DISCLAIMER :
Togashi-Sensei
flower scent (for the original fic, she asked me to do a favour to translate it)
PAIRING :
Absolutely KuroPika^^
SUMMARY :
Kurapika will know the real reason beyond her clan's massacre and Kuroro will know how to feel again.
WARNING :
FemKura. An Indonesian version for The Meaning of Hatred and Love by flower scent.
A/N :
Ok, special for the Indonesian readers!^O^
This is one of my favorite stories list. It's a beautiful story, I tell you…tentang benci dan cinta^^
Happy reading^^
.
.
.
CHAPTER 1 : LOST IN THE JUNGLE
Kuroro Lucifer adalah seorang pemimpin kelompok terkenal yang disebut Gen'ei Ryodan. Ia dikenal dengan sikapnya yang dingin dan ketidakpeduliannya, Kuroro juga tak memiliki perasaan dan tak kenal ampun. Ia dapat membunuh ratusan orang tanpa merasa menyesal ataupun sedih.
Kuroro dilahirkan di Kota Bintang Jatuh di mana para orang tua meninggalkan dan membuang anak mereka sendiri di jalanan segera setelah anak-anak itu bisa berjalan untuk mengeruk sampah guna mencari makanan dan beberapa benda berharga yang mungkin dapat ditemukan di sana. Anak-anak malang itu pun harus melindungi diri mereka sendiri dari orang-orang yang berusia lebih tua, yang memukuli mereka untuk mencuri barang-barang berharga yang ditemukan anak-anak itu.
Kehidupan yang keras membuat Kuroro dan teman-temannya tumbuh menjadi orang-orang tak berperasaan. Mereka tidak peduli pada orang lain kecuali diri mereka sendiri dan teman-temannya. Apapun yang terjadi pada orang-orang di sekitarnya, mereka tidak akan ikut campur. Tapi mereka membantu menyakiti orang lain, membuat korbannya merasakan kehilangan karena suatu hal berharga yang mereka miliki maupun kehilangan seseorang yang disayangi. Singkatnya, kau dapat menyebut mereka sebagai alat kematian dan kehancuran.
Kuroro pun terkenal dengan seringainya yang menampakkan kepuasan, tatapannya yang dingin dan nada suaranya yang datar tanpa emosi. Semua sifat itu menyatu dalam kepribadiannya yang mengerikan. Hanya satu tatapan tajam dari Kuroro, dapat membuat jantung orang yang paling kuat dan paling tangguh sekalipun mencair. Nada suaranya yang dingin menimbulkan kengerian yang merasuk sampai ke tulang sumsum bagi orang yang mendengarnya. Kuroro sama sekali tidak merasa takut pada kematian. Para anggota Gen'ei Ryodan pun sangat takut padanya, tak ada yang berani melawan kata-katanya sebab mereka hanya akan berakhir menjadi mayat yang hancur berkeping-keping tanpa bentuk jika melawan Kuroro.
Pada suatu hari, Kuroro sedang berjalan tanpa tujuan sementara pikirannya sibuk merencanakan perampokan selanjutnya hingga tak menyadari telah mengambil jalan yang salah dan memasuki hutan. Kuroro terus berjalan hingga ia tiba-tiba tersadar saat sudah berada di tengah hutan dan kehilangan arah. Kuroro terus mencoba untuk mengingat dari arah mana ia berasal namun tidak berhasil. Kuroro berjalan mengelilingi hutan dan kesabarannya mulai habis, ia ingin segera keluar dari tempat itu. Ia benci menjadi tak berdaya seperti ini.
Kuroro memeras otaknya, mencoba mencari solusi atas masalah yang sedang dihadapinya sekarang. Sementara ia asyik dengan pikirannya sendiri, sebuah suara yang indah terdengar di telinganya. Kuroro memutuskan untuk menuju ke tempat di mana suara itu berasal. Ia mendengarnya dengan jelas…dan mengetahui bahwa pemilik suara itu tengah bernyanyi.
Kuroro menyingkirkan semak-semak yang menghalangi jalannya dan berhenti melangkah saat melihat siapa yang sedang bernyanyi. Ia melihat seorang gadis kecil berambut pirang dengan mengenakan gaun biru muda yang sudah usang sedang memetik beberapa tanaman rempah-rempah di hutan itu. Ia bernyanyi dengan gembira sementara burung-burung terbang mengelilinginya sambil berkicau, seolah ikut bernyanyi bersama gadis itu.
Pemandangan itu sangat menakjubkan. Kuroro menahan napasnya, ia tak ingin mengganggu gadis itu yang bernyanyi dengan gembira. Kuroro terus memperhatikan selama beberapa menit lamanya. Ia senang gadis itu tidak menyadari kehadirannya.
