Disclaimer: Tite Kubo.
Warning: AU, OOC (maybe), typo(s).
Terinsipirasi dari:
MV KISS milik Sandara Park,
Meaningless Naturalness milik Yumily.
Pair: Ggio Vega and Sui Feng
Rate: T
Genre: Romance and Drama.
Fic collab koizumi nanaho dan Reizuki Judas Gazeboo.
Love is Dangerous
Satu: First Time
DUM! DUM! DUM!
Malam itu seperti malam yang kemarin. Hentakkan musik yang membangkitkan semangat serta bau alkohol dari minuman mahal dunia menyeruak dari dalam klub malam itu.
Ruangan gelap yang hanya dihiasi dengan sebuah lampu warna-warni yang menyorot secara acak semakin menambah suasana gemerlap di dalam klub itu. Klub yang didatangi oleh anak-anak orang kaya itu tidak pernah sepi setiap harinya.
Selalu saja ada anak baru yang memasuki klub malam itu. Dan malam ini juga seperti malam-malam sebelumnya, sekelompok anak orang kaya datang dan memesan minuman di klub malam itu.
"Besok kau akan mengadakan pesta, Findor?" tanya seorang pemuda bertato 69 di pipinya kepada seorang pemuda berambut kuning panjang.
"Exacta, jangan lupa datang, Hisagi," jawab pemuda yang dipanggil Findor itu. Seorang perempuan berambut blonde pendek duduk di samping Findor sambil memandangi wajah kekasihnya itu.
"Aku bosan dengan pesta yang biasa," keluh perempuan itu dan ditanggapi dengan anggukan oleh temannya yang duduk di samping Hisagi. Findor terkekeh dan menatap teman-temannya.
"Besok akan ada sesuatu yang menarik, aku jamin itu," janji Findor sambil mengembangkan senyumnya. Ketiga orang di sekitarnya hanya mengangkat sebelah alisnya.
Tiba-tiba Findor berdiri dan menghampiri meja bartender. Seorang gadis dengan lihainya memutar sebuah botol minuman dan menuangkannya ke dalam gelas. Dengan wajah yang sedikit minim ekspresi ia memberikan gelas itu kepada pelanggan yang menunggu minumannya.
Findor duduk di meja bar itu dan mengangkat tangannya membentuk angka satu. Gadis itu mengangguk tanda mengerti dengan apa yang dimaksud Findor. Gadis itu mencampurkan beberapa minuman ke dalam shaker.
Dengan santai, gadis itu menggoyang shaker itu hingga menimbulkan bunyi yang khas. Setelah itu ia tuang minuman itu ke dalam sebuah gelas kecil dan memberikannya kepada Findor.
Findor menerimanya dan menenggak minuman itu.
"Soifon, apa besok kau ada pekerjaan?" tanya Findor. Gadis bernama Shaolin Fon atau biasa dipanggil Soifon itu mengerutkan alisnya.
"Tergantung. Ada apa memangnya?" tanya Soifon. Findor memutar gelas kecil itu dengan jari telunjuknya.
"Apa kau mau menjadi bartender di pestaku, besok?" tawar Findor. Soifon menimbang kepalanya. "Masalah transport, akan ada yang menjemputmu, dan... masalah bayaran aku akan mengirimnya ke rekeningmu, kau tahu nominalnya tak mengecewakan, jadi—"
"Baiklah," potong Soifon. "Aku suka kalimat yang memuat 'bayaran', 'rekening' dan 'nominal yang memuaskan'. Itu cukup meyakinkanku." Findor terkekeh dan menghentikan putaran pada gelasnya.
"Kau tahu aku memaksa dengan lembut," ucap Findor. "Jam 10," lanjut Findor dan bangkit dari bangku bar itu. Setelah itu ia berbalik dan mengeluarkan ponselnya. Tangannya menekan sederet nomor dan mendekatkan alat komunikasi jarak jauh itu ke telinganya.
"Halo, Brother," sapa Findor dengan suara yang sedikit keras, agar seseorang di seberang sana dapat mendengarnya dengan jelas.
