Eyeshield21 © Riichiro Inagaki & Yuusuke Murata
I don't own the characters
...
Us or ME?
Warning : OOC (?)
-Sena POV-
Semua berawal ketika pertandingan melawan Hakushu Dinosaurs. Perjuangan keras yang selama ini kami lakukan ternyata berbuah manis. Kami memenangkan pertandingan dengan skor akhir 43-42.
Hanya berbeda satu angka, memang. Tetapi menang adalah menang. Dengan selisih yang amat tipis dapat membuat perbedaan yang amat besar. Bahagia dan kecewa, pemenang dan pecundang. Semua ditentukan hanya dengan sebuah angka. Dan semua itu ada dalam Amefuto.
Pertandingan telah berakhir beberapa menit lalu. Tetapi, kami masih tidak diperkenankan meninggalkan lapangan. Saat ini kami masih berada di bangku pemain untuk beristirahat sejenak. Aku memilih duduk terlentang diatas rumput daripada duduk dibangku. Posisi ini lebih nyaman untuk kakiku yang sedari tadi sudah bekerja sangat keras. Aku menghela nafas berat sebelum akhirnya memutuskan untuk berbaring saja. Sepertinya seluruh anggota tubuhku juga lelah, bukan hanya kaki saja.
"Baiklah pemirsa, akhirnya pertandingan selesai… Saya, Machine Gun-"
Terdengar suara komentator Machine Gun Sanada dan asistennya- Kumabukuro Riko menggema di stadion. Mereka melakukan review pada pertandingan yang telah dilakukan sambil sedikit bercanda untuk meneduhkan suasana panas saat pertandingan barusan. Benar-benar sejuk rasanya. Berbaring diatas rumput, sambil mendengarkan suara mic yang bergaung, terlebih angin yang menerpa tubuh membuat keringat dingin keluar. Saat-saat seperti ini membuatku benar-benar ingin tertidur. Tertidur setelah melakukan perang besar tentunya.
"Wow.. Riko-chan membuat muka ayahnya lagi. Itu memalukan ya pemirsa, andai semua bisa melihat wajahnya ini."
"Hey, aku melakukannya secara tidak sadar tau! Bagaimana dengan bapak sanada sendiri?! Rambut anda berputar selama pertandingan! Apa bapak tau?"
"Apa?!"
Tawa renyah penonton dan tim Deimon terdengar, begitu juga tim Hakushu.
'Hahaha, melihat rambut helikopter tuan Sanada memang sudah biasa. Tapi apa benar Riko-san bisa membuat muka ayahnya?'
Aku pun tidak bisa untuk tidak tertawa. Dengan tubuhku yang serba lelah dan panas ini, sedikit candaan saja tentu bisa membuatku tertawa. Aku rasa sama seperti penonton dan pemain lainnya. Bahkan diantaranya ada yang tertawa sampai terbahak-bahak.
'Akh lelah sekali!' Aku mendengarkan berbagai suara di stadion sambil memejamkan mata. Dan lama kelamaan suara-suara itu terdengar samar. Akhirnya kuputuskan untuk tidur sebentar.
Sebentar saja.
.
.
-Normal POV-
"NGAHAHAHA ngomong- ngomong soal rambut. Sakuraba botak nih, tidak berambut! Tapi tenang saja Sakuraba, kalau kau berlatih pasti rambutmu akan cepat tumbuh! Bahkan kalau latihan sungguh-sungguh rambutmu bisa jabrik seperti Harao.. atau bahkan lebih gimbal dari Agon! Aku jamin itu NGAHAHA!" Suara keras Ootawara ditanggapi dengan tawa yang kembali membahana dari penonton dan juga jeritan 'kya-kyaa' dari perempuan "Sakuraba FC" di seluruh stadion.
"haha ampun dah Ootawara, maksa banget nyambung-nyambungin soal rambut!"
"KYAAAA SAKURABA~"
Berbagai tanggapan penonton ikut meramaikan stadion. Membuat semuanya enggan untuk keluar, atau bahkan sekedar meninggalkan bangku penonton, walaupun pertandingan telah selesai.
"WOY! Apaan lu sampah! ngga usah bawa-bawa rambut gue NAPA!"
