"Aku sedang suka seseorang nih." seruku memberanikan diriku untuk bercerita tentang diriku yang sedang suka seseorang kepada sahabatku.
"Yang benar?" mendengar kata-kataku, tentu saja para sahabatku akan terkejut. Jelas saja, selama ini aku tidak pernah menunjukkan gerak-gerik bahwa aku menyukai seseorang.
Kecuali salah satu sahabatku, dia hanya ber-oh-ria dengan tampang cool-nya itu. Sedikit jengkel juga melihatnya, tapi memang sudah dari sana sifatnya berasal. Kuperhatikan orang yang kusukai dan kembali menatap sahabatku.
"Tapi aku bingung bagaimana cara mendekatinya." seruku. Jujur saja, walaupun aku seperti ini, pengalamanku dengan perempuan itu nol. Selama tujuh belas tahun aku hidup di dunia, aku tidak pernah merasakan hal ini, apalagi memiliki seorang kekasih.
Jadi jika diibaratkan, mungkin dia adalah cinta pertamaku. Seseorang yang mampu menggerakkan hatiku dan membuatku merasakan perasaan seperti ini. Baru kali ini dalam hidupku aku selalu memikirkan seorang gadis. Gadis yang membuatku tertarik dan aku juga penasaran akan sifatnya.
"Kira-kira apa yang harus kulakukan ya? Aku suka dia, tapi kami tidak akrab." ucapku kembali kepada sahabatku. Aku benar-benar bingung. Diusiaku yang sudah cukup dikatakan dewasa, mendekati gadis yang kusukai saja aku bingung. Apakah aku terlalu polos sehingga hal yang semudah itu tidak dapat kumengerti?
Terkadang, setiap malam aku memikirkan. Besok aku harus dapat mengobrol dengannya walaupun hanya beberapa kata. Tapi yang ada, kesempatan itu sama sekali tidak pernah datang menghampiriku. Kemudian, berakhirlah hubungan yang seperti ini, dia menganggapku hanya sebagai orang yang sekelas dengannya.
"Tunggu, siapa yang kau sukai sih? Baru pertama kali kulihat kau seperti ini karena seorang gadis." Kiba, salah satu sahabatku tentu penasaran dengan siapa gadis yang kusuka. Tapi kalau kukatakan, kira-kira reaksi mereka apa ya? Apakah setiap dia lewat, mereka akan mengolokku?
"Rahasia." jawabku singkat. Aku suka dia, tapi aku tidak ingin diolok oleh sahabatku. Jika seperti itu, bisa-bisa gadis itu akan menatapku aneh.
"Yah.. Payah kau nih." aku tidak peduli mereka mau menganggapku pengecut atau tidak berani, tapi aku hanya ingin menyimpan perasaan ini sendiri. Biarlah kusimpan perasaan ini, untuk gadis yang selalu menutup dirinya seperti itu.
"Hei, aku masih bingung bagaimana supaya dia jadi suka aku nih. Apa yang harus kulakukan?" aku kembali bertanya. Mereka ini sahabat atau musuhku? Sama sekali tidak memberi saran yang baik supaya aku dapat dekat dengannya.
"Kenapa harus bingung?" melihat teme, aku tebingung-bingung. Kenapa dia berkata seolah dia tahu segalanya tentang cara memperlakukan perempuan dengan baik? Itu membuatku kesal karena sepertinya dia meremehkanku.
"Lalu, apa yang harus kulakukan?" dengan kesal aku bertanya padanya. Kalau dia berkata begitu, seharusnya dia punya solusi akan masalahku yang sekarang! Jangan banyak berbicara, dia harus membuktikan bahwa apa yang dia katakan akan ada hasilnya.
"Buat dia nyaman berada dekat denganmu."
"Hah?" tu.. Tunggu! Aku sama sekali tidak mengerti maksud darinya. Membuatnya nyaman?
"Intinya. Buat dia nyaman, atau bahasa bebasnya betah berada disisimu, maka rasa suka itu akan tumbuh. Rasa suka itu berawal dari perasaan nyaman berada dekat dengan seseorang." oh jadi begitu ya.. Membuatnya nyaman berada dekat denganku. Jadi.. Cara pertama yang harus kulakukan untuk membuat dia menyukaiku adalah membuatnya nyaman berada dekat denganku. Dengan begitu.. Apakah perasaanku akan tersampaikan padanya?
