Author : chen21ina
Title : I'm Marriage?
Cast :
Kim Jongdae
Kim Minseok
and other
Rated : T
Chapter 1 !
"Menikahlah dengan ku "
Minseok tersedak minumannya sendiri ketika mendengar penuturan Jongdae. Setengah jam lalu Jongdae yang notabene adalah sahabatnya sejak Minseok masih berusia sepuluh tahun mengiriminya pesan untuk bertemu di CM Cafe karena ada hal penting yang akan ia sampaikan. Namun bukannya hal penting justru candaan tak bermutu yang Minseok dengar.
"Kau tahu tuan Kim, aku bahkan sampai meninggalkan pekerjaanku demi datang kemari. Tapi kau malah bercanda seperti ini, tidak lucu " jawab Minseok sinis.
Jongdae hanya menghela nafas, delapan belass tahun menjalin persahabatan dengan Minseok membuatnya hafal dengan segala perangai wanita di hadapannya ini.
"Min apa kau tidak sedih melihat ibu mu yang selalu meminta mu untuk menikah ? ia ingin melihatmu berumah tangga-"
"Tapi bukan dengan dirimu juga !" Minseok langsung memotong omongan Jongdae."Kau tahu bukan aku tidak akan bisa menikah sampai kapanpun " wajah Minseok berubah sendu ketika mengucapkannya.
"Eomma menjodohkan ku dengan anak rekan bisnisnya, ia merasa khawatir karena di usia ku yang menginjak kepala tiga aku belum memiliki keluarga sendiri" Ucap Jongdae "Kau tahu bukan ada orang lain yang ku cintai dan aku masih menunggunya, eomma tidak mau mengerti dan tetap bersikeras memintaku untuk menikah. Aku di beri waktu sampai sabtu ini untuk membawa calon pendampingku, jika tidak maka aku harus menerima perjodohan dari eomma" lanjut Jongdae
"Kau bisa menyewa seorang wanita Dae-ah, kau beri saja ia uang untuk menjadi istrimu. Nanti disaat cintamu telah kembali kau bisa menceraikannya."
"Tidak semudah itu Min, pernikahan adalah sesuatu yang berharga dan aku tidak ingin membuatnya menjadi permainan" Minseok memutar matanya malas mendengar jawaban Jongdae.
"Dan kau meminta ku untuk menikah denganmu ? kau pasti sudah gila" Jawab Minseok acuh.
"Setidaknya aku menikah denganmu, kita bersahabat sudah delapan belas tahun Min. Kau yang paling mengerti diriku di banding siapa pun. Dan karena aku yang menjadi suami mu kurasa itu pun bukan masalah karena aku juga mengerti dirimu. Kau menolongku dari perjodohan dan aku akan membantu mu menghilangkan trauma di masa lalu. Jika kau menemukan cinta mu sendiri maka aku akan melepaskan mu" Minseok masih menatap Jongdae tanpa minat kemudian wanita yang bulan kemarin ini genap berusia dua puluh delapan tahun ini segera mengambil tas kerjanya dan pergi meningalkan Jongdae.
"Min jika kau berubah pikiran ponselku selalu ada untuk menerima panggilan telepon mu " Minseok berhenti sejenak saat mendengar suara Jongdae, namun ia hanya menggelengkan kepala saja setelahnya.
.
.
Gara-gara Jongdae, Minseok jadi meninggalkan kantornya dan membawa setumpuk pekerjaan ke rumah. Mata Minseok melihat setiap baris kalimat yang tertulis di layar laptopnya dengan jari yang seakan-akan sedang menari di atas Keyboard tidak ada yang bisa membuat Minseok berhenti.
"Sayang istirahatlah sebentar, kau belum makan malam" Minseok mengalihkan pandangannya pada Jaejoong sang eomma, satu-satunya keluarga yang Minseok miliki.
"Pekerjaan ku masih banyak eomma, nanti aku menyusul untuk makan"
"Kalau begitu eomma akan menyuapi mu saja"
"Tidak usah eomma, aku sudah besar " Jaejoong tertawa melihat Minseok yang menggembungkan pipinya.
"Jika memang sudah besar, lalu kapan kau akan mengenalkan calon pendampingmu hmm ?" Minseok terdiam mendengar ucapan sang ibunda namun ia tetap tersenyum untuk menanggapinya.
"Apa eomma sudah tidak ingin lagi mengurusi ku ? kenapa eomma selalu bertanya seperti itu ?" Jaejoong lagi-lagi tergelak putrinya ini walaupun sudah berusia dua puluh delapan namun masih terlihat seperti anak sekolah dasar, lihatlah wajah memelasnya ditambah lagi pipinya yang di gembungkan.
"Bukan begitu sayang, hanya saja waktu tidak bisa menunggu. Semakin hari usia eomma akan semakin menua, eomma takut tidak bisa melihat mu memakai baju pengantin"
"Eomma jangan bicara seperti itu"
"Ini kenyataan sayang, eomma hanya ingin melihat mu bahagia di hari tua eomma" Minseok memeluk erat Jaejoong. Ia tidak ingin mengecewakan Jaejoong namun apa yang harus ia lakukan, seketika saja kata-kata Jongdae tadi siang terngiang jelas di otak Minseok.
Minseok masih menatap kosong pada ponselnya, walaupun jam dinding sudah menunjukan angka 12 namun matanya masih belum mau terpejam.