"Findor, ada apa?" tanya lawan bicara Findor. Pemuda berambut kuning itu menghentikan langkahnya sejenak dan berkonsentrasi pada pembicaraan mereka.
"Besok kau akan datang ke pestaku, bukan?" tanya Findor memastikan. Lawan bicaranya terkekeh.
"Tentu saja," jawab sosok itu yakin. Findor tersenyum puas mendengarnya.
"Aku benar-benar ingin melihat dirimu hadir di pestaku besok. Kuharap kau benar-benar berjanji, Ggio," kata Findor kembali memastikan.
"Ah, kau seperti tak mengenal diriku, Findor. Hahaha, aku akan datang. Tenang saja," pemuda bernama Ggio itu kembali meyakinkan temannya.
"Oke, kuanggap itu janji—oops, sumpah. Aku lebih suka kata itu. Kuingatkan kau, besok malam, jam 10, di rumahku," Findor memperjelas tiga kata terakhirnya. Setelah nada persetujuan kembali terucap, Findor langsung menutup teleponnya.
Sekarang ia berjalan kembali menuju tempat duduknya semula. Teman-temannya yang sedari tadi menunggu kedatangan Sang Bos menatap 'Bos'-nya itu dengan tatapan penuh tanya. Sambil berjalan, Findor tersenyum jahil. Satu rencana seakan telah terealisasi. Findor bertingkah layaknya masterpiece yang siap merilis karya terbesarnya.
"Aku tak sabar menanti hari esok, hahaha...," ucap Findor setengah mabuk. Posisi duduknya ia benarkan setelah Hisagi menatapnya serius.
"Jadi, Ggio juga akan ikut?" tanya Hisagi pada Findor yang tampak sedang menikmati lagu disko yang tengah diputar.
"Ah, Ggio? Iya ia akan datang. Bagaimana, bagus kan kalau ia ikut pesta?" Hisagi hanya mengangguk.
"Dan besok, kita akan bersenang-senang. Dua orang tokoh akan saling beradu."
#
BOOM! BOOM! BOOM!
DJ berambut merah memutarkan piringan elektronya dan mengotak-ngatik mesin kebanggannya di pojokkan. Suara yang dihasilkan—suara yang benar-benar menggambarkan pesta hura-hura—bergema memenuhi seluruh halaman depan pemilik rumah, yang juga pemilik pesta, Findor.
Pesta yang tampaknya tak bertema itu dihadiri puluhan orang yang notabene anak muda dengan status menengah ke atas. Mereka semua kaya, namun tak berdasi, tak berjas, dan tak bergaun. Anak muda, orang kaya yang cinta akan kebebasan. Pesta hanya untuk senang-senang, ya, itu dia.
Findor mengenakan kemeja putih dengan motif hitam di sekitar lengan dan kancingnya. Rambutnya yang panjang sengaja ia uraikan sehingga benar menarik perhatian.
Ia berjalan menghampiri gerombolan teman dekatnya yang sedang menikmati anggur dan beberapa minuman keras lainnya.
"Findor, pesta ini sedang berlangsung, kan? Dan, di mana bartender itu? Apakah kau membayarku untuk menggantikannya sementara ia belum datang—entah di mana?" keluh perempuan berambut blonde.
"Sayang, aku tak menyuruhmu melakukan itu. Kau nikmati saja pesta ini, mengenai perempuan bartender itu, biar aku yang menggantikannya," Findor memberikan solusi. Ya, solusi yang tak terduga sebelumnya. Pemilik pesta, tuan rumah akan melayani tamu sebagai bartender.
"Hei-hei, kau bercanda?" Hisagi memprotes ucapan Findor. Protesan Hisagi terdengar wajar. Namun, Findor tak menanggapinya. Ia malah mulai bekerja dengan mengambil satu gelas kaca dengan tinggi yang mencapai lima belas sentimeter, kemudian beberapa botol dengan bau alkohol yang merebak. Findor mencampurkan tiga jenis minuman.
