DESCLAIMER : BTS and Taekook is belong to God, their parents, and Bighit
This fanfiction is remake beside of korean movies '4th periode mysteri' 2009
Hope u enjoy it
Happy reading
.
Adalah hal biasa terjadi di tiap-tiap lingkungan sekolah, di mana apabila ada satu orang murid paling menonjol dan di idolakan maka akan ada pula satu orang yang keterbalikan dari keduanya. Kim Taehyung dikenal sebagai siswa yang paling menonjol. Berperawakan kurus, berkulit tan yang dianggap seksi bagi sebagian besar penggemarnya. Taehyung pemuda beririskan hazel dengan surai dark brown adalah siswa populer dengan segudang prestasi yang telah dicetaknya selama tiga tahun bersekolah. Telah banyak mengharumkan nama sekolahnya dengan beberapa piala serta penghargaan hasil olimpiade yang berhasil ia menangkan. Kim Taehyung telak digadang-gadang sebagai siswa nomor satu, menjadi yang paling populer dengan wajah rupawan yang sesuai dengan gelarnya.
Pagi ini terik. Taehyung berjalan sambil mengenakan earphone di kedua telinga. Menyumpal suasana ricuh di sekitarnya dengan nyanyian music di telinga. Seperti biasa Min ssaem selalu menjadi yang paling rajin mengabsen murid yang baru datang di depan gerbang sekolah. Sebuh tongkat siap di tangan, secara otomatis akan berfungsi ketika kedua netranya melihat penampakan murid yang melanggar peraturan. Taehyung tentu saja selalu lolos meski terkadang dia lupa memasukkan kemejanya ke dalam celana. Karena dia adalah Kim Taehyung, kesalahan-kesalahan kecil seperti itu tentu tertutup oleh segudang prestasi yang sudah diberikannya kepada sekolah.
Taehyung berjalan cukup tenang menuju ruang kelasnya. Ini adalah semester kedua di tahun ke tiga masa SMA nya. Ada hal yang cukup mengganggunya sejak pertama kali Taehyung menginjakkan kaki di kelas ini pada awal semester lalu. Tidak pernah ia menyangka akan berada di kelas yang sama dengan sosok populer lainnya dalam pandangan berbeda darinya. Sosok populer yang sering menjadi perbincangan hangat karena ke anehan yang kerap kali mengganggu pengelihatan siapa saja. Tak luput Taehyung merasakan hal yang sama. Sosok itu kerap menarik perhatiannya setiap kali dia melakukan sesuatu.
Misalnya saja seperti saat ini; jam pelajaran pertama di awal semester kedua baru saja dimulai. Di depannya seorang guru bahasa inggris tengah memberikan materi pengajaran. Taehyung mendengarkan dengan serius apa saja yang dikatakan oleh gurunya, mencatat apa saja yang dikiranya penting dan kembali fokus dengan materi yang sedang dibahas, Taehyung pikit teman-temannya melakukan hal yang sama. Namun nyatanya ia melihat hal lain tengah dilakukan oleh siswa aneh itu berbeda. Anak itu berada di deretan kedua baris ke dua dari pintu, sedangkan Taehyung berada di deretan ketiga baris ketiga di sampingnya. Hal itu tentu membuatnya dapat melihat dengan jelas apa yang sedang anak itu lakukan. Sebenarnya tidak ada keanehan yang mencolok. Hanya saja Taehyung melihat dia menyelipkan sebuah buku, entah novel atau sesuatu yang lain di dalam buku pelajaran yang sedang di bukanya. Taehyung tidak begitu yakin apa yang sebenarnya sedang anak itu baca sampai harus mengabaikan materi pembelajaran kali ini, namun hal lain yang dapat ia lihat adalah banyak buku lain berhalaman tebal berada di dalam kolong, tersimpan rapih di bawah meja anak itu.
Taheyung tidak mengambil pusing tentang apa yang anak itu lakukan. Maka ia memutuskan untuk tidak memperdulikan dia dan kembali fokus pada pelajaran. Sama seperti yang selalu dia dan teman-temannya lakukan sebelum-sebelumnya.
.
