Warning: GS for uke, OOC, sometimes typo.

No Children, PLEASE!

Rated M for Mature Contents

Dilarang Plagiat

Cast:

Do Kyungsoo & Kim Jongin

Sehun & Luhan

Chanyeol & Baekhyun

Light Kailan proudly present:

"HELLO TOMORROW"

.

.

Aku seorang remaja berusia 15 tahun dan tingkat pertama di SM High. Sekolah ini adalah sekolah yang berisi orang kaya. Namun, aku bukanlah salah satu dari orang kaya tersebut. Aku masuk sekolah ini karena otakku encer. Ya, aku mendapatkan beasiswa yang nilai uangnya lebih dari cukup.

Sepeti biasa, pagi-pagi sudah ramai di dalam kelas. Semua nyaris menghampiriku seperti lalat yang mengerubungi tahi. Apa lagi selain tugas rumahku yang mereka perebutkan. Kejadian ini berlangsung sejak sebulan lalu. Semuanya gara-gara Kim Jongin sialan itu. Pada awalnya dia yang memaksaku untuk memperlihatkan tugas rumahku, karena kasihan dia akan dihukum jadi kuberikan saja, tetapi hal itu berlangsung terus-menerus sehingga hampir satu kelas meniru kelakuan Jongin. Aku tak tahu bagaimana caranya menolak, aku terlalu kasihan kepada mereka sehingga tak sampai hati untuk menolak permintaan itu.

Jongin adalah salah satu dari geng populer. Semua orang menyukainya, dia sangat dikagumi. Mungkin aku satu-satunya yang membencinya. Ada yang bilang Jongin itu seperti matahari, dia sangat bersinar dan menyenangkan bersamanya sehingga jumlah temannya banyak sekali. Jika aku di kerubungi karena tugas rumahku, maka Jongin dikerubungi karena pesonanya dan kepribadiannya yang bak matahari itu. Matahari apanya?! Bagiku dia hanya Si Otak kosong. Aku tak tahu dimana letak bagusnya Jongin... ya, kecuali wajahnya yang hm... sedikit tampan.

"Astaga, Kyung. Aku tak habis pikir kau mau memberikan tugas rumahmu cuma-cuma. Semua gara-gara Jongin tukang provokator. Kau ini terlalu baik," celoteh Luhan, sahabat masa kecilku. Luhan adalah orang sangat kaya sehingga sekolah ini memang tempatnya. Aku beruntung mempunyai sahabat seperti dia yang tidak memandang status sosial, meski dia sangat cerewet. Dia selalu menemaniku dan mengikutiku kemana saja. Saat ini aku dan Luhan sedang memakan camilan rutin yang kami sebut sarapan di kantin.

"Ya! Kau tak usah menasehatiku, Lu. Kau juga tadi menyalin PR ku kan?" Aku geram melihat kelakuan sahabatku satu ini.

"Hahaha, mian. Tapi ini yang pertama kalinya, Kyung. Semalam aku sangaaaat sibuk," Luhan menjawab dengan gerlingan nakal. Aku bisa membaca apa yang terjadi hanya dari ekspresi mesumnya itu.

"Kau pergi lagi dengan Sehun? Kemana?" Aku mulai antusias. Untuk topik yang satu ini aku sangat suka. Aku suka membicarakan trio bejat itu. Siapa lagi selain Jongin, Sehun, dan satu lagi si tongkat pramuka, Chanyeol. Namun, sayangnya, sahabat yang ada dihadapanku saat ini sangat tergila-gila dengan Oh Sehun.

"Kami menghabiskan malam bersama di hotel. Kau tahu kan apa yang akan terjadi jika lelaki dan perempuan bersama di satu ruangan, malam hari, dan suasananya sangat romantis? Aku merasa sudah dewasa sekarang. Kau lihat? Apakah aku nampak cantik? Biasanya jika sudah melakukan itu, maka seorang perempuan akan terlihat seperti bunga yang baru mekar," Luhan menyatukan kedua tangannya seraya menatap keatas untuk mengingat memori malam mereka. Kelakuannya membuatku mual.

"Kau terlihat seperti perempuan murahan, Lu."