"Highball kesukaanmu, Hisagi," ucap Findor sambil memberikan minuman cocktail klasik kesukaan Hisagi. Hisagi menerima gelas kecil itu dengan pandangan bingung. Ia meneguknya sekali. Setelah beberapa detik mengecap, Hisagi mulai mengambil kesimpulan dalam bentuk komentar.
"Enak! Rasanya sama!" Hisagi tampak excited dengan rasa yang dirindukannya itu. Campuran alkohol dengan perbandingan cukup tinggi membuat daerah sekitar bawah hidung Hisagi memerah.
Beberapa teman dan tamu memandang ke arah Findor. Pandangan mereka seakan menggambarkan tanda tanya. Mereka penuh dengan rasa ingin tahu dan mengartikan bahwa satu hal yang seru sedang terjadi di sana.
"Kalian pergilah, di sebelah sana ada penari striptis." Findor mengarahkan tangannya ke arah kolam renang. Beberapa orang dengan nafas terengah-engah—pengaruh alkohol—bergerombol menuju tempat yang ditunjuk.
"Kau sama sekali tak membuatku senang, Findor! Pestamu tak seru!" protes Menoly pada pacarnya. "Aku kira kita akan gunakan 'itu' malam ini. Setidaknya, kau tak miliki ganja untukku?"
"Tidak malam ini, Menoly," jawab Findor sambil mengocok beberapa campuran minuman dalam satu gelas. "Nikmatilah sebatas ini," ucap Findor lagi. Kali ini minuman baru buatannya ia suguhkan pada Menoly.
"Tidak, aku tak akan puas dengan pesta biasa." Menoly mengambek. Dengan gaya berjalannya yang sengaja dibuat menyebalkan, ia menjauh ke arah kolam renang bersama temannya yang berambut hitam dan berkuncir dua.
"Ah, sudahlah. Padahal minuman ini enak," Findor bergurau sendiri dan meminum cocktail buatannya.
Tiba-tiba ponsel di dalam saku Findor bergetar. Karena terlalu bersemangat, hampir saja ponsel itu terjatuh ke dalam gelas yang berisi cocktail di hadapannya. Findor mengembangkan senyumnya saat membaca nama seseorang di LCD ponselnya dan mendekatkan ponsel itu ke telinganya.
"Halo, Soifon, di mana kau? Tak jadi datang? Aku sudah membayarmu, loh!" Findor tersenyum saat menanyakan hal itu.
"Aku sudah datang—dari tadi. Tapi aku belum ketemu—ah itu dia—meja bartendernya." Dari kejauhan, seorang perempuan berambut gelap, di kepang tipis dua cabang, mengenakan celana jins hitam dan rompi putih, di bagian dalamnya ia kenakan kaos hitam pasaran bertuliskan 'Kiss Me'.
Perempuan itu menutup ponselnya, lalu berlari mendekati Findor.
"Aku kira kau mengerjaiku, dengan sengaja tak datang padahal uangnya kan sudah kukirim," sambut Findor tak hangat.
"Mengerjaimu? Tanpa motif yang jelas?" Soifon menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Nada bicaramu mencurigakan, Soifon. Tak usah tutupi, hubunganku denganmu memang tak begitu akur—"
"Sejak kau bicara seenakmu malam itu. Pyuh, minggir. Aku mau kerja," potong Soifon sambil masuk ke posisi dalam meja bartender.
"Minumlah dulu. Mungkin kau lelah berkeliling halaman rumahku ini—yang luasnya melebihi sepuluh kali ruang apartemen murahmu," ujar Findor dengan nada yang sedikit mengejek.
Mata Soifon menajam. Ia tersinggung dengan ucapan Sang Findor.
"Aku seorang bartender. Aku tak sudi minum minuman buatan orang lain, apalagi kata-katamu membuatku ragu, campur tanganmu dalam pengolahan minuman, seburuk ucapanmu, kah?" kata-kata Soifon terucap begitu saja.