Matanya bergerak cepat dari kiri ke kanan. Membaca setiap kata dan kalimat yang terdapat di dalam buku yang sudah menjadi fokusnya sejak tadi. Beberapa kalimat menariknya berimajinasi tentang apa yang tertulis; 'salah satu tersangka mencampur adukkan racun ke dalam minumannya, dia menatap gelas berisikan racun itu sambil menelan ludah. Kemudian tangannya menggerakkan gelas itu perlahan dan meminumnya tanpa ragu. Hal yang selanjutnya terjadi adalah suara gelas yang terjatuh ke lantai bersamaan dengan suara pecahan. Matanya berputar-putar dalam rasa sakit, tak lama busa-busa putih keluar dari mulutnya yang terbatuk. Lalu mendadak..'
"Aaa!" Suara teriakan menggema di dalam keheningan konsentrasi belajar. Dia segera menolehkan kepalanya secepat kilat untuk melihat apa yang terjadi. Kelas mendadak ricuh, masing-masing siswa bangkit keluar dari kursi mereka untuk menghampiri si oknum yang berteriak kencang. Taehyung melakukan hal yang sama. Namun fokusnya bukanlah pada teman perempuannya yang kini nampak begitu shock. Tetapi kini matanya terbelalak lebar pada apa yang sudah tergeletak di atas lantai. Sosok berperawakan gemuk terkapar dengan busa putih memenuhi mulutnya. Matanya terbuka namun ia tidak bergerak.
"Ya! Teuin-ah! Teuin-ah! Bangun! Hey! Ada apa denganmu?! Hey sadarlah!" Taehyung mengguncang-guncang tubuh yang tergeletak itu panik. Teman-temannya yang lain melakukan hal yang sama, sebelumnya Teuin memang sempat bertingkah aneh dengan berdiri dari kursinya. Ia berjalan ke arah depan dengan sambil terbatuk-batuk, namun ia tidak mengeluarkan sepatah katapun sampai berakhir terkapar di atas lantai. Seluruh penghuni kelas menjadi panik. Sang guru nampak tidak tahu harus melakukan apa, seorang siswa sudah berlari keluar kelas guna melaporkan hal ini kepada guru kesiswaan. Sedangkan Taehyung dan yang lainnya masih berusaha untuk membangunkan siswa gempal itu agar kembali bergerak.
"Ada apa ini?" Jung ssaem sang guru kesiswaan datang bersama dengan siswa laki-laki di belakangnya. Bertanya dengan lantang dan panik yang kentara menghampiri siswa nya yang mengerubuni Teuin di atas lantai.
"Hei! Ada apa ini? Minggir kalian."
Jung ssaem melihat sendiri apa yang terjadi dan menjadi bertanya-tanya, "ada apa dengannya? Apa yang sebenarnya terjadi?!"
"Tidak tahu ssaem, dia tiba-tiba saja terjatuh." Taehyung menjawab mewakili teman-temannya yang nampak tidak bisa berkata.
"Cepat panggil ambulance! Cepat!"
"Baik, ssaem!"
Taehyung bergegas mengambil ponselnya, menyentuh angka 119 untuk panggilan darurat. Sesegera mungkin ia menceritakan kronologis kejadian agar ambulance segera datang. Di tengah kepanikan yang terjadi suara jepretan dan flash kamera terdengar dan terlihat jelas mengalihkan fokus berpasang-pasang mata. Taehyung segera menutup panggilan setelah berkata terima kasih lalu memandang dengan raut keheranan penuh pada seorang yang sibuk mengambil gambar Teuin yang nampak pasi di atas lantai.
"Hei apa yang kau lakukan?! Bodoh kau tidak melihat temanmu ini sedang pingsan hah?" Jung ssaem berteriak emosi, tidak habis pikir dengan apa yang anak didiknya lakukan di tengah keadaan panik seperti ini. Namun yang diteriaki sama sekali tidak menggubris, bagaikan tidak mendengar seruan kelewat lantang itu, ia tetap mengambil hasil gambar dari kamera polaroid miliknya.
"Hei! Teuin-ah buka matamu! Hey!" Taehyung mengabaikan tingkah aneh anak itu dan melanjutkan usahanya untuk membangunkan Teuin. Ia pikir itu sama sekali tidak penting mengurusi orang aneh itu, meski sebenarnya dia sangat kesal pada apa yang sedang anak itu lakukan. Bukankah itu sangat tidak sopan mengambil gambar orang yang sedang pingsan dengan mulut penuh busa? Taehyung tidak habis pikir.