"Aish, kau tidak tahu sisi lain darinya Kyungsoo. Kau tidak mengenalnya. Kau ini kan culun," Luhan malah mengejekku, tapi aku sama sekali tidak tersinggung karena itu memang kenyataannya. Aku tidak kaya, tidak supel, serta penampilanku yang memakai kacamata tebal dan rambut di kuncir dua memang terlihat culun, tak menarik siapapun.

"Kalian bahkan belum pacaran kan? Astaga, Lu. Sekarang kau tidak perawan lagi. Ck ck ck," perkataanku tepat menusuk hati Luhan, sontak membuatnya terdiam sebentar.

"Tapi dia bilang kalau dia menyukaiku," balasnya.

"Semua pria yang telah bergairah dan ingin meniduri wanita pasti merayunya. Ayolah, Lu, kau hanya dimanfaatkan. Sudah berapa wanita yang Sehun tiduri," aku menjawab Luhan dengan wajah datar. Biar dia tahu bahwa trio bejat itu selamanya ya akan bejat.

"Argh, Kyung! Kau merusak moodku saja. Aku akan menemui Sehun sekarang juga dan menanyakannya." Luhan mengacak rambutnya yang panjang. Meski acak-acakan dia tetap cantik dan menawan. Pantas saja orang seperti Sehun mau mengajaknya tidur. Luhan seperti model... ah tidak, dia itu malaikat. Cantik sekali, sayang, sedikit bodoh.

Aku menggeleng-gelengkan kepala ketika dia beranjak pergi dariku. Sebelum dia pergi, dia membayar makanan kami. Luhan sangat loyal kepadaku, meski sedang marah dia tetap menraktir sarapanku. Aku terkikih melihat kelakuannya. Ketika sosoknya telah hilang dari kantin, aku menghela nafas panjang. Aku sedikit kasihan dengannya yang sangat tergila-gila dengan Sehun. Aku tak rela jika sahabatku yang sangat aku sayangi malah mencintai orang yang buruk. Aku ingin dia memikirkan hubungannya dengan Oh Sehun baik-baik.

...

Bel istirahat kedua berbunyi artinya sudah pukul 12 siang. Siang hari adalah waktu yang sangat membuatku ngantuk. Kondisi lelah dan mengantuk sangat berbahaya untukku yang mengidap narkolepsi. Penyakit ini, aku menamainya penyakit putri tidur. Aku akan sangat mudah tertidur dimana pun dan kapanpun tanpa terkecuali. Jika tidak hati-hati, bisa saja aku terjatuh tidur ketika berjalan. Hal ini adalah kelemahanku yang paling fatal dan untungnya hanya Luhan yang mengetahuinya. Sehingga, untuk masa-masa seperti ini aku membutuhkan dia untuk ngobrol agar tidak tertidur. Namun, sudah sepuluh menit aku mencarinya mengitari sekolah, aku tidak menemukan dia dimanapun.

"Hei, Pendek culun, apa yang kau lakukan disini?" Ah, aku tahu siapa yang memanggilku dengan sebutan itu. Siapa lagi kalau bukan si Otak Kosong, Kim Jongin.

"Tidak ada urusannya denganmu," jawabku ketus. Aku terus berjalan di koridor yang sepi. Aku tidak menoleh padanya sama sekali sehingga dia menarik kunciran rambutku.

"Aw!" aku mengaduh dan terpaksa meladeninya, "Apa?!"

"Ya! Apa kau lupa kau tadi di suruh mengembalikan ini ke perpustakaan oleh Guru?"

Aku melihat tumpukan buku tebal yang sangat banyak dibawa oleh Jongin. Dia mengaduh keberatan.

"Ah, aku lupa!" Aku menepuk jidatku. "Baiklah, sini sebagian akan kubawa. Tolong aku membawanya sampai sana."

"Apa barusan kau bilang? Membantumu? Aku bahkan tidak tahu mengapa aku membawa ini dan melakukan ini. Cih," Jongin memindahkan semua buku yang berat itu hingga aku meraihnya dengan kedua tanganku. Tubuhku langsung oleng. Semua tumpukan buku itu menutupi pandanganku untuk melihat ke depan.

"Aku ada urusan penting, bye!" Jongin berlalu begitu saja. Astaga, dia menyebalkan sekali. Dia lupa ya kalau dia itu laki-laki? Tidak ada gantle-man sama sekali dalam dirinya.

