Desclaimers : Readers sekalian udah pada tahu kan ya :)

*Cerita ini terinspirasi drama kolosal Korea dengan judul yang sama *author habis rewatch dramanya, jadi malah tergerak untuk iseng bikin fanfic masih dengan favourite couple Gaahina. Yeyeye :D*. Latar dan jalan cerita yang di ambil sama persis seperti dramanya, yakni Korea biar gak ribet aja sih mengingat ini kolosal, ^^v

Demi kebutuhan cerita, disini ibunya Hinata adalah Kurenai. Neji sebagai adiknya Hinata dan kakaknya Hanabi. Dan sepertinya masih ada hal-hal lain yang author ubah dari peran aslinya tokoh-tokoh dalam Naruto.

*Ini untuk kesenangan semata. Don't like, ya gak usah di baca, simple :D and well, Happy reading readers :D


Seorang pemuda berambut merah memacu kudanya dengan tergesa-gesa di tengah gulitanya malam. Darah yang masih terlihat segar itu mengalir dari luka-luka di sekujur tubuhnya. Dibelakang pemuda itu terlihat beberapa pasukan kuda yang berlomba mengejarnya.

Sementara di tempat lain, beberapa pasukan tentara berkumpul menunggu kedatangan seseorang. Seorang kapten polisi berambut hitam, melaporkan pada pria paruh baya di depannya bahwa pemuda itu melarikan diri. Terlihat pria itu tidak puas akan hasil kerja orang-orangnya. Jelas sekali suatu kekacauan besar tengah terjadi.

Kembali pada pemuda berambut merah yang kini telah sampai di rumahnya dan mendapati ayahnya terluka sangat parah. Pemuda itu Sabaku no Gaara dan ayahnya Sabaku no Rei. Gaara yang mencoba menyelamatkan ayahnya akhirnya terkapar tak berdaya kala beberapa orang menyerang rumahnya dan berakhir dengan membunuh ayahnya. Bayangan masa lalu bersama ayahnya, keluarga dan seorang wanita tergambar dimatanya sampai sesaat kemudian matanya tertutup, tak sadarkan diri.

Flash Back 1 Tahun Sebelumnya

Hyuga Hinata, gadis putri bangsawan, ayahnya adalah Pangeran Hyuga Hiashi. Gadis berambut indigo itu tengah mengendap-endap di istal kuda milik keluarganya. Hinata membelai-belai salah satu kudanya, begitu tenang dan lembut. Ia berhasil menaiki kuda coklat itu dengan bantuan ember kayu yang ia telungkupkan, sampai akhirnya seorang pelayan wanita berteriak memanggilnya dan menghampirinya dengan tergesa. Terkejut akan hal itu Hinata terperanjat dan terjatuh hingga kakinya terkilir.

"Apa nona baik-baik saja? Bagaimana kalau nyonya Kurenai mengetahuinya? " tanya pelayan itu hawatir.

"Ia baru kali ini mengizinkanku menaikinya." Jawab Hinata kesal. Yang Hinata maksud "ia" adalah kuda coklat itu.

"Maafkan saya nona, tapi anda harus bergegas, semua tengah menunggu." Mendengar paparan pelayan setianya itu, Hinata segera meninggalkan istal walau dengan kaki yang tertatih-tatih.

Lady Kurenai tiba. Semua pelayan berdiri memberi hormat. Tak terkecuali Hanabi dan Neji yang sudah rapi berdiri di depan teras. "Kau kemana saja? Apa kau mengendap-endap di istal lagi?" tegur Kurenai pada putri sulungnya itu.

Pangeran Hiashi muncul. Ia tampak geli. "Jalan saja tidak benar karena mata kaki sakit. Apa dia bisa naik kuda?" Hinata tersenyum peruh arti menatap ayahnya. Lagi-lagi Hiashi membelanya.

"Kalian akan berkunjung ke istana setelah sekian lama tak berkunjung, sebagai anggota dari keluarga kerajaan. Jagalah sikap kalian."

"Ya Ayah." Jawab ketiga putra dan putri Hiashi.

"Bangsawan tidak boleh memperlakukan diri mereka dengan hal-hal seperti ini, jadi kalian harus berkomitmen dalam pelajaran kalian." Tambah Hiashi.

"Ya." Jawab ketiganya serempak, kemudian berbalik dan berjalan meninggalkan Hiashi dan Kurenai.

"Apakah kau telah mengirim seseorang ke kediaman itu?" tanya Kurenai setelah anak-anaknya benar-benar telah pergi.

"Dia pasti sudah sampai disana." Jawab Hiashi tenang.


Kediaman Sabaku.

Sabaku no Rei (Penasehat Dewan Kanan/ Wakil Perdana Mentri) menerima surat lamaran pernikahan dari Pangeran Hiashi.

Kankuro, putra tertua Rei terkejut setelah membaca surat yang ayahnya berikan padanya, "Pangeran Hiashi meminta menikahkan putrinya dengan Gaara?"

"Gaara tidak pulang lagi?" tanya Rei mengabaikan pertanyaan putra sulungnya.


