[ Tesorina Mia ]
Minimon 1st Giveaway Winner Fics
Category: "Minimon's Choice"
• Station •
2015 © overflakkie
.
.
"Baca ini bikin mesem-mesem terus dari awal sampai akhir, bener-bener tulisan yang dibutuhkan para penikmat fluffy di dunia ini. INTROVERT JUNGKOOK IS LIFEU." (springyeol)
#
Shoutout to one of our Minimon 1st Giveaway Favourite Picks, Salsabila a.k.a Overflakkie!
Yap, setelah mba cepalo menerbitkan salah satu pemenang giveaway kemarin; yakni eclaire delange, kali ini giliran aku yang menerbitkannya yaay. Yuk mari, dilahap karya unyu nan indah milik salah satu author yang juga ngga kalah unyunya sama saya (canda) yaitu mba Overflakkie! Daripada penasaran, langsung aja cekidot~
(Ps: telah diedit secara teknis, hanya menambahkan / mengurangi tanda baca dan dirapihkan kok, tidak mengubah cerita^^)
Pss: judulnya ini 'tesorina mia' diambil dari bahasa Italia yang artinya 'my little treasure' karena aku anggap cerita ini menggambarkan kalimat itu(?)
Feedbacks (reviews/supportive critics) are highly appreciated and all dedicated to the winners (not to me) so, don't forget to leave your marks!^^
-springyeol-
.
.
.
.
.
#
Station
.
Taehyung benar-benar akan membunuh Jimin karena dengan seenak jidat menyuruhnya untuk menjemput orang asing di stasiun kereta. Namun, niatnya Ia urungkan setelah bertemu malaikat yang kini Ia labeli sebagai calon pendamping hidupnya.
"Kenapa kau begitu menggemaskan sih, aku tak tahan,"
"Huh? Gimana?"
A BTS Fanfiction. Vkook/ Taekook. V x Jungkook.
.
.
Bangtan belong to their respectful owner
Pair : Kim Taehyung x Jeon Jungkook
Warning : typo(s), AU, absurd, mature words, etc.
.
.
ENJOY
.
.
Taehyung menguap lebar, menggaruk-garuk kepala meski tak terasa gatal, menyelonjorkan kedua kakinya di atas kasur sembari kedua matanya menatap serius ke arah game di ponselnya. Seminggu lagi sebelum liburan musim panas akan berakhir, Taehyung sudah melakukan segala hal untuk mengisinya bahkan pulang kampung pun sudah Ia lakoni.
Sebenarnya Ia bisa saja mengajak Jimin―teman sekamarnya di asrama untuk berjalan-jalan atau sekedar bermain permainan aneh di kamar (jangan berpikir yang aneh, tidak ada unsur kedewasaan dalam permainan ini). Tapi matanya menatap sedih kasur kosong di atasnya. Pasalnya sahabat sehidup semati sedunia seakhiratnya ini sudah melepas status jomblonya beberapa hari lalu dan sukses meninggalkan dirinya dan memilih menghabiskan waktu dengan kekasih barunya.
Terkadang Taehyung bingung, kenapa Yoongi-sunbae―anak kelas tiga ketua komisi kedisiplinan yang super galak itu mau dengan Jimin. Apa bagusnya Jimin, sih? Tampang menang Taehyung juga. Walau dalam hati Taehyung iri akan bagusnya badan Jimin (tidak termasuk tingginya) dan kemasokisannya untuk punya pacar galak dan rela dibentak-bentak setiap hari.
"Aish," Taehyung melempar ponselnya ke arah depan dan untung tak mendarat di tepi kasur karena tulisan game over di ponselnya. Ia menengadahkan kepalanya, bersender pada tembok dan sandaran kasur dengan tatapan kosong dan mulut terbuka, macam orang habis minum pil ekstasi.
Kemudian ponselnya bergetar, penanda pesan masuk. Taehyung sebenarnya malas mengambilnya, tapi daripada tak punya kegiatan. Mungkin merangkak dan mengambil ponsel akan masuk daftar kegiatan Taehyung di liburan musim panas.
Jimin bantet : Hey sayang
Taehyung mengerut alis dan hampir memuntahkan hamburger yang tadi sempat Ia makan untuk mengganjal perutnya. Kemasukan setan apa tiba-tiba Jimin mengirim pesan cheesy macam om-om hidung belang begini.
You : Apa sih bikin mau muntah
Jimin bantet :Maaf yang tadi bajak
You : Elah sana pacaran lagi
Jimin bantet : Oke tapi sebelum aku lovey dovey lagi sama yoongi hyung ada berita penting yang harus kau tahu
You : Apa? Kau meniduri yoongi sunbae dan langsung dipatahkan tulangnya?
