Authors/notes: Persembahan dari tim panitia #44/12Week untuk merayakan AkaFuri Day.
Disclaimer: Kuroko no Basket punya Fujimaki Tadatoshi. Kami tidak mengambil keuntungan komersil atau materil apapun dari membuat fanfiksi ini.
Warning: Alternate Reality, Male X Male, standar disclaimer and warning applied
Cover belongs to: CAFEIN
We proudly present our relay project Fanfiction
To You, I Belong
[Ini malam yang indah
Kita mencari sesuatu yang bodoh untuk dilakukan
Hei, Sayang
Aku pikir aku ingin menikahimu.]
.
.
.
"Ada sesuatu yang aneh tentang lelaki itu."
Furihata menghentikan gerakan lincah jemarinya yang sedang menari di atas tuts–tuts keyboard. Sepasang iris seukuran biji semangka miliknya bergulir, meresapi kembali baris–baris kalimat yang menjadi paragraf terakhir dalam alur cerita yang dituliskannya.
"Ha–ah."
Furihata mendesah lelah setelah yakin tidak ada lagi kata salah yang terlewat dari pindaian kedua irisnya. Pemuda bersurai coklat itu bersandar pada kursi yang didudukinya dan melemaskan bahunya yang terasa sangat berat.
Semoga kali ini editornya yang perfeksionis itu tidak lagi memintanya untuk merevisi tulisan yang telah susah payah dia kerjakan selama tiga malam empat hari ini.
Furihata Kouki adalah seorang penulis amatiran bernama pena Kiriko. Tentu saja karena nama pena yang dipilihnya ini, dia sering dikira seorang novelis wanita—lagi pula kebanyakan cerita yang dibuatnya adalah tentang sepasang anak muda atau orang dewasa yang mengalami jatuh hati. Ironis sekali, mengingat Furihata sendiri hingga detik ini dalam hidupnya tidak pernah merasa jatuh cinta.
Meskipun terhadap pasangan hidup sendiri.
Ya, Furihata sudah menikah.
Dia menikah bulan lalu dengan seseorang yang bergender sama dengannya. Seorang lelaki.
Laki–laki itu memiliki sepasang iris heterokrom merah–emas yang berkilau indah dan surai merah darah yang sedikit berantakan. Tubuhnya bagus terbentuk dengan kotak–kotak berjumlah enam di perut. Tinggi badan … ya, setidaknya lebih tinggi ketimbang Furihata.
Dia sangat kaya dan wajahnya tampan. Seandainya bukan Furihata, pasti orang yang menikahi lelaki bersurai merah itu akan sangat bahagia.
Ah, ralat. Namanya sekarang bukan lagi Furihata, sekarang dia menjadi Akashi Kouki.
Cklek.
Suara pintu dibuka, Kouki menoleh dan mendapati figur sang suami yang bersandar di kusen pintu. Lihatlah suaminya itu! Meskipun bersandar malas–malasan begitu dia tetap terlihat tampan. Entah sedikit ataupun banyak, Kouki merasa iri.
Tap.
Tap.
Tap.
Kouki melihat Akashi Seijuurou yang berderap ke arahnya, akhirnya membawa dirinya ke dalam pelukan Seijuurou yang entah kenapa terasa hangat.
Wajah Kouki jantungnya berdentum seperti sedia kala—normal tak ada perubahan signifikan. Kouki sadar bahwa sampai saat ini dia belum mencintai Akashi Seijuurou.
"Hmmh." Bulu kuduk Kouki meremang ketika merasakan hembusan napas hangat Seijuurou di area tengkuknya yang terseraki helai coklat tanah.
"Se–Sei…jangan—"
"Kenapa belum tidur, Kouki?"
Suara Kouki hilang saat Seijuurou bertanya lembut berambut coklat itu menatap layar laptopnya yang mulai meredup. Kouki menggeleng perlahan, lalu mencoba menatap iris Seijuurou lewat bahunya.
"Sei … ini tidak akan berhasil," lirih Kouki. Dirasakannya pelukan Seijuurou yang mengerat padanya, menyulitkannya menarik napas.
"Tidak. Ini akan berhasil, Kouki. Aku tahu kau akan mencintaiku. Entah besok, lusa, bulan depan, tahun depan, atau kapanpun. Kau pasti akan mencintaiku. Tetapi, bukan sekarang."
Suara yang biasanya tajam itu terdengar sedikit menyedihkan di telinga Kouki. Selain kesedihan, Kouki bisa merasakan ketulusan Seijuurou untuknya dan perasaan lebih hangat yang diam–diam menyusup masuk ke dalam hatinya.