Ditempat lain, Gaara yang sedang dibicarakan masih tidur pulas di gibang. Seorang gisaeng (red: psk *ups!) membangunkannya, "Tuan muda, matahari sudah tinggi. Bangunlah, sekarang sudah waktunya masuk istana."

Tersengar suara dengkuran dari pria berambut kuning yang demikian pulasnya tak jauh dari tempat Gaara, "padahal mereka berteman, tapi kenapa mereka sungguh berbeda?" tanya gisaeng itu pada dirinya sendiri.

Tak lama kemudian, Gaara bergegas bangun dan pergi ke istana. Ia tidak menyadari bahwa gisaeng tadi meninggalkan bekas lipstik dipipi dan lehernya.


Hinata dan Hanabi berjalan menuju istana. Hinata mendengar dari adiknya bahwa ayahnya telah menjodohkan Hinata.

"Perjodohan? Yang benar saja. Jangan berbicara yang tidak-tidak." Hinata mencoba menepis kabar dari adiknya itu.

"Tapi aku mendengar ibu dan ayah membicarakan itu. Mereka mengirim utusan ke kediaman Penasehat Sabaku no Rei." Hanabi mantap.

"Dan aku akan di jodohkan?" lagi-lagi Hinata bertanya, tak percaya. Hanabi mengangguk mengiyakan.

"Kakak tidak mau menikah kan?" Hanabi antusias, "katakan pada ayah, aku saja yang menikah. Oh, putra kedua penasehat kanan kita yang agung. Sabaku no Gaara... bukankah namanya memiliki kesan yang agung?"

Hinata tersenyum mendengar permintaan adiknya, "Ayo kita bergegas ke aula kerajaan. Bukankah kita harus menyapa putri?"

"Kenapa tidak kakak saja yang pergi?"

"Apa?"

"Aku tidak bisa tahan dengan seorang putri yang terlalu mengagungkan kecantikannya sendiri." Ujar Hanabi kesal.


Putri Sakura sedang belajar. Seorang guru senior menjelaskan tentang ajaran Confusius disebrangnya dengan tirai tipis sebagai pemisah mereka. Jaesang Bulgyo, kemudian Goyi Bulwi yang artinya menjadi tinggi namun tetap rendah hati, menjadi bermartabat tapi tetap adil. Menjadi agung tapi tetap sederhana, menjadi agung dan tetap adil untuk mendapatkan rasa hormat. Goyi Bulwi, Soyi Jangsugwi...

Sakura merasa bosan. "Guru?"

"Ya Yang Mulia?"

"Sepertinya aku tidak bisa menemukan kalimat yang baru saja kau kutip." Guru tersebut bingung. Bagaimana bisa?

"Hamba telah mempelajari buku ini ribuan kali."

"Apa kau menuduhku melakukan pemalsua?" nada Sakura sedikit meninggi. Cepat-cepat guru itu menjawab, "hamba tidak akan pernah berani Yang Mulia."

Sakura menggoda gurunya, "Ayo kesini, dan periksalah sendiri."

"A-apa?"

"Aku memuntamu kesini dan memeriksanya sendiri."

Mau tak mau, guru terpaksa mengangkat tirai dan tertegun dengan wajah putri yang memang cantik. Guru mendekat dan mencari kalimat yang dimaksud. Putri Sakura memegang tangan gurunya dan mendekat. Guru itu menjadi sangat gugup. Kemudian dayang membuka pintu dan apa yang terjadi? Guru itu ketakutan dan berlari meninggalkan ruangan.


Pusat pengajaran kerajaan gempar, para profesor tengah bingung, pusing memikirkan tingkah laku putri. Ia menggunakan kecantikannya untuk menantang gurunya. Mereka sudah kehabisan akal. Setiap guru yang dikirimkan pastilah mengalami hal yang sama.

Seorang kepala profesor mengeluh, sudah tiga guru yang mengundurkan diri karena putri. Guru-guru yang lain membujuk Profesor Kakashi untuk mengirim guru baru untuk putri.

"Kemana orang itu? Kenapa ia terlambat?"

Gaara datang terlambat. Ia meminta maaf. Profesor Kakashi kesal dengan keterlambatannya dan mengajak Gaara keluar.

"Dari mana saja kau?"

Dengan senyuman kecil Gaara menjawab, "Saya terlalu banyak belajar di perpustakaan, jadi..."

Kakashi marah. Ia sudah melihat tanda bibir merah di pipi Gaara, "apa? Terlalu banyak belajar? Apa kau yakin tidak terlalu banyak menghabiskan malam dalam pelukan gisaeng? Lihat wajahmu itu!"

Gaara heran, "wajah saya?" lalu meraba pipinya dan terkejut melihat bekas lipstick di telapak tangannya, "apa ini?"

Kakashi semakin kesal, "kau tanya aku?"

Gaara merasa malu, lalu segeramengalihkan pembicaraan. "Guru mencari saya?"

"Bergegas dan temui tuan putri!"

"Bukankah putri memiliki gurunya sendiri?"

"Ia mengundurkan diri."

Gaara menghela napasnya, "apa putri membuat ulah lagi?"