Aku menghentakkan kakiku kesal dan hanya bisa menggerutu kenapa dulu aku mau-maunya jadi pengurus kelas. Hal tidak begitu berguna dan melelahkan.

Sesampainya di perpustakaan, aku menyusun satu-persatu buku itu. Aku kelelahan sekali. Suasana yang sangat sepi dan hening membuatku bosan. Celaka, aku sangat mengantuk! Setelah selesai merapikan buku-buku, aku duduk di sudut perpustakaan dan menyamankan posisiku dengan tergesa-gesa. Jika sudah mengantuk parah seperti ini sangat berbahaya jika aku terjatuh dari posisi berdiri ataupun tertidur di tempat yang tidak semestinya. Kepalaku sudah tidak kuat dan mulai terkantuk-kantuk. Secepatnya kuraih ponselku, aku membutuhkan Luhan untuk penyelamatku nanti. Hanya dia yang tahu cara membangunkanku.

To: Lulu

Lu, sepertinya aku akan tertidur di perpustakaan. Tolong bangunkan aku lima belas menit lagi dari sekarang. Aku bergantung padamu. Nanti ada ujian.

Brak!

Tanpa aba-aba, aku terjatuh ke alam mimpi.

...

Kalian tahu dibalik kelemahan selalu tersimpan kelebihan. Penyakitku ini, aku menganggapnya sebagai berkah. Tidur adalah sesuatu yang sangat menyenangkan bukan? Aku bisa melarikan diri sepuasnya. Apalagi ketika narkolepsi ini kambuh, aku akan mengalami yang namanya lucid dream.

Lucid dream adalah kondisi dimana kau bermimpi, tapi kau mengetahuinya bahwa kau sedang bermimpi, bahkan dapat mengontrolnya. Lucid yang kualami terasa sangat nyata. Aku tak pernah menolak jika tubuhku mulai kelelahan dan jatuh tertidur. Itu adalah saatnya aku pergi jauh ke dunia buatanku sendiri. Aku bisa melakukan apapun disana seperti mandi uang, pergi ke tempat yang kusukai, makan makanan yang mahal, atau bahkan bercinta. Aku tidak munafik, tentu saja aku menyukai bercinta, aku sudah remaja dan hormonku sudah bangkit. Aku bahkan pernah bercinta dengan artis idolaku, D.O, tentunya dalam mimpi. Terserah kalian menyebutku apa, aku sangat menyukainya.

Lagi-lagi aku berada disini. Aku terduduk di bangku kosong di taman belakang rumah seseorang. Ini adalah hal baru semenjak 15 tahun eksistensiku, aku mengalami 3 lucid yang sama secara berurutan. Dua hari yang lalu aku pun bermimpi berada disini, di halaman belakang yang lumayan luas. Ada sebuah ayunan yang usang tergantung di bawah pohon cherry dan ada jemuran pakaian yang menggantung tak teratur. Pakaian yang tergantung begitu banyak dari pakaian orang dewasa sampai pakaian bayi. Jemuran itu terkibas tertiup angin. Tiba-tiba saja langit mendung.

'Ah, aku ingin pergi ke tempat lain saja,' pikirku. Namun, kali ini aku tak tahu bagaimana caranya. Biasanya hanya dengan memikirkannya saja, aku bisa pergi kemanapun.

Aku hanya duduk terdiam menikmati langit gelap yang begitu segar. Sayup-sayup kudengar suara anak kecil, seorang perempuan, dan laki-laki. Aku memejamkan mataku untuk mendengarnya, entah mengapa rasanya menyenangkan meski aku tidak tahu apa yang mereka bicarakan. Aku menoleh ke arah belakang, sepertinya suara itu milik pemilik rumah ini dan aku berada di taman belakangnya. Aku memimpikan hal ini mungkin saja karena aku merindukan suasana rumah yang hangat. Ah, sangat menyenangkan.

Sembari aku duduk dan memejamkan mata mengarah ke langit mendung, perlahan, hujan rintik membasahi wajahku. Rasanya dingin dan sensasi nyata ini membuatku ingin berlindung. Aku berlari kecil ke arah ayunan usang itu sehingga tubuhku bisa terlindung oleh dahan-dahan pohon cherry.