Agon yang merasa tersinggung tiba-tiba nyolot dari bangku penonton paling ujung. Membuat semua penonton mengalihkan pandangannya. 'K-Kongo Agon?!' Pemuda yang duduk tepat disebelah Agon menjadi tegang seketika. Takut-takut Agon akan mengamuk dan mengenainya. Tetapi mengapa Agon bisa ada disini? Di pojok. Sangat dekat dengan pintu keluar? Dan tidak bersama rekan-rekan Shinryuujinya?!
Sebenarnya, karena harga dirinya yang terlalu tinggi. Agon menjadi terlalu minder dan gengsi untuk menonton pertandingan yang dianggapnya "rendahan" ini. Saat teman-teman dari Naga mengajaknya untuk menonton, dengan sombongnya Agon menolak dan lebih memilih mangkal di District Harajuku.
Tapi tidak bisa dipungkiri, Agon juga ingin menonton pertandingan Final itu. Dia juga sudah berubah. Sejak dikalahkan Deimon Devil Bats, Agon jadi sering berlatih secara sembunyi-sembunyi. Dan saat ini, dengan tampilan serba tertutup, dia mengunjungi stadion dan memutuskan duduk di bangku paling ujung. Tujuannya agar tidak ketahuan. Tadinya.
Namun sekarang, gagal sudah rencananya. Suara dan kata-kata kasar yang khas, ternyata sangat familiar bagi teman-teman Shinryuuji. Suara itu membuat mereka menoleh kearahnya secara serempak.
"Eh, ternyata Agon-san juga nonton?" Kata Ikkyu polos.
Unsui yang memang sudah mengenal Agon tersenyum paham. "Sudahlah teman-teman tidak usah diperbesar". Dalam hati, dia benar-benar bangga. Agon berubah dengan caranya sendiri tentunya.
Seketika suasana stadion menjadi tegang. Karena Agon sepertinya tidak main-main dengan ketersinggungannya. Unsui juga menjadi bingung. Disatu sisi, dia senang dengan kedatangan Agon. Tapi di sisi lain, Unsui takut kembarannya itu mengamuk.
Sementara itu, Harao- QuarterBack dari Taiyou Sphinx yang merasa namanya disebut oleh Ootawara juga tersinggung. Dia juga ingin marah pada Ootawara. Tetapi imej cool dan mempesonanya bisa-bisa luntur kalau dia melakukan aksi seperti Agon. Kasamatsu menenangkannya dengan mengusap-usapkan telapak tangan besarnya dipunggung Harao. Dan akhirnya Harao hanya bisa mencak-mencak. "Ck, dasar ! Apa maksudnya dia bawa-bawa Iyo!"
Dengan kata lain, perkataan ngawur Ootawara telah membuat anggota Shinryuuji dan Taiyou terbakar! Tapi Ootawara yang dasarnya memang tidak peka (baca: beloon), hanya nyengir sambil sibuk mengupil.
Sakuraba yang merasa menjadi sumber kegaduhan, bersweatdrop ria. Dia mencoba mengembalikan keadaan.
"I-i-itu sebenernya ngga terlalu penting, Ootawara-san. Aku ngga peduli soal rambut. Memang benar… A-a-agon-san dan Ha-harao-san bisa sangat populer dikalangan wanita karena rambut mereka..." Sakuraba agak tergagap ketika menyebut nama-nama yang disinggung. Tapi dia benar-benar mengatakannya dengan hati-hati.
"…tapi Aku juga botak, dan populer kan? Masa ada orang yang tidak populer hanya karena botak… Jadi tidak usah bawa fisik ya!" Kata Sakuraba sambil tersenyum mantap.
Kriik kriik kriiiiik kriiiiiiiiiik…
Sakuraba lagi-lagi sweatdrop. Dia baru sadar kalau kalimat terakhirnya agak kepedean.
Kriiik kriik kriiiiik…..
Selain itu, tidak ada pula yang menanggapi kata-katanya. Dia memutuskan untuk berpikir sebentar, barangkali ada perkataannya barusan yang kurang tepat.
Kriik…kriiik…..
Tidak ada
Kriik…
kriiik
…
….
..
.