Jimin bantet : Ish bukan itu -_- (tapi benar aku sudah tidur dengannya walau tidak patah tulang, dia menggemaskan saat di ranjang, tbh)
Taehyung membelalak mata saat membaca pesan dari sahabatnya itu. Dasar kantung hormon mesum berjalan, baru pacaran beberapa hari sudah merebut keperawan―keperjakaan orang. Kalau Yoongi perempuan mungkin Jimin sudah dihakimi satu asrama karena menghamili ketua komdis. Oke, lupakan.
You : heh mesum hal apa yang harus kutahu? Aku tak peduli dengan kisah ranjangmu
Jimin bantet : slow man, calm your tits. Jadi ada temanku yang akan pindah dari Busan ke sekolah kita. Dia lumayan bening, jika kau mau tahu.
Taehyung mengangkat pupil matanya, seolah ingin melihat ke pusat khayalan otaknya dan membayangkan bagaimana 'bening' yang dimaksud oleh si pendek itu. Kalau sebening dan semulus model majalah playboy sih oke juga.
You : Lalu? Kau berniat menjodohkan aku dengannya, begitu?
Jimin bantet : Bisa dibilang begitu. Aku bosan melihatmu menjomblo.
You : Kau menghina atau mau membantu?
Jimin bantet : Dua-duanya juga oke. Dia akan datang besok siang dan aku sudah bilang kau yang akan menjemputnya di stasiun.
DUK!
Taehyung benar-benar terpentok tembok di belakangnya karena terlalu terkejut oleh kelakuan sahabatnya ini.
You : Heh? Punya hak apa kau bilang itu seenak pendekmu?! Kau tak tanya ini itu juga kesibukanku dan langsung bilang? Dan kenapa tidak bilang langsung saja? Kita sekamar dan kau bilang lewat chat, dasar bodoh.
Jimin bantet : maaf aku baru ingat semenit yang lalu jadi baru aku beritahu sekarang lewat chat. Sibuk apa? Bermain game di ponsel dan menonton porno sambil masturbasi? Kau pengangguran juga selama liburan. Aku tak mau tahu, ya. Besok pukul 13.00 di stasiun. Aku memberikan nomormu padanya. Tidak ada protes lagi karena kini aku akan kembali bersama hyung manisku. Dadah.
Jika Jimin ada di hadapannya saat ini atau minimal lima meter dari tempat, Ia benar-benar akan menjadikannya samsak dan memukulinya sampai tubuh bantetnya biru-biru. Tak habis pikir kenapa Jimin bisa begitu entengnya menyuruhnya menjemput orang asing dan memberikan nomornya.
"Arghh dasar bajingan mesum kampret!"
Taehyung mengacak-acak rambutnya, frustasi. Semoga murid baru ini bening seperti yang dikatakan Jimin dan bukan makhluk kelebihan hormon seperti sahabatnya. Bisa-bisa Ia mati diperkosa saat menjemputnya besok.
Jika Jimin pulang nanti Ia akan benar-benar memotong kepala sahabatnya itu.
.
.
.
.
Taehyung baru saja bangun beberapa detik yang lalu dari mimpi indahnya. Tubuhnya terduduk, rambutnya acak-acakan, dan matanya masih terpejam. Jam dinding di sisi kanan kamarnya bertunjukkan angka sepuluh dan yang panjang ke angka enam.
"Tae, aku pergi ya!"
Suara Jimin terdengar cempreng dan sangat mengganggu di pagi hari yang cerah dan cocok untuk dijadikan waktu tidur pagi.
"Mau ke mana kau bantet?" Kata Taehyung serak sambil membuka matanya setengah dan sudah melihat Jimin rapi dengan setelan casual dan minyak wangi yang tercium sampai ke pangkal paru-parunya.
"Menemani Yoongi hyung membuat daftar acara serah terima jabatan," Kata Jimin dengan bangga sambil menunjukkan senyum yang membuat Taehyung ingin memukul wajahnya. "Aku akan main ke kamarnya."
"Terserah kau sajalah. Awas jangan memperkosanya lagi, aku takut spermamu keburu habis duluan sebelum kau sempat menikah,"
"Sialan kau tiran," kata Jimin yang tadinya ingin melemparkan botol parfum di tangannya ke wajah Taehyung tapi urung karena teringat sesuatu. "Oh iya jangan lupa jemput calon doimu yah. Aku berangkat!"
Jimin langsung berlari dan menutup pintu sebelum Taehyung sadar dan melemparkan sendal ke mukanya.