"Oh, ya ampun, jemuranku!" suara wanita itu mengagetkanku. Sontak aku bersembunyi di balik-balik semak. Ah, apa yang aku pikirkan, ini tidaklah nyata. Namun, di dalam mimpi ini aku hanya ingin menjadi pengamat.

Wanita itu berlari tergesa-gesa, lalu meraup semua kain-kain di jemuran. Dia menggerutu kecil dan aku tak bisa mendengar apa yang dia ucapkan. Dua kali dia bolak-balik untuk mengambil semua jemuran itu. Tubuhnya sangat cantik dan wajahnya juga. Aku sempat terkesima di balik semak. Wanita itu adalah seorang ibu-ibu tapi menawan sekali. Rambut panjang hitam kelam, kulit yang putih berinar, mata bulat yang lugu, dan bibir penuh yang merah ranum. Tunggu, wajahnya sangat terlihat familiar. Astaga, itu adalah aku versi ibu-ibu yang sangat cantik. Aku menyeringai. Ini adalah mimpiku.

Aku mengikuti jejak wanita itu diam-diam seperti penguntit. Aku terhenti di depan jendela kamarnya. Aku memutuskan untuk mengintipnya dari sini. Aku bisa melihat keadaan di dalam kamar dengan jelas karena lampu yang menyala terang sedangkan di luar sangat gelap. Perlahan tanpa kusadari hari telah beranjak malam, yang semula rintik kini sudah hujan lebat. Tatapanku tetap terpaku mengikuti gerak-gerik wanita itu dari luar. Apa jika aku dewasa nanti bisa tumbuh secantik dia?

Wanita itu nampak sangat lelah, sembari duduk di tepian ranjang, dia memukul-mukul punggungnya sendiri.

"Apa kau lelah?" seseorang laki-laki menghampiri wanita itu menggantikan posisi tangan wanita itu untuk memijit pundaknya. Apakah itu suaminya? Astaga aku ingin melihat siapa dia. Karena tertutup rambut wanita itu, aku tak bisa melihat dengan jelas wajah suaminya.

"Iya, Taeoh lincah sekali hari ini. Aku bermain dengannya seharian. Dia lucu sekali," wanita itu terlihat mengusap wajah suaminya dengan lembut. Bulu kudukku berdiri. Aku sangat geli melihatnya.

"Sekarang Taeoh sudah tidur," lelaki itu ikut duduk di samping istrinya. Sekarang aku bisa melihat wajahnya dengan jelas. Rahangnya tegas, sinar matanya sangat indah dan terpancar cinta yang dalam kepada istrinya. Jika kuamati lagi, wajahnya sangat mirip dengan Kim Jongin sialan itu. Aku berdecih. Kenapa harus dia? Ini pasti karena aku habis bertemu dengan dia, makanya aku memimpikan dia. Sial sekali.

Lelaki yang mirip Jongin itu perlahan mencium pipi wanita yang mirip denganku. Aku sangat merinding. Rasanya ingin kupecahkan kaca di depanku ini. Tapi, setelah kupikirkan lagi, mungkin ini tontonan yang menarik.

Ciuman lelaki itu merambat ke bibir wanita itu sehingga terdengar decakan lembut, "Sayang, ini belum terlalu malam. Kita bisa melakukannya nanti," wanita itu memutuskan ciumannya.

"Biasanya kita melakukan ini pagi, siang, atau malam. Kenapa kamu protes, Baby? Sekarang sama saja. Aku menginginkanmu," yang semula hanya pijatan lembut, kini lelaki itu mengelus punggung istrinya. Istrinya menjawab dengan senyuman tulus. Aku hanya bisa menutup mulutku dengan kedua telapak tanganku agar tidak terpekik karena melihat adegan ini.

Lelaki itu kembali mencium istrinya. Perlahan ciuman itu berubah berubah dari pelan ke gerakan yang panas hingga terdengar suara decakan basah dari keduanya. Ciuman itu menggairahkan, mereka sangat ahli untuk bergantian mengecup bibir atas dan bawah. Baru kali ini aku melihatnya secara langsung dan tampak sangat nyata, astaga. Aku menengguk ludahku kasar.

