Disclaimer : Naruto hanya milik Masashi Kishimoto

Warning : SasuFemnaru, typos, cursing, spoiler (buat yang belum selesai nonton mending hati-hati)

A/N : Ini adalah cerita femnaru pertamaku. latar ceritanya semi-canon dan semoga ke sananya aku bisa menahan diri biar karakter Sasuke tetap jadi Sasuke, Naruto tetap jadi Naruto (alias ngga OOC). ide ini udah ada cukup lama karena aku sendiri pecinta femnaru. soalnya, kunoichi di naruto berasa kurang nendang(?) jadi aku suka sama naruto versi cewek yang pastinya nendang(?)

setting ambil di narutoverse dan alurnya rada nyerempet ke situ. buat yang nyari AU tempatnya bukan di sini. Makasih.

Ditunggu masukannya buat yang berkenan memberi saran dan kritik yang membangun! :)


Satu langkah lagi sebelum salah satu tujuan hidupnya tercapai. Satu langkah lagi sebelum ia berhasil membersihkan nama Uchiha. Satu langkah lagi sebelum akhirnya ia mampu membalaskan dendamnya pada seorang pria yang telah merenggut semua kebahagiaan di hidupnya. Kebencian yang telah ia rasakan sejak malam itu berhasil membuahkan kekuatan besar pada dirinya.

Aliran darahnya sekarang ini seolah menyerukan antusiasme yang begitu besar. Sasuke bisa merasakannya. Ia bisa merasakan bagaimana tangannya gemetar oleh adrenalin, mendorongnya untuk segera menyabetkan chokuto ke tiap inchi tubuh Itachi, menusukan bilah pedang itu tepat ke tenggorokannya, melihatnya mati secara perlahan, melihatnya menderita dan merasakan sakit yang luar biasa sehingga ia menyesali segala perbuatan terkutuk yang telah ia lakukan pada keluarganya-keluarga Sasuke.

Mengalahkan kakak lelakinya itu jelas bukan perkara mudah. Sasuke sudah tahu betapa kuatnya orang yang telah membantai seluruh anggota keluargannya itu. Sejak kecil, Sasuke sudah tahu betapa kuatnya sang Heir, itulah mengapa dia pernah sangat mengagumi sosok tersebut.

Sekarang ini, Sasuke hanya bisa mendengus akan keironisan yang ada. Dirinya sudah mati sejak malam itu. Ia sudah mati bersama dengan mayat ayah,ibu, dan kerabat-kerabatnya.

Untuk beberapa kesempatan, mungkin dia secara tidak sadar telah menurunkan kewaspadaannya dan membolehkan orang lain masuk ke dalam hidupnya. Sesuatu yang merupakan kesalahan besar. Kesalahan bodoh yang kini hanya menghambat ambisinya untuk membersihkan nama Uchiha dengan membalaskan dendam mereka kepada sosok yang telah mengkhianati keluarga besar mereka sendiri.

Kesalahan bodohnya ini sekarang tengah mengejarnya dengan dalih hendak menyelamatkannya. Menyelamatkannya entah dari apa. Sebuah alasan bodoh karena Sasuke tidak butuh untuk diselamatkan oleh dan dari siapa pun.

Mencoba menstabilkan napas, Sasuke memelankan ayunan kakinya yang tengah melompat dari satu cabang pohon ke cabang pohon yang lain. Pertarungannya dengan sosok berambut pirang dari Akatsuki itu cukup menguras tenaganya meskipun kekuatan ular putih milik Orochimaru membuat proses penyembuhannya lebih cepat. Tapi, meskipun begitu, ia tak bisa memungkiri bahwa pertarungan tersebut sangat merugikannya dari segala aspek.