Taehyung mengerut, lalu membuka matanya sempurna saat ingat tentang acara penjodohan Jimin di stasiun kereta pukul satu siang nanti. Sial, Ia tak sempat melempar sendal ke muka mesumnya Jimin itu.
Ia mengusap mukanya kasar, menggaruk rambutnya dan berniat untuk tidur lagi, melupakan acara penjemputannya dan berakting seolah tak tahu apa-apa saat Jimin memarahinya nanti. Tapi ponselnya keburu bergetar dan ia harus meraihnya dan membukanya.
081xxxxxxxxx : Apa ini Kim Taehyung?
Taehyung kaget, tak terlalu sih. Tapi lumayan untuk tiba-tiba dikirimi pesan dan bertanya apakah ini dia atau bukan.
You : Iya, ini siapa?
Balas Taehyung malas untuk mengira-ngira siapa yang mengirim pesan macam anak sekolah dasar yang mengajak berkenalan.
081xxxxxxxxx : Ini Jeon Jungkook. Jimin-hyung bilang kau yang akan menjemputku, benar itu?
Lantai dibawahnya hampir menjadi korban ciuman bibirnya jika Taehyung tak menahan lonjakan kagetnya dan melompat tanpa ancang-ancang. Oh jadi ini yang Jimin pinta untuk dijemput? Jeon Jungkook? Nama yang cukup menarik.
Dengan segera Ia menyimpan nomor tersebut dan memberinya nama 'Jungkook' dan membalas pesannya kembali.
You : Iya Jimin juga bilang padaku. Mau dijemput jam berapa?
Taehyung pura-pura tak tahu dan terkekeh sedikit.
Jungkook : jam 1 aku sampai.
You : Oke, nanti aku akan berangkat pukul 12 atau lebih.
Jungkook : Baiklah, maaf merepotkanmu.
Taehyung terkekeh, anak ini sopan sekali. Jadi penasaran bagaimana aslinya.
You : Kau tidak akan memberitahu ciri atau baju yang kau kenakan?
Jungkook : Oh maafkan aku, maaf aku lupa. Aku menggunakan kaus berwarna hijau dan celana denim biru muda panjang. Kulitku putih dan rambutku hitam. Aku membawa tas punggung coklat dan satu koper hitam. Apa itu cukup?
You : Cukup sekali. Oke, sampai bertemu di stasiun, manis (love emoticon).
Lima menit berlalu dan anak bernama Jungkook itu tak membalas pesannya lagi. Entahlah, mungkin dia takut akan gombalan ringannya dan Taehyung tertawa puas akan hal itu. Tapi dia juga jadi takut tertular cheesynya Jimin. Abaikanlah, yang pasti sekarang Taehyung akan mandi dan bersiap menjemput calon jod—murid baru sekolahnya.
.
.
.
.
Taehyung sudah sampai di stasiun sekitar pukul satu kurang lima belas menit. Pakaian yang ia kenakan cukup menarik mata para gadis remaja labil yang langsung berbisik betapa tampannya Taehyung. Padahal Taehyung hanya mengenakan jaket denim biru muda yang lengannya sedikit bermotif robek-robek, kaus kutang putih dan celana denim sewarna jaketnya juga sepatu coklat kesayangannya.
Ia hanya mengangkat bahu ketika mendengar bisikan-bisikan itu, dan dalam hatinya ia berbangga diri 'aku memang tampan terimakasih'. Bibirnya mengerucut dan mengeluarkan suara siulan, Ia berdiri bersandar pada salah satu pilar penopang atap stasiun, dan sesekali melirik jam di tangannya berharap pukul satu datang lebih cepat.
Tak lama, Ia melihat orang-orang mulai berkerumun di pinggir rel dan perlahan kereta datang dan berhenti. Taehyung memperhatikan dari jauh, mencari Jungkook berdasar ciri-ciri yang disebutkan tadi. Terlalu malas baginya untuk mendekat dan berbaur dengan kerumunan itu.
You : Kau sampai? Dimana?
Taehyung mengirim pesan dan berharap menemukan seseorang dengan kaus hijau tengah memegang ponsel dan sedang membaca pesannya.
Jungkook : dekat gerbong 5,kau dimana?
Taehyung berjalan ke arah Barat sedikit untuk mendekati gerbong kelima, dan pupilnya terkunci pada sosok pria berbaju hijau, celana denim biru, tas punggung hitam juga koper hitam sedang di tangan kiri dan ponsel di tangan kanannya. Persis sekali dengan ciri-ciri yang disebutkan.