Putri Sakura menyirami bunga di tamannya sambil mengomel. Dayangnya berkata bahwa putri berlebihan. Putri tersinggung dan melotot padanya. Tiba-tiba Hinata masuk area taman dengan kaki yang masih tertatih-tatih, menghadap putri. Tentu saja Sakura merasa sangat gembira dengan kehadiran sepupunya itu.

"Yang Mulia." Sapa Hinata disertai senyum manisnya. Sakura membalas senyumannya. Kemudia ia mengajak Hinata melihat-lihat koleksinya. Ada banyak perhiasan berharga di ruangannya. Tusuk konde dalam berbagai model, sepatu sutra, hanbok, peralatan make up, dan masih banyak lagi.

"Aku heran sekali, mengapa seorang nona bangsawan ingin mengendarai kuda? Kau ini cukup aneh, melukai dirimu sendiri dan melakukan hal-hal yang tidak berguna."

Hinata mengulum senyum, "Mengapa anda mengoleksi sepatu dari sutra padahal anda tidak akan memakai semuanya?"

"Karena aku menginginkannya." Jawab Sakura singkat.

"Begitupun denganku. Karena aku menginginkannya. Dan mereka melarangku dan mencoba menghentikanku, hal itu malah membuatku semakin ingin menaikinya."

"Terakhir ku dengar, kau bahkan bisa meraih pelananya?"

Hinata bangga, ia memang berhasil meraihnya walaupun hanya sebentar.

Dayang Putri mengingatkan sudah waktunya belajar, dan Nona Hinata juga harus belajar.

"Belajar! Belajar! Aku kenyang dengan semuanya! Aku tidak mau pergi!" Sakura marah pada dayangnya.

Hinata terkejut dengan tingkah Sakura, "Bagaimana kalau Yang Mulia Raja tahu?"

"Yang Mulia tidak akan berdaya menghadapiku." Jawab Sakura dan keduanya tertawa.

Ditengah perjalanan mereka mengitari taman istana, Hinata sedikit melamun, memikirkan pertunangannya dengan putra penasihat Sabaku.

"Apa yang kau pikirkan?" tanya Sakura yang menyadari Hinata sedang memikirkan sesuatu.

Sesaat Hinata termenung, " Jika aku dikurung dalam rumah setelah menikah, mungkin aku mengerti penderitaan Yang Mulia."

"Apa artinya itu?" Sakura tak paham dengan apa yang Hinata maksud.

"Bukankah terperangkap dalam istana ini rasanya sungguh menyesakkan?"

"Aku tidak merasa demikian, karena tidak ada yang tidak bisa ditemukan di dalam istana ini. coba lihat tamanku, kau tahu berapa banyak bunga langka yang memenuhinya?"

"Dibandingkan dengan bunga yang sengaja di tanam dengan istimewa, aku lebih menyukai bunga yang tumbuh bebas di luar." papar Hinata sambil tersenyum.

Dayang Putri berlari menghampiri Sakura dan Hinata.

"Saya sudah tahu siapa guru pengganti untuk anda." Kata dayang putri bersemangat.

"Apa masih ada yang bertahan?" tanya Sakura heran.

"Dia adalah Sabaku no Gaara. Putra bungsu penasihat Sabaku no Rei."

"Putra bungsu penasehat? Sabaku no Gaara?" Hinata tiba-tiba bersuara. Ia teringat kembali perkataan Hanabi. dan seketika matanya membelalak.


Gaara bersiap mengajar Putri dan ingat pesan Profesor, jangan pernah mengangkat tirai apapun yang terjadi. Ingat itu.
Gaara tersenyum geli. Ia berjalan sambil kipas-kipas. Gaara tidak sadar kalau di lehernya masih ada bekas lipstik. Gaara minta dayang mengumumkan kedatangannya.

"Yang Mulia, Guru Kerajaan disini."

Gaara masuk dan membungkuk, "suatu kehormatan untuk memberikan pengajaran pada anda. Anda kecewa dengan saya? Kenapa anda tidak mengeluarkan suara anda yang indah itu?" tidak ada sedikitpun suara dari sang putri, Gaara melanjutkan, "Tolong buka buku tentang bakti."

Gaara tidak tahu bahwa yang ia temui adalah Hinata.


Sementara Putri Sakura ada dalam tandu dan pura-pura sebagai Hinata dari kediaman Pangeran Hiashi. Tandu mereka meninggalkan istana.
Dijalan, Sakura ingat saat Hinata membujuknya untuk tukar tempat.

"Yang Mulia, apa anda tidak ingin melihat diluar pagar istana?" tanya Hinata.

"Bagaimana dengan pelajaran-nya?"

Hinata bersedia menggantikan Putri. Sakura marah, beraninya kau!

"Sebenarnya guru Sabaku no Gaara adalah calon suamiku. Aku ingin melihatnya sendiri." Aku Hinata.

Putri jalan keluar bersama dayangnya. Dayang mengeluh, seharusnya Yang Mulia menghentikan Hinata. Tapi kenapa putri justru kerjasama dengannya? Sakura minta dayangnya tidak menyebut Yang Mulia lagi. "Kalau tidak aku akan menghukummu tanpa ampun."


Hinata berusaha melihat wajah Gaara dari balik tirai, tapi tidak bisa.