Kepanikan terus melanda ketika akhirnya mobil ambulance itu datang. Para petugas bergegas mengangkat Teuin dan membawanya ke rumah sakit. Beberapa guru ikut masuk ke dalam ambulance dan beberapa yang lain berupaya menenangkan para siswa perempuan yang nampak masih shock melihat peristiwa yang baru saja terjadi. Di tengah-tengah ketegangan yang masih meliputi kelas itu, seorang siswa tinggi berlesung pipi melihat sebotol bening dengan sisa-sisa cairan tergeletak di atas meja tempat Teuin menempatkan dirinya untuk belajar.
.
.
.
2 Minggu kemudian
Siswa laki-laki bergurau, siswi perempuan bergosip. Adalah suatu kebiasaan yang mutlak terjadi sebelum jam pelajaran dimulai. Waktu di mana mereka masih dapat bersantai sebelum harus berkonsentrasi penuh mengikuti pelajaran.
"Hei, apakah kalian tahu, Teuin sudah meninggal." Seorang siswi bercepol berkata antusias. Beberapa pasang mata teman-temannya membulat penuh nampak terkejut.
"Be-benarkah? Dia benar-benar sudah meninggal?"
"Tentu saja benar. Itulah yang aku katakan."
"Teuin sudah meninggal.." seseorang bergumam tidak sengaja di dengar oleh yang lainnya sehingga tidak memerlukan waktu lama untuk tersebar ke penjuru kelas. Mereka menggumamkan hal yang sama tentang Teuin yang telah meninggal. Berbagai reaksi mereka timbulkan dari kabar tersebut.
"Jadi itu sebabnya seorangpun tidak diperbolehkan untuk menemuinya."
"Ya tuhan! Dia memang tidak tampan tetapi tetap saja dia adalah teman kita.."
"Aku tidak percaya dia sungguhan sudah meninggal."
"Apakah masuk akal jika dia benar-benar meninggal?"
"Apa kepala skolah yang mengatakan itu?"
"Bodoh! Lalu sekolah kita akan tutup? Begitu?"
"Satu hidup sudah terbuang, aku iri dengan dia." Gadis berkepang kuda berkata. Ia mengambil cermin dan merapihkan poninya agar terlihat lebih rapih, tersenyum begitu manis pada bayangannya di cermin lalu melanjutkan, "Jadi aku tidak perlu memikirkan tentang bunuh diri atau semacamnya."
"Ya! Bagaimana bisa kau berkata seperti itu!" Temannya yang bercepol mendorongnya keras membuat gadis itu meringis, memegang bahunya dan mengerucutkan bibir hendak membalas, namun sebelum ia berhasil mengeluarkan kalimatnya, suara gersekan kursi yang cukup keras terdengar. Rupanya siswa aneh itu baru saja bangkit dari kursi. Memegang erat lembaran foto yang menjadi objek penelitiannya beberapa hari belakangan, berlalu meninggalkan kelas. Meninggalkan berpasang-pasang mata memandanginya.
.
"Hei Jimin-ah! Apa kau menyebutnya suatu hari?" Taehyung menghentikan pergerakan seluruh tubuhnya untuk melihat Jimin yang terengah. Keadaan sahabat karibnya begitu mengenaskan dengan keringat membanjiri seluruh tubuh.
"Ya baiklah, aku kalah." Masih terngah-engah Jimin menjawab.
"Cobalah untuk berlari secara rutin."
Taehyung melempar sebotol air mineral yang sigap ditangkap oleh tangan Jimin kecil Jimin.
"Dan cobalah hindari menonton hal-hal kotor di malam hari, huh."
Jimin terkekeh ringan setelah menegak air itu denngan rakus, lalu meninju main-main Taehyung yang hanya terkekeh melihat tingkah kawannya.
"Hei, ayolah man. Itu adalah kewajiban yang harus dilakukan setiap malam, kau tidak bisa─"
"Yaaa~ Taehyung oppa! Taaehyung oppa kami mencintaimu.."
Dua orang gadis tak jauh dari mereka berteriak keras sekali, memanggil-manggil Taehyung, berkata bahwa mereka mencintai Taehyung tanpa tahu malu. Mereka mengeluarkan ponsel untuk mengambil potret Taehyung, namun terhalang oleh Jimin yang malah melambai-lambai pada mereka sembari tersenyum.
"Ck pengganggu."
"Melambailah Taehyung. Buat gadis-gadis itu senang."
"Dan bertingkah idiot seperti yang kau lakukan? Aku pergi."
