JUST HINATA
By
Betelgeuse Bellatrix
Disclaimer: Masashi Kishimoto
Warn: AU, OOC, Typos, Bahasa tidak baku, rate M for theme, gaje, newbie.
Inspired from: The Hunger Games by Suzanne Collins
XXXXXXX
"Lepaskan kakakku!" Gadis berambut panjang tersebut terus meronta. Ia mencoba mencakar, mengigit, menendang, atau apapun yang bisa ia lakukan untuk menyelamatkan kakaknya.
Para pria gagah berseragam tersebut masih memegangi seorang remaja laki-laki yang sedari tadi memberikan perlawanan. Mereka terlihat sedikit kewalahan menghadapi laki-laki dan gadis ini yang terus menerus menyerang mereka dengan brutal. Seorang pria berseragam dengan banyak lencana di bajunya memberikan intruksi kepada yang lainnya.
"Bawa dia dan hentikan gadis gila ini" Sang pria dengan lencana itu berkata dengan tegas dan dingin.
"Baik!" Dua pria menjauhkan gadis berambut panjang tersebut dan menghempaskannya ke tanah. Mereka berdua memukuli dan menendang gadis itu.
"Hentikan! Jangan sakiti dia! Aku mohon! Hentikan! Hentikan!" Kalimat tersebut terus keluar dari bibir sang pemuda. Namun, teriakan itu tak menghentikan tendangan demi tendangan dari 2 pria berseragam kepada gadis yang sudah tak berdaya tersebut.
Gadis itu tak mampu lagi berkata-kata, tubuhnya kebas, kepalanya sakit, penglihatannya memburam. Ia merasakan ada sesuatu mengalir dari kepalanya dan menetes turun melewati hidungnya. Kedua pria ini masih menendang dan menginjaknya Rasanya ia ingin menangis ketika melihat 2 orang yang terduduk di depan pintu rumah mungilnya
Dua perempuan duduk bersimpuh didepan pintu yang terbuka. Sang perempuan yang lebih muda hanya menutup mulutnya, air mata terus mengalir, tanpa isakan, tanpa teriakan. Sementara perempuan yang lebih dewasa memeluk gadis kecil itu. Mereka tak bisa berbuat apa-apa. Kaki mereka seakan dipaku disana. Melihat kedua kakak tersayangnya dipukuli, ia merasa tak berguna, ingin rasanya ia menolong, tetapi rasa takut lebih menguasai dirinya. Sang ibu hanya bisa memeluk sang anak bungsu, ia tak tahu harus berbuat apa. Ini sudah peraturan, bagaimanapun tak ada yang bisa menentang. Ia hanya menjaga putri bungsunya agar tak berlari kesana dan berakhir seperti sang kakak.
"Baik, aku ikut kalian! Hentikan! Jangan sakiti adikku lagi! Aku akan ikut" Laki-laki tadi menyerah, sudah cukup melihat adiknya seperti ini. Pria berlencana tadi menyeringai senang, ia memberi isyarat tangan pada dua pria tadi.
Gadis itu tak lagi merasakan pukulan ataupun tendangan. Ia mencoba duduk dengan sisa tenaganya. Pandangannya benar-benar buram. Yang terlihat di matanya kini adalah sang kakak yang kedua tangannya diikat paksa di belakang punggung tegap yang dulu selalu dilihatnya. Kemudian sang ibu yang berlari dan mencoba melepas ikatan di tangan kakak lelakinya. Teriakan terus terdengar hingga suara pistol yang memuntahkan isinya terdengar. Sang adik memanggil ibunya berkali-kali, dan kakaknya yang mengumpat dan berteriak pada para petugas. Kemudian ia merasakan tubuhnya beradu dengan tanah dingin berbalut salju. Air mata mengalir dari mata sewarna perak milik gadis itu. Lalu penglihatannya buram, buram, buram, dan gelap...
TBC?
XXXXXXX
Hai...
Betel kembali^^ saya mencoba MC nih. Padahal kapasitas otak betel tuh ga besar lho, tapi kenapa saya selalu memilki ide liar yang sulit T_T mungkin otak betel sudah menghianati betel*plak* sesuai dengan yang saya tulis diatas, ini fic terinspirasi dari novelnya mbak(?) Suzanne, The Hunger Games! Tapi betel janji, ini beda kok, yah, semoga saja ini fic ga berhenti ditengah jalan, hehehehehehe
Oh, ya, fic ini juga terilhami dari sebuah film, tapi saya lupa*plak* itu film lama. Jadi bagi yang tau silahkan bagi2 infonya ke betel ya...
See you...