'AAH!' Sakuraba menyadari sesuatu yang salah, sebelum kemudian—
"KYAAAAAAAAAA SAKURABA-CHAN!DIA NGOMONG LOH! KYAAAA WE LOVE YOU!"
Bagaikan badai yang melanda kota mati. Keadaan stadion yang semula sunyi senyap kini kembali ramai. Agon juga akhirnya kembali terduduk santai.
"Cih… Aku memang terkenal dikalangan cewek… tapi ngomongnya ngga usah kepedean juga kali… dasar Ace gadungan!". Tanggap agon. Beberapa penonton disekitar Agon memilih untuk cari aman. Salah sedikit bisa fatal akibatnya. Akhirnya mereka manggut-manggut setuju dengan pernyataan Agon. Padahal didalam hati, mereka kebingungan 'Perasaan omongan lu juga sama pedenya deh Gon!'.
Dari bangku penonton Taiyou, Harao juga menanggapi Sakuraba dengan bertepuk tangan. "hmm… bagus-bagus, akhirnya mereka sadarkalau Iyo memang ganteng.." dia berkata sambil mempertahankan imej tamvannya. Kasamatsu yang barusan menenangkannya seharusnya bisa ikut senang. Tetapi entah mengapa dia merasakan ada sesuatu yang salah.
Takami yang duduk disamping Sakuraba membuang nafas lega "Wewh akhirnya…., bagus Sakuraba. Kau berhasil membuat suasana kembali tena-"
BRUKK!
"eh? Sakuraba?!"
Suasana belum tenang rupanya.
Sakuraba pingsan. Dia menyadari perkataannya salah. Memang, dia telah membuat Agon dan Harao kembali tenang. Tapi dia juga sadar kalau kata-katanya menusuk perasaan Unsui dan Banba- yang merasa botak dan tidak populer dikalangan cewek.
"Takami-san tolong aku, …hiks.. hiks"
.
.
Dear Shinryuuji dan Taiyou, tolong maafkan Ojou yah….
.
.
.
"Fyuuuh~ bibirmu harimaumu."
JREEENG
Wow.. Ditengah kericuhan ini. Akaba menarik sebuah kesimpulan dengan makna yang dalam sambil memainkan gitarnya. Benar-benar keren. Beberapa penonton yang duduk didekatnya terkagum-kagum. 'Keren!' pikir mereka.
"Ano… maaf, Akaba-san.." Kobanzame-senpai dari Kyoushin Poseidon mencoba angkat bicara. Ada apa gerangan?
"Yang benar itu 'Mulutmu Harimaumu'".
"….…"
"…."
"…..…oh."
JREEENG~
Penonton sweatdrop. 'Ngga keren' -_-'
Begitulah suasana yang tengah terjadi di Stadion ini. Entah kenapa, tiba-tiba penonton jadi sensitif hanya karena hal sepele. 'Rambut'.
.
Keadaan Stadion malah semakin parah dan berisik. Pasalnya, Sang Pahlawan Gagal Sakuraba yang barusan tengah pingsan, kini dipanggul karena keracunan dengan keadaan mulut berbusa. Dan Itu dalam arti sebenarnya. Yang terjadi adalah Ootawara yang menggosok-gosokan sabun yang entah dia dapat darimana ke mulut Sakuraba. Tentu saja beracun, sabun kan buat nyuci!
Si tidak peka (baca: beloon) Ootawara hanya menjawab "Lah? Tadi kan Sakuraba sendiri yang bilang mulutnya kotor. Aku hanya membantu."
Sepertinya sudah suratan takdir Sakuraba. Menjadi teman Ootawara adalah salah satu tantangan hidupnya. Sambil merasakan pahit yang amat di lidah dan permukaan mulutnya. Sakuraba tiba-tiba mengingat sebuah lagu 'Dua kali dalam dua jam, hidup penuh warna….. '. Yah, lagu itu tengah bermain di kepala Sakuraba saat ini. 'Wajahnya Menghancurkan Duniaku', kalau tidak salah itu judul lagunya 'penyanyinya itu kalau tidak salah Agon yah..' tambahnya. Dia memutuskan untuk mendownload lagu itu begitu sampai di Rumah Sakit. 'Mumpung ada free Wifinya', pikirnya. Benar-benar menyedihkan.
