Title:
ExtraTerrestrial
Disclaimer:
Masashi Kishimoto
Pair:
SasuNaru, ...Naru
Rate:
M
Genre:
Romance, Humor, Hurt/Comfort.
Warn:
Shounen Ai, Boys Love, OoC, Typo, Gaje, Humor nggak Lucu, Aneh.
Watch out:
Don't Like? Don't Read.
Nggak Suka? Nggak Usah Baca.
.
One more FanFic from me to enliven SasuNaru Fic. To enliven Naruto's fandom.
Hope you like it.
.
My Playlist : Captain Straydum-Mountain a Go Go Two, Craig David-Insomnia, Kate Perry ft Kanye West-E.T. (Didengerin ya lagunya, XP)
.
"Puah. Asiiiinnn!" teriak Naruto sekuat tenaga ketika lidahnya mencicipi sebuah benda bulat berwarna putih dan setitik kuning di tengahnya. Segera diambilnya segelas air putih yang ada di meja makannya dan diteguknya dengan cepat seperti onta kekeringan air.
Tak pernah disangkanya ternyata membuat telur mata sapi untuk sarapan pagi dengan kemampuan yang pas-pasan ternyata begitu sulit. Yang ada dalam pikirannya saat mulai memecahkan cangkang telur adalah dia hanya harus menunggu calon telur mata sapinya matang dengan sempurna ketika dia menambahkan garam. Ternyata pemikiran bodohnya berbeda dengan kenyataan sebenarnya. Ketika dia mulai menaburkan sedikit garam, minyak makan yang mendidih malah meletup-letup dan mengenai pergelangan tangannya yang sedang memegang garam, dan alhasil garam yang ada dalam genggamannya tertumpah. Dikiranya garam yang tumpah hanya sedikit mengenai telur mata sapinya, saat dicicipinya telur mata sapi itu... rasanya asin dan ada krenyes-krenyesnya, yang ternyata adalah cangkang telur yang ikut masuk ke dalam penggorengan.
Naruto mendecih kesal saat menyadari bahwa hari ini dia tidak bisa makan pagi lagi, setelah sudah dua hari dia tidak sarapan pagi. Tangan kecoklatannya diarahkan ke arah kalender yang ada di kulkas kecil di samping tembok.
"Cih. Uang bulanan masih dua hari lagi, bagaimana aku bisa makan kalau begini? Uangku tinggal lima ribu. AARRGGHH!" teriak Naruto frustasi.
.
Brak!
Naruto menutup pintu apartementnya dengan kasar, mengacuhkan penghuni lain apartement yang berada disamping apartementnya yang melempar death glare mematikan padanya.
"Apa!" sembur Naruto ketika melihat sesosok tampan yang menggunakan seragam SMA memandang dengan tatapan aneh padanya.
Sosok tampan itu hanya menghela nafas dan memutar tubuhnya setelah sebelumnya mengatakan sesuatu yang membuat Naruto tambah mencak-mencak.
"AKU TIDAK DOBE, TEME SIALAN! MAKAN INI!" teriak Naruto sembari melempar sepatu kets putihnya ke arah sosok tampan itu. Tentu saja tidak kena, karena sosok itu sudah melompat dari pinggiran apartement ke halaman yang ada di bawah untuk masuk ke dalam mobil ferrarinya. Meninggalkan sepatu kets putih Naruto yang masuk ke dalam kolam ikan koi.
.
"Sial! Sial! Sial!" gerutu Naruto selama perjalanan menuju ke kampusnya. Hari ini entah sudah berapa banyak jumlah kesialan yang ditampung di atas tubuh mungilnya. Pertama, gagal masak telur mata sapi untuk sarapan pagi. Kedua, sepatu kets putih kesayangannya dan hanya satu-satunya masuk ke dalam kolam ikan koi, membuatnya harus memakai sendal butut jaman SD. Ketiga, baru saja sampai di halte bus untuk menunggu bus, bus yang ditunggunya malah meninggalkannya tanpa perasaan bersalah sama sekali.
"Kami-sama! Apa salah hambamu yang polos ini? Kenapa sepagi ini hamba sudah mendapat cobaan? Jawablah hambamu ini, ya Kami-sama?" ucap Naruto sambil menengadahkan kedua tangannya. Sepertinya Kami-sama menyayanginya saat dia mendengar suara klakson mobil dari belakang tubuhnya. Dan ketika Naruto menoleh...
Zrraasshh. Bruash.
Air comberan yang ada di aspal menyembur baju putihnya, membuat bajunya terlihat seperti eskrim yang dilumuri cokelat. Kesialan Naruto bertambah lagi menjadi kesialan ke empat. Dan hal yang paling membuat Naruto merasa dia adalah orang yang paling sial adalah saat dia tiba-tiba mengenali siapa pemilik mobil ferrari biru yang baru saja menyipratnya dengan air comberan.