Kouki merasa bersalah pada Seijuurou. Dia pun letih karena diberi cinta yang begitu besar tapi tidak dapat membalasnya.
"Sei … ke–kenapa kau melakukan ini padaku?A–aku tidak men–mencintaimu. Ke–kenapa kau tetap memaksa untuk menikahiku?" tanya Kouki lelah.
Dengung mesin komputer sesaat mengisi keheningan, Seijuurou menjawab perlahan.
"'Cause I do love you, Kouki."
Kouki menikah dengan Seijuurou di awal April.
Kelopak Sakura bermekaran menghiasi musim semi. Seijuurou menikahi Kouki karena pemuda berambut merah itu sangat mencintai sang lelaki bersurai coklat, sedang Kouki menikahi Seijuurou karena tidak ingin mengecewakan kedua orang tuanya yang sangat dia sayangi. Kedua orangtuanya begitu dipertemukan dengan Seijuurou, lantas amat menyukainya.
Memang tak adil, tapi kita tidak bisa mengubah perasaan seseorang begitu saja, bukan?
"Kenapa … kau mencintaiku?" tanya Kouki untuk menghilangkan keheningan di antara dia dan Seijuurou yang membuatnya sesak.
"Bukankah dengan semua yang kaupunya, kau bisa mendapat pria atau wanita manapun? Kau bisa lebih bahagia dengan mereka, Sei."
Seijuurou menatap pemuda manis dalam pelukannya sejenak, sebelum menghela napas kasar.
"Tahu apa kau tentang kebahagiaanku? Kau tidak akan pernah mengetahui perasaan orang lain dengan tepat dan sempurna, karena kau bukan orang lain itu. Kau bukan aku, Kouki."
Kouki terdiam mendengar jawaban yang diberikan Seijuurou padanya, lalu pemuda itu menunduk—merasa makin bersalah.
"Maaf," ucap Kouki pelan. Jika sudah seperti ini, dia tidak berani menatap Seijuurou.
"Ya, aku memang bisa mendapatkan manusia manapun yang otakku inginkan. Namun sayangnya hatiku malah dibawa kabur oleh seorang pemuda coklat yang dulu me-marking diriku dalam pertandingan Winter Cup."
Seijuurou berhenti sejenak untuk mengambil napas.
"Saat aku sadar–aku tidak lagi merasa gagal dengan kekalahan di Winter Cup, aku justru merasa gagal karena tidak mampu membuat hatimu berdesir lembut karena aku."
'Ah, tidak seperti Seijuurou yang biasa. Karena itulah aku semakin merasa bersalah dan terbebani.' Kouki membatin.
Perlahan dia mencoba melepas pelukan Seijuurou, berdiri dari tempat duduknya dan berbalik. "Kurasa sudah sangat malam. Aku ingin tidur dulu," kata Kouki.
Tap.
Tap.
Tap.
Kouki berjalan ke arah pintu ruang kerjanya yang masih terbuka. Dia keluar dan memegang kenop pintu yang dipelitur dengan warna coklat keemasan.
"Selamat malam, Sei."
Cklek.
Pintu ditutup.
Kouki pergi meninggalkan Seijuurou sendirian bersama berlembar–lembar kertas yang dinodai warna hitam. Lembar–lembar kertas novel Kouki yang jatuh dari meja dan berserakan di lantai karena Seijuurou yang melampiaskan rasa marah dan kekecewaan pada meja kerja Kouki.
Tentu Seijuurou tidak bisa melampiaskan perasaan negatif miliknya pada orang yang dia cinta, 'kan?
Kouki menjatuhkan diri pada ranjang empuk dalam kamarnya. Sepasang iris kecoklatan miliknya menerawang langit–langit sudah menjadi pendamping hidup Seijuurou, tentu sekarang mereka tinggal bersama di sebuah rumah yang diberikan oleh kedua orangtua mereka.
"Hmm. Akashi–kun, bukanlah orang biasa, Furihata–kun."
Entah kenapa, perkataan Kuroko di masa lalu hadir kembali dalam pikirannya.
Sampai sekarang Kouki tidak pernah mengerti mengapa Seijuurou bisa jatuh hati padanya. Dia tidak kaya, tidak pintar, tidak berbakat, dia hanya manusia biasa.
'Ada sesuatu yang aneh tentang lelaki itu.'
Kouki teringat dengan kalimat terakhir yang menjadi penutup dari novel yang dia kerjakan.
'Sepertinya … memang ada yang aneh dengan Seijuurou karena dia mencintaiku.'
CHAPTER 1
.
One Sided Love
..
"There's something weird about that man."
...
Written by: Kinana
To be continue
.
.
Thank you so much. Please read and review our fanfiction. :')