"Apa itu Tiga Kepatuhan?" Gaara bertanya. Masih tak ada jawaban apapun, ia menghela napas, "Mereka berkata kalau wanita harus mematuhi ayahnya saat muda, pasangannya setelah hidup dalam pernikahan dan anak laki mereka sampai kematian memisahkan mereka. Dengan kata lain, mereka menunjukkan bagaimana wanita hanya bisa hidup dalam bayang-bayang pria."

'Bayangan?' tanya Hinata dalam hati. Hinata sibuk memeriksa memar di pergelangan kakinya. Gaara merasa "Putri" mencoba menggodanya. Gaara marah, "tolong hentikan itu!"

Gaara menantang, "Putri, mungkin berikutnya adalah tirai? Biarlah kita mengagumi kecantikan yang sudah membuat seluruh akademi kerajaan kacau. Tapi tidak ada skandal yang akan membuat saya terbuai. Jika seorang putri menggunakan kecantikannya seperti hiasan murah, bukannya itu tidak berbeda daripada gisaeng rendahan? Saya tidak bisa lagi membiarkan usaha seperti ini untuk menantang guru-guru anda. Kita akhiri saja pelajaran hari ini. Tolong angkat tirainya!"

Hinata mengerutkan keningnya, tak mengerti. Sedetik kemudian Gaara benar-benar mengangkat tirai yang memisahkan mereka, "Yang Mulia, apa..."

Hinata terkejut, ia merasa marah. Lalu menunjukkan memar di mata kakinya. "Memar, kau bisa melihatnya." Gaara tertegun. Hinata melanjutkan, "Tidak melukai tubuh yang sudah diberikan oleh orang tua kita adalah dasar dari bakti, jadi aku hanya bisa memohon maaf karena membuatmu melihat pemandangan seperti ini. Tapi, Guru. Apa aku mendengar sesuatu yang lebih pribadi? Katakan padaku, apa yang kau pikirkan? Melihatku mengangkat rokku sehingga kau bisa mengintipnya? Atau mungkin kecupan lembut di lehermu itu?"

Hinata menyindir Gaara, yang tampaknya terpelajar dan sopan. Tapi memiliki tanda dari gisaeng di tubuhnya. Berani menuduhnya berbuat macam-macam, bukankah ini munafik.

"Tapi ini adalah dinding istana yang agung yang kau masuki. Melihat kebiasaan yang biasa dilakukan di gibang benar-benar sungguh hina. Wanita mungkin akan jalan dibawah bayang-bayang pria, tapi wanita seperti apa yang akan percaya dan bergantung pada pria ceroboh dan palsu seperti itu?" Hinata benar-benar meluapkan kekesalannya pada guru muda didepannya.

Gaara kalah telak, ia jalan keluar. Tapi tersenyum lebar mengingat kata-kata "Putri".


Raja mendengar kalau Pangeran Hiashi yang notabenenya adiknya mengirim pesan kepada Penasehat Sabaku, ia ingin tahu apa isinya. Tapi anak buah Raja tidak mengetahuinya.
Raja sedang sakit dan tabib istana sedang merawatnya. Lalu kasim berkata kalau Pangeran Hiashi ingin menghadap. Raja segera meminta tabib istana untuk sembunyi.
Raja tidak ingin adiknya tahu kalau dia sakit parah.

Pangeran Suyang menghadap kakaknya. Keduanya membicarakan putri-putri mereka. "Kita sudah dianugerahi anak perempuan yang hebat." Ujar Raja. Hiashi membenarkan. Kemudian Raja berkata kalau Putri Sakura tumbuh besar tanpa ibunya. Raja berharap Hiashi bisa membantu Putri.

Hiashi tersenyum, "Bukankah pria ceroboh ini (maksudnya dirinya sendiri) harus belajar memahami putrinya sendiri lebih dulu?"

"Aku menyayangi Hinata bagai putriku sendiri. Kuharap kau melakukan hal yang sama pada Sakura dan membantunya." Pinta Raja.

"Ya Yang Mulia." Jawab Hiashi.

"Apa kau bisa melakukan hal yang sama untuk Putra Mahkota Konohamaru?" pinta Raja kembali. Raut muka yang murung tak mampu Raja sembunyikan.

"Sudah seharusnya saya melakukannya."

Raja berkata ia merasa lega. Hiashi pamit dan akan ke balairung (Semacam tempat musyawarah para pejabat kerajaan), "Saya akan menunggu Yang Mulia bersama anggota dewan disana."

Setelah Pangeran Hiashi pergi. Raja terlihat sakit. Kasim Kepala panik dan memanggil tabib istana lagi, tapi Raja minta Kasim merendahkan suara karena Hiashi baru saja pergi.

Tabib istana itu ternyata juga anak buah Pangeran Hiashi. Ia lapor kalau Raja menanyakan isi pesan Hiashi untuk Penasehat Sabaku. Tabib juga lapor kondisi kesehatan Raja.

Raja tiba di balairung istana. Agenda dewan adalah untuk mempercepat perjodohan Putri Sakura. Raja ingin tahu pendapat para bangsawan.