"TEME BANGSAT BRENGSEK SIALAAANN!"
.
Kiba tertawa sekeras-kerasnya saat mendengar Naruto menceritakan tentang kesialan yang menimpanya hari ini. Setiap Naruto mengembungkan pipinya ketika sebal, Kiba hanya tertawa terbahak-bahak sambil mengehentakkan kakinya di lantai atap.
"Kau kalah dengan bocah ingusan berusia 17 tahun, Naruto?" tanya Kiba disela-sela tawanya. Naruto dapat merasakan mata dan wajahnya memanas.
"Diam kau, Kiba!" ucapnya geram ketika menyadari kalau Kiba sama sekali tak berniat untuk menghentikan tawa bodohnya.
Kiba hanya membalas gertakan sambal Naruto dengan tertawa lebih keras lagi.
"Sekali lagi kau tertawa, akan ku pastikan kau tidak akan bisa menggunakan benda yang ada di antara kakimu lagi!" ucap Naruto dengan pandangan wajah serius. Nampaknya kali ini kesabaran Naruto sudah sampai di ujungnya.
Kiba sontak menghentikan tawanya dan menggerakkan tangannya menuju daerah di selangkangannya. Kiba tau kalau Naruto sedang tidak main-main saat ini.
"Kau kenapa sih, Naruto? Kau tidak seperti 'Naruto' yang biasanya!" ucap Kiba datar sambil mengambil sisa rokoknya semalam yang terselip di saku bajunya. Kali ini Kiba sudah bisa menahan tawanya ketika melihat wajah Naruto yang menjadi lesu.
Naruto hanya menghela nafas panjang,
'Tidak mungkin aku mengatakan hal ini pada Kiba, dia saja terkadang kesusahan.'
Kiba menggeplak kepala Naruto dengan tangan kanannya, "Oi, ada apa sih?"
Naruto menggeleng pelan. Tidak mungkin dia meminta lagi bantuan dari Kiba, rasanya sudah terlalu banyak Kiba menolongnya dalam urusan keuangan. Tidak enak rasanya bila meminta tolong lagi, bisa-bisa Kiba menganggapnya mata duitan. Hhh.
"Tidak ada apa-apa. Hanya aku sedang pusing saja." jawab Naruto sembari mengeluarkan cengiran khasnya.
Kiba menyengir nakal, "Pusing memikirkan bocah SMA itu, ne?"
Saat itu juga, Kiba bisa merasakan kepalanya digeplak oleh sesuatu. Sendal butut jaman SD Naruto.
.
Naruto menggelar koran-koran bekas yang didapatnya dari pedagang gorengan di depan kampusnya, dengan teliti matanya menjalari semua bait demi bait lowongan kerja yang ada di dalam koran bekas itu. Dengan sebuah spidol yang sudah hampir habis warnanya, Naruto mulai melingkari calon pekerjaan sambilan yang dirasanya cocok untuk dilakoni selepas pulang kuliah, hari libur, atau waktu senggang.
Ditatapnya lagi potongan koran bekas yang ada dalam genggamannya, bibirnya melengkungkan sebuah senyuman.
"Pizza Delivery, Penjaga Counter Pulsa, dan Pelayan Cafe. Yosh, 3 calon pekerjaan sambilan. Dan aku harus mendapatkan salah satunya!" teriaknya semangat.
.
Hari ini hari minggu, jam 1 siang. Naruto mulai mempersiapkan dirinya untuk memulai debutnya mencari pekerjaan sambilan. Dikenakannya sepotong pakaian yang menurutnya pantas dipakai oleh seseorang pengangguran yang sedang mencari pekerjaan. Naruto melengos, padahal dia bukan pengangguran. Hanya anak kuliahan kere yang sedang krisis duit.
Naruto memperhatikan lagi penampilannya di depan cermin besar yang sudah retak di sana-sini. Kemeja oren kalem dan celana jeans beggy hitam yang dipadukan dengan sepatu kets putih-yang sudah dicuci pastinya- serta tas selempang berwarna putih hitam. Yosh, perfect!
Pertama-tama, Naruto akan mencoba peruntungannya sebagai seorang Pizza delivery.
Naruto tercengang setengah mati saat dia membaca persyaratan yang harus dipenuhi jika ingin menjadi seorang Pizza delivery. Harus memiliki sepeda motor sendiri.
Naruto menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Harta satu-satunya yang dimilikinya saat di desa dulu hanya sepeda onta. Itupun harus adu mulut dulu dengan ayah Minato jika ingin memakainya ke mana-mana. Karena mitosnya, sepeda onta yang dimiliki oleh ayah Minatonya adalah pemberian dari seekor siluman rubah berekor sembilan yang bersemayam di bawah desanya. Maka dari itu, ayah Minatonya sangat melarang jika Naruto memakainya untuk dibawa kebut-kebutan.