"Hei bodoh! Jangan menyesal jika mereka berpaling padaku ya!"
"Aku tidak peduli!"
Sadar bahwa Taehyung benar-benar pergi meninggalkannya, Jimin memutuskan untuk berhenti bertingkah idiot dan berniat menyusul Taehyung. Namun sebelum ia melakukan itu, Jimin mengusak poni basahnya ke belakang, otomatis membuat dahi yang selama ini ia lindungi tersingkap dan dilihat secara gratis oleh dua gadis yang sejak tadi meneriaki Taehyung. Selanjutnya ia melangkah mendekati para gadis dan dengan paksa mengambil ponsel salah satu gadis itu. Tidak paham dengan orang yang mereka ketahui adalah sobat karib idola mereka lakukan, para gadis hanya diam memperhatikan Jimin sibuk dengan ponsel.
"Hubungi aku oke. Aku park Jimin! Salam kenal!" Dan kemudian berlalu setelah mengembalikan ponsel dan memberi bonus wink pada para penggemar Taehyung tersebut.
"Huh? Apa-apaan dia?"
"Apakah dia sakit?"
.
.
Perpustakaan adalah tempat yang masih jarang dikunjungi oleh siswa meski di sekolah elit sekalipun. Hawa sepi dan damai masih menjadi ciri khas perpustakaan sekolah karena jarangnya aktivitas yang terjadi di dalam ruangan penuh buku itu. Memang tidak semua siswa enggan memasuki perpustakaan, beberapa dari mereka memiliki kebiasaan mengunjungi perpustaan setidaknya satu minggu sekali, ada pula yang ketagihan datang ke perpustakaan bukan untuk membaca atau meminjam buku-buku guna melengkapi bahan pengajaran. Melainkan hanya untuk bertemu dengan penjaga perpustakaan yang cantik dan menarik perhatian. Tidak heran bila suatu waktu kalian menemukan sekumpulan siswa berdiam diri di perpustakaan, jangan tertipu dengan buku yang mereka pegang karena nyatanya mata mereka hanyalah fokus mencari-cari di mana sang penjaga perpustakaan itu berada, bukan salah mereka juga untuk melakukan hal itu. Karena hei, siapa laki-laki yang tidak tertarik dengan sesosok perempuan cantik berpenampilan seksi yang suka berdiam diri di perpustakaan?
Yuri-ssaem namanya. Memegang sebilah pisau dengan elegan sambil mengupas satu buah apel merah. Rambut panjang bergelombang ia biarkan tergerai menghiasi parasnya yang cantik. Yuri-ssaem nampak sangat manis meski yang dia lakukan hanyalah mengupas sebuah apel. Siapa yang tidak jatuh hati dengan dia? Mungkin saja hanya Jeon Jungkook seorang.
Brak
Buku-buku tebal tergeletak di atas meja resepsionis. Menghentikan Yuri-ssaem yang tengah fokus mengupas apel untuk beralih pada pemuda yang baru saja meletakkan buku-buku berhalaman tebal itu di atas mejanya. Ia tersenyum manis begitu melihat sosok Jungkook lah yang menaruh buku-buku tersebut..
"Apa kau membaca semua itu, Jungkook-ah?" Jungkook masih menunduk, kemudian mengangguk menjawab.
"Kau pasti terjaga sampai larut malam untuk membaca semua ini." Yuri-ssaem bangkit dan memeriksa buku-buku itu lagi. Terlihat sesuai dengan apa yang Jungkook pinjam beberapa minggu lalu.
"Apa kau ingin meminjam yang lainnya?"
Jungkook diam, dia tidak berpikir untuk mencari buku yang lain. Atau mencoba mencari buku yang pernah Yuri-ssaem rekomendasikan kepadanya beberapa waktu lalu. Namun ada hal lain yang mengganjal di hatinya. Sesuatu yang ingin ia tanyakan kepada Yuri-ssaem.
"Menurutmu, siapa yang sudah membunuhnya, ssaem?"
Mengertukan alis. Yuri-ssaem sedikit memiringkan kepalanya, memastikan apa yang baru saja keluar dari mulut Jungkook.
"Teuin-ssi." Jungkook berkata lirh.