Pangeran Hizashi (Adik ke-3 Raja) berkata kalau pernikahan Putri bukan saja penting untuk negara, tapi juga langkah penting yang harus diambil Putri sebagai keturunan Raja. Setelah mereka memilih Menantu Kerajaan untuk Putri, mereka juga harus memilih calon Putri Mahkota (untuk Putra Mahkota Konohamaru). Ini akan memperkuat posisi Putra Mahkota.

Salah satu menteri mengusulkan agar Menantu Kerajaan dipilih oleh Komite Keluarga Kerajaan yang dipimpin Pangeran Hiashi. Pihak lain tidak setuju, jika harus memilih Menantu Kerajaan maka itu adalah tugas Kementrian Ritual, bukan Komite Kerajaan, " Yang Mulia, mohon anda mempercayakan pemilihan pada kementrian ritual."

Pihak Pangeran Hiashi tidak setuju dan berkata sejak Mendiang Raja terdahulu, Komite Kerajaan telah dipercaya untuk memutuskan masalah Keluarga Raja, " apa maksud anda ritual perjodohan bukan masalah keluarga?"

Sabaku no Rei berkata, "kalau jelas itu adalah masalah negara!"

Pangeran Hiashi memutuskan untuk mengikuti saran Penasehat Sabaku, "Bagaimana bisa masalah politik kecil menghalangi acara yang besar seperti ini. Kita seharusnya dengan senang hati menyerahkan masalah ini pada Kementrian Ritual."

Setelah pertemuan itu, pihak lawan politik Hiashi heran, bagaimana Pangeran Hiashi bisa menyerah dengan begitu mudah? Mereka dengan senang hati menyerahkan masalah ini ke kementrian Ritual? Apa sebenarnya rencana mereka?

Di depan balairung Pangeran Hiashi mendekati Penasehat Sabaku, "saya menunggu jawaban pesan itu, Tuan."

Raja mengamati mereka semua dengan cemas. Kemudian kasim datang dan melapor kalau putra bungsu Sabaku ditunjuk sebagai Guru Putri Sakura yang baru.


Ditempat lain, di sudut pasar.

Naruto lari ketakutan, ia dikejar-kejar preman. Mungkin lintah darat.

Putri Sakura menikmati perjalanannya keluar istana, terpesona dengan jalanan yang sibuk dan dipenuhi rakyat. Saat itu tandu Puteri berhenti dan ia ingin melihat tempat lain. Dayang Putri pergi memanggil tukang tandu. Tiba-tiba seorang pria menerobos masuk ke dalam tandu Puteri. Sakura terkejut, "Sia..siapa kau?"

Pria itu, Naruto justru terpana melihat kecantikan Putri. Sakura marah, "aku tanya padamu!" Naruto panik, "hush..!" ia menutup mulut putri dengan tangannya.

Putri murka! ia menampar Naruto, "beraninya kau! singkirkan tangan kotormu!". Tapi Naruto malah semakin terpana melihat kecantikan Putri Sakura. Putri tampak shock.

Naruto sedang melarikan diri dari kejaran lintah darat. Mereka berhasil menangkap Naruto yang masih terpesona dengan Sakura.
Anak buah lintah darat itu menemukannya, "Ini dia Tuan! disini!" Naruto dibawa pergi, tapi ia justru terus saja memandangi Sakura dengan tampang *ekhem..* bloon.

Dayang Putri lari, "Yang Mu..maksud saya Nona. Apa anda tidak apa-apa?"

Sakura gemetaran, "sudah cukup! Semua ini menakutkanku. Kita segera kembali!" Sakura tidak ingin melihat Naruto yang dipukuli oleh anak buah lintah darat itu.

"Kau tidak boleh mengatakan pada siapapun mengenai ini!" perintah Sakura pada dayangnya.

"Ya."


Sementara itu Hinata masih kesal dengan pengajaran Gaara tentang wanita yang hanya bisa hidup dalam bayang-bayang pria.

Dayang Putri masuk, Nona Hinata. Ini gawat. Yang Mulia Putra Mahkota menuju kesini.
Hinata terkejut, "Apa?"

Putra Mahkota Konohamaru sampai di kediaman kakaknya. Dayang mengumumkan kedatangannya, "Yang Mulia, Putra Mahkota ingin menghadap."
Hinata kelabakan, tapi untung Putri Sakura tiba tepat waktu. "Yang Mulia.."

"Kakak, ini aku. Kakak?"

Konohamaru akhirnya masuk dan memberi salam pada Putri juga Hinata. Konohamaru berkata kalau dia mendengar soal perjodohan kakaknya. Putra Mahkota merasa cemas, Ibu sudah lama meninggal dan jika kakak juga meninggalkan istana, "apa yang akan terjadi denganku?"

"Aku hanya melakukan tugasku saat waktunya tiba. Bukankah akusudah mengatakan padamu untuk tidak pernah menunjukkan kelemahan di depan orang lain?
Yang Mulia…suatu hari nanti kau akan mengambil alih negara kita. Kesulitan apapun yang kau hadapi, kau harus tetap tenang." Tukas Sakura, tersenyum menenangkan adiknya.