Menusuk jantung, seharusnya, tapi seorang Findor mengenal sosok perempuan bartender ini. Perempuan yang pernah ditaksirnya—meski kata taksir masih sekedar mainan dan tak serius—bahkan pernah berbuat lebih.
Soifon pernah menampar pipi kanan Findor di bar di depan para pelanggan lainnya. Dan sama dengan respon malam itu, Findor sekarang malah terkekeh. Tamparan kedua, itu yang terjadi dulu. Tapi sekarang Soifon mulai tidak acuh.
"Baiklah, Soifon aku mau ke sana dulu. Teman-temanku pasti sudah menunggu," pamit Findor pada Soifon yang bahkan sedang membuang minuman yang tadi dibuat Findor.
Findor pergi.
"Anak bodoh! Ia pamit pada orang yang salah. Aku bahkan tak peduli kalau ia kenapa-kenapa," ucapan tajam Soifon lainnya kembali menyeruak. Soifon sengaja mengucapkan yang satu ini setelah mengetahui kepergian Findor. Cukup, pikirnya. Ia tak mau berlama-lama mengadu percakapan dengan pemuda itu.
Tanpa sadar, pelanggan pertama Soifon sudah duduk di kursi tingginya.
"Aku pesan satu, minuman tanpa alkohol," suara khas seorang laki-laki mengagetkan Soifon. Tangan kurus tanpa bulu bertumpu pada meja bartender. Tubuh laki-laki berambut hitam, dengan wajah menawan itu memecahkan konsentrasi Soifon.
"Tanpa alkohol, Nona. Kau baru saja menaruh whiskey pada minumanku," protes laki-laki itu. Soifon terkejut dengan buru-buru ia mengambil gelas yang baru dan mencampur minuman baru pula untuk seseorang di depannya.
Soifon menyuguhkan minuman itu kepada pemuda tadi, setelah menerima minumannya pemuda itu pergi menuju tempat Findor. Soifon masih mengamati punggung pemuda itu hingga seseorang duduk di hadapannya menghalangi pandangannya.
"Vodka," pesan sosok itu. Soifon mengangguk dan mengambil sesuai pesanan.
#
"Hai, Brother," sambut Findor dan menepuk bahu pemuda berkepang itu. "Bagaimana pestaku, Ggio?" tanya Findor. Pemuda berkepang yang tak lain adalah Ggio menyunggingkan senyumnya.
"Berisik seperti biasa," jawab Ggio ringan. Findor dan Hisagi langsung terkekeh. Tiba-tiba Findor mendekatkan kepalanya kepada teman-temannya, seolah ingin mengatakan suatu rahasia.
Teman-temannya mengikuti gerakan Findor. Tangan Findor merogoh sakunya dan mengeluarkan sebuah kotak kecil dan selembar kertas. Dari tempatnya Menoly langsung sumringah, ia mengira benda itu akan diberikan kepadanya.
Tapi tidak, benda itu disodorkan kepada Ggio.
"Kau mau melamarku?" pertanyaan Ggio disambut gelak tawa oleh teman-temannya, tapi Ggio hanya mengangkat sebelah alisnya.
"Tentu saja tidak, bodoh," jawab Findor. Tangannya lagi-lagi menepuk bahu Ggio dan tangan yang satunya mengarah ke Soifon.
"Kau lihat gadis bartender itu?" tanya Findor. Ggio memutar kepalanya dan menatap Soifon yang sedang memutar sebuah botol.
"Pasangkan cincin ini di jarinya, dan tunjukkan kepada kami, jika berhasil ... ini hadiahnya." Findor menyerahkan kotak kecil dan selembar kertas itu ke tangan Ggio. Tapi Ggio belum beranjak dari tempatnya.
"Kau harus tahu, tidak mudah menyuruhku melakukan sesuatu," Ggio berargumen. Ia masih geleng-geleng kepala, belum menemukan alasan yang dapat membuatnya beranjak.
"Ayolah, bukankah kau terkenal dalam menaklukkan wanita?" bujuk Findor.