Pertama, ia jelas-jelas kehilangan banyak tenaga. Kedua, ia membuang-buang waktunya hanya untuk mengurusi sosok menjengkelkan yang berusaha membunuhnya hanya karena si pirang itu mempunyai masalah pribadi dengan Itachi. Menurutnya, karena Itachi dinilai terlalu sulit untuk dikalahkan, maka ia menargetkan Sasuke-yang merupakan adik Itachi-sebagai pelampiasan.

Keadaan tersebut mampu meningkatkan rasa muaknya pada sang kakak. Ia bersumpah pada dirinya sendiri untuk membuat lelaki itu membayar segala masalah yang telah ia limpahkan kepada dirinya.

Setelah berlari selama beberapa saat, sebuah bukit yang menjadi tujuannya kini sudah berada tepat di depan matanya. Di ujung bukit sana terdapat sebuah bangunan tua yang merupakan salah satu bangunan peninggalan klan Uchiha. Informasi terakhir yang berhasil diberikan Karin mengenai keberadaan Itachi adalah tempat ini, sebelum kemudian ia menyuruh perempuan itu dan juga dua orang anggota kelompoknya yang lain untuk berjaga di belakang sana, menahan siapa pun yang hendak menghambat pertarungannya dengan Itachi.

Konoha dan Tim Pelacaknya, Sasuke menyumpahi tindakan bodoh mereka yang hanya mengganggunya. Bagi Sasuke, mereka benar-benar seperti parasit, menghalangi langkahnya untuk mencapai tujuan. Mereka adalah sekumpulan orang menjengkelkan yang suka ikut campur pada sesuatu yang bahkan bukan kepentingan mereka.

Memikirkan mereka hanya membuang-buang waktu. Karena itulah Sasuke segera mengenyahkan pikiran itu dan kembali melangkahkan kakinya agar segera sampai ke atas sana, sebelum kemudian sebuah kilatan berwarna jingga melintas di kedua matanya. Bersamaan dengan itu, ia mendengar suara nyaring meneriakan namanya dan kedua kakinya tiba-tiba saja telah dipaksa mundur ke belakang karena tendangan yang ditargetkan tepat ke wajahnya. Kedua lengan Sasuke menyilang di depan wajah, menahan serangan yang datang secara tiba-tiba. Kedua alisnya menyatu, sedikit terkejut dengan kekuatan yang ada.

Sosok itu melompat di udara dan melayangkan tendangan ke sisi tubuhnya. Sasuke menghindar dengan cepat dan balas melayangkan serangan pada orang itu. Pukulan dengan pukulan, tendangan dengan tendangan, elakan dengan elakan. Lawannya saat ini sangat cepat dan Sasuke kewalahan untuk mengalihkan fokusnya guna melihat rupa sang lawan. Kemampuan taijutsu milik si jingga jelas tidak dapat diragukan. Sasuke merasakan kekuatannya. Ia merasakan kekuatan besar yang meliputi sosok asing ini.

Untuk beberapa saat, mereka masih berada dalam baku hantam semacam itu. Sebuah pertarungan dengan gerakan teratur dan Sasuke curiga bahwa sosok ini seperti sudah mengenali gaya bertarungnya karena ia sangat kelihatan sangat mudah dalam membaca seluruh pergerakannya.

Gaya bertarungnya seharusnya tidak mudah dibaca. Tidak untuk orang yang belum pernah melawannya secara langsung. Sosok ini jelas belum pernah berhadapan dengannya, tapi sesuatu dalam diri orang itu membuatnya merasa janggal.

Jenis chakra milik sosok ini terasa luar biasa familiar dan Sasuke menolak dengan sepenuh hati segala bisikan yang memberitahunya bahwa sosok ini ada dia.

Sosok ini jelas-jelas bukan si pirang yang secara menjengkelkan terus menerus mengejarnya. Sosok ini jelas bukan si pirang yang secara menjengkelkan selalu mendeklarasikan diri sebagai sahabatnya. Sosok ini jelas-jelas bukan mantan rekan satu timnya. Dia jelas-jelas bukan seseorang yang bernama Uzumaki Naruto karena ; Pertama, Naruto yang ia ketahui tidak memiliki kekuatan sebesar ini. Kedua, Naruto yang ia ketahui adalah seoang lelaki, bukan perempuan.