"Jadi.. Setelah dia sudah merasa nyaman dekat denganmu, arahkan saja jalannya supaya ia menyukaimu." kembali aku menyerap informasi yang sepertinya patut kucoba. Akan kucoba karena perasaan ini benar-benar perasaan nyata yang serius dan tidak main-main.
"Aku mengerti." jawabku. Langkah awal yang telah kuambil, akan kujalankan dengan baik supaya aku tidak menyesal karena telah mengambil tindakan ini.
"Baguslah jika kau sudah mengerti.. Dobe."
One Step
Make You Love Me
Disclaimer : Naruto © Masashi Kishimoto-sensei
Genre : Romance
Pairing : Naruto Uzumaki & Hinata Hyuuga
Rated : Teen
Warning : Silahkan mencarinya dan kirimkan lewat review apa saja kesalahan dalam ff ini~ Kalau soal OOC, aku tidak dapat menghindarinya.. Gomenasai..
::
::
"Jadi.. Kau tidak mau memberitahukannya pada mereka. Kalau ke aku gimana?" melihat teme yang sedang mengunyah makanannya, aku berpikir sejenak. Kalau ke dia, mungkin aku dapat mengatakannya. Secara, dialah orang yang telah memberikanku saran walaupun saran itu belum kujalankan sekarang. Aku masih mencari waktu yang tepat untuk melakukan hal itu.
"Hinata." jawabku singkat. Aku benar-benar malu untuk menyebutkan satu nama itu. Apalagi untuk mengakui hal itu, aku butuh keberanian yang lebih banyak lagi.
"Hoo dia. Apa yang kau suka dari orang sepertinya?" apa yang kusuka? Aku berpikir sejenak, tapi aku tidak tahu kenapa aku bisa suka dia. Wajahnya? Tubuhnya? Kepintarannya? Sifatnya? Apa yang kusuka? Kenapa aku tidak tahu kenapa aku bisa menyukainya?
"Aku tidak tahu. Aku hanya penasaran dengan sifatnya. Lalu, tanpa kusadari, ternyata aku sudah menyukainya." bagaimana ini.. Aku benar-benar bingung. Aku pernah mendengar, tidak ada alasan untuk menyukai seseorang. Jadi, seperti inikah rasanya menyukai seseorang tanpa alasan?
"Hoo bagus. Kalau seperti itu, itu baru namanya cinta yang sesungguhnya." mendengar hal itu, itu malah tambah membuatku malu. Ingin sekali rasanya menghindari topik pembicaraan seperti ini. Hatiku tidak sanggup mengatakan lebih banyak lagi mengenai Hinata.
"Begitu ya.. Cinta yang sesungguhnya. Tapi aku baru bilang aku menyukainya 'kan?" seruku. Aku tidak pernah mengatakan bahwa aku mencintainya, aku hanya mengatakan bahwa aku menyukainya saja. Itu saja kok.
"Begini.. Setelah ada rasa penasaran, kemudian tertarik, lalu tanpa disadari menjadi suka. Lalu.. Langkah selanjutnya?" langkah selanjutnya setelah rasa suka tumbuh. Jelas-jelas aku mengetahui jawabannya.
"Tentu saja cinta." jawabku. Perasaan yang lebih besar dari pada perasaan sayang. Perasaan dimana tertarik akan lawan jenis dan kita cukup merasa bahagia hanya dengan dapat melihat senyumnya ataupun berada dekat dengan sisinya. Aku tahu itu..
"Ya 'kan? Jadi lebih baik kau harus segera jalankan cara pertama yang kukatakan belum lama ini." iya, aku mengerti. Aku akan berusaha menjalankan misi ini. Ini juga demi perasaanku, jadi aku tidak akan menyerah begitu saja.
"Oh ya, satu hal yang harus kau ketahui." satu hal yang harus kuketahui? Aku menatap teme dengan tatapan bingung. Saran apa lagi yang mau dia berikan padaku?
"Yang kudengar, katanya dia tidak suka dengan laki-laki." shock, mendengar hal itu aku langsung kaku di tempat. Tidak suka laki-laki itu maksudnya..
"Dia suka dengan perempuan?" kata-kata itu langsung saja terucap dimulutku. Keringat dingin pun kurasakan, kalau benar seperti itu.. Belum menyatakan perasaanku, aku sudah harus menyerah duluan.