Yuri-ssaem menghela, begitu mengerti maksud pertanyaan dari anak pendiam di depannya ini, kemudian ia tersnyum dan lantas menjawabnya dengan gestur tenang layaknya seorang guru menjawab pertanyaan muridnya sendiri, "Kenapa kau berpikir seperti itu Jungkook-ah? Tentu tidak ada yang membunuh Teuin, lagipula kepala sekolah sudah berkata.."
"Kejahatan." Yuri-ssaem menghentikan kalimatnya ketika Jungkook memotong dengan suaranya yang terdengar begitu rendah. "Tukang jagal pun bisa menjadi tidak bersalah demi melindungi kedudukannya, dan seseorang yang tidak bersalah berjuang sendirian dengan kemungkinan melawan upaya kejahatan."
Yang lebih tua tersenyum, begitu ia menyadari sepenggal kalimat yang baru saja Jungkook katakan. Matanya menatap kepada milik Jungkook dengan serius. "Robespierre" katanya. Matanya melirik pada Jungkook kemudian beralih pada sesuatu di belakangnya. Yuri-ssaem mencoba memberitahu bahwa seseorang telah berdiri di belakangnya.
Adalah Jung Hoseok, siswa tampan yang terkenal dengan sifat humorisnya berdiri sambil mengangkat tangan. Membentuk jari-jari seperti ingin mencekik Jungkook dengan raut wajah dibuat seakan-akan ia adalah sesosok zombie. Hoseok menggeram, mencoba mengagetkan Jungkook yang nampak sama sekali tidak terkejut dengan kehadiran Hoseok di depannya.
"Mwo.. apa yang terjadi?" ia menghentikan aksinya yang total gagal sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal sama sekali. Mendadak perasaan malu hinggap membuatnya salah tingkah. Sosok di depannya sama sekali tidak terkejut. Padahal ia sudah melakukannya dangan totalitas penuh. Berusaha mengageti Jungkook.
"Kau cukup tangguh, Jeon Jungkook. Semua orang terkejut dan berteriak ketika mereka melihatku." Ia mendengus sebal, ketika usahanya gagal dan tidak mendapati raut berbeda Jungkook tunjukkan padanya.
"Kau baik-baik saja." Satu sosok perempuan di antara mereka berkata, bukannya ia merasa diabaikan. Hanya saja melihat muridnya nampak sekali terlihat kesal membuatnya ingin bertanya. Hoseok tersenyum lebar. Memberikan cengiran matahari kepada guru cantik itu. Tangannya bergerak-gerak melambai. Gesturenya mengatakan bahwa dia sungguh baik-baik saja.
"Apa yang terjadi?" Suara Jungkook sangat kecil dan lirih ketika ia berkata, meski begitu telihat Hoseok yang tajam masih dapat mendengarnya. Hoseok tahu siapa Jeon Jungkook dengan segala topik perbeincangan mengenai dirinya. Namun ia sama sekali tidak menyangk akan menyaksikan keanehan sosok itu secara langsung seperti ini.
Hoseok nampak ingin berkata sebelum Jungkook kemudain berlalu begitu saja. Sosok berkulit putih pucat itu tidak memberikan Hoseok sekedar untuk menjawab apa yang padahal ia tanyakan. Ada apa dengan anak itu? hatinya bertanya-tanya.
"Kau yakin baik-baik saja?" Yuri-ssaem berhasil mengalihkan fokus Hoseok yang masih terdiam, kemudian siswa laki-laki itu kembali tersenyum, kali ini bukan senyum matahari yang ia tunjukkan, melainkan senyum menawan yang dapat membuat siapa saja terdiam ketika melihatnya. Ia mendekat, bersandar pada meja yang menghalagi dirinya dengan sosok cantik itu. Netranya mencari-cari, "Apakah ada buku baru-ssaem?" Namun bukanlah jawaban yang Hoseok dapatkan, melainkan satu pertanyaan yang sama ia terima berulang. "Apa kau benar-benar baik-baik saja?"
.
.
"Kim Namjoon brengsek! Mesum sialan!"
Serapahan dengan suara melekik terdengar di tengah keramaian kelas pada waktu istirahat. Sang pemilik nama tertawa-tawa menunjukkan apa yang baru saja ia dapatkan dari ponsel pintarnya. Namjoon baru saja mengambil foto dari balik rok gadis yang berteriak itu. Siswa lain yang sedang berkumpul bersamanya tertawa terbahak-bahak setelah melihat apa yang baru saja Namjoon dapatkan di ponselnya. Segera mereka mengalihkan atensi pada sosok gadis yang wajahnya total merah padam; menatap pada Namjoon penuh amarah.