Mulut Taehyung tak tahu cara mengatup saat melihat cara Jungkook menatap sekeliling. Begitu menggemaskan, dan mengalihkan dunia. Kulitnya putih, bagai susu dan semoga saja selembut sutra. Matanya bulat, seperti kelinci dan Taehyung bertaruh giginya juga.
Ia menggelengkan kepala saat sadar fantasinya mulai berjalan lebih jauh—tidak sampai ke daerah ranjang kok. Kemudian, Ia melambaikan tangan dengan tinggi sampai Jungkook melihatnya dan kemudian berjalan cepat menuju ke arahnya. Duh, cara jalannya saja menggemaskan.
Taehyung tersenyum lebar pada Jungkook dan Jungkok hanya tersenyum canggung sambil membungkuk untuk memberi hormat. Kemudian Ia mengikuti Taehyung setelah Taehyung memberi isyarat untuk berjalan bersamanya.
"Su-sudah lama menunggu?" tanya Jungkook sedikit ragu tanpa melihat ke arah wajah Taehyung.
"Apa limabelas menit termasuk lama?" Jawab Taehyung dengan pertanyaan lagi, dan sambil melirik ke arah Jungkook yang tampaknya betah memandangi keramik di lantai stasiun.
"Tidak terlalu. Tapi jika itu lama bagimu, maafkan aku," Jungkook menggigit bibir bawahnya, seolah hanya bibirnya lah yang dapat digigit di dunia ini.
"Aiguu, tentu saja tidak. Tapi aku akan mengatakannya lama jika kau meminta maaf seperti itu." Kata Taehyung kemudian berhenti melangkah membuat Jungkook juga berhenti dan menatap wajah Taehyung takut-takut. "Caramu meminta maaf sangat menggemaskan."
Jungkook buru-buru memalingkan wajahnya dan memandangi keramik kembali. Jantungnya sedikit berdebar dan bibirnya sudah sakit karena ia gigiti sedari tadi. Jungkook memang sangat pemalu dengan orang baru memang, Ia berharap Jimin yang akan menjemputnya dan Jimin malah tak bisa dan memberikan orang ini sebagai gantinya.
"Maaf kalau aku lancang, aku memang begitu," Kata Taehyung sedikit khawatir melihat Jungkook yang responnya sangat negatif jauh dari perkiraannya. Kemudian muncul inisiatif Taehyung untuk mengambil gagang koper dari genggaman Jungkook dan berjalan duluan. Tentu saja Jungkook kaget dan langsung ikut berjalan mengejar orang yang baru ditemuinya lima menit lalu ini. "Aku akan membawakannya, tenang saja. Aku orang baru yang baik kok,"
"Ti-tidak usah, aku tak mau merepotkanmu," Kata Jungkook sambil mencoba meraih gagang koper tersebut tapi Taehyung refleksnya lebih bagus dari apa yang Jungkook kira.
"Jika aku merasa direpotkan, mungkin aku tak akan datang menjemputmu ke mari," Kata Taehyung berhenti melangkah untuk yang kedua kalinya, dan diikuti lagi oleh Jungkook. "Tenanglah Jungkook, tak perlu merasa khawatir padaku."
"Maaf, aku memang seperti ini.." Kata Jungkook sedikit malu.
"Tak apa, aku mengerti. Maafkan aku juga," Taehyung menjawab sambil tersenyum dan menepuk dua kali pundak kiri Jungkook dengan tangan kanannya. "Ayo kita makan dulu, kau pasti lapar setelah perjalanan jauh. Aku tahu restoran Jepang yang enak dekat sini. Apa kau suka ramen?"
Dan Taehyung tersenyum lebar saat melihat Jungkook mengangguk antusias sambil tersenyum. Ah, akhirnya Ia bisa menaklukan anak semi-introvert ini. Semoga saja Ia juga bisa menaklukan hatinya. Eh.
.
.
.
Taehyung benar-benar meremas tangannya sendiri untuk menahan jari-jarinya agar tak mencubit kedua pipi makhluk di depannya ini. Kenapa hanya memakan semangkuk ramen saja bisa begitu kelihatan semenggemaskan ini? Pipinya yang menggembung, mulutnya yang sedikit belepotan oleh kuah kari dan juga poninya yang bergerak kala Jungkook mengipasi dirinya karena panasnya kuah ramen yang Ia seruput mengenai lidahnya. Taehyung akan meminta jadwal untuk konsultasi pada dokter psikolog sepertinya.
Tiba-tiba ponselnya bergetar dan dengan segera Ia membukanya. Kelihatan sekali ia groginya. Mohon maklum, depan calon pacar.
Jimin bantet : Bagaimana? Oke tidak?