"Bukan seperti itu.. Kalau suka dengan laki-laki sudah pasti.. Tapi dia memiliki ketakutan tersendiri pada laki-laki, alasan tepatnya tidak ada yang tahu." ketakutan? Ketakutan yang seperti apa? Pernah berbicara dengannya, tapi ia tidak menunjukkan ekspresi ketakutan. Apakah dalam kehidupannya, ia pernah mengalami sesuatu yang membuatnya takut kepada laki-laki?
"Tapi aku pernah berbicara dengannya dan dia tidak menunjukkan ekspresi ketakutan." seruku.
"Nah makanya tidak ada yang tahu alasan tepatnya. Atau lebih tepatnya, tidak dapat dijelaskan dengan kata-kata karena hanya dia yang tahu kenapa dia begitu." jawaban dari teme membuatku menyadari satu hal. Mungkin membuatnya nyaman berada dekat denganku akan menjadi rintangan yang sulit.. Jadi.. Aku akan berjuang lebih keras lagi.
::
::
"Dimulai dengan cara pertama, bantu dia membawakan buku anak-anak ke ruang guru. Kau tidak mungkin membiarkan gadis yang kau sukai membawa buku sebanyak itu sendirian 'kan?"
Baiklah, aku mengerti. Akan kulakukan karena kebetulan hari ini dia yang tugas piket jadinya dia harus mengumpulkan buku anak-anak ke ruang guru. Disaat dia keluar, aku pun ikut keluar dari kelas.
"Hinata." sapaku.
"Eh.. Aa.. Iya?" serunya kebingungan karena tiba-tiba aku memanggilnya. Dari sini, tidak terlihat ekspresi ketakutan. Coba kulihat lagi nanti..
"Boleh kubantu?" tanyaku. Sesuai yang dikatakan oleh teme, aku harus melakukan hal ini.
"Tapi ini pekerjaanku." jawabnya.
"Begitu ya." seruku. Lalu.. Kalau dia tidak mau, apa yang harus kulakukan? Aduh.. Aku bingung.
Getaran dari ponsel menyadarkanku akan lamunanku. Aku pun membukanya dan ternyata ada sms masuk dari teme yang mengatakan kalau dia tidak mau, tunjukkan kegentleanmu sebagai laki-laki dengan menggunakan kekuatan.
Maksudnya apa ya..? Oh.. Mungkin saja maksudnya seperti ini..
"Hinata." aku pun memanggilnya sekali lagi sehingga ia kembali menengok padaku.
"Ada apa?" tanyanya.
"Em.. Begini. Aku ini laki-laki lho!" seruku dengan semangat.
"Aa.. Iya..?" sepertinya dia kebingungan dengan apa yang kukatakan. Apa kuperjelas saja ya?
"Hak spesial yang didapatkan seorang laki-laki adalah tenaga yang lebih besar dari perempuan. Jadi, aku tidak mungkin membiarkanmu sendiri yang membawanya. Lalu.. Boleh kubantu?" apakah aku sudah mengatakan hal yang benar? Aku melihatnya dan sepertinya ia masih bingung. Aduh.. Apalagi yang harus kukatakan kepadanya?
"Tapi.. Ini pekerjaanku." lagi-lagi dia berkata seperti itu. Hinata memang orang yang selalu mengerjakan tugasnya dengan benar, makanya aku menyukainya. Oh, tapi bukankah seharusnya aku tidak tahu kenapa aku menyukainya?
"Sudahlah, kalau begitu, aku bawakan setengahnya ya..?" tanpa persetujuan, aku pun langsung mengambil separuh dari buku yang berada ditangannya. Dengan begini, aku sudah sedikit membuatnya nyaman berada dekat denganku 'kan?
"Eh.. Tapi.."
Lagi-lagi ada kata-kata seperti itu. "Sudahlah, tenang saja. Kamu tidak merepotkanku kok." aku tersenyum lebar dan segera berjalan meninggalkannya. Mungkin, dari dulu seharusnya aku melakukan hal ini supaya aku bisa membuatnya menyukaiku lebih cepat.
Selesai mengantarkan buku ke ruang guru, Hinata mengucapkan terima kasih padaku. Hanya dengan kata-katanya saja, rasanya hatiku menjadi senang.