"Kemarikan ponsel itu! cepat!"
"Hey Jenie apa kau menggunakan celana dalam eomma mu? Huh."
Jenie tidak berhenti berusaha mengambil ponsel itu dari sosok Namjoon yang begitu menjulang, Namjoon sama sekali tidak memiliki hati dan masih terus mengejeknya. Teman-temannya tidak ada yang berusaha membantu, semua nampak tidak peduli dan malah menjadikannya tontonan seakan-akan itu adalah hal yang lucu.
"Ya! Kim Taehyung! lakukanlah sesuatu!"
Pasrah tidak bisa mendapatkan ponsel berisi foto memalukan itu dari Namjoon, Jenie mengadu pada sosok ketua kelas yang sedang sibuk mencatat sesuatu sebelumnya. Taehyung mendengar suaranya diteriaki pun menghentikan aktivitasnya dan menghela. Hal seperti ini selalu saja terjadi setiap harinya. Kim Namjoon, siapa lagi?
"Hapus itu Namjoon."
Taehyung telah sampai tepat di mana Namjoon duduk bersama teman-temannya. Menyuruh Namjoon untuk menghapus foto memalukan itu langsung tanpa basa-basi. Taehyung adalah ketua kelas, maka dia berhak menyuruh Namjoon untuk menghentikan masalah yang ditimbulkan oleh pemuda itu.
"Apa?" Alisnya mengernyit.
"Aku bilang hapus foto itu." Ulang Taehyung datar.
"Woa, apa yang kau katakan?" Ia menyentuh telinganya, menggaruk telinganya seakan-akan telinga itu gatal sehingga menyebabkan ia tidak mendengar apa yang Taehyung katakan. Namjoon mengulang pertanyaan itu kepada teman-temannya. Mengulang apa yang dia tanyakan sambil meggaruk-garuk telinga. Konyol, Namjoon berpura-bura tidak mendengar.
Lalu yang selanjutnya terjadi adalah kaki melayang tepat di dada. Taehyung menendangnya menyebabkan sosok bertubuh tinggi itu jatuh dari kursi. berpasang mata yang menyaksikan nampak terkejut, suara kursi terjatuh telah membangunkan seseorang yang sebelumnya menangkupkan wajah tertidur di atas meja. Segera saja keributan terjadi. Murid-murid langsung menghampiri kedua orang itu, Namjoon berada di bawah memegang dadanya yang baru saja ditendang oleh sosok ketua kelas.
"Kau pikir kau siapa hah?! Seenaknya mengatakan kepadaku apa yang harus aku lakukan?!" Masih memegangi dadanya yang terasa perih, sosok itu bangkit. Membentak sosok tidak lebih tinggi darinya sambil mengangkat kursi diarakah pada Taehyung yang sama sekali tidak bergeming. Seseorang yang sebelumnya tertidur sudah terjaga sepenuhnya. Memutar tubuh menyaksikan keributan yang kerap terjadi di dalam kelas. Ini sama sekali hal biasa.
Naas kembali Namjoon dapatkan, ketika ia mencoba mendorong kursi itu pada Taehyung yang dengan luwes menghindar. Menyebabkan dirinya sendiri yang justru tertarik pada beban yang diangkatnya. Ia kembali terjatuh, kursi terbanting terlepas, beruntung tidak mengenai sipapun. Kim Namjoon masih memegang dadanya yang terasa sakit ketika Taehyung kembali dan menghentikan pergerakan Namjoon untuk bangkit.
"Park-ssaem datang! Park-ssaem datang." Seseorang berteriak memasuki kelas, Taehyung mengangkat kakinya kembali dari tubuh Namjoon yang masih berada di lantai. Seosok guru bertubuh atletis datang sembari membawa tongkat baseball. Dia adalah Park-ssaem sang guru olahraga.
"Apa yang terjadi?" Suaranya yang berat bertanya dengan tegas, "Apa-apaan ini?" melihat Namjoon berada di atas lantai sembari memegang dadanya sembari mengaduh kesakitan dengan Taehyung berada tepat di depannya berdiri tegak.
"Apa kalian berkelahi?" tanyanya.
"Aku bertanya apa kalian telah berkelahi?!" suara bentakan menggema ketika ia tidak mendapati jawaban dari kedua orang itu. Taehyung bergeming, masih tidak menjawab.