Taehyung tersenyum, memperhatikan Jungkook sekilas dan terbesit rasa terimakasih pada Jimin meskipun Ia sangat gengsi untuk mengatakannya.
You : Lumayan, bening juga. Walau tak sebening model majalah playboy. Oke juga.
Jimin bantet : Mesum, jangan samakan dia dengan model dada besar itu. Dan awas saja sampai kau memperkosanya.
You : Weehh aku tidak sejalang itu pula, kawan. Ia terlalu precious untuk diperkosa. Melihatnya makan saja aku tak tega.
Jimin bantet : Baguslah kalau begitu. Ohiya, Ia agak pemalu. Mulailah duluan bicara padanya, buat ia nyaman. Kalau ada apa-apa padanya akan aku panggang pantatmu.
You : baiklah, kapten. Doakan saja aku langgeng dengan dia.
Taehyung mematikan layar ponselnya untuk kemudian menyimpannya di saku celana. Matanya kembali terkunci pada pemandangan makan siangnya manusia setengah kelinci yang membuat pikirannya jadi aneh dan tak bisa dimengerti.
"Jadi, kau memutuskan untuk mandiri di seoul?" Kata Taehyung mencoba menghancurkan pikiran anehnya dan menenangkan diri. Ia benar-benar berpikir Ia gila sekarang.
"Hu-um," Kata Jungkook di sela seruputannya. Kemudian Ia menyimpan sumpitnya di samping mangkuk saat ramennya sudah habis. "Aku ingin mencoba hidup sendiri."
"Kau tidak takut? Kau kan masih berusia..."
"Enam belas tahun,"
"Ah iya benar, enam belas," Taehyung miris mendengar ternyata usia Jungkook lebih muda darinya dan Jimin sebanyak satu tahun. Hanya satu tahun sih, tak masalah. Punya pacar selisih satu tahun bukan pedofil kan? "Kau bertemu aku saja takut."
"Uhh, bukan begitu. Aku hanya malu bertemu orang baru.." Kata Jungkook sambil mengetukan jarinya berkali-kali ke atas meja, membuat irama tertentu yang enak didengar. "Lagipula, kau seumur denganku, kan?"
"Maaf tebakanmu salah karena aku satu tahun lebih tua darimu," Taehyung tersenyum bangga.
"Uhh maaf. Berarti Jimin-hyung yang salah info,"
"Hmm? Salah info bagaimana?" Taehyung bingung.
"Dia bilang kau lebih muda darinya, jadi aku kira kau seumuran denganku." Kata Jungkook ragu.
"Pfffttt!" Taehyung menahan tawa. "Itu berarti kau yang salah tangkap. Aku memang lebih muda dua bulan darinya, bukan berarti enam belas tahun pula,"
"Uh-oh maaf kalau begitu, aku tak tahu.." Jungkook menunduk malu, telinganya kelihatan sedikit memerah.
"Kenapa kau begitu menggemaskan sih, aku tak tahan," Kata Taehyung sambil menggigit bibir bawahnya sekilas.
"Huh? Gimana?" Jungkook terlihat bingung dengan Taehyung. Oh tentu saja sangat, apalagi Taehyung yang tiba-tiba bilang Ia menggemaskan entah karena hal apa yang ia lakukan. Jungkook jadi bingung sendiri.
Taehyung benar-benar akan mengarungi Jungkook jika saja Ia bukan murid baru yang baru dikenalnya satu jam yang lalu. Caranya terlihat bingung bahkan sungguh menggeaskan. Bagaimana caranya mengerucutkan bibir, mengerutkan alis, bahkan mata binar yang menatapnya bingung.
"Jadi aku boleh panggil hyung?" Tanya Jungkook tiba-tiba sekali membuat jantung Taehyung di dalam sana mendadak ingin gantung diri.
"A-apa?" kata Taehyung setengah hidup.
"Kau kan lebih tua dariku.. yah kupikir aku harus memanggilmu hyung, begitu?" Kata jungkook sambil tersenyum kaku.
"Panggil oppa juga boleh," Kata Taehyung pelan sekali tapi tetap saja terdengar sekilas oleh Jungkook, dan Taehyung langsung dapat pelototan kelinci yang marah seperti anaknya diganggu oleh manusia, "Tidak, bercanda kok."
"Jadi boleh tidak?"
"Kau menawariku atau membuat ultimatum?"
"Aku bertanya apa boleh memanggil hyung atau tidak..."
"Panggil sayang saja, siapa tahu kita memang berjodoh,"
Dan satu sumpit melayang melebami dahi Taehyung yang tertutup poni. Tak apa, lumayan tanda cinta pertama dari Jungkook.
