MENENANGKAN
© Mashiro Io
Produce 101 Season 2 Fanfiction
Warning: sekali lagi, ini khayalan sesat
.
.
.
Rambut hitam kecoklatan bergoyang-goyang. Awalnya ia cuma mendengarkan musik musik hasil dari 35 Boys 5 Concepts. Ia terus memutar sebuah lagi, "Showtime" judulnya. Soalnya ada suaranya di sini. Ia terus memutarnya hingga pemiliknya menangkap adanya kesibukan di dekat pintu keluar. Mata coklat itu pun menatap dari balik kursi yang sedang didudukinya. Seseorang sedang berdiri membereskan jaketnya. Samuel menatap lagi; yang ditatap sedang bersiap menggunakan sepatu. Orang itu rapi sekali. Penasaran, iapun bertanya.
"Hyung mau ke mana?"
"Ah, mau keluar sebentar."
"Bersama Jinyoung-hyung?"
"Iya dong. Kamu mau ikut, Muel-ah?"
Samuel menggeleng. Dae Hwi dengan Jin Young memang dekat. Entah sejak kapan mereka jadi lengket bak perangko sama lem. Padahal sifat keduanya seperti kutub utara dan selatan. Satunya atraktif hiperaktif, yang satunya atraktif juga sih, tapi pasif dan agak-agak pemalu; awalnya.
Mungkin karena Dae Hwi-hyung?
Dae Hwi memang lovable, ke mana-mana dapet aja temen walau yang paling sering diajak memang Bae Jinyoung. Mungkin benar kata orang, sifat yang bertolak belakang itu justru yang mengalami tarik menarik. Duh, Samuel jadi ingat pelajaran magnet, itu dua kutub berbeda juga kan.
"Nitip sesuatu?"
"Nggak usah. Hati-hati."
"Oke"
Dae Hwi pun berlalu sembari melambaikan tangan.
Akhir-akhir ini Samuel merasa bahwa Dae Hwi agak menjauh. Nggak, nggak. Mereka memang teman dekat tapi sekarang rasanya jarang sekali mereka bersama. Lebih sering sama Jinyoung sih Dae Hwinya. Padahal dulu mereka sering bercanda bareng
Apa gara-gara aku gak masuk 11 besar lagi ya? Atau gara-gara aku nggak ngedengerin kata Dae Hwi-hyung?
Andaikan kamu tahu bahwa itu gara-gara taruhan yang disetujui sebelah pihak, Muel. Eh, lebih tepatnya sepertiganya deng. Kan Samuel nggak tahu.
Samuel merenung lagi. Ah, mereka memang lebih suka keluar malam. Kalau pagi kan waktu latihan, mana sempat keluar jalan-jalan.
Akan tetapi, malam ini Samuel benar-benar malas keluar. Selain karena dia sudah sempat keluar tadi pagi bersama anak-anak showtime dan berakhir dikerubungi fans-fansnya (siapa sangka banyak yang mengenalinya). Ah, jadi ingat, harusnya sekarang dia mengecek situs Ma-boy, siapa tahu dia dapat hadiah lagi besok pagi.
Baru beberapa detik setelah ia membuka ponsel, seseorang masuk ke ruangannya.
"Buka apa?"
"Oh, hyung. Ma-boy, aku belum lihat aku berada di stage berapa."
"Kau lolos stage empat."
Samuel melotot kaget.
"Benarkah?"
"Cek saja. Barusan aku mengeceknya."
"Hyung juga?"
Jihoon tersenyum.
"Waah."
"Katanya hadiahnya besok datang."
"Boneka beruang?"
"Itu sudah kemarin."
"Masker wajah?"
"Jangan bercanda! Kau samakan hadiah kita dengan hadiah trainee lainnya?"
"Hyung jadi sombong sekarang."
"Yang barusan berbicara bahkan tidak masuk 11 besar."
"Oh, hyung."
"Hahaha, bercanda. Lagipula untuk apa memikirkan jenis hadiah, toh besok juga kita akan tahu."
"Benar juga."
Samuel berpikir lagi. Fans-fans di Korea selalu memberi kejutan jadi menebak pun agak percuma.
"Kau tidak keluar?"
"Hyung mau?"
"Nggak. Nanti ada yang protes dengan outfitku lagi."
"Bukannya hyung selalu pede dengan outfit hyung?"
"Tadinya kukira semuanya akan mengerti. Eh, kalian malah berpikir kalau itu aneh."
"Nggak kok. Menurutku style hyung selalu bagus."
"Kau tidak sedang memujiku kan?"
"Aku memang memuji hyung."