"NGAHAHA sudahlah… ngga usah perbesarkan hal kecil deh" Tawa Ootawara kembali terdengar, kali ini celananya ikut melorot.
"OOTAWARA DASAR KAU MONSTER! JAHAT SEKALI!"
Sementara Sakuraba dilarikan ke Rumah Sakit Oujo oleh pihak Jari Production. Para fans Sakuraba menjadi ricuh karena khawatir akan keadaan pangeran mereka. Satu demi satu para anggota FC itu akhirnya meninggalkan stadion. Beberapa diantaranya mengikuti mobil yang membawa Sakuraba.
Normal. Keadaan stadion menjadi sangat normal. Atau memang sunyi. Karena akhirnya para fans-fans gila itu sudah pergi dan menyisakan penonton yang sebenarnya di stadion.
"Lain kali Sakuraba nontonnya lewat tv aja. Ngga usah dateng kesini." Salah satu penonton berkoar.
Komentator Sanada dan Riko benar-benar menjadi bingung dengan apa yang telah terjadi barusan. Mereka memutuskan untuk kembali ke topik sebelumnya. Tetapi sebelum itu, Riko tiba-tiba menyambar mic yang di pegang Sanada dan berteriak.
"OOTAWARA NAIKKAN CELANAMU!"
.
.
-Sena POV-
"… Deimon berhasil memenangkan tiket ke Christmas Bowl!"
Suara Komentator Sanada berhasil menyita kembali perhatianku. Aku membuka mataku. mengangkat tubuhku secara refleks.
Tiket ke Christmas Bowl.
Christmas Bowl.
Aku menatap teman-teman seperjuanganku- Devil Bats. Mereka semua juga memasang wajah yang sama sepertiku, shock, bingung, dan beberapa masih merenung, bergelut dengan pikiran-pikiran yang berkecamuk. Tetapi-
"HUAAAAAAAAAAAA!"
Saat itu juga Kurita-san menangis sejadi-jadinya. Disampingnya Musashi-san berdiri dengan wajahnya yang datar. Hanya saja ada sedikit senyuman di wajahnya. Walaupun dengan ekspresi yang saat minim, tetap saja tergambar jelas rasa harunya.
Kulihat Komusubi-kun, Taki-san, dan Yukimitsu-san yang wajahnya tidak jauh berbeda. Komusubi yang berhasil menang dengan bentuk fisiknya yang kerap menjadi bahan cemoohan teman-temannya. Yukimitsu, yang mampu membuktikan semangat dan usahanya sebagai seseorang yang amatir dalam berolah raga. Serta Taki-kun, yang telah membuktikan bahwa menjadi diri sendiri itu tidaklah buruk.
Suzuna berhamburan memeluk Taki-san. Saat itu Taki-san benar-benar terlihat dewasa. Dia balas memeluk adik kesayangannya "My sister…. Sankyuu na." Katanya berulang-ulang.
"Dengan begini, tidak akan ada yang memanggil kami sampah lagi!" Juumonji-kun bergumam pelan namun terdengar jelas. Kuroki-kun dan Toganou-kun tidak berkomentar apa-apa. Mereka hanya tersenyum haru, seperti halnya Musashi-san. Banyak yang telah terjadi antara mereka bertiga.
Aku bangun dan mendekati sahabatku Monta, dia tersenyum menatapku "Kita berhasil, sena." Telapak tangannya terbuka, dan saat itu juga aku menepuknya.
"High five!"
-Sena POV end-
.
.
"Hiruma-kun!" Kekhawatiran benar-benar dirasakan Mamori saat ini.
Hiruma- QuarterBack sekaligus Kapten dari Devil Bats mengalami luka serius. Kedua lengannya terluka, nafas yang tersengal, wajah yang pucat, dan darah yang mengalir keluar dari sudut bibirnya. Benar-benar mengerikan.
"O- Oi Hiruma kau baik-baik saja?" Kali ini orang tua pemabuk yang merupakan guru dari tim Devil Bats angkat bicara.
"Hhhh hhhh Aku baik-baik saja! Tch… pokoknya jangan sampai bocah-bocah sialan itu menemukanku disini!"