Sosok yang dilawannya ini Sasuke yakini sebagai perempuan, dilihat dari segala aspek. Mulai dari rambut pirang panjangnya yang diikat kuda di kedua sisi kepalanya dan tanda-tanda fisik lain yang menyerukan kata wanita. Rupanya membuat Sasuke gelisah karena dia mengingatkannya pada Naruto saat menggunakan jutsu bodoh itu. Justu yang membuat semua orang mesum mimisan sebelum jatuh pingsan. Hanya saja, sosok ini kelihatan jauh lebih cantik dan natural. Iris biru langitnya yang kini memancarkan kemarahan sangatlah tidak membantu keresahan yang dirasakan Sasuke.

Sharingan sudah aktif sejak beberapa saat lalu dan ia sama sekali tidak melihay adanya genjutsu ataupun henge.

Sasuke sedang berada di tengah-tengah kepentingan saat ini, kehadiran sosok yang ia curigai sebagai saudari Naruto sama sekali tidak membantu. Ia seharusnya memfokuskan diri untuk segera menemui Itachi dan mengabaikan wanita yang jelas lebih tua darinya ini, tapi ia tidak bisa melarikan diri dari suara di kepalanya yang ingin tahu siapa sosok tersebut.

Selain itu, Sasuke cukup kewalahan dalam menanggapi serangannya. Ia masih memikirkan kemungkinan tentang keterkaitan orang ini dengan Naruto ketika geraman marah itu membuatnya kembali terkejut.

"Berengsek! Mau sampai kapan lagi kau menghindariku?!"

Hanya Naruto yang memanggilnya seperti itu. Itu pun hanya dulu, beberapa tahun lalu sebelum ia memutuskan pergi dari desa.

Mereka berdua masih beradu fisik. Sasuke ingin menyangkal kenyataan bahwa wanita ini lebih mengunggulinya dan ia selalu berhasil menggagalkan tiap usaha Sasuke untuk membentuk segel tangan ataupun usahanya untuk menggunakan chokuto. Teknik kage bunshin miliknya menambah kejanggalan yang ada. Perbedaan yang mencolok hanya berada pada intensitas kekuatan yang dikeluarkan oleh si orang asing serta kemampuan bertarungnya yang lebih cakap. Ia mampu menggunakan clone dengan lebih efisien dibandingkan dengan sosok lain yang dikenali Sasuke. Cara bertarungnya memperlihatkan pengalaman yang tidak lagi sedikit. Sasuke memutuskan bahwa si jingga ini adalah kunoichi terkuat yang pernah ia temui. Kemampuannya jelas melebihi Kakashi, Sasuke sangat yakin dengan hal ini.

Sharingan di kedua matanya melewatkan sebuah pergerakan dari salah satu clone. Imitasi tubuh itu mengenai tulang rusuknya, membuatnya terjatuh ke tanah dan sebelum ia sempat mengelak, tubuhnya tiba-tiba sangat lemah begitu telapak tangan orang itu mengenai dadanya. Seluruh kekuatannya seolah menguap dari tubuhnya, membuatnya kesulitan untuk hanya menggerakan tubuh. Ia merasa seperti baru mengeluarkan chakra dalam jumlah yang begitu besar, tubuhnya terasa berat dan lunglai, padahal sejak tadi ia sama sekali belum mengeluarkan teknik ninjutsu. Sasuke harusnya tidak merasa selelah ini dan ia seharusnya mampu mengelak dari serangan yang kembali diajukan si jingga.