.
.
Sejak perjodohan dadakan Jimin di stasiun kereta, Taehyung jadi dekat sekali dengan Jungkook. Dan tahu segala hal tentang Jungkook. Jungkook ikut program akselerasi sehingga usia enam belas sudah ada di kelas dua. Jungkook anak tunggal dan punya seekor anjing bernama seagull (Taehyung tak mengerti kenapa anjing dinamai seperti itu). Jungkook suka warna merah, Ia sekamar dengan anak kelas 2-A bernama Sehun yang pintarnya keterlaluan, dan hal lainnya yang bahkan tak penting untuk diketahui.
Taehyung juga sering mengajak Jungkook jalan untuk sekedar mengenal kota Seoul di akhir pekan, membeli es krim dan bermain sepeda mengelilingi komplek sekolah. Taehyung juga sudah hapal kebiasaan Jungkook yang menggigiti bibirnya jika sedang takut, dan mengerutkan kedua alis sambil mengerucutkan bibirnya saat bingung. Dan ini yang membuat Taehyung overdosis tingkat ke-kawaii-an.
Seluruh asrama bakan guru-guru pun tahu si murid baru ini hanya lengket dengan Taehyung, atau bersama Jimin juga Yoongi. Banyak yang iri dan cemburu—oh tentu saja, si aneh Taehyung itu mendapatkan murid baru nan bening dan lucu juga pintar. Bahkan Taehyung dengan bangganya selau merangkul pundak Jungkook jika sedang berjalan di selasar-selasar gedung sambil menyampirkan senyum kebangaannnya. Dan beruntunglah Jungkook nyaman-nyaman saja dan tak pernah protes.
Sebenarnya, tak pernah protesnya Jungkook inilah yang membuat Taehyung galau. Ia bingung, antara Jungkook yang polosnya keterlaluan dan tak peka pada Taehyung atau Taehyung nya yang bodoh dan menganggap Jungkook akan membalas perasaannya? Tidak se-cheesy itu juga sih, tapi Taehyung tetap bingung.
Ahh tapi yasudahlah, jangan terlalu dipikirkan dulu. Mungkin Tuhan punya jalan lain untuk memberi tahunya, pikir Taehyung dalam mode bijaknya.
.
.
.
Taehyung merutuki jam alarmnya yang tidak menyala―karena lupa disetel dan Jimin yang acuh tak acuh bangun duluan tanpa membangunkannya, sahabat macam apa itu. Ia terburu ke kamar mandi untuk cuci muka dan menyikat giginya, tanpa mandi dan menggunakan sabun muka. Ia berlari rusuh menggunakan tangga dari lantai tiga ke lantai tujuh karena elevatornya tak kunjung turun juga, dengan kancing kemeja yang belum sepenuhnya terkancing juga resleting celana yang lupa ditarik. Untuk ingat saat di lantai ke empat.
Peluhnya mengalir di pagi hari seperti ini hanya demi rencananya berkencan sesaat sebelum sang pujaan hati pulang kampung untuk seminggu lamanya. Natal, bro. Di musim sedingin ini masih ada juga orang yang berniat pulang kampung dengan kereta. Terbayang di kursi dalam kereta hanya menatap jendela berembun yang diluarnya hamparan tikar putih tanpa warna lain, monokrom sekali.
Nafas Taehyung tersenggal dan pundaknya naik turun saat di tangga terakhir menuju ke kamar nomor 403 berwarna coklat muda dan berserat halus. Dan tempo denyut juga detaknya memelan saat satu potong kertas berwarna merah muda bentuk persegi berukuran sepuluh sentimeter tertempel di depan pintu, dan bertandatangan sang penghuni kamar.
"Hyung aku sudah berangkat pukul 08.15 tadi. maaf duluan, hyung lama dan aku takut tertinggal kereta.
Salam, Jeon Jungkook"
Satu detik, dua detik, tiga, empat, lima dan enam―
"AAAHHH SIALLL!"
Taehyung berteriak sampai beberpa penghuni menyumbulkan kepala dari balik pintu untuk mengetahui paus mana yang mengamuk dan mengacaukan pagi di musim dingin yang harusnya bergelung nikmat di bawah selimut sambil mendengarkan musik classic, bukannya amukan paus yang kehilangan anaknya.
Taehyung buru-buru menuruni tangga lagi, dan mengenakan jaket tebalnya yang tadi sempat ia seret-seret saat menaiki tangga karena sibuk mengancingi kemejanya. Ponselnya ia buka dan ia cari-cari kontak bernama "Jeon Jungkook" untuk memanggilnya, siapa tahu belum berangkat dan masih terjebak di taksi ataupun hal lainnya.