Jihoon memalingkan wajahnya. Ada semburat merah yang muncul, tipis tapi.
"Ngomong-ngomong, ngapain hyung di sini?"
"Begitukah caramu berbicara pada hyung? Mana sopan santunmu?"
Samuel mendesah. Hyungnya ini masih belum cukup juga untuk mengerjainya.
"Hyung, aku ngambek lagi lo."
"Hahaha."
Jihoon tertawa pelan. Bagi Jihoon, lucu sekali bisa mengerjai Samuel. Dia jadi ingat sewaktu masih di Get Ugly team, ide dadakan untuk membuat prank pada Samuel yang masih polos tapi ceplas ceplos itu ternyata meninggalkan kesan horor bagi Samuel. Ya iyalah, Jihoon yang terkenal dengan murah senyum dan baik hatinya tiba-tiba membentaknya karena berkata tidak sopan pada Ong Seung Woo padahal biasanya juga Seung Woo tidak pernah keberatan, kok.
Sebenarnya ada satu orang lagi yang merasa horor dengan kamar Get Ugly team saat itu. Jadi, kamu tidak sendirian, Samuel.
"Jadi, dalam rangka apa hyung ke tempat ini?"
"Aku geli mendengarnya."
"Hyung."
"Memastikan sesuatu."
"Hah?"
"Kau tidak kapok mengambil center lagi?"
Samuel nyengir.
"Aku lebih kaget dengan hyung yang merelakan posisi center ke Minki-hyung."
"Sudah kubilang, voting-ku tidak akan turun selama aku memberikan yang terbaik bagi tim."
"Aku juga."
"Oh?"
"Aku memang mengajukan diri. Tapi hyung tahu sendiri Taehyun-hyung itu gimana…"
"Nggak tahu. Aku nggak pernah setim."
"Setidaknya pernah denger kan?"
Jeda sedetik.
"Taehyun-hyung memutuskannya dengan voting ekspresi. Lalu mereka memilihku. Aku saja kaget. Padahal menurutku Jisung-hyung lebih bagus."
"Kau merendah lagi."
"Memang benar kok. Awalnya aku bahkan berpikir Taehyun-hyung akan mengambil posisi center juga."
"Dia bukan orang yang seegois itu."
Samuel mengangguk.
"Walaupun memang bagus kalau Taehyun-hyung yang jadi center."
"Hyung merendahkanku."
"Tapi, secara konsep, kamu memang cocok kok. Aura pemuda yang ingin bersenang-senang."
"Oh Little Girl juga punya aura itu."
"Kau mau bilang hyung cocok dengan lagu itu?"
Samuel kembali mengangguk.
"Berarti fans memang pintar dalam memilih."
Jihoon bersiap berbalik.
"Hyung mau ke mana?"
"Kembali ke kamarku, ke mana lagi?"
"Cuma bertanya beberapa hal dan langsung pergi?"
"Karena aku sudah dapat jawabannya, apa lagi?"
"Memastikan sesuatu itu?"
Jihoon kembali tersenyum. Ditepuknya kepala Samuel pelan.
"Nggak jadi."
Jihoon melangkah pergi dengan senyuman yang semakin lebar.
Anak itu sudah jadi lebih kuat.
.
.
Keesokan harinya,
"Oh."
"Oh My God."
Keduanya mengerjap kaget. Jihoon dan Samuel sama-sama kaget.
"Pink?"
Ya, keduanya kaget karena parcel yang baru saja datang itu membawa outfit pink yang ditujukan pada mereka berdua.
"K-fans benar-benar gila."
"Aku punya banyak pakaian pink sekarang."
Jihoon menoleh. Ditatapnya Samuel yang mencoba mencocokkan size pakaian dengan dirinya.
"Cocok, kok."
"Ah, hyung juga berpikir begitu? Kemarin banyak fans yang memberikanku julukan baru."
"Oh ya? Apa?"
"Pink me."
Jihoon mengangguk mengerti. Samuel yang dari awal sudah kelas A pasti memiliki pakaian pink yang cukup banyak. Belum lagi seingatnya saat Pick Me di Mcountdown ia juga menggunakan outfit pink. Beda dengannya yang berganti dari kuning ke oranye. Dua warna yang menyilaukan mata tetapi ia suka. Ingat dengan jaket saus oranye kan?
"Mau langsung pakai?"
"Hyung juga?"
"Yap."
"Oke."
Mereka pun mengganti pakaian dengan tenang. Kemudian melakukan sedikit latihan dengan lagu Pink Me! Ahaha, sebenarnya itu gara-gara Samuel yang semangat menarikan Pick Me dan Seongwoon dengan self-camera nya.