Namun, faktanya, tubuhnya kembali membentur tanah setelah sebuahsebuah tendangan mengenai sisi tubuhnya. Sebelum ia menguasai rasa kesal karena disudutkan, sosok itu sudah berada di depannya. Wanita tersebut tengah membungkukan badan di depannya dengan kedua tangan menarik pakaian Sasuke sehingga wajah mereka berdekatan. Rambut pirang itu terasa menggelitik ketika mengenai pipinya. Sasuke juga mampu merasakan aroma mint bercampur dengan... ramen?

Fakta itu kembali mengganggunya dan ketika ia melihat iris biru langit yang memandangnya lurus-lurus, Sasuke hampir lupa bernapas karena mata yang memancarkan kemarahan dan kekecewaan itu sangat mengingatkannya dengan mata yang ia pandang beberapa tahun lalu, tepatnya saat ia bertarung dengan rekan satu timnya di Lembah Akhir.

Kemiripan sosok ini dengan Naruto entah kenapa membuatnya tidak nyaman.

Naruto yang diketahui Sasuke tidak mempunyai kakak perempuan. Sasuke sangat yakin akan hal itu.

"Kau pikir henge semacam ini mampu mengelabuiku, huh? Aku takkan jatuh ke perangkap yang sama, Sasuke," geram perempuan itu di sela gertakan giginya. Ia kelihatan sangat marah. "Sekarang, lebih baik kau jelaskan segala ketidakjelasan perilakumu dan aku akan menendang bokongmu kalau kau memberi alasan yang tidak berarti dari semua tindakan berengsekmu beberapa bulan ini!"

Sasuke belum pernah merasa sedisorientasi ini. Ia masih kesal karena dikalahkan dengan mudah. Kini, ia kembali diuji dengan ocehan tidak masuk akal yang diutarakan sosok asing ini. Sasuke bukanlah orang yang sabar. Ia harus segera pergi dari sini dan dammit dia harus segera menyelesaikan urusannya dengan Itachi! Ia tidak seharusnya menghabiskan waktu di sini hanya untuk menanggapi seorang wanita yang marah-marah. Jika dilihat dari situasinya sekarang, seharusnya Sasuke yang berhak marah-marah.

"Menyingkirlah," ujarnya dingin.

Sosok di depannya mengerjap. Tapi, ia kemudian kembali merengut, seolah nada bicara dingin khasnya-yang selalu membuat orang lain melangkah mundur dan menjauhinya-tidak berpengaruh apa pun, seolah ia sudah kebal karena terbiasa menerima perlakuan yang demikian.

"Tidak sebelum kau menjelaskan semuanya, Berengsek," tegas si jingga. Ia mengeratkan genggamannya di pakaian Sasuke. "Aku takkan membiarkanmu lari lagi dan menghindariku seakan aku wabah penyakit menular."

Sasuke menahan gertakan giginya. Sosok ini jelas takkan melepaskannya saat ini. Tekadnya sama kuatnya seperti mantan rekan satu timnya yang bodoh. Aura aneh ini mengingatkannya pada orang itu.

"Siapa kau?" tanya Sasuke, masih dengan nada dingin yang sama.

Si jingga mengerutkan kedua alisnya, ia kemudian mendengus, "Jangan main-main, Berengsek. Kalau kau ingin mencoba skenario untuk melarikan diri, sebaiknya kau menyusun sesuatu yang lebih mudah dipercaya. Amnesia adalah ide bodoh."

"Siapa kau?"

"Astaga, kau serius?!" ujarnya dengan ekspresi kesal. Ia menggertakan giginya. "Aku benar-benar ingin menonjok wajahmu lagi."

Ocehannya membuat kepala Sasuke pusing! Ia tidak punya banyak waktu dan wanita ini sangat menganggunya. Ia harus segera pergi dari sini sebelum orang-orang Konoha berhasil menemuinya ataupun sebelum ia kehilangan jejak Itachi. Hal terakhir yang saat ini tidak dibutuhkannya adalah penghalang. Kini ia tidak peduli lagi dengan kejanggalan yang memenuhi sosok di depannya ini.

