Yuri on Ice

Mitsuro Kubo

Karena sisa nya diedit Via hape, maaf Typo nya banyak :')


Raganya sudah lama mati.

Dibunuh rasa frustasi akan kenyataan. Meskipun begitu, jiwanya masih terus bekerja menantang rasa frustasi yang makin hari semakin menggerogoti jiwanya. Matanya menatap pemandangan yang ada dibawahnya—bertanya-tanya, apakah aku akan tertawa?, apakah aku akan bernyanyi? atau akankah aku berhenti bernafas?. Namun dirinya tidak ingin secepatnya memutuskan kehidupannya karena sebuah alasan yang sangat masuk akal. Aku ingin tahu, apa yang akan dilakukan semesta jika aku tetap "hidup?" Alasan itulah yang membuatnya terus tetap bertahan hingga saat ini. Menjalani hari-hari seolah "hal" itu tidak pernah terjadi dalam hidupnya.

"Hal" itu adalah sesuatu yang biasa disebut "aib"— sebuah dosa besar yang tanpa sengaja dilakukan karena dibutakan oleh hawa nafsu maupun karena keterpaksaan. Dosa yang tak dapat dihapus oleh dirinya maupun orang lain— membekas dihati dan akan terus tersimpan dalam kenangannya hingga ajal menjemput. Itu adalah sebuah "hal" yang tidak ingin dia ingat karena itu begitu memalukan dan juga akan menjatuhkan harga dirinya jika dia menceritakannya kepada orang-orang yang tidak bisa menjaga mulut.

Dia berjalan lunglai dari atap apartemen menuju kamarnya. Pikirannya melayang entah kemana memikirkan bagaimana nasibnya kedepan. Matanya menatap sayu jalan yang ia lewati— mengabaikan orang-orang yang melewatinya. Mereka menatapnya seolah dia adalah salah satu dari sampah masyarakat. Merasa risih dan juga jijik— mungkin karena pakaian yang diapakai ini terlihat lusuh dan juga dirinya nampak seperti seorang pengemis.

"Yuuri! Bagaimana kau membayar semua hutang-hutangmu!"

Didepan kamarnya berdiri si tuan tanah. Bekacak pinggang dengan amarah yang masih bisa ia bendung. Yuuri diam membisu tidak menjawab pertanyaan tuan tanah. –Bagaimana aku membayar jika aku sendiri tidak tahu harus makan apa esok hari?. Tuan tanah yang mengerti gelagat pria itu mulai mencemooh.

"Sudah berapa bulan kau menunggak hutang dasar bodoh! Otak itu kaupakai jangan kau diamkan begitu saja! Bagaimana bisa aku membayar sarana dan prasarana yang lain jika hutang kau terus... terusan melunjak hah?! Pokoknya aku takmau tahu, hari ini kau harus bayar semua hutang mu!"

Apa yang harus kujual lagi? Diriku? Ginjalku?!

Tuan tanah sudah pergi namun Yuuri masih saja berdiri didepan pintu— tidak bergerak sepeser pun karena terbebani oleh perkataan tuan tanah. –Apa yang harus kulakukan? Aku sudah tidak punya.. barang yang bisa kujual dan mana ada orang yang mau tidur bersama dengan pemuda lusuh seperti seorang pengemis ini?! Ah apa yang bisa kuharapkan?

Bergegas masuk kedalam ruang apartementnya. Ia membanting pintu— frustasi. Didepannya kini rumah yang isi nya hampir tidak ada perabotan sama sekali. Hanya ada sebuah kardus dan mie instan diatasnya. Ruangannya lembab dan juga berbau tidak sedap. Membuat siapa saja menciumnya pasti mengeluh.

Oh tuhan, apa yang harus kulakukan sekarang? ...seandainya mereka tidak mengakhiri hidupnya karena "hal" itu pasti sekarang tidak akan seperti ini?!— Tidak ada gunannya menyesali masa lalu. Aku harus bangkit dan tetap bertahan. Malam ini aku akan pergi kebar, menjajakan diriku, menggoda pria yang ada disana. Demi kelanjutan hidupku, aku harus melakukan hal ini. Aku tidak berani menjual ginjal. Terlalu riskan hidup dengan satu ginjal yang menopang.

Laki-laki itu bergegas mandi. Memakai baju terbaiknya dan pergi menuju bar. Jam menunjukkan pukul 12 malam dan kebetulan sekali, bar yang ia tuju sudah dipenuhi oleh keramaian. Saat ia masuk, ia mendengar suara lagu yang tidak ia kenal menggema keseluruh ruangan. Sexy dancer berada diatas podium— melenggak-lenggokkan tubuhnya sehingga para lelaki hidung belang yang ada dibawah podium tergoda. Bau rokok memenuhi ruangan. Diatas meja yang ada rata-rata kebanyakan dipenuhi oleh gelas bahkan botol alkohol yang tidak ia ketahui jenisnya.