"Hyung."
"Apa?"
"Aku mau buat self cam."
"Kau belum?"
"Belum sempat."
"Terlalu fokus pada latihan juga tidak baik, Muel-ah."
Samuel hanya tersenyum dan kemudian mengutak atik kameranya, saatnya self-camera relay. Sambil berjalan mereka berdua pun menyapa fans yang siapa tahu sedang menonton mereka.
"Hari ini kami menggunakan pakaian couple."
Ups. Samuel menutup mulutnya setelah beberapa saat tertawa malu. Kalimat dari Jihoon terasa ambigu.
Jihoon juga tertawa sesaat, agak malu-malu. Baru sadar dengan apa yang barusan dikatakan.
Bukankah itu terdengar seperti aku memproklamirkan hubungan kami secara resmi?
"Oh, Park!"
Suara Samuel membangunkan kefokusan Jihoon yang tadi sempat melantur ke mana. Seolah ada telepati, mereka pun memutuskan menggoda Park Woo Jin, si Woo Jin besar.
"Sumpah, kalian ngapain sih?"
Woo Jin tidak habis pikir. Dia mengerti kalau mereka berdua agak-agak miring sejak satu tim di Get Ugly Team (ini miring makna konotasi ya) tapi ya gak usah kaya begini juga. Pamer banget sih. Dia kan pengen dapet baju couple juga. Eh, salah deng.
Woo Jin pun bisa bernapas lega karena mereka cuma mewawancarainya sebentar. Dia kan agak gagap (waktu rap adalah pengecualian).
Mereka berduapun berlalu, menyapa para trainee yang sempat dilewati hingga akhirnya mendadak Jihoon berlari dari Samuel.
"Oh, hyung?"
Samuel bingung. Tentu saja. Karena bingung, Samuel pun mengejar Jihoon. Self-camera Samuel pun menjadi acara petak umpet, eh, kalau petak umpet kan nggak perlu dikejar juga orangnya. Jadi, self-camera Samuel pun menjadi acara running man 101.
"Hyung!"
Jihoon terpojok; nggak juga sih. Ruang latihan cukup luas untuk menghindari kamera Samuel.
"Karena sudah sampai sejauh ini, akan kutunjukkan."
Samuel loading. Refleks ia menyanyikan lagu Nayana sambil terengah-engah, efek habis lari naik tangga tujuh kali. Belum juga selesai reff, Jihoon langsung meluncur pergi. Berlari lagi.
"Hyung!"
Stamina Jihoon-hyung ternyata kuat sekali.
Samuel mengejar lagi. Tapi, kali ini tak sampai karena dia langsung ambruk.
Sadar tak ada yang mengejarnya, Jihoon berhenti.
"Serius dia tidak bisa mengejarku?"
Jihoon bertanya pada dirinya sendiri sebelum ketukan sepatu tertangkap di telinganya.
"Mengetes Samuel ada batasnya lho, Jihoon."
Jihoon menolehkan kepalanya. Ada Park Woojin yang berdiri angkuh di sana.
"Kau harusnya menunjukkan keseriusanmu. Jangan bermain-main!"
Jihoon menghela napas. Mengerti topik apa yang barusan dibawa pemilik mata sipit gigi gingsul itu.
"Lebih baik begini. Lagipula Samuel baru-baru ini nyaman denganku."
"Samuel itu dekat dengan semua orang lho."
"Aku tahu."
"Terserahmu sajalah."
Park Woojin berlalu, meninggalkan Jihoon yang sejenak terpekur sebelum kembali sumringah melihat Samuel yang datang untuknya.
.
.
"Hyung."
Jihoon sedang beristirahat sejenak. Tentu saja, pengumuman peringkat bukanlah hal yang tidak melelahkan. Badan boleh seger tapi hati dan pikiran tidak, bro. Siapa yang tidak dag-dig-dug meskipun ia tahu ia takkan keluar dari top 11.
"Kenapa? Kok cemberut?"
Samuel yang datang tergopoh-gopoh mengerutkan kedua alisnya. Bingung mau berekspresi seperti apa.
"Oh, hyung lupa. Selamat sudah masuk top 5."
Samuel menjabat tangan Jihoon-
"Bukan begitu hyung."
-dan langsung dihempaskannya begitu tahu bukan itu topiknya.
"Kamu tidak senang sudah masuk top 11 lagi?"
Samuel lagi-lagi menunjukkan ekspresi yang gado-gado. Iya sih dia seneng, banget malah. Hello, dia naik dari peringkat 16 sebelumnya. Naik 11 peringkat itu sesuatu.