"Menyingkirlah. Aku tidak punya urusan apa pun denganmu," ungkapnya di sela gertakan gigi. Kini kekesalannya tidak bisa lagi ditutupi.

Sosok di depannya masih belum mengerti. Ia tertawa mendengar perkataan Sasuke, mengabaikan ekspresi marah yang secara jelas tercetak di wajah remaja itu.

"Kau punya sejuta urusan denganku, Oh-Uchiha-Agung." Ia memaksa Sasuke berdiri, membuat Sasuke secara tidak sadar memperhatikan tinggi mereka yang sama. "Kalau kau masih tidak mau bicara, aku akan membuatmu bicara, apa pun caranya. Kau mengerti? Sekarang, lebih baik kau lepaskan henge mengesalkan ini sebelum aku menyeretmu ke penginapan. Sekarang ini aku tidak peduli dengan misi kalau kau masih mau mengoceh tentang misi ini itu."

Henge?

Isi kepala si jingga ini jelas ada yang salah. Sasuke sama sekali tidak mengaktifkan jutsu itu dan ia memang tidak berkepentingan dengan orang ini! Yang benar saja, mengenalnya pun tidak. Tapi, caranya berbicara membuat Sasuke merasa bahwa sosok ini seolah memang mengenalnya. Ia terlihat terlalu kasual untuk marah-marah pada orang asing, kenyataan yang sangat aneh karena Sasuke seharusnya merupakan orang asing untuk sosok ini. Kekesalan yang diperlihatkannya juga tampak tidak dibuat-buat. Orang ini benar-benar merasa mengenal Sasuke dan ia memang sedang berkepentingan dengan Sasuke yang dikenalnya.

Heck, yang benar saja. Mana mungkin ada Sasuke yang lain? Atau, orang yang dikenal sosok ini ternyata berpura-pura menjadi dirinya?

Tapi, rasanya tetap saja janggal. Kenapa juga orang itu ingin menjadi tiruannya? Selain itu, sosok ini juga tampaknya sudah mengenal Sasuke itu cukup lama. Memakai henge dalam jangka panjang bukanlah hal yang mudah. Jutsu itu memerlukan konsentrasi dan akan terpecah kalau fokus si pengguna teralihkan.

Mendengus pelan, Sasuke berujar, "Tidak ada henge. Aku tidak mengenalmu. Menyingkirlah."

Ekspresi marah dan kesal wanita itu memudar. Ia mengerutkan dahi, kelihatan bingung. Sedetik kemudian, ia menutup matanya dan kembali membukanya setelah beberapa saat. Kedua kelopak matanya kini dilapisi warna jingga. Ia menatap Sasuke selama beberapa saat sebelum kemudian melebarkan mata dan semakin mendekatkan wajahnya pada remaja berambut raven itu.

Jarak wajah mereka teramat dekat, membuat napas keduanya saling beradu. Sasuke menarik kepalanya ke belakang, mencoba memberi jarak antara dirinya dengan si orang asing. Ia belum sempat menghentak untuk menyuruh orang ini menjauh karena suaranya didahului oleh helaan terkejut orang itu.

"Tidak mungkin," ujarnya sambil melayangkan telapak tangannya ke wajah Sasuke. Tanpa aba-aba, ia menepuk-nepuk pipi pemuda itu dan mencubitnya diantara telunjuk dan ibu jari. "Kau memendek? Memuda? Heh, Sakura-chan memaksamu meminum ramuan eksperimen kreasinya lagi atau bagaimana? Efeknya kelihatan sangat nyata! Kapan kau meminum ramuannya? Kau sangat niat untuk menghindariku sampai repot-repot mau bertransformasi seperti ini?"

Nama Sakura yang disebut-sebut berhasil menarik perhatian Sasuke, mengalihkannya dari rasa jengkel karena dirinya yang disentuh begitu saja. Sosok ini berarti berasal dari Konoha. Ia memang ingin menemui Sasuke tapi kelihatannya ia tak bermaksud memaksanya kembali ke sana. Semua ocehannya hanya mengindikasikan bahwa ia menuntut suatu penjelasan darinya, tidak lebih.