Mengambil tempat didekat meja bartender. Ia duduk disana sembari mencari mangsanya untuk malam ini. Tapi ia tidak sembarangan memilih orang. Pertama ia harus mengetahui orientasi sexual mangsanya dan sebenarnya hal ini tidak begitu sulit karena ada sebuah "kode" yang hanya mereka- para gay mengerti. Dan matanya menangkap kode itu dari seorang pria berambut silver yang duduk tepat disebelah kanannya. Ia tersenyum hangat saat Yuuri menoleh kearahnya karena menyadari kodenya. Tangannya memegang Whisky.

"Hallo." sapanya. Yuuri mengganguk malu. Wajahnya memanas -dia hot sekali!

"Tolong berikan tuan ini Whisky"

"dimengerti" balas bartender dan pergi membuat pesanan.

Laki-laki itu berhadapan lagi dengan Yuuri. Ia menyentuh dagunya, mendekatkan wajahnya ke wajah Yuuri-hampir menciumnya.

"matamu indah saat kau berbinar-binar. Seolah aku sedang melihat bintang dari dalam bola matamu" pujinya membuat orang yang sedang ia goda berdebar-debar.

"hick!"

Dia... mabuk. Semoga hal ini menjadi lebih mudah.

Yuuri bangkit dan mencoba mendorong tubuh pria itu kembali keatas kursi. Bersamaan dengan itu segelas kecil Whisky tersaji dihadapannya. Ia tidak ingin meminumnya karena ia sendiri tau apa yang terjadi jika dia meminum Whisky. Tapi laki-laki itu memaksa.

"Ayo minum, sayangku- ini enak loh." Ia menyodorkan Whiskynya. Dan Yuuri menolak.

"Ti-tidak, aku tidak ingin..."

Laki-laki itu cemberut- seperti hal nya anak kecil yang keinginanya tidak dituruti oleh orang tuanya.

"Hei kau butuh uang kan.. jangalah kau tolak perintah pelangganmu ini... Hick!"

Entah bagaimana pria itu tau masalah nya. Mungkin saja dia hanya asal bicara karena dipengaruhi alkohol tapi kata-kata nya cukup memohok hatinya. Akhirnya ia meneguk Whisky miliknya sesuai pria itu mau dan pria itu tersenyum puas, menarik gelas Whisky yang disodorkan untuk Yuuri.

"Ya seharusnya kau lebih awal minum"

"...Kau akan menyesal setelah menyuruhku minum."

Pria itu terkekeh. Mengeluarkan uang dari dompetnya untuk membayar whisky yang ia pesan.

Aku bersyukur dia tidak sampai menyuruhku minum 3 gelas atau aku akan lepas kendali.

"Jadi.. ayo ikuti aku." Ajak pria itu dan Yuuri mengangguk, mengekor pria itu yang akan mengajak nya kehotel.

Selama ini ia beranggapan orang yang akan menggunakan jasanya sedang mabuk tapi melihat bagaimana ia berjalan dan bagaimana cara dia berbicara juga tidak menunjukkan indikasi mabuk. Dia tahu kalau aku butuh uang?! Dia tidak salah bicara! ..Dia tidak mabuk.

Yuuri tidak pernah mau bersama dengan seorang pelanggan yang mabuk. Karena dia lebih sering tidak mendapatkan bayaran dan juga terkadang kekerasaan. Mungkin dia kapok makanya dia tidak mau lagi. Dan kini Yuuri ragu. Apakah dia harus menolak ajakan pria itu atau tetap mengikutinya sampai tujuan. Namun deadline menekan keraguannya. Tuan tanah sudah tidak mau mendengar keluhannya lagi maka tidak mungkin baginya meminta perpanjangan waktu.

ini adalah kesempatan terakhirnya. Kesempatan Yuuri satu-satunya.

"Kau pemalu sekali. Padahal kau seorang jalang."

"Kau menghinaku?"

"...Memujimu. Apa kau melakukan hal ini untuk memenuhi nafsumu? atau untuk mencari uang?"

"Itu privasi. jangan tanyakan hal itu." Yuuri tertunduk, menyembunyikan wajahnya. Ia paling tidak suka ditanyai soal privasinya- Sesuatu yang tidak perlu dibicarakan dengan seorang yang baru ia kenal dibar.

"Baiklah, maafkan aku. Dan kau lihat apartemen disana itu? Itu tempatku tinggal." Ia menunjuk kesebuah gedung bertingkat 10. Itu sebuah apartement mewah dan terkenal mahal. Yuuri menahan rasa kesenangannya karena ia baru saja mendapatkan mangsa yang empuk.

Pria itu masuk kedalam apartement, menuju kamarnya yang terletak di lantai 4. Saat masuk kedalamnya ia tidak menyangka kalau kamar nya begitu luas dan juga rapih.

"jadi.. kita akan melakukannya disini?" tanyanya ragu.

"Oh tentu saja. Apa ini mengganggumu?" Ia menyorot Yuuri.

"tidak."

"Tapi sebelum itu... temani aku minum dulu." ia membuka lemari pendingin khusus dan mengeluarkan whisky dari sana tidak luput ia mengambil dua gelas Whisky.