Ggio menyeringai dan menggenggam benda kecil itu. Satu semangat mulai terkumpul. Ggio tampak berwibawa dengan gelarnya. "Lihat dan pelajari," sombongnya dan mulai berjalan mendekati meja bartender. Findor dan Hisagi ber-highfive dan memperhatikan Ggio.
Sekali lagi, Ggio duduk di kursi bar. Soifon jelas masih mengenal pemuda dihadapannya, setidaknya ia tahu dan ingat pernah memandang wajah pemuda itu beberapa saat yang lalu.
Ggio mengeluarkan cincinnya. "Tanganmu," pinta Ggio. Soifon mengerutkan alisnya mendengar permintaan Ggio, setelah sebuah minuman tanpa alkohol dan kali ini tangannya?
Ggio memainkan matanya. Ia gerakan sekali lehernya ke atas seakan memberikan penawaran pada gadis itu. Namun, Soifon masih bergeming. Satu hal, mereka tampak sepikir dalam hal melakukan sesuatu. Dan Soifon belum mendapat alasan untuk menyerahkan tangannya.
Namun ego Ggio tak menanti lama. Kali ini ia memaksa dengan lembut. Ia meraih tangan gadis itu dan memasukkan benda bulat dan tipis itu ke dalam jari manis Soifon. Jelas, gadis berkepang itu terkejut dan segera menarik tangannya.
Ggio menyeringai. "Angkat tanganmu," pintanya lagi. Soifon sempat menolak, tapi saat tangan Ggio dengan lembutnya membantu Soifon menegakkan tangan kanannya, ia tak dapat mengelak. Soifon lagi-lagi menurutinya dan mengangkat tangannya. Mukanya sempat memerah.
Ggio menoleh dan menatap Findor yang disambut dengan gelak tawa oleh pemuda berambut kuning itu.
Soifon menurunkan kembali tangannya. Ia mengerti apa maksudnya. Ini permainan dan ia dipermainkan. Bagus sekali. Soifon ingin membalas perbuatan Ggio, tapi pemuda itu telah berbalik dan menjauhi meja bar itu.
Gigi Soifon bergemertak dan ia segera keluar dari meja bartender itu. Dengan langkah besar ia segera menyusul Ggio. Ia tinggalkan tahtanya di meja bartender dan melewati beberapa tamu 'terhormat' Findor.
Saat merasa dekat dengan pemuda yang dicarinya, Soifon menepuk bahu pemuda itu dan ketika pemuda beriris emas itu memutar kepalanya, sebuah tamparan mengenai pipinya.
PLAK!
Tamparan itu cukup keras hingga mampu membuat orang di sekitar mereka menghentikan aktivitas mereka dan menjadikan Ggio dan Soifon sebagai fokus utama mereka.
Ggio terkejut dengan perlakuan Soifon. Tapi gadis itu merasa belum cukup dengan apa yang ia perbuat, maka ia mengangkat gelas yang ada di tangan kirinya. Gelas whiskey polos yang belum sempat dicampur Soifon.
BYUR
Isi gelas itu sukses berpindah ke wajah Ggio. "Aku peringatkan, Tuan, jangan macam-macam denganku," ancam Soifon dengan tatapan tajam serta seringaian di wajahnya.
Ggio mengepalkan tangannya, ia kibaskan kepalanya sekali agar air di wajahnya sedikit berkurang. Tangannya dengan cepat mencengkram baju Soifon. "Aku yang seharusnya berkata begitu, Nona Bartender," tekan Ggio. Dalam beberapa detik Soifon seolah terhipnotis oleh mata emas Ggio, namun buru-buru ia mengerjapkan matanya dan menepis tangan Ggio.
Soifon segera berbalik, di langkahnya yang kedua Soifon melepaskan cincin yang ada di tangannya dan melemparkannya ke arah Ggio. Dengan mudah Ggio menangkapnya dan menggeram melihat sikap sombong Soifon.