Bayangkan jika tiba-tiba Naruto meminta ayahnya membeli sepeda motor. Bisa-bisa ayah Minatonya terkena serangan impoten mendadak karena terlalu sering mengayuh sepeda onta, ditambah lagi dengan permintaan yang aneh dari Naruto. Andaikan Pizza delivery membutuhkan seseorang yang mempunyai mobil, mungkin ayah Minatonya akan menyanggupi untuk membeli mobil keluaran terbaru berhubung ayahnya mempunyai banyak harta akibat pensiun sebagai hokage setahun silam. Tapi entah kenapa ayah Minatonya menolak untuk membeli sepeda motor. Weird, isn't it?
Menjadi penjaga counter pulsa juga ternyata sangat merepotkan. Naruto harus stand by di counter pulsa 24 jam penuh, bagaimana dia bisa datang ke kampusnya kalau satu hari penuh dihabiskannya untuk menjaga counter? Bisa-bisa, belum seminggu Naruto genap menjadi penjaja pulsa, dia malah genap menjadi mahasiswa yang Drop Out dari kampus karena kebanyakan alfa menjaja pulsa keliling.
Naruto melap keringat yang jatuh dari dahinya menuju bibirnya dengan tangan kanannya. Jam di tangan kirinya sudah menunjukkan pukul 5 sore, sudah hampir 4 jam dia melanglang buana mencari pekerjaan sambilan namun tidak ada hasilnya sama sekali. Salahkan ayah Minatonya yang menolak untuk memberikan duit lebih karena alasan kolot seperti, anak berusia 19 tahun belum pantas memegang duit banyak-banyak. Ugh, ayah Minato yang kolot dengan pemikiran yang kolot juga.
Naruto menatap sebuah cafe kecil tapi asri yang ada di hadapannya dengan pandangan berbinar-binar. Menjadi pelayan di cafe adalah harapan terakhirnya.
Naruto mendorong pintu kaca yang ada di hadapannya dengan jantung berdebar-debar. Naruto menyapu pandangannya ke seluruh sudut cafe, dapat dilihatnya ada beberapa pelayan yang memberinya senyuman ramah. Mungkin mereka sangka, Naruto adalah pelanggan.
Naruto mendekati salah satu pelayan laki-laki yang memakai topi bergambar kopi dan berwarna putih, dengan seragam SMA yang melekat di tubuhnya-dapat Naruto kenali karena lambang salib yang ada di lengan kanannya-.
"Ada yang bisa saya bantu?" tanya pelayan berambut putih tersebut. Naruto merinding saat melihat ternyata gigi laki-laki itu didominasi dengan gigi-gigi taring.
Naruto menelan ludahnya, "Ehm, ya. Saya mau melamar peker-jaan sam-sambilan." ucap Naruto dengan wajah memanas. Naruto merasa dirinya terlihat seperti seorang gadis pemalu yang mengharap jawaban cinta dari pengusaha kaya raya yang baru saja ditembaknya.
Laki-laki itu tampak mengerutkan keningnya, namun segera ditepisnya kerutan kecil itu dengan senyuman menawan.
"Kalau begitu, anda harus menemui manajer kami dulu. Nah, ruangannya ada di samping pantry dengan pintu bercat biru dongker." ucap pelayan yang bernama... nngg...
Naruto melirik sedikit bagian dada laki-laki berambut putih itu untuk membaca bed namenya. Suigetsu ya?
"Ng, terima kasih Suigetsu-san." ucap Naruto malu-malu. Sekarang Naruto malah tampak seperti gadis desa yang baru saja diberikan duit gratis segepok.
Suigetsu membalas ucapan terima kasih Naruto dengan senyuman yang lebih menawan lagi, lalu berlalu dari hadapan Naruto yang wajahnya sudah mirip seperti ketam yang direbus terlalu lama.
.
Naruto menatap pintu bercat biru dongker yang ada di depannya dengan pandangan takut, dia dapat membaca tulisan yang tertera di pintu itu. CEO Manager.
Tok tok.
Naruto semakin merasa gugup saat tangannya bergerak untuk mengetuk pintu bercat biru itu. Tiba-tiba kakinya terasa beku untuk bergerak ketika mendengar sebuah suara,
"Masuk."
Naruto menelan paksa ludahnya. Dengan sedikit keberanian, Naruto melangkahkan kakinya setelah membuka pintu biru dongker yang ada di depannya.
Matanya menatap seseorang yang juga menatapnya. Seseorang yang duduk di kursi dengan wajah jutek dan seseorang yang sangat-sangat dikenali Naruto. Seseorang yang setiap pagi selalu membuat Naruto spanning, dan seseorang yang-jika Naruto diterima di cafe ini- akan menjadi calon bosnya.
"Kau... Teme?"
.
TBC
.
Chap yang pendek? Aneh? Memang#plak.
.
Review please?