"Maaf merepotkan." aku menggelengkan kepalaku dengan cepat. Tidak merepotkan sama sekali! Untuk gadis yang kusukai, hal seperti itu tentu tidak merepotkan!
"Tidak merepotkan kok. 'Kan sudah kukatakan sebelumnya, aku sebagai seorang laki-laki memiliki hak spesial." seruku.
"Begitu ya.." aku menganggukkan kepalaku menanggapi responnya.
"Ya.. Begitulah." disaat begini, aku malah bingung mau bertindak apa setelahnya. Apa dia takut denganku ya? Mungkin saja ia berpura-pura tidak takut padahal dalam hatinya ia merasakan ketakutan yang tidak ditunjukkan.
"Kalau begitu.. Terima kasih." senyum, dia tersenyum kemudian berjalan pergi meninggalkanku yang sudah kaku ditempat. Ah.. Aku pun terduduk di lantai, memegang kepalaku dan kembali membayangkan senyumannya. Kenapa dikala aku menyukai seseorang, hanya dengan melihat senyumnya saja aku merasakan kebahagiaan ini..?
Kami-sama, izinkan sekali saja. Biarlah dia nyaman berada dekat denganku. Karena perasaan ini.. Sudah tidak dapat kubendung lagi.
::
::
"Um.. Hinata, bolehkah kita pulang bersama?" setelah mendepatkan saran kembali dari teme, aku pun memberanikan diri untuk mengajaknya pulang bersama.
"Aa.. Tidak usah, tidak usah." serunya menggelengkan kepalanya. Terlihat dimataku bahwa disana ia mulai merasakan kekhawatiran. Apa ini ketakutan yang tidak dapat dijelaskan itu? Tapi, aku bukanlah laki-laki yang harus ditakuti.
"Um.. Aku tidak akan macam-macam kok." seruku cepat kepada Hinata. Sayang 'kan kalau usahaku mengajaknya pulang bersama gagal? "Beneran deh." lanjutku dan menjulurkan tangan dua jariku. Benar, aku tidak akan berbuat macam-macam. Aku hanya ingin sekali saja berjalan berdampingan dengannya.
"Ka.. Kalau begitu baiklah. Tapi.. Kenapa hari ini Naruto-kun banyak sekali berbicara denganku?" kenapa aku banyak berbicara denganmu? Ya itulah awal sebelum kau nyaman berada dekat denganku Hinata! Kalau aku tidak berbicara denganmu, bagaimana kau tahu akan perasaanku padamu?
"Karena aku mau." aku pun menjawabnya dengan jujur. Karena maulah makanya aku berada di dekatmu. Kalau aku tidak mau, sudah pasti aku tidak akan berbicara denganmu.
"Karena mau..?" aku melihatnya bingung. Apa kata-kataku kurang dimengerti?
"Tidak ada alasan bukan, seseorang berbicara dengan seseorang lainnya?" seruku. Setiap orang berhak berbicara dengan siapapun, termaksud diriku yang boleh berbincang denganmu kapanpun aku mau.
"Begitu ya.." kembali ia menyetujui kata-kataku. Atau lebih tepatnya, ia baru mengerti maksud dari kata-kataku.
"Lalu.. Apakah boleh pulang bersama?" tanyaku kembali. Kalau tidak diberikan jawaban, aku pasti akan terus memberikan pertanyaan yang sama.
"Kalau begitu.. Baiklah." jawaban darinya membuatku kembali bersemangat. Ia pun bangkit dari duduknya dan berjalan keluar kelas, aku pun mengikutinya dari belakang karena ada istilah ladies first~
Sebelum keluar kelas, aku mengarahkan jari peace-ku kepada Sasuke dan juga beberapa sahabatku yang ada disana. Dan tanpa kusadari, itu malah menyadarkan mereka akan siapa gadis yang kusukai. Tapi ya sudahlah, mereka pasti tidak seburuk yang kukatakan.
"Ja.. Jadi, yang disukai Naruto itu Hinata?"
"Ya begitulah."
"Tak kusangka."
"Ya sudahlah, biarkan dia berjuang."
::
::
"Terima kasih untuk hari ini." menundukkan kepalanya, ia mengucapkan salam perpisahan padaku. Sayang sekali rasanya harus berpisah dengannya sekarang, padahal aku ingin bersama dengannya lebih lama lagi.