Tiba-tiba, si gadis berhenti bernyanyi. Ia berdiri dan menoleh ke arah Kuroro yang berdiri tak bergerak memperhatikannya. Saat mata si gadis bertemu dengan mata hitam Kuroro, Kuroro terkejut melihat reaksinya. Dia tidak berteriak, melarikan diri maupun menampakkan rasa takut…tapi gadis kecil berambut pirang itu tersenyum manis padanya dan menyapa,
"Halo Tuan, apakah ada yang bisa kubantu?" tanya gadis itu dengan senyuman lembut di bibirnya.
"Ya, sepertinya aku tersesat. Apa kau tahu di mana jalan keluarnya?"
"Maaf Tuan, aku tidak tahu," si gadis meminta maaf. Senyuman di wajahnya berubah menjadi senyum sedih.
"Begitu," kata Kuroro pendek.
Tiba-tiba terdengar suara aneh yang berasal dari perut Kuroro. Kuroro pun segera memegang perutnya, seolah ia ingin mengusir suara itu dari sana. Kuroro baru ingat bahwa dia belum sarapan tadi pagi dan sekarang pun melewatkan makan siang karena tersesat di tempat yang terpencil ini. Lalu yang membuat Kuroro cemas adalah, ia tak dapat menemukan buah-buahan apapun dari pepohonan yang ada di sekitarnya.
Untunglah si gadis pirang mendengar suara yang sama. Ia menyadari bahwa pria itu sedang lapar. Gadis itu memasukkan tangan kecilnya ke dalam sebuah keranjang rotan, lalu mengeluarkan beberapa buah apel dan pisang. Ia menawarkan buah-buahan itu kepada pemuda di hadapannya. Kuroro menatapnya terkejut. Ia terdiam sambil menatap tangan gadis itu yang menawarkan buah-buahan padanya. Melihat Kuroro tidak menanggapi, si gadis kecil cemberut. Ia pikir pemuda itu menolak pemberiannya, maka ia pun mencoba meyakinkan Kuroro,
"Tuan, aku tahu kau sedang lapar. Aku masih punya buah-buahan di keranjangku jadi kau dapat mengambil buah-buahan ini," si gadis berkata dengan penuh harap sambil mengulurkan tangannya lebih jauh ke arah Kuroro.
Kuroro menatapnya sejenak, kemudian perlahan mengulurkan tangannya sendiri mengambil buah-buahan dari tangan gadis itu. Sebuah senyum lebar langsung menghiasi wajah si gadis, seolah ia merasa lega dan puas. Kuroro terkejut melihatnya. Ia merasa aneh dan tak mengerti, kenapa gadis itu terlihat senang? Bukankah gadis itu telah kehilangan miliknya dengan memberikan buah-buahan itu pada orang asing yang belum pernah ia temui sebelumnya?
"Terimakasih," ucap Kuroro tanpa sadar.
"Sama-sama, Tuan," jawab gadis itu ceria. Kemudian ia membungkuk, mengambil dua buah keranjang rotan yang masing-masing berisi buah-buahan dan tanaman rempah-rempah. "Senang bertemu denganmu. Kuharap kau dapat segera menemukan jalan keluar karena sangat berbahaya berada di sini saat malam tiba."
"Jangan khawatir, aku dapat menjaga diriku sendiri. Aku pun senang bertemu denganmu."
"Baiklah…maaf Tuan, aku sudah terlambat. Aku harus segera kembali atau Ayah akan memarahiku."
Gadis itu melambaikan tangannya, lalu menghilang ke balik pepohonan.
Kuroro menunduk menatap buah-buahan yang ada di tangannya. Ia tersenyum. Peristiwa ini sangat menggelikan baginya. Lalu Kuroro mulai mengunyah apel sambil kembali berjalan menyusuri hutan, ia tetap berusaha menemukan jalan keluar. Namun saat langit sudah gelap, Kuroro merasa lelah. Ia harus menemukan tempat untuk bermalam dan melanjutkan pencariannya esok pagi.
Dengan mudah, Kuroro dapat menemukan sebuah gua kecil di hutan itu. Ia mengumpulkan beberapa batang kayu bakar dan menyalakan api dengan menggunakan salah satu kemampuan Nen yang dimilikinya. Kuroro mengambil sebuah buku dari dalam sakunya lalu membaca buku itu hingga jatuh tertidur.
Sementara itu, si gadis kecil berambut pirang tiba di desa tempatnya tinggal saat hari sudah malam. Dengan tergesa-gesa ia berjalan menuju rumah sambil memegang erat kedua keranjang di tangannya. Sesampainya di depan pintu, gadis itu mengetuk perlahan, namun cukup keras hingga dapat terdengar oleh penghuni rumah tersebut.
Pintu pun terbuka, menampakkan sosok seseorang bertubuh tinggi dengan rambut pirang pendek, kulit berwarna pucat dan mata safir yang menatapnya tajam. Ia menatap gadis kecil di hadapannya sebelum bertanya dengan dingin,
"Kenapa kau terlambat, Kurapika?"
TBC
.
.
A/N :
Review please…! Buat yang belum ngereview chapter 3 Just for You, jangan lupa review juga ya^^