"Aku pasti sudah membiarkan kelemahan mempengaruhi pikiranku untuk sekejap. Aku akan pergi sekarang. Kasihan Putra Mahkota masih remaja dan ia hanya bergantung pada kakaknya. Sementara Ibu sudah meninggal dan Raja sakit-sakitan.

Setelah Putra Mahkota pergi, Hinata tanya apa Putri menikmati perjalanan-nya keluar istana? Sakura tidak mengaku kalau merasa senang, ia hanya berkata biasa saja. "Semua kebisingan itu meracuni telingaku. Belum lagi betapa sulitnya bernafas dengan semua debu itu."
"Benarkah?" tanya Hinata heran.

Sakura mengalihkan pembicaraan, "Katakan padaku, bagaimana dengan calon pendampingmu itu?"

Hinata berkata kalau pria itu jenis yang suka pergi ke Gibang dan mendapatkan tanda (lipstik) di lehernya. Seorang Playboy. Putri heran, bagaimana orang seperti itu bisa menjadi guru kerajaan? Dan bagaimana Hinata bisa melihat tanda semacam itu? "Apa kau mengangkat tirainya?"
Hinata menggelengkan kepalanya dan dayang Putri membela Hinata, "tapi itu bukan salah Nona Hinata, guru yang mengangkatnya sendiri."

Putri merasa itu lebih baik, karena sekarang Guru Sabaku menganggap Hinata sebagai dirinya, ini menguntungkannya. Putri tidak harus menghadiri pelajaran dan bisa menyirami bunga di tamannya. "Jadi aku akan membiarkanmu dan calon pendampingmu untuk bisa akrab."

"Yang Mulia!" Hinata menggerutu bersemu.


Sasuke berlatih bersama anak buahnya. Sasuke berhasil mengalahkannya dengan merampas dua pedang dari lawannya. Gaara menonton latihan itu dan tersenyum. "Apa anak buahmu tahu kalau atasan mereka menghabiskan malam dengan minum-minum?"

"Lihat siapa yang bicara. Satu-satunya hal yang bisa kau ajarkan pada orang adalah seni minum kan? Jika kau mau berhenti minum, kau harus menjauhi Naruto." Kata Sasuke. Keduanya tertawa.

Mereka bertaruh kalau Naruto pasti ada di Gibang, "apa dia bisa menolak rasa manis menyenangkan dari anggur?" Mereka jalan ke kota dan melihat Naruto dibawa paksa oleh para lintah darat.

"Bukankah itu dia?" tanya Gaara.

Sasuke langsung membentak mereka, "beraninya kalian memperlakukan seorang bangsawan seperti ini?"

Mereka berkata kalau bangsawan ini menolak membayar hutangnya pada mereka. Jadi mereka akan mengawal Naruto ke tempat mereka untuk diskusi. "Benar kan, Tuan Muda?"
"Aku tidak pernah berkata aku tidak akan membayar hutangku." Kilah Naruto.

Sasuke minta mereka melepaskan sahabatnya itu, "aku akan menyelesaikannya nanti."

Mereka ingin tahu bagaimana caranya. Sasuke menunjukkan badgenya, "apa ini tidak cukup menjawab pertanyaanmu?"

Lintah darat itu mencibir, "Petugas Kehakiman dari Ibukota? aku mengerti." Dia berkata pada Naruto, kalau narutoberuntung memiliki teman yang cukup berpengaruh. Dan mereka pergi.


Putra Mahkota berlatih memanah disaksikan Raja dan Sabaku no Rei. Putra Mahkota tidak berhasil mengenai sasaran. Raja resah, menghadapi kelemahan seseorang memerlukan keberanian besar. "Jangan biarkan itu mempengaruhi tujuan. Apa kau tidak juga semakin menguasainya?" dan kemudian Raja berkata dengan sendu, "Hiashi dilahirkan untuk menduduki tahta."

Rei terkejut, "Yang Mulia…itu terlalu berprasangka."

Raja merasa waktunya tidak lama lagi, tanpa dukungan ayahnya, bagaimana anak itu bisa menahan pamannya yang ambisius.

"Yang Mulia.." hanya itu yang dapat terlontar dari bibir Penasehat Sabaku.

Raja berkata ia akan bersedia menemui ajalnya dengan sukarela jika ia bisa memastikan keamanan Putra Mahkota. Penasehat merasa sedih, "jangan membuat pelayan Anda mendengar ucapan seperti itu."

Raja merasa bisa mengandalkan Penasehat Sabaku selamanya, tapi sayangnya ia tidak bisa lagi melakukannya. Rei terkejut, "Apa yang membuat Anda berpikir seperti itu? Bolahkah saya mengetahui alasannya, Yang Mulia?"

"Apa yang kau rencanakan bersama Hiashi?" tanya Raja.


Pangeran Hiashi juga bertemu dengan sekutunya. Mereka merasa Raja tidak akan diam saja setelah mendengar kalau Hiashi mengirim pesan ke kediaman Penasehat Sabaku.

Sampai sekarang Sabaku no Rei belum juga mengirimkan jawaban atas tawaran pertunangan dari Hiashi. Sementara Rei dan Raja sangat dekat hubungannya. Ini berarti Sabaku no Rei tidak akan masuk ke dalam kelompok Hiashi. Ia bertekad untuk mengikat keluarganya dengan keluarga Sabaku no Rei.