Tapi, ramuan? Apa yang dibicarakannya?

"Aku bukan orang yang kau kenal," ujar Sasuke pada akhirnya. Ia tidak repot-repot menekan suaranya agar tidak terdengar kesal. Orang ini tidak mempan dengan segala killing intent yang ia keluarkan. Keadaan tubuhnya yang lemah juga sama sekali tidak membantu. Chakranya seolah habis begitu saja. Sasuke tiba-tiba saja ingin merebahkan diri meskipun baru berdiri selama beberapa saat.

Pandangan mata itu menajam. Sosok di depannya ini memiringkan kepalanya, "Kau tidak bercanda 'kan?"

"Aku tidak bercanda," tegas Sasuke pendek.

Dahinya kembali mengerut. Ia melangkah mundur dan bergumam mengenai keanehan yang dirasakannya pada Sasuke, mulai dari ketiadaan henge hingga kemampuan bertarung yang menurun-komentar yang membuat Sasuke ingin memukul kepala orang itu. Detik berikutnya, ia bergumam mengenai portal antar dimensi dan sesuatu semacam... alien-alien merepotkan? Entah apa pun itu yang jelas Sasuke tidak peduli. Ia menyumpahi tubuhnya yang tiba-tiba saja lumpuh dan ia harus segera pergi dari sini untuk merencanakan sesuatu yang lain. Sasuke tidak bisa menghadapi Itachi dengan keadaan seperti ini. Ia harus menemui ketiga anggota kelompoknya dan kembali melacak Itachi setelah keadaannya pulih.

Masalahnya, tadi Sasuke berpesan pada mereka untuk menunggu. Ia juga melarang ketiganya untuk mengikuti ataupun menemuinya sebelum ia menyelesaikan urusannya dengan Itachi.

Selama tujuh belas tahun hidupnya, Sasuke baru merutuki diri atas kalkulasinya yang melenceng. Ia sama sekali tidak memperkirakan hal semacam ini akan terjadi. Ia sama sekali tidak tahu bahwa dirinya akan berhadapan dengan sosok yang tidak bisa ia atasi. Kemampuan wanita ini jelas melebihi si pirang Akatsuki. Sasuke mengumpat dalam hati. Pilihannya sekarang adalah menemukan ketiga anggota kelompoknya-yang kelihatannya sulit-atau mengikuti wanita ini hingga kekuatannya pulih.

Pilihan kedua tampak lebih memungkinkan meskipun batinnya menolak pilihan itu. Egonya sudah pasti rusak jika ia menyerah begitu saja. Tapi, logikanya mendukung yang demikian; menunggu hingga kekuatannya pulih, lagi pula wanita ini tak kelihatan seperti ingin membunuhnya.

Terlarut dalam pikirannya, Sasuke hampir tidak menyadari bahwa sosok di depannya sudah berubah. Berubah dalam artian ia yang seolah sedang mengaktifkan sebuah jutsu entah apa. Sasuke hampir tersedak ketika merasakannya. Ia mengenali energi ini. Ia amat mengetahui energi khas yang dikeluarkan wanita itu, sosok yang kini diliputi oleh jubah berwarna jingga menyala. Bahkan seluruh tubuhnya juga berwarna jingga, kecuali tanda lahir khas kumis kucing di kedua pipinya. Tanda yang menyerupai Naruto itu berwarna hitam.

Kemiripan itu tidak terlalu besar dibanding dengan energi familiar yang dirasakan Sasuke. Hanya ada satu orang yang memiliki chakra semacam ini, pikirnya. Chakra kuning yang berasal dari rubah buas, Kyuubi-si Rubah Ekor Sembilan. Chakra yang hanya dimiliki oleh Uzumaki Naruto.