"Oh iya, apa aku boleh bertanya?" saat tadi di perjalanan, aku memikirkan bahwa aku akan menanyakan satu hal. Aku harus memastikan hal tersebut karena aku penasaran.
"Apa itu..?" tanyanya.
Aku pun meneguk ludahku, akan kutanyakan dengan pasti. "Apa kau terganggu dengan keberadaanku?" satu hal yang dapat kupastikan, dengan menanyakan hal ini, maka inti pertanyaannya akan sama dengan apakah dia merasa nyaman berada dekat denganku atau tidak.
"Tidak. Aku tidak merasa tergangguk kok." jawabnya. Syukurlah, rasanya aku tenang mendengar jawabannya.
"Lalu, aku pernah dengar kau takut kepada laki-laki, apa alasannya?" tanyaku sekali lagi. Mungkin pertanyaanku ini akan membuatnya merasa tidak enak, tapi aku harus memastikan hal ini.
"Tidak dapat dijelaskan. Anak-anak juga berkata begitu 'kan?" serunya. Benar juga ya, teme juga berkata alasannya tidak dapat dijelaskan. Tapi aneh juga karena dia bisa menjawab pertanyaan itu dengan tenang.
"Maaf atas pertanyaanku yang aneh. Tapi, apa kau merasa nyaman denganku?" satu cara dimana membuat dia menyukaiku adalah membuatnya nyaman terlebih dahulu bersama denganku. Aku bukanlah orang yang malu untuk menanyakan apa yang ingin kutanyakan, aku adalah orang yang selalu berani mengungkapkan apa yang ada dipikiranku. Jadi.. Seharusnya aku tidak malu untuk menanyakan hal ini.
"Apakah ada perasaan takut padaku?" tanyaku sekali lagi. Menunggu jawaban darinya, jantungku berdetak dengan kencang. Jawaban darinya adalah kunci dimana apakah aku dapat melanjutkan ke langkah berikutnya atau aku hanya akan berhenti di langkah ini.
"Kalau dilihat dari manapun," menatapnya serius, aku menanti kelanjutan kata-katanya. "seharusnya aku tidak akan merasa takut denganmu." tersenyum singkat, ia pun memasuki rumahnya. Aku yang ditinggalkan sendirian di depan rumahnya saat itu membuat hatiku berbunga-bunga akannya.
Rasanya aku ingin berteriak dia sudah merasa nyaman berada dekat denganku! Atau lebih tepatnya, dia tidak akan takut dengan keberadaanku sebagai seorang lelaki. Tapi jika aku berteriak, itu tidak mungkin karena pasti akan mengganggu tetangga. Tapi, aku merasa senang akan hal ini. Jadi.. Setelah ini langkah yang harus kulakukan adalah mengarahkannya menuju jalan dimana dia akan menyukaiku.
"Yosh! Aku akan berusaha mengarahkan jalannya!"
Owari~
Yeah~ Ff oneshot telah kubuat~ Rasanya sudah lama sekali aku tidak membuat ff oneshot karena otakku yang punya banyak inspirasi untuk membuat ff multichap.
Tema cerita ini adalah nyaman, entah darimana aku mendapatkan ide itu, tiba-tiba saja datang saat aku sedang memikirkan suatu hal. Aku pun bingung hal apa yang kupikirkan saat itu.
Sudut pandang yang kugunakan adalah sudut pandang orang pertama dengan Naruto sebagai tokoh utamanya. Aku jarang-jarang membuat ff dengan tokoh utama laki-laki, jadi maaf kalau kesannya tidak laki-laki karena aku memang bukan seorang laki-laki. Jadi aku tidak tahu bagaimana seorang laki-laki memikirkan orang yang disukainya.
Bagi para pembaca laki-laki, ada yang mau bercerita apa yang kalian pikirkan tentang orang yang kalian sukai? Atau, hal apa yang akan kalian lakukan untuk mendekati perempuan yang kalian sukai? Tahu saja cerita kalian bisa menjadi inspirasiku dalam pembuatan ff selanjutnya, tentu saja setelah ff multichap yang kujalani sekarang sudah tamat.
Baiklah, sekian dariku~ Jaa minna..
Kaoru-Kagami Yoshida
One Step Make You Love Me
Senin, 02 Maret 2015