Gaara, Sasuke dan Naruto minum bersama dibawah cahaya bulan. Gaara dan Sasuke mencemaskan Naruto yang tidak bisa membayar hutangnya.
"Apa kau tidak tahu betapa berbahayanya lintah darat pasar itu. Mereka menginginkan lebih banyak darimu tidak peduli betapa parahnya sakit ibumu."

Mereka menawarkan bantuan, "berapa jumlahnya? Tapi jangan berpikir kalau kami tidak akan meminta bunga." Dan keduanya kembali tertawa.

Namun Naruto masih terpesona dengan gadis yang ia lihat di tandu tadi, "aku melihat seorang gadis dengan kecantikan yang tidak tertandingi hari ini. Mungkin hanya bisa ditandingi oleh kecantikan bunga delapan propinsi, Putri Sakura."

"Bunga tercantik? tidak sejauh itu…dia terlihat biasa saja bagiku." Semua terkejut dengan ucapan Gaara.

"Jangan bilang kau sudah melihat Putri Sakura? Ayo katakan sesuatu!"

Gaara mengaku kalau ia dipercaya menjadi guru Sang Putri. Temannya tidak percaya, "kenapa kau baru mengatakan ini pada kami sekarang? Apa dia benar-benar sangat cantik?"

"Putri atau bukan, dia hanyalah seorang wanita." Jawab Gaara acuh.

Ketiganya pulang dengan mabuk. Sasuke menggendong Naruto di punggungnya. Gaara sampai di rumahnya, ia mabuk. "Ayah, saya pulang. Ada tamu ya?"

"Kau minum lagi?" tanya Rei kesal.

Gaara berkata hanya minum sedikit dengan teman. Ayahnya menyuruh Gaara tidur. Ternyata Sabaku no Rei sedang menerima tamu Pangeran Hiashi. Hiashi berkata, "Gaara sepertinya anak muda yang cukup berani. Sayangnya aku tidak bisa mengatakan hal yang baik tentang putriku."

Rei bertanya apa hanya itu niat perjodohan ini. Hiashi berkata kalau Penasehat dan dirinya yang bisa mencegah terjadinya tragedi.

"Tragedi?" Rei bertanya tak mengerti.

"Jika aku berkata setelah Yang Mulia meninggal." Kata Hiashi dan hal itu membuat Rei marah, "jaga perkataan anda!"

Hiashi berkata kalau ia bersumpah akan melindungi tahta dan juga Putra Mahkota, "Apa Tuan akan mempercayaiku?"

"Bahkan sampah yang berkeliaran di jalan tidak akan percaya itu. Kau adalah orang yang akan menyarankan kalau satu-satunya cara melindungi keturunannya adalah membantai calon yang tepat untuk menduduki tahta, Hiashi!"

Hiashi tahu, kalau ini berarti salah satu dari mereka akan mati demi bertahan. "Ini bukan hanya kita Tuan. Apa anda siap menyaksikan anak-anak kita harus menanggung ini semua? Tapi jika kita bergabung, hidup mereka tidak perlu dikorbankan dengan sia-sia."


Putri Sakura mulai senang dengan pertukaran mereka. Ia berkata tidak ada pilihan lain selain melakukannya. Sakura berkata jika memang Hinata tidak tahan lagi, ia bisa mengatakannya pada Gaara yang sebenarnya. Sakura sendiri yang membantu Hinata mengenakan hanboknya. Sakura juga memasangkan hiasan/norigae di hanbok Hinata.

Waktunya belajar. Gaara ingin mengatakan beberapa aturan sebelum belajar. Gaara berkata ia akan mengingat kata-kata Putri, tapi Putri juga harus tetap serius saat belajar. Gaara tidak ingin menerima gangguan apapun. "Putri juga harus mengartikan setiap kalimat, lalu catat semua hal penting yang saya ajarkan. Anda juga harus menyerahkan catatan itu pada pertemuan berikutnya serta menghafal isi hasil belajar kita pada hari itu." Seung Yoo akan melakukan ujian lisan jika Putri gagal. "Kenapa anda tidak menjawab?"

"Aku akan melakukannya." Jawab Hinata, ekhem disini "Putri"

"Terima kasih Yang Mulia."

"Jika kau menyalah gunakan posisimu sebagai guru untuk membalas apa yang terjadi kemarin, sebagai seorang murid aku tidak akan membantah. Mengenai sikap guru sebelumnya, aku akan memberikan maaf dengan lapang dada."

Keduanya sepakat melanjutkan pelajaran.

Raja tiba-tiba mengunjungi Institut Kerajaan. Para Profesor terkejut, "Yang Mulia."

Raja berkata ia dengar putri sudah berganti guru lagi. Profesor Kepala minta maaf, "Hal ini disebabkan karena ketidak mampuan hamba."

Raja ingin menemui Putri.

Sementara itu Gaara mulai mengetes "Putri", "Bibeop buleon, Bido bulhaeng ?" tanya Gaara

"Bicara dengan kata yang tepat dan tidak mengambil jalan yang salah." Jawab Hinata tanpa keraguan.