Bagaimana bisa?!Keterkejutannya disela oleh keterkejutan wanita itu. Jubah chakranya menghilang, digantikan oleh pakaian lengan panjang warna jingga dan celana hitamnya yang biasa. Mata biru langit itu melebar. Ia meneriakan sesuatu mengenai dirinya yang ingin membunuh seorang berengsek arogan ketika tiga individu baru muncul secara tiba-tiba di depan mereka.

Sasuke mengenali ketiganya. Si rambut merah berteriak, mengatakan sesuatu mengenai, "Sasuke! Aku merasakan chakra yang begitu besar dari sini dan aku mengkhawatirkanmu! Kau baik-baik saja?!"

Di samping si rambut merah, lelaki berambut silver mengomentari sesuatu perihal wanita merepotkan, sementara si rambut oranye memandang Sasuke khawatir. Ketiganya baru menyadari kehadiran si wanita ketika ia menahan Karin yang hendak menghampiri Sasuke.

"Kaptenmu ini baik-baik saja, oke? Dia beruntung karena dia memang bukan orang yang ingin kubunuh," tandas si pirang.

Ekspresi wajahnya kentara sekali kesal. Ketiga orang itu tidak bodoh untuk mencoba melawannya. Mereka sudah merasakan besarnya chakra itu. Melihat Sasuke yang lumpuh sudah cukup menandakan bahwa tak ada gunanya melawan. Belum lagi si pirang kelihatan seperti akan meledak jika disinggung barang sedikit pun.

Sasuke mengamatinya dengan datar, balik menatap sorot matanya yang secara terang-terangan ditujukan padanya.

Menyumpah untuk sekian kali, si wanita bergumam, "Kau benar-benar kelihatan seperti si Berengsek. Hell, kau adalah dia! Tapi kau juga bukan dia! Ah, persetan. Aku akan segera menemukannya dan mematahkan seluruh tulang iganya hingga remuk dan menyuruh Sakura-chan untuk mengobatinya lagi sebelum kuremukan lagi. Dia pantas mendapatkannya."

Ketiga orang di depan Sasuke meringis ngeri. Mereka bahkan sampai mundur beberapa langkah.

"Siapa kau?" tanya Sasuke untuk ke sekian kalinya.

Sosok di depannya mengerjap. Ia seperti baru menyadari sesuatu. Sebelah sudut bibirnya terangkat ke atas. Ia tersenyum miring, senyum yang amat familiar. Senyum khas rubah yang menjadi identitas seorang Uzumaki berambut pirang.

"Kau akan terkejut," ungkap si wanita pirang. Ekspresinya tiba-tiba menjadi riang, sebelum kemudian memudar secepat datangnya ekspresi itu. Sorot matanya menajam. "Apa yang kau lakukan di sini?"

"Bukan urusanmu," balas Sasuke tidak peduli.

Berdecak pelan, sosok itu mengalihkan pandangannya. Ia memindai keadaan sekitar dan melihat ke arah bukit di mana bangunan peninggalan Uchiha berada. Matanya mengerjap. Ia kembali memandang Sasuke dan hendak berbicara ketika Suigetsu mendahuluinya.

"Dia hendak membunuh kakak lelakinya, Uchiha Itachi, Onna-sama*."

Sebelah alis wanita itu terangkat. Ia seperti menahan tawa ketika mendengar julukan yang diutarakan Suigetsu padanya. Tapi, sesuatu yang lain seolah lebih menarik perhatiannya.

"Kutebak, dia meninggalkan desa, bergabung dengan si siluman ular Orochimaru dan membunuhnya? Dia orang yang berengsek yang terobsesi oleh dendam, tidak punya hati, dan membuat kalian ingin memukul kepalanya agar dia sadar tapi tak sampai hati untuk membunuh dan membencinya? Apakah Uchiha Sasuke yang ini seperti itu? Atau dia sosok yang lain?"