Tak hanya itu, suaminya perlahan membuka dress mini wanitanya dengan mudah tanpa melepas ciuman panas mereka. Sesekali wanita itu mengerang halus. Pakaian wanita itu sudah lepas kecuali celana dalamnya. Dengan cekatan lelaki itu berpindah dari mencium bibir ke pundaknya lalu berakhir ke payudara wanita itu yang montok. Lelaki itu mulai bernafsu untuk melahap payudara istrinya. Dia menghisapnya kemudian menggigiti unjung putingnya dengan bibirnya.

"Hmm, sayang, ah..." gadis itu mengerang. Sepertinya sangat merasa nikmat. Aku berada di posisi samping mereka sehingga posisi wanita dan laki-laki itu sangat jelas tampak di mataku. Mataku membulat begitu aku merasakan ada sedikit cairan mengalir di selangkanganku. Aih, hormon sialan.

Diatas kasur itu mereka saling berhadapan. Istrinya tak mau kalah, sehingga kemeja dan celana lelakinya dibukanya dengan kasar. Dia tersenyum nakal. Suaminya kembali mencium bibir itu dan menjatuhkan tubuh wanitanya sehingga lelaki itu berada diatas. Dengan mata yang sangat bernafu, lelaki itu memberikan kissmark di bagian leher, bahu dan sekitaran payudaranya. Wanita itu menggigiti bibirnya untuk menahan desahannya.

"Ah..Ah..Ah" wanita itu akhirnya melepas desahannya yang tertahan karena tak sanggup lagi.

Suaminya mengulum payudara wanitanya bergantian. Istrinya itu hanya bisa menjambak pelan rambut lelaki itu untuk memperdalam kegiatannya. Tangan lelakinya mulai menelusup ke area kewanitaannya. Wanita itu terpekik.

"Akh, sayangh,"

"kau ini, desahanmu seperti perawan saja, hahaha,"

Lelaki itu memijit-mijit dan menggesek-gesekan jarinya ke kewanitaan perempuan itu yang masih memakai celana dalam. Kemudian setelah basah dia beralih mengecup paha dalam wanita itu pelah dan menghirup aromanya seolah itu adalah aroma yang paling nikmat. Lalu dengan tak sabar dia membuka celana dalam itu. Dengan cepat dia mempertemukan bibir kewanitan itu dengan bibirnya. Dia mengecupnya dengan nafsu yang berkilat-kilat. Wanitanya seperti tak tahu harus bagaimana. Dia sangat merasa keenakan dan malah memperlebar bukaan pahanya.

"Ah, Sayangh..." dia meremas rambut suaminya dan menekannya.

"Kamu gak sabaran ya ternyata sayang," suaminya berkata pelan dan membuat kewanitan itu bergetar. Lelaki itu memaju-mundurkan kepalanya dan memasukkan lidahnya ke dalam situ. Setelah beberapa kali akhirnya wanita itu mengerang hebat. Lelaki itu meneguk semua cairannya. Wanitanya terlihat merona dan bergairah. Kakiku bergetar hebat melihat bagaimana wanita itu orgasme.

"Sekarang giliranku ya, baby," Lelaki itu membuka celana dalamnya hingga terlihatlah kejantannya yang besar, mengacung tegak, dan ujungnya yang sudah memerah. Aku terpekik kecil melihatnya. Untung suaraku tak terdengar dan mengganggu aktivitas mereka. Lelaki itu memposisikan kejantannya tepat di depan wanita itu. Dia menggenggam kedua tangan wanitanya secara lembut dan menatap dalam ke mata wanitanya. Pemandangan ini sangat indah. Lelaki itu begitu mencintainya. Betapa beruntungnya wanita itu. Lelehan air mata halus mengalir di pipi wanita itu.

"Aku mencintaimu, sungguh," ucap wanita itu lirih. Lalu dengan inisiatifnya sendiri dia memajukan tubuhnya sehingga kejantanan suaminya masuk penuh kedalam kewanitannya. Suaminya terkejut kemudian mengecup kening wanitanya.

"Terimakasih. Aku sudah tahu itu, aku bahkan lebih mencintaimu," lelaki itu perlahan memaju-mundurkan tubuhnya. Tubuh mereka berdua bergerak teratur sangat menggairahkan. Aku bisa merasakan cinta yang sangat dalam diantara mereka. Tatapan keduanya sangat intens. Terkadang suaminya menghapus lelehan air mata bahagia dari istrinya.

