Pernahkah kamu merasa diabaikan?
Bahkan oleh orang yang sangat kamu sayangi . . .
Teman, seseorang yang kamu anggap spesial, bahkan keluargamu.
Itulah yang dirasakan Haruno Sakura saat ini. Seorang gadis remaja 16 tahun yang bersekolah di Konoha High School. Apa yang salah dengan mereka semua? Sakura mencoba untuk mencari teman di sekolahnya dengan berbagai cara. Mulai dari mengajak mereka bicara, ikut nimbrung saat teman sekelasnya mendiskusikan pelajaran ataupun hal lain, bahkan ikut makan dikantin bersama. Tapi tidak satupun dari usahanya membuahkan hasil, ia diabaikan.
Tidak ada yang menganggapnya ada. Itulah yang dirasakan Haruno Sakura. Mungkin benar rumor yang beredar—tak seorang pun murid pindahan akan disukai oleh seluruh murid di KHS—sangat aneh memang, tapi itulah yang dirasakan Haruno Sakura. Yah, Haruno Sakura adalah murid pindahan dari Suna High School beberapa minggu ini.
Disinilah ia sekarang, dibawah pohon sakura yang hampir mati disudut belakang sekolah.
"Kondisi kita sama yah, terabaikan." Ujar Sakura kepada pohon sakura yang hampir mati tersebut dengan senyum kecutnya.
"Hanya ini tempat yang bisa kudatangi. Aku akan sering kesini saki-chan, hehe aku akan memanggilmu saki-chan." ujarnya lagi pada pohon sakura tersebut dengan cengiran yang menghiasi wajahnya.
"Tadaimaa~" suara nyaring Sakura menggema menghiasi rumahnya.
"Hmm" terdengar gumaman seorang laki-laki paruh baya dari ruang keluarga, dengan remote ditangannya dan pandangan fokus pada televisi yang menyala—Haruno Kizashi—kepala keluarga yang juga seorang pemilik Haruno International Hospital bersama dengan istrinya—Haruno Mebuki—menoleh pun tidak, untuk sekedar memastikan anaknya pulang. Acara di televisi lebih menarik untuknya dari seorang Haruno Sakura.
Pemandangan yang sangat biasa Sakura temui saat pulang sekolah—diabaikan.
'Tidak tidak! Buktinya tou-san menjawab walau hanya gumaman, haha.' Pikirnya sambil menggelengkan kepalanya, kemudian tersenyum miris.
Sakura pun menaiki tangga menuju kamarnya yang berada di lantai 2. Rumahnya tidak terlalu besar. Maksudnya rumah orang tuanya. Walaupun tou-san dan kaa-sannya seorang pemilik Konoha International Hospital. Rumah mereka dikategorikan tidak terlalu besar, tetapi elegan. Dengan halaman yang sangat luas.
"Tadaima." Suara laki-laki yang sangat familiar tersebut menghentikan langkah Sakura.
Haruno Sasori—kakak kandung Sakura yang sedang kuliah kedokteran semester 3 di University Of Konoha. Sasori adalah kakak yang sangat Sakura sayang dari dulu—hingga sekarang saat semuanya telah berubah. Mungkin Sasori lah penyebab dari semua perubahan sikap orang tuanya terhadap Sakura.
Sakura pun memalingkan tubuhnya—kembali menuju kamarnya. Ia lelah melihat pemandangan yang hampir ia temui setiap pulang sekolah—orang tuanya akan sibuk bertanya mengenai kuliah kakaknya—menanggapi Sakura saja tidak, apalagi bertanya.
Ia pun memasuki kemarnya yang bernuansa baby pink dengan wallpaper kelopak bunga sakura. Ia meletakkan tasnya ke sembarang tempat dan langsung melompat ke kasurnya dengan memeluk boneka winnie the pooh kesayangannya –hadiah 16 tahunnya dari kakak kesayangannya– hingga ia tertidur.
"Kaaa-sann... Tou-sann..." teriak Sasori memasuki rumahnya dengan wajah yang sumringah.
"Sasori! Jangan teriak-teriak, kaa-san tidak tuli!" Sahut wanita paruh baya dengan nada yang membesar dari arah dapur.