Wanita ini menatap Sasuke dengan teliti Ekspresi wajahnya menunjukan bahwa ia serius meskipun cara bicaranya seolah seperti sedang meledek. Sasuke sangat jarang memperlihatkan emosinya, entah marah, sedih, bahagia atau apa pun itu. Tapi, sejak awal bertemu dengan wanita ini, topek datarnya sudah menguap entah ke mana. Sasuke yakin wajahnya kini sudah memerah karena amarah. Ia kesal dengan nada meremehkan itu. Ia kesal karena dirinya seolah dilihat sebagai lelucon.

Wanita itu mendengar gumaman Suigetsu yang mengiakan pertanyaan tadi-respon yang langsung membuatnya mendapat tonjokan dari Karin.

Seakan melihat kemarahan Sasuke, wanita itu kembali menatapnya. Sorot matanya kini berbeda. Ia tak kelihatan meremehkan, terlebih ketika menghembuskan napas pelan. Alih-alih meremehkan, ia kini terlihat... lelah? Perihatin?

Entah, yang jelas Sasuke sama-sama tidak menyukai ekspresi itu.

"Jika keadaannya memang sama, kau akan menyesal jika membunuh Itachi," gumamnya sambil melangkah mendekatinya. Kedua tangan perempuan itu menangkap pergelangan tangan Sasuke, menariknya ketika Sasuke hendak menghindar. Ia menatapnya tepat di mata, membuatnya entah mengapa terdiam. Sedetik kemudian, ketika wanita itu melepaskan tangannya, Sasuke merasa seakan pergelangan tangannya terikat. Ia menuduh orang itu lewat tatapan, namun sorot mata dinginnya hanya dibalas dengan senyuman ringan. "Kau masih bisa kuselamatkan. Kesempatanmu masih ada. Setidaknya, kau bisa pulih lebih cepat dibandingkan jika aku membiarkanmu melakukan hal yang lebih jauh. Kau bisa pulih lebih cepat dibandingkan dengan orang yang kukenal."

Apa yang dia bicarakan?

"Apa maumu?" ujar Sasuke dingin, ia tidak menyukai nada simpati yang tersirat dalam suara wanita itu. Ia tidak suka ketika memikirkan bahwa sosok asing ini peduli padanya. Sasuke tidak butuh untuk dipedulikan. Ia hanya ingin pergi dari sini, memulihkan diri, dan kembali melacak Itachi.

Kakak lelakinya itu adalah sumber penderitaannya. Sasuke ingin menertawai wanita ini ketika ia mengatakan bahwa Sasuke akan menyesal jika Itachi mati.

Cengiran khas rubah itu kembali menghiasi wajah si pirang begitu mendengar pertanyaan Sasuke.

"Aku ingin mempertemukanmu dengan kembaranmu. Bisa kau bayangkan? Teme bertemu teme! Sungguh tontonan yang menjanjikan. Eh, sebentar. Seorang Sasuke saja sudah membuat kepalaku hampir pecah, bagaimana kalau ada dua?"

Ekspresi riang itu secara cepat berganti dengan ekspresi bingung, seolah ia sedang berpikir keras.

Di depan mereka, Karin memekik. "Ada Sasuke yang lain?"

Si pirang menoleh, ia menyipitkan mata pada Karin sebelum mengangguk. Cengiran itu tiba-tiba kembali menghiasi wajahnya.

"Ah, Karin, kebetulan sekali. Aku akan mengajakmu untuk menemuinya. Dia pasti menyukai reuni," ungkapnya riang. Lengannya menyambar lengan Sasuke dan Karin, mengapit kedua lengan orang tersebut. Pandangannya jatuh pada Jugo dan Suigetsu, memberi isyarat pada mereka guna ikut mengapit lengan Karin.

Sebelum bershinshuin, si pirang berkata, "Baik, teman-teman, kita akan menemui rekan satu timku, Uchiha Sasuke versi tua!"

TBC

*Onna-sama : Panggilan Nona