"Bukan begitu."
"Kamu nggak seneng karena Taehyun hyungmu itu dieliminasi."
"Itu sudah pasti-"
Jihoon cemburu mendengarnya.
"-tapi bukan itu."
"Oh, kamu nggak seneng karena aku naik satu peringkat."
"Hyung, aku akan jauh lebih senang kalau akulah yang mengalahkan hyung di final nanti."
"Lalu?"
"Hyung peringkat dua kan?"
Oh, rasanya Jihoon sudah bisa menebak apa yang dipikirkan oleh salah satu dongsaeng kesayangan yang dicintainya ini.
"Iya. Lalu?"
"Hyung dengar the cursed of rank 2?"
"Kamu terlalu menghayati komentar fans."
"Tapi itu benar hyung. Pertama Moonbok hyung yang minggu pertama peringkat 2 lalu turun drastis ke minggu minggu berikutnya, lalu aku yang tahap eliminasi pertama peringkat 2 lalu turun ke peringkat 16 di eliminasi kedua. Sekarang bahkan Guanlin juga mengalami yang lebih tragis dari peringkat 2 ke peringkat 20, nyaris tereliminasi…"
"Dan kau mau bilang kalau aku akan mengalami penurunan peringkat yang drastis karena barusan peringkat 2?"
Samuel mengangguk. Jihoon terkekeh lalu kembali menepuk kepala yang lebih muda.
"Tenang saja."
"Mana bisa tenang?"
"Muel-ie, hyung sudah pernah bilang kan? Fans hyung adalah fans yang loyal dengan hyung jadi mereka akan selalu menjadikan hyung sebagai kandidat no 1. Hyung akan tetap berada di top 3 apapun yang terjadi."
"Tapi, Guanlin juga…"
"Siapa bilang? Perubahan sistem vote sudah membuktikan bahwa Guanlin adalah pilihan kesekian semua orang, bukan yang pertama."
"Tapi,..."
"Dengarkan hyung!"
Jihoon mengambil napas.
"Meskipun kutukan itu ada, hyung yang akan menghancurkannya. Jadi, percayalah pada hyung, oke?"
Samuel terhenyak. Menatap mata Jihoon serasa membawanya ke dalam ketenangan sebelum badai. Begitu tenang hingga membuat kegelisahan Samuel lenyap. Jihoon serius tentang hal itu dan tidak mungkin membiarkan Samuel berpikir yang tidak-tidak di saat semua trainee yang tersisa sedang memikirkan nasib mereka masing-masing.
"Jadi, ada apa lagi?"
"Tidak tidak. Aku senang hyung baik-baik saja dan…"
Jihoon menunggu.
"Umm… aku mau istirahat dulu."
Samuel canggung, lalu bersiap melangkah pergi.
"Tidakkah kau melupakan sesuatu?"
Nyali Samuel menciut. Ada butir peluh yang muncul di dahinya.
Jangan lagi!.
"Ciuman selamat…"
Belum selesai berbicara, Samuel langsung meluncur sebelum sedetik kemudian menoleh dan melayangkan sebuah kiss bye.
Jihoon tertawa. Ya, pelan-pelan saja.
.
.
.
Author's note:
Ini fic udah sehari yang lalu kepikiran di otak tapi karena mager jadi sekarang baru terlaksana.
Oke, maafin saya yang lagi-lagi menyeret kalian ke kisah tak masuk akal antara Samuel dan Jihoon. Personally, saya merasa Jihoon ngasih aura kalem kalem manly (lihat otot lengannya pas ngasih Samuel prank). Samuel juga manly sih, tapi karena masih kecil (masih terbayang penampilan Samuel di 17TV yang sumpah imut banget) jadi saya buat karakternya agak begini-begini (jadi ga jelas siapa atas siapa bawah).
Oke, saya tahu banyak yang lebih suka Samhoon ketimbang ini apa ya (Jimuel?), jangan dibandingin lagi sama Deepwink dan Samhwi (ini mah banyak banget) tapi sampai Produce 101 Season 2 tamat (minggu depan) kayaknya saya tetep buat fic dengan pair ini (atas bawah terserah reader berhubung pikiran saya belum siap membuat cerita sejauh itu :D)
Terima kasih buat Produce 101 Season 2 yang udah bikin saya gagal buat laporan praktek (padahal udah ditagih atasan).
Dan makasih banget buat yang udah review, ngefavs, sama ngefollow fic-fic saya yang kemarin termasuk juga fic ini. Maafin nggak bisa dibales satu-satu.
Salam,
Mashiro Io