Jungkook hanya memperhatikan ketegangan yang lagi-lagi terjadi di dalam kelasnya dengan raut datar. Taehyung sama sekali tidak bersuara ketika park-ssaem membawa mereka keluar dari kelas. Namjoon akan mendapat hukuman, dan itu artinya Taehyung juga akan mendapatkan hal yang sama. Kenapa Taehyung menjadi sangat emosi sampai lepas menendang Namjoon? Biasanya ia tidak melakukan itu. Jungkook berpikir.
.
Mereka berdua berada di dalam posisi push up ketika Park-ssaem membuka bungkus permen dengan beringas. Mereka berada di depan kelas di hadapan teman-teman. Park-ssaem memang terkenal dengan sifatnya yang tegas, disiplin dan galak. Air mukanya selalu serius bahkan cenderung keras menatap siapa saja. Park-ssaem adalah salah satu dari beberapa guru yang paling dihindari di sekolah. Sayang sekali Namjoon dan Taehyung harus menghadapii guru killer itu hari ini.
"Berdiri." Begitu suara rendah itu keluar, Taehyung beserta Namjoon segera berdiri. Merapihkan seragam bersama helaan napas terengah bersaut-sautan.
"Apakah tempat ini terlihat seperti arena tinju untukmu?" ia berkata kepada Taehyung─sepertinya. "Apakah tempat ini terlihat seperti arena k1 untuk berkelahi?" Suaranya semakin keras dari kalimat perkalimat yang terucap. Taehyung tidak menjawab, masih sibuk mengatur napas.
"Jawab aku! Apa kau tuli?" Taehyung baru saja akan menghindar saat Park-ssaem maju ke arahnya. Namun apa yang terjadi nyatanya orang itu sudah berada di depan Namjoon. Tangannya melingkari leher Namjoon sembari menjewer telinga pemuda berdimple itu keras-keras. Tidak dapat menahan rasa sakit, Namjoon berteriak kencang sekali di depan teman-temannya.
"Kalian akan mendapat hukuman untuk kelas. Taehyung akan bertugas membersihkan kelas selama satu minggu. Untuk Namjoon, karena aku sangat menyayangimu, maka kau akan menjadi pembersih kelas sampai akhir semester. Apa kalian menerima itu?"
"Tentu, ssaem." Tentu saja Taehyung tidak terlalu keberatan dengan hukumannya, tetapi siapapun bisa melihat Namjoon meringis kesal sambil menggumam kata sial berkali-kali dari mulutnya.
.
Taehyung memasuki kelas yang sudah sepi sepenuhnya. Ia membawa penghapus papan tulis dan sama sekali tidak terkejut tidak mendapati Namjoon di dalamnya. Namun tentu saja itu bukan Namjoon jika ia tidak menebar kebencian kepada Taehyung. Nyatanya Namjoon tetap membuat Taehyung menjadi harus bekerja sekali lagi menghapus papan tulis yang sebelumnya sudah ia bersihkan. Lihat apa yang dibuat oleh Namjoon di depan bersama dengan tulisan ceker ayam di atasnya membuat Taehyung menghela napas. Namjoon benar-benar kekanakan menggambar dua orang laki-laki tengah berciuman, ia menamai sosok yang lebih tinggi dengan tulisan Kim Taehyung di atas kepalanya dan Jeon Jungkook di atas kepala sosok yang lebih kecil. Namjoon sangat buruk dalam menggambar. Karena ia menggambar Jungkook seperti badut kelinci.
Taehyung tidak segera menghapus gambar jelek itu, entah kenapa ia malah jadi memperhatikan lebih lama sosok Jungkook yang digambar oleh Namjoon. Jungkook adalah siswa aneh yang sangat populer di sekolah mereka. Ia cukup terkejut mengetahui bahwa ternyata tidak hanya Taehyung yang menganggap Jeon Jungkook mirip kelinci. Karena meskipun Jungkook sangat pendiam dan tertutup, nyatanya ia tetaplah siswa laki-laki berperawakan imut dengan kulit putih nyaris pucat, jangan lupakan dua gigi depannya yang besar. Akan terlihat benar-benar manis jika ia tersenyum. Benar-benar lucu. Mirip kelinci.
.
.
.
TBC
A/N : this fancitiion is remake based on 4th period mysteri korean movie's! So if u interesting, please write a review and i'll update the next chapter soon!
Thanks