"Gumu Taekeon, Shinmu Taekhaeng?"

"Bicara dengan kata-kata yang sopan/tidak semaunya. Berlaku seperti yang sudah dicontohkan (yang baik)."

Gaara terlihat kagum, "Jaeosabu Isamo Ihaedong.?"

"Jika kau mencintai ibumu seperti halnya ayahmu, mereka akan sama-sama dicintai."

"Jaeosabu Isagun Igyeongdong?"

"Mencintai Penguasamu seperti yang kau lakukan pada ayahmu dengan sikap penghormatan yang sama."

"Anda menyebutkan artinya dengan lancar. Cukup mengagumkan." Puji Gaara.

Baginda Raja tiba tanpa pemberitahuan. Gaara berdiri menghormat. Profesor mengenalkan Sabaku no Gaara sebagai guru baru Putri.
Raja berkata ia ingin melihat bagaimana putri belajar, ia berterima kasih pada Gaara.

"Ini sama sekali bukan beban, Yang Mulia."

Raja tanya apa dia bisa duduk untuk mengikuti proses belajar. Gaara mengiyakan. Tapi dibalik tirai Hinata panik, bagaimana kalau Pamannya tahu.

Gaara mulai mengajar lagi, "Go Mochwigiae, Igun Chwigigyeong, Gyeomji Jabuya. Yang Mulia tolong jelaskan artinya."

Hinata tidak ingin Raja tahu, jadi ia tidak menjawabnya, hanya bergumam saja. Raja berkata kalau Putri sepertinya masih butuh bimbingan, "Aku harap Guru Sabaku bisa menjadi pembimbingnya."
Gaara tampak malu, "Maafkan hamba Yang Mulia."

Raja sepertinya tidak terlalu mempermasalahkan ini, "sudahlah."
Raja tampak senang dengan Gaara dan ia menolak menemui Putrinya. Raja tidak ingin mengganggu proses belajar putrinya.

"Kudengar kau tampan dan pintar. Ajarkan pengetahuan berhargamu itu kepada Putra Mahkota juga bukan hanya untuk Putri." Pinta Raja.

"Kemurahan Paduka tidak terukur." Jawab Gaara dan Raja pun pergi.

Hinata bernafas lega, ia lolos kali ini. Tapi Gaara marah, "Yang Mulia, Anda memiliki bakat mengagumkan untuk mempermalukan guru Anda."


Hinata melapor kepada Putri Sakura, "Baginda mengunjungi Institut Kerajaan." Sakura terkejut, "bagaimana bisa?"

Hinata berkata untung saja pertukaran mereka tidak diketahui Baginda. Tapi bagaimana kalau Raja datang lagi?

Sakura menenangkan sepupunya, "Ayah tidak akan datang lagi, setelah pelajaran Klasik, guru akan diganti. Bertahanlah sebentar lagi. Atau kau ingin mengungkap kebenarannya sekarang?"
"Tidak. Aku tidak akan membuat Yang Mulia dalam kesulitan karenaku."


Anak buah Hiashi menghadap dan berkata kalau Baginda memanggil Pangeran Hiashi ke istana.


Hinata mencoba sekali lagi untuk naik kuda dan akhirnya ia berhasil. Ia perlahan-lahan menjalankan kudanya, ia gembira sekali.

Sementara Gaara masih kesal karena dipermalukan "Putri". Lalu Gaara melihat Hinata saat ia berjalan di jalanan kota. Ia mengikuti Hinata. Gaara bingung, 'Yang Mulia, apa ini?'

Lalu ia melihat kalau kuda Hinata kehilangan kendali dan Hinata menangis ketakutan di punggung kuda. Gaara lari mencari kuda yang lain dan ia bergegas menyusul Hinata.


Raja mengadakan pertemuan, ia mengumpulkan semua menteri dan membuat pengumuman. Raja sudah memilih sendiri calon Menantu Kerajaan untuk Putrinya.
Para menteri ingin tahu siapa calonnya.

"Aku telah memilih Putra Penasehat Sabaku no Rei sebagai Menantu Kerajaan."

Pangeran Hiashi dan Penasehat Sabaku sama-sama terkejut, mereka juga tidak tahu menahu masalah ini.


Kembali ke sudut lain.

Gaara mengejar Hinata dan berhasil melompat ke kuda Hinata, tapi Gaara tidak bisa menghentikan kuda itu. Kuda itu terus saja berlari mendekati tebing. Gaara tidak punya pilihan, kecuali memeluk Hinata erat-erat dan melompat dari kuda! *dalam dramanya adegan ini diputar secara slowmotion. Bayangin deh! xD*


Seriusnya baru kali ini author membuat satu chapter aja nyampe dua hari. Ohh! Bolak-balik play video-pause-ketik -play video-pause- ketik . Pegel punggung asli! Jadi berfikir dua kali, lanjut kah? Drama ini bener-bener author suka banget, tapi untuk nulis di ffc butuh perjuangan sekali mana cerita masih panjang pula *gigit jari*. Maka dari itu readers berilah author abal-abal ini masukkan di kotak review :D