Dengan segera Sang DJ menambah volume musiknya agar suasana yang sempat tegang itu kembali mencair. Findor tampak puas dengan reaksi yang ditunjukkan Soifon, dan ekspresi itu langsung ia ungkapkan ketika melihat Ggio menghampirinya.
"Wah, wah, rupanya ada gadis yang tidak tertarik pada Ggio!" seru Findor dengan suara sedikit keras. Ggio melemparkan kertas cek yang baru saja diserahkan padanya kepada Findor. "Ada apa? Kau boleh mengambilnya, karena kau sudah memasangkan cincin itu ke jarinya," ujar Findor.
Ggio menyeringai. "Aku pastikan akan mengambil cek itu saat gadis itu bertekuk lutut di hadapanku," sumpah Ggio. Findor melirik Hisagi di sampingnya dan kembali menepuk bahu Ggio.
"Kalau begitu, mari kita lanjutkan permainan ini," kata Findor dilanjutkan dengan kegiatan membisikkan sesuatu ke telinga Ggio. Rahasia, rencana.
#
Soifon sudah siap menuju kantornya. Ya, ia memang bekerja di salah satu perusahaan ternama di Tokyo, namun walaupun perusahaan yang menaunginya adalah perusahaan ternama, Soifon tetap bekerja sebagai bartender di sebuah klub malam.
Alasannya mudah, karena keluarganya yang tinggal di Kyoto cukup miskin jadi ia harus mengirimkan uang yang cukup banyak dalam sebulan. Hal itu cukup mustahil jika ia hanya memiliki satu pekerjaan mengingat hidup di Tokyo juga tidak murah.
Soifon berjalan memasuki bus menuju kantornya yang cukup dekat dengan apartemennya yang murah seperti kata Findor. Tak butuh waktu lama baginya untuk tiba di perusahaan itu.
Soifon berjalan memasuki lift kantor dan menekan angka 12. Seketika pintu lift itu tertutup dan segera membawa Soifon menuju tempat yang ia inginkan.
TING!
Pintu lift itu kembali terbuka dan Soifon melangkahkan kakinya menuju sebuah pintu tempat ruangannya sebagai asisten direktur berada. "Ohayou, Soifon-san," sapa Isane, salah satu pegawai di ruangan itu.
Soifon hanya mengangguk dan berjalan mendekati ruangannya. Ia tidak perlu tergesa-gesa karena pemimpin perusahaannya belum tiba di Tokyo, jadi tidak masalah jika ia datang terlambat.
Dengan anggun Soifon mendorong pintu ruangannya, Soifon melangkahkan kakinya dan memasuki ruangan itu, tapi tiba-tiba langkahnya terhenti saat mendapati seseorang laki-laki berjas dan rambutnya berkepang berdiri di depan jendela ruangannya sambil memunggunginya.
Tangannya terangkat. "20 menit 55 detik, Anda terlambat, Nona..." Pemuda itu memutar tubuhnya dan menatap lekat-lekat iris abu-abu Soifon. "... Bartender," lanjutnya.
Mulut Soifon langsung menganga saat melihat siapa pemuda itu.
-Être Continué-
Notes de l'auteur: Hai semuanya, ini fic collab koizumi nanaho dengan Reizuki Judas Gazeboo. Well, awalnya fic ini memang terinsiprasi dari MV-nya Kiss milik Sandara Park yaitu bertema dalam sebuah pesta dan taruhan, hal ini juga berlaku karena sedikit mirip dengan ficnya meaningless naturalness milik yumily dengan tema taruhan.
Tidak, kami tidak bermaksud menjiplak karya orang lain, hanya memiliki satu ide yang sama, untuk chapter berikutnya pun tidak akan terlalu mirip dengan MV ataupun ficnya yumily.
Baiklah kawan-kawan bagaimana pendapat kalian semua? Terima kasih sudah membaca fic ini.
Dan... berminat meninggalkan sepatah dua patah kata dalam kolom review? Singkatnya, berminat untuk review?
Sampai bertemu di chapter berikutnya dan di review reply, ja ^^