"Mari kita mulai ronde kedua."

-0-

Ini adalah kesalahan besar. Namun dia tidak menyadarinya. Seharusnya ia menolak tawarannya tapi malah dia yang termakan omongan orang itu. Kewarasannya hilang. Kini ia melakukan hal ini dan hal itu diluar kendali. Membuat pria yang mengajaknya minum begitu amat senang.

"Bagaimana kalau kita mulai sekarang?"

Ia melempar Yuuri keatas kasur, menciumnya dengan ganas. Disela-sela ciuman. Ia mendengar desahan Yuuri- tanganya meraba kemaluannya.

"Ini belum seberapa tapi kau sudah menegang. Dasar jalang."

"Diam kau!, siapa yang membuatku seperti ini?! Siapa yang menyuruhku minum Whisky sebanyak itu. Kau menyesali... nya sekarang kan?" Yuuri merendahkan nadanya. Ia menghela nafas panjang.

"Ah tentu tidak... kau sangat indah dalam keadaan seperti ini." Ia mengelus Yuuri perlahan sebelum melanjutkan ciumannya. Yuuri biarkan laki-laki itu bermain dengannya. Ia sudah tidak kuat menjaga kewarasannya. Pikirannya dipenuhi oleh kabut dan hasrat. Setiap sentuhannya membuat Yuuri bergidik geli dan disatu sisi ia merasakan kenikmatan. Terutama saat jemarinya menyentuh putingnya yang sensitif. Jemarinya, dari puting mulai bergerak menyelusuri seluk-beluk tubunya.

"Uhh langsung mulai saja kenapa?! Fuck!" Omel Yuuri tak tahan digoda habis-habisan.

"Kalau begitu sebutkan apa yang kau mau."

"Sentuh aku... Sentuh penisku!"

Pria itu tersenyum dan melakukan apa yang Yuuri minta. Mengocoknya perlahan sembari memainkan kedua bolanya. membuat Yuuri tidak bisa berhenti mengeluarkan desahan kenikmataan.

Dan dia climaks. Cairan membasahi badannya.

"lepas pakaianmu" perintahnya.

Secepatnya ia melepas pakaiannya, menuruti perintahnya.

"Kini, biar aku yang menuntumu, babi kecilku."

-0-

Terasa panas dan lembab... Aku seperti berdesakkan dengan sesuatu. Kepalaku sakit dan terasa pusing. Dimana ini?

Dan saat tersadar, disebelahnya sedang tertidur pulas seorang lelaki yang menjadi kliennya. Bagian bawahnya terasa sakit sekali dan lebih buruknya ia tidak mengingat apa yang terjadi kemarin malam. Melihat bagaimana keadaan kliennya, Yuuri hanya bisa pasrah. Tidak tahu harus apa. Dia bukan tipikal orang tidak suka membangunkan orang yang sedang tertidur.

Aku harus mencari dompetnya. mengambil uangnya dan pergi dari sini. Tapi aku harus meninggalkan catatan kecil untuknya. Sesuai dugaanku dompetnya tersimpan didalam kantung jeans. Kuambil uangnya secukupnya lalu pergi dari sini setelah berpakaian rapih. Apa dia akan mencariku atau tidak aku tidak mempermasalahkannya. Karena dia tidak akan tahu dimana aku berada. Dan dia tidak akan menemukanku- Tidak akan pernah.

Bergegas aku keluar dari apartement mewah ini menuju rumahku yang bobrok. Pasti si tua bangka itu sedang menggerutu sembari menungguku untuk membayar hutang sewa kamar. Tapi sebelum pulanv aku mampir kefamily mart untuk membeli mie instan. Dan dugaanku tepat. Tua bangka itu tengah menungguku didepan pintu.

"Hei kau mana uangmu!"

Tanpa bicara Yuuri mengeluarkan uang miliknya dan memberikannya kepada tuan tanah. Wajahnya berubah menjadi senang saat melihat uang.

"Dengan begini Hutangmu dari 3 bulan yang lalu hingga sekarang ini lunas. Seringlah kau bayar tepat waktu Yuuri."

Dia pergi meninggalkan Yuuri dan Yuuri masuk kedalam ruangannya, mengunci pintunya.

-0-

Pria itu menggeram saat terbangun. Nyawa nya belum terkumpul sepenuhnya. Badannya terasa lengket dah juga ototnya terasa nyeri. Saat ia melihat jam yang ada di meja, mata nya menangkap secari kertas misterius. Ia ambil dan ia baca.

"Maaf tidak membangunkanmu, aku merasa tidak enak karena kau tertidur pulas sekali. Btw aku mengambil bayarannya sendiri jadi maafkan aku jika aku benar-benar menghabiskan uangmu.

-Aku Yang tidak perlu kau tahu "

Pria itu tersenyum geli membaca pesannya.-Kau pergi meninggalkanku dan mengambil uangku tanpa sepengetahuanku. Saat aku menemukanmu suatu saat nanti, akan ku buat kau membayar semuanya.