Kegiatan itu berlangsung lumayan lama dan mereka menikmati bagaimana penyatuan tubuh mereka, bukan hanya nafsu semata. Setelah dirasa cukup akhirnya mereka mulai menggerakkan tubuh mereka dengan cepat. Desahan tak luput dari keduanya. Bahkan suaminya ikut mendesah lirih. Akhirnya gerakan mereka yang cepat dan hebat membuat libidoku naik. Hanya dengan melihat mereka, aku ikutan basah.

"akh...ahh.. sayangh. Mmmhh," wanita itu sepertinya sudah mencapai puncaknya. "Aku jugah..ahh," lelaki itu menyemprotkan cairannya di dalam wanita itu sampai luberan cairan miliknya terlihat keluar, dia terjatuh diatas badan wanitanya. Wajah orgasme lelaki itu begitu indah. Apa Jongin akan berwajah seperti itu juga jika sedang bercinta? Astaga, apa yang kupikirkan!

Lelaki itu lalu mengecup bibir wanitanya. Mereka terlihat lelah begitu pula aku. Tanpa melepas penyatuannya mereka mulai menutup tubuh mereka dengan selimut. Wanita itu tidur diatas pelukan suaminya.

"Kyungie, aku tidak bisa hidup tanpamu," ucapnya sebelum mereka jatuh tertidur.

Ya, ampun, nama wanita itu juga Kyungie. Itu membuatku kaget. Tidak sengaja aku terjatuh kebelakang sehingga terdengar suara jatuh yang keras. Lelaki yang mirip Jongin itu tersentak. Astaga, dia bisa melihatku.

Aku berlari secepatnya manjauhi jendela itu. Ayo bangun! Ayo bangun! Aku memukul-mukul kepalaku sendiri hingga akhirnya aku terjatuh dan terjerembab di rerumputan.

BRAK!

...

"Hey, Kyung, bangun, Kyung! Aigoo, bocah ini," Luhan sudah kehilangan akal bagaimana caranya membangunkan orang di hadapannya hingga ia akhirnya menyerah dan menyipratkan sisa buble tea ke arah mukaku. Aku membuka mata. Sedetik kemudian aku terbelalak.

"Astaga, ujiannya!" aku berdiri dengan cepat. Luhan mendudukkan aku kembali.

"Ujiannya sudah berakhir dan sekarang sudah jam pulang sekolah tau!" Luhan sebal sendiri.

"MWO?!" aku melihat jam tanganku resah. Akhirnya kuputuskan untuk memarahi Luhan. "Ya! Bukannya sudah kubilang bangunkan aku?! Apa yang kau lakukan, Lu? Aku jadi tidak ikut ujiannya!" aku berteriak ke arah mukanya. Tidak ada orang disini sehingga aku bisa berteriak dengan leluasa.

"Hei, Do Kyungsoo! Aku sudah mencarimu kemana-mana tadi! Kau tidak ada dimanapun. Aku bahkan sudah berkeliling perpustakaan lima kali asal kau tahu! Kau yang kemana?!" Luhan berkacak pinggang kesal.

"Ha? Aku disini dari tadi. Aku tidur!"

"Bohong! Aku mencarimu kemana-mana tadi," Luhan mulai lelah berteriak, sudut matanya menggenangkan air mata kekesalan.

"Jangan bercanda, Lu," aku memelankan suaraku. Ekspresi Luhan sangat meyakinkan. Aku tahu betul jika dia tak suka berbohong.

"Aku tidak bercanda. Aku serius, Kyungie sayang. Dan apa-apaan pakaianmu dan sepatumu ini. Kotor sekali. Kamu habis main lumpur?" Luhan bergidik jijik melihat tampilanku sehingga mau tak mau aku melihat tubuhku sendiri.

Apa yang sebenarnya terjadi? Ini adalah musim panas dan tak ada becek sama sekali. Tubuhku seperti orang baru terjerembab ke dalam comberan. Kakiku kotor dan bajuku penuh cipratan air tanah.

Oh, tidak mungkin.

Tiba-tiba aku teringat lucid dream itu. Pipiku berdesir. Panas.

...

Next or End?

Gak nyangka aku bisa bikin fic rated M :'|

Jangan lupa isi riview ya! :'O