"Jungkook?" gotcha,diangkat!
"Iya, apa hyung? Aku sudah di taksi, sebentar lagi sampai ke stasiun,"
"Apa? Sudah dekat? Bisa kau pending dulu sampai stasiunnya tidak?" Kata Taehyung sambil menghentikkan langkahnya di salah satu anak tangga yang menuju ke lantai tiga.
"Hah? Apa hyung? Sinyalnya buruk, aku sudahi dulu yah. Aku baik-baik saja, bye!"
Sial untuk yang kesekalinya, Taehyung merutuki segala hal yang terjadi dari detik pertama ia memejamkan mata malam hari tadi dan detik sekarang Ia ditinggal pergi oleh kekas—calon kekasihnya selama seminggu ke busan tanpa berpamitan. Apalagi lusa natal, rusak sudah semua rencana indah natal Taehyung.
Setelah dua atau tiga menit mondar-mandir naik turun anak tangga dan untuk sekali lagi menjadi pusat erhatian siswa lain yang berlalu lalang, Taehyung berlari menuruni tangga (lagi) untuk mencegat taksi secepat mungkin dan menyusul Jungkook ke stasiun. Semoga Tuhan berpihak pada Taehyung kali ini, amin.
Uap dingin mengepul saat Taehyung sampai di luar komplek sekolah dan berdiri sebentar untuk menghirup oksigen dan mengeluarkan karbondioksidanya, serta menunggu taksi tentu saja. Ia sempat cemas karena sudah tiga taksi lewat dan seluruhnya berisi. Apa supir taksi hari ini tengah kebanjiran harta? Ah lupakan, Taehyung butuh jalan tercepat untuk meraih syal hangat Jungkook dan mendekapnya erat dalam kungkungan lengannya.
Jadi sambil berlali, Ia mencoba mempersingkat waktu dan mencari taksi yang kosong. Taehyung tak mau otot betisnya meledak hanya karena Ia berlari dari sekolah sampai stasiun yang jaraknya lumayan itu.
Dan untungnya saja bom waktu di betisnya berhenti saat taksi berwarna kuning cerah berhenti saat tangannya melambai sambil menghentikkan langkah kakinya di atas trotoar berlapis es yang pasti licin dan membuat siapapun jatuh kalau tak hati-hati. Dan Taehyung bukan termasuk orang-orang itu maaf saja.
Akhirnya Taehyung bisa bernafas lega saat duduk di jok hangat taksi sambil mencoba memanggil Jungkook lewat ponsel. Dan untuk sekali lagi, semoga Tuhan dan seluruh malaikat-Nya berpihak pada dirinya, amin
.
.
.
.
Taehyung mendecak kesal dan hampir membanting ponselnya ke keramik-keramik dingin stasiun saat sedari tadi panggilannya tak dijawab satupun oleh Jungkook, untung Ia ingat betapa mahalnya harga ponsel dan bagaimana amukan singa sang ibu. Kau tahu lah bagaimana marahnya ibu-ibu. Dengan modal insting, Taehyung menjelajah hampir seisi stasiun. Mencari makhluk bergigi juga mata kelinci dan kulit seputih putri salju.
Pengukur suhu di stasiun menunjukkan suhu mnius dua derajat celcius tapi Taehyung berkeringat karena berlarian ke sana ke mari mencari sosok yang membuatnya gila hampir dua jam terakhir ini. Ia terduduk lesu seperti anjing gagal kawin di kursi tunggu yang terbuat dari besi dan terbayang dinginnya seperti apa. Ia menekuk seluruh otot-otot yang ada di wajahnya, tak ada satupun niatan untuk ditarik atau bahan direlaksasikan.
Harapannya juga sudah Ia kubur dalam-dalam, untuk berpamitan mesra dan siapa tahu menapat ciuman selamat tinggal. Kan Taehyung jadi senyum-senyum sendiri memikirkannya.
"Hyung?"
Dan demi neptunus di film kartun spongebob yang Taehyung tak yakin bentuk aslinya seperti apa, Ia mendengar suara Jungkook. Iya, ini suaraya, suara terlembut dan paling favorite ke dua sedunia setelah suara ibunya yang sedang tidak marah-marah.
"Taehyung-ie hyung?"
Ah, suara itu lagi. Apa Tuhan mengirimkannya pesan melalui udara? Dengan mengirimkannya suara merdu Jungkook yang memanggil namanya juga dosertai embel-embel hyung?
"Taehyungie Hyung!"