Hiruma berusaha berbicara walau dengan nafas yang tidak teratur sebelum akhirnya memuntahkan sesuatu. Yang dimuntahkannya bukan darah, tetapi tetap saja perutnya seperti ditekan. Sedikit demi sedikit kesadarannya mulai berkurang.
"Apanya yang baik-baik saja?! Sudah kubilang untuk tidak melanjutkan permainan tadi kan! Kenapa kau bersikeras! Lihatlah hasilnya sekarang!" tersirat nada kekhawatiran saat Mamori memarahinya. Tubuhnya bergetar ngeri melihat keadaan Hiruma yang sebelumnya selalu terlihat enerjik itu.
Dengan keadaannya yang seperti ini. Hiruma benar-benar tidak siap untuk sekedar ditegur atau bahkan diceramahi apalagi dengan suara melengking khas Mamori itu. "Berisik! Manager sialan, kau susul anak-anak! Jangan sampai ada yang tahu keadaanku! Kakek sialan ini akan segera membawaku pergi dari stadion…."
"…. Jika ada yang bertanya, katakan aku ada keperluan mendadak."
Mamori hanya mematung. Dia yakin saat ini teman-temannya sedang berbaris memberi salam kepada tim lawan. Mereka tidak membutuhkan apapun dari seorang manager. Karena itu dia bersikeras ingin ikut membawa Hiruma ke Rumah Sakit. Merasa sudah yakin dengan pilihannya dia mulai berbicara. Namun saat itu juga Doburoku menghentikannya.
"Pergilah Mamo-nee. Dia akan baik-baik saja."
"…" Mamori berpikir sebentar. Kemudian tanpa mengulur waktu lagi dia akhirnya pergi tanpa berkata apapun.
'Ini yang terbaik kan, Hiruma-kun?' Batinnya getir.
Sementara itu di ruangan Hiruma berada. Dia bisa mendengar langkah kaki Mamori yang semakin menjauh.
"Tch dasar! Hhh hhh nenek sihir cerewet… Kekekeke…" Hiruma memejamkan matanya, sambil sesekali menahan nafas.
Doburoku memperhatikan tubuh Hiruma. Luka sesaat setelah dia ikut bertanding bertambah. Dia yakin sekali kalau Hiruma mengalami luka dalam. Sekilas bayangan tentang Gaou yang meremukkan kedua lengan Hiruma kembali teringat.
GREPP!
Tanpa aba-aba, kedua tangan doburoku memegang keras kedua lengan Hiruma tepat di daerah yang terluka.
"Keh!"
"…"
"…..."
"Hanya itu?" Pria berumur itu bingung dengan reaksi Hiruma. "Sebenarnya sakit tidak, lenganmu ini?"
"Apa maksudmu kakek sialan? Kau mau aku berteriak? Atau menangis begitu?"
'Dasar bocah aneh' Doburoku diam sebentar, dia sebenarnya kebingungan dengan apa yang harus dilakukannya. Lebih baik dia dihadapkan dengan murid cengeng seperti Kurita daripada berurusan dengan murid yang tidak bisa berekspresi macam Hiruma ini.
"Oi, Hiruma, jelaskan sajalah bagaimana keadaan kedua lenganmu sekarang ini!"
"Lengan kiriku memang merasakan sakit kau bisa membayangkan hanya dengan melihat luka bengkaknya saja kan kakek sialan?"
"Hmm…" Doburoku memperhatikan bengkaknya, dia secara reflek memegang lengan kirinya sendiri seolah terbayang rasa sakit yang dialami muridnya itu.
"….hhhh hhhh Tapi bagiku rasa sakit ini jauh lebih baik jika dirasakan kedua lenganku hhh hhhhh."
"!"
Pernyataan terakhir Hiruma berhasil membuat Doburoku membelalakkan matanya.
"Oi, M-maksudmu-"
"Yah itu benar pak tua, kekekeke lengan kananku- telah mati ".
.
.
.
To Be Continue
.
.
NB : Ini karya pertama saya di ffn, jadi mohon maaf jika humornya ngga ngena... well this isn't humor fiction anyway.. :))
Mind to Review?
