ringan, dan semua masalah dalam hidupnya seakan terbang begitu saja.

Melirik ke arah Lukas, dia mendapati si pemuda berdiri dari tempat duduk yang semula ia tempati bersama dengan teman-temannya. Natalia segera turut mengambil tindakan serupa—hampir ia jatuh mencium lantai jika tidak segera berpegang pada tepian meja. Temannya bertanya ia hendak kemana, namun ia tak acuhkan mereka.

Ia harus mengejar si pemuda berdasi merah.

Tertatih ia melangkah. Ruangan terasa berputar di pengelihatannya. Heels putih yang ia pakai justru membuatnya ingin mengumpat marah. Beberapa kali mengerjapkan mata ketika semua benda tampak memiliki duplikat di pandangan mata. Tidak hirau, bahkan sekedar menoleh, ketika beberapa orang menghardiknya yang tak sengaja menabrak bahu mereka.

Ia harus mengenalnya.

Di sana pemuda itu. Berdiri di dekat jendela di sudut ruangan yang sepi dari kerumunan dan gegap gempita pesta yang berlangsung beberapa jauh. Hanya sedikit orang di sana, sebagian besar adalah remaja yang telah teler di lantai karena mabuk, atau pasangan yang sedang bercumbu. Dan Lukas menempelkan ponsel yang di telinganya, berdiri di sisi jendela berkoden biru.

Hembusan napas Natalia semakin cepat dan ia kembali melangkah. Ia sendiri antara sadar dan tidak apa yang tengah ia lakukan.

Entah feromon apa yang dimiliki pemuda itu, atau sudah betapa lembek hati Natalia yang selama ini kaku, hingga ia begitu tertarik dan merasa gila pada orang asing yang hanya dilihatnya bahkan belum satu malah penuh.

Pemuda itu baru saja mengakhiri obrolan di telepon, ketika Natalia telah sampai di dekatnya, dan segera menubrukkan diri kepada tubuhnya.

Dan Natalia tidak mengerti, tetapi ada dorongan impulsif yang membuatnya sedikit berjinjit, mendongak, untuk kemudian menempelkan bibirnya ke bibir pemuda tersebut. Bibir Lukas—bibir dari pemuda tampan, seksi, asing, dan bahkan sama sekali ia tidak tahu apapun tentangnya kecuali nama.

Hanya orang gila yang akan mencium orang asing yang bahkan tidak pernah mengobrol dengannya. Tapi mungkin memang otak Natalia sudah luput dari semua logika.

Bibir itu terasa lembut, ternyata. Dan Natalia menyukai aroma sitrus dan sabun yang menguar dari tubuh si pemuda.

Ia rasakan Lukas membeku, sama sekali tidak membalas ciuman kejutan itu. Terkejut bercampur tertegun—tentu. Namun beberapa saat kemudian Natalia rasakan sepasang tangan melingkari lengannya dan mendorongnya sedikit menjauh.

"Kau mabuk," ucapnya datar sembari menatap heran dan ragu kepada si gadis.

Natalia tertawa kecil dan mendengus, dengan wajah memerah akibat pengaruh vodka yang terlanjur membuat logikanya terbius, "Ya. Dan aku ingin menciummu."

Tidak pernah Natalia berucap demikian frontal. Tidak pula pernah ia mendorong seorang asing dan merapatkan punggungnya ke tembok. Tidak pernah juga ia merapatkan diri di tubuh yang sama sekali tidak dikenalnya. Tak sekalipun pula, sebelum malam ini, ia pernah mencium dalam, hangat, dan cukup lama pemuda yang hanya ia kenal sebatas nama.

Dan takjubnya, meski awalnya terkesan ragu, namun Lukas membalasnya. Bahkan kedua lengan itu merayap untuk kemudian melingkari pinggang gadis yang bahkan ia tak tahu siapa dan bagaimana ia mengenalnya.

Yang jelas ciuman yang mereka bagi sangat mengesankan dan istimewa.

Sangat memabukkan, hingga mereka mengulang sampai tiga kali setelah saling melepaskan diri karena desakan paru-paru yang defisit udara.

Pikiran Natalia semakin terhempas ke langit tak berbatas.

Wow. Selain sangat memikat, pemuda ini juga pencium yang sangat hebat. Wow.

"Siapa namamu?" bisik Lukas, menatap dalam dua iris violet yang tampak sendu karena alkohol. Hembusan napas mereka dalam dan cepat-cepat, dengan hangat menerpa wajah satu sama lain.

Natalia tersenyum miring, lantas semakin mendekat dan merapatkan tubuhnya pada si pemuda asing, "Apa penting?" tanyanya sembari mengarahkan bibir ke sekitar rahang pucat itu.

Lukas menggeram, sebelum balas berbisik dalam, "Aku perlu tahu nama gadis yang kucium."

Natalia menaikkan sebelah alis dan mengumbar senyum tipis, "Kau sudah menciumku," sebelum ia kembali memagut bibir yang tampak sudah sedikit memerah bengkak itu. Sebelah tangannya menggamit tangan Lukas, untuk ia arahkan dan selipkan di bawah blus yang ia pakai.

Hanya dengan tiga gelas vodka ia bisa berubah demikian liar—sama sekali bukan Natalia yang kalem dan acuh tak acuh seperti biasanya.

Lukas menarik keluar tangannya, "Aku tidak akan melakukan apapun lagi dengan gadis yang tidak kutahu namanya."

Mendengus, Natalia berujar, "Kau menang. Aku Natalia. Puas?" ia menatap sepasang iris biru hampa yang berada sangat dekat di depannya itu, "Sekarang cium aku."

Sebuah senyum kecil ada di bibir yang sejauh ini terkatup datar, "Natalia, huh?"

Dan Natalia tidak sempat mengantisipasi apapun—tahu-tahu posisi mereka sudah tertukar dan kini ia dapati dirinya berdiri antara dinding yang dingin dengan tubuh Lukas yang menghimpit rapat tanpa ampun.

Dan ciuman panas itu kembali terbagi di sudut sepi dari ruangan pesta yang masih berlangsung.

Cukup hanya dengan tiga gelas vodka, Natalia bisa mendapatkan lebih dari sekedar mengenal si pemuda tampan dan istimewa.

: drabble one ends:

A/N: Saya Yukeh. Dan misi saya untuk saat ini adalah white campaign[?] NorwayBelarus di fandom ini. Semoga pairing ini bisa lebih populer. Tatakae! /sepaked/ You like them too? PM me and let's go crazy together!

regards.