Dan Taehyung hampir melompat ke depan jika di depannya tak ada malaikat yang turun dari gerbong—maksudnya, Jungkook ada di depannya saat ini. Iya, Jeon Jungkook yang tadi bilang pergi duluan karena Taehyung lama dan saat ditelepon berkata sudah hampir sampai ke stasiun. Iya Jeon Jungkook yang—
"JUNGKOOK?!" Taehyung langsung berdiri tegap an diikuti oleh langkah satu mundur Jungkook yang kaget bukan main dan menghindari dagunya terpentok ubun-ubun Taehyung. "Kau masih disini?"
"Kau kira aku setan?" Tanya Jungkook sambil mengerucutkan bibir dan memutar bola matanya.
"Ini asli kau, kan? Bukan arwah atau mannequin? Kau tidak kecelakaan kereta kan? Ini bukan kembaranmu dari duni lain kan? ini—"
"Hyung!"
"Ups, maaf" Taehyung menciut sendiri setelah dapat bentakan dari jungkook. "Habisnya, kukira kau sudah berangkat.."
"Keretaku, delay. Ada tumpukan salju di rel jadi aku harus menunggu sekitar setengah jam lagi,"
"Serius? Kau tidak bohong?"
"Aku akan jadi pinocchio jika bohong dan hidungku akan panjang."
Taehyung tersenyum senang sekali sambil menginjak-injakkan kakinya ke lantai layaknya anak gadis yang mendapat pengutaraan cinta dengan buket bunga dan kotak coklat. Jungkook sendiri jadi heran melihatnya.
"Kenapa sih, hyung?"
"Aku ada sesuatu sebelum kau pergi, dan ini penting sekali,"
"Apa? Apa dompetku ketinggalan? Atau pintu kamarku hilang dan Sehun tidak bisa masuk?"
"Ini lebih penting dari itu, Jungkook, sangat penting,"
"Apa itu hyung? Jangan membuat aku penasaran dengan tingkah konyolmu itu Hyung, cepat beritahu aku, aku penasa—"
Dan Taehyung langsung memangkas habis semua rentetan huruf juga tanda baca yang di utarakan Jungkook. Meraupnya lembut dengan plump penuh miliknya. Ciuman hangat dan lembut seperti yang ada di drama-drama cheesy-romantis malam hari. Ciuman yang membuat Jungkook bergetar dan membulatkan matanya sempurna.
Ciuman yang sedikit panjang hingga Taehyung memeluk pinggang Jungkook dan sebelumnya membawa lengan Jungkook memeluk lehernya erat. Ciuman yang melupakan seluruh akal sehat juga pikiran, bahkan melupakan bahwa sekarang dingin dan mereka ada di tempat umum sambil diperhatikan puluhan orang.
"Nah, itu," Kata Taehyung saat melepas ciumannya sambil membelai pipi Jungkook yang memerah sempurna bak kepiting yang terlalu lama direbus. "Hati-hati di jalan yah, aku menunggu kado natal darimu."
"Ohiya, itu kado natal dariku omong-omong," Kata Taehyung sambil mengecup singkat pipi Jungkook yang membuat sang empunya tak berkutik seinchipun dari tempat asalnya.
"Hyung..." Jungkook menatap Taehyung. Tatapan yang membuat Taehyung takut kalau Jungkook akan membencinya atau memukulinya di depan banyak orang sambil berteriak 'tolong! Aku dicabuli!'
"I-iya?"
"HYUNG AKU MALU!"
Jungkook langsung menghambur memeluk badan Taehyung, menyembunyikan wajah merahnya di dada Taehyung dan mengeratkan jari-jarinya pada mantel Taehyung. Taehyung kemudian terkikik mendapat respon yang membuat tensinya naik lagi, dan dia kelebihan muatan untuk tingkat ke-kawaii-an Jungkook entah untuk yang keberapa kalinya.
Jadi, Taehyung akan mengingat di seumur hidupnya dan akan menceritakan kepada Jimin, bahwa Ia punya seorang pemalu dan luu bernama Jungkook, yang Ia jemput di stasiun dan Ia curi ciuman pertamanya di musim salju.
Ia benar-benar harus berterimakasih pada Jimin.
Dan stasiun kereta ini.
Terimakasih.
.
.
-end-
a/n : Kawaii = lucu, imut. Btw ini ff vkook kedua aku, jadi masih agak kagok karena biasanya nulis yoonmin. Semoga suka yah, dan tshirt bts nya jadi milik aku. HAHAHA.
Maaf baru ngirim, baru jadi. Males meriksa typo, maaf kalau typonya ada di tiap paragraf. Josongeyo. Mwah:*
#
Bagian pertama dari karya para pemenang telah selesai~
-springyeol