"Nii-chan kenapa sihh? Kepalaku pusing denger nii-chan teriak-teriak!" Sakura ikut teriak sebal sambil mengacak-ngacak rambutnya.
"Hehe, sabar kaa-san, Sakura. I have a good news!" jawab Sasori semangat dengan cengiran yang masih menghiasi wajahnya.
"Tou-san manaa?" tanya Sasori dengan celingukan.
"Masih di rumah sakit nii-chan, news apa sih yang good?" tanya Sakura asal.
"Berhenti sakura. Kamu buat telinga nii-chan sakit."
"Aku 'kan belajar bahasa Inggris dari nii-chan." jawabnya dengan cemberut.
Sasori hanya terkekeh mendengar pembelaan dari adik semata wayangnya tersebut. Sementara Mebuki hanya memutar matanya bosan melihat tingkah anak-anaknya yang sudah menjadi kebiasaan setiap hari.
Sasori menghampiri ibunya di dapur dan membisikinya sesuatu. Sakura masih diam curiga melihat tingkah kakaknya.
"Seriuss? Waa anak kaa-san memang pinterr!" Ungkap ibunya dan langsung memeluk Sasori.
"Hehe, anak kaa-san 'kan emeng pinter semua." Jawab Sasori dengan cengirannya.
"Kenapa sih kaa-san? Aku seperti nonton sinetron." Sindir Sakura kesal melihat tingkah ibu dan kakaknya.
"Nii-san kamu lulus tes kedokteran di University Of Konoha. Kamu tahu 'kan suliitt banget untuk bisa lulus disana apalagi kedokterannya." Jelas ibunya panjang lebar.
"WAAA nii-chan hebaatt ..." Ungkap Sakura senang dan ikut memeluk kakaknya.
"Nii-chan, kaa-san . . ." Ucapnya lirih –terbangun dari tidurnya.
Mimpi itu lagi –kejadian beberapa tahun lalu yang menjadi awal perubahan sikap orang tuanya terhadap Sakura.
University Of Konoha memang terkenal kejujurannya, tidak ada yang menggunakan uang ataupun kekayaan untuk masuk kesana. Hanya orang pintar yang bisa lulus tes dan diterima disana. Terkhusus kedokterannya yang memang sangat sulit dan lulusannya sangat terjamin.
Beberapa minggu setelahnya sikap kedua orang tua Sakura mulai berubah kepadanya tetapi tidak kepada Sasori. Ditambah dengan nilai raport Sakura yang tidak memuaskan orang tuanya. Sakura tidaklah sepintar Sasori yang bahkan bisa lulus kedokteran.
Iris Emerald itu mulai basah dan cairan bening jatuh semakin deras membasahi wajahnya "Hiks, hiks . . ." Tangisnya mulai pecah. Sepertinya tangisan ini akan menjadi sahabat malamnya entah sampai kapan.
Entah sudah berapa lama ia menangis, hingga suara kamarnya yang di ketuk perlahan.
"Sakuraa?" Suara Sasori terdengar dari arah pintu kamarnya.
"Nggak apa nii-chan." Sambil menghapus air matanya.
Suara langkah kaki yang mulai menjauh dari pintu kamarnya. Kakaknya juga sama—telah berubah seperti orang tuanya. Dulu jika adik satu-satunya sedikit murung, ia akan sangat khawatir hingga Sakura menceritakan ada apa dan ia mulai menenangkannya—yaah itu dulu.
Sakura mulai melihat jam dinding kamarnya,
"Haah~ sudah jam 8 malam?" Ia pun bergegas kekamar mandi—membersihkan diri.
~To Be Continue~
Annyeaong minaa *mix language*
Nana-chan disinii, saya Author baruu nih jadi masih belajar :D
gimanaa? apa harus terus? atau stop? T_T
kebanyakan? atau malah kurang?
mohon tanggapannya di kotak review~
baik atau nggak, mendukung atau flame, nggak apa asal membangun *?*
Review minaa akan sangat membangun mood menulis saya! yaaahh *semangat Roker (?)