Minseok mengambil ponselnya menekan angka dua untuk langsung menghubungi seseorang diseberang sana.
"Yeoboseiyo" Minseok menarik nafasnya ketika telepon sudah tersambung.
"Aku ingin bertemu denganmu besok, di jam dan tempat yang sama seperti tadi"
Pip
Tanpa menunggu jawaban apa pun Minseok segera mematikan ponselnya, Minseok melempar asal benda persegi tersebut. Pikirannya melayang mengingat kejadian di masa lalu, tanpa ia sadari tubuhnya bergetar takut dengan air mata yang kini membanjiri pipinya.
Plak
"Sssttt aaarrgg hiks hiks"
Minseok terbangun di tengah malam ketika mendengar suara jerit kesakitan Jaejoong, Ayah nya pasti pulang dalam keadaan mabuk lagi dan jika sudah seperti itu maka Jaejoong lah yang akan menjadi korban, ayah Minseok sangat menyeramkan jika sudah mabuk ia tidak dapat mengendalikan emosinya pukulan dan tamparan sudah kerap Jaejoong dapatkan.
Minseok hanya berani mengintip dari celah pintu yang ia buka, sesungguhnya Minseok ingin berlari memeluk Jaejoong dan menghentika Yunho namun ia tidak berani. Minseok memeluk tubuhnya sendiri ia ketakutan bukan main.
"Yunho kumohon berhenti " Jaejoong terus saja memohon namun Yunho seakan tuli, entah keberanian dari mana namun Minseok teringat dengan pelajaran nya saat tadi di sekolah. Minseok berjalan mengendap keluar kamar menuju telepon rumah yang berada di ujung ruangan.
112
"Pak polisi tolong eomma" Otak Minseok berpikir cepat ia tahu jika ia menghubungi polisi kemungkinan terbesar adalah ayahnya yang akan di tangkap namun Minseok lebih baik kehilangan Yunho dari pada harus terus melihat Jaejoong menderita. Minseok melebarkan matanya ketika Yunho membuka sabuk yang ia kenakan, apakah ayahnya hendak memukul Jaejoong dengan sabuk ? Minseok sudah tidak tahan lagi ia berlari secepat yang ia bisa, Minseok memeluk tubuh Yunho dari belakang memohon agar ayahnya berhenti .
"Appa Minnie mohon, hiks berhenti memukul eomma"
"Appa Minnie berjanji akan menjadi anak penurut "
Sret
Bugh
Lagi, Yunho serasa tuli bahkan tangisan putri kecilnya pun tak ia hiraukan. Yunho dengan tega mendorong jatuh tubuh kurus Minseok. Laki-laki tersebut kembali melangkahkan kakinya mendekati Jaejoong, Minseok segera berlari untuk melindungi sang eomma.
"Astaga Yunho !"
Bugh
"Miinseokkk !"
Kangin sahabat Yunho sekaligus ayah dari Jongdae datang di waktu yang tepat, ia memukul wajah Yunho keras sehingga membuatnya tersungkur. Jongdae yang kebetulan sedang ikut bersama sang appa pun memeluk tubuh Minseok erat, mencoba memberi perlindungan untuk sahabatnya. Lima menit kemudian polisi datang, Yunho dibawa ke kantor polisi sedangkan Jaejoong segera dilarikan ke rumah sakit.
Sejak saat itu Minseok memiliki trauma, ia diluar memang terlihat biasa saja layaknya wanita pada umumnya namun Minseok selalu gemetar takut ketika melihat adegan kekerasan. Dan Minseok pun selalu takut untuk menjalin komitmen ia takut jika suatu saat pasangan hidupnya akan berperilaku seperti Yunho.
.
.
Minseok datang sepuluh menit lebih cepat dari jam yang ia janjikan kemarin segelas cappucino sudah bertengger manis di atas meja. Minseok tersentak ketika matanya di tutupi oleh seseorang, namun kemudian ia tersenyum.
"Jongdae-ah apa yang kau lakukan?" Jongdae tertawa kemudian ia melepaskan tangannya dari mata Minseok.
"Bagaimana kau tahu jika yang menutup matamu adalah aku ? bahkan kau tak melihat " Minseok memutar matanya malas mendengar ucapan Jongdae.
"Aku hafal wangi parfume mu" Jawab Minseok "ada hal lain yang ingin ku sampaikan Dae"
"Iya katakan saja" Ucap Jongdae sambil meminum cappucino milik Minseok.
"Ayo kita menikah "
Uhuk
Uhuk
Jongdae tersedak menumannya sendiri, matanya membelalak kaget mendengar ucapan Minseok. Rasanya baaru kemarin Minseok menolak ajakannya tapi sekarang justru dia sendiri yang meminta Jongdae menikahinya.
"Aku tidak salah dengar kan Min ?" Jongdae mencoba memastikan pendengarannya namun Minseok menggeleng tatapan wanita itu terlihat serius. Baiklah Minseok tidak sedang bercanda.
"Apa yang membuat mu berubah pikiran ?"
"Eomma, aku sudah terlalu banyak mengecewakan eomma selama ini dan semalam ia bilang bahwa eomma ingin melihatku menikah"
Jongdae mengangguk paham mendengar penuturan Jongdae, pandangannya berubah serius.
"Baiklah nanti aku akan bicara pada eomma mu, dan sabtu ini bersiaplah karena aku akan membawa mu pada eomma" Minseok hanya mengangguk setuju.
Jongdae menepati kata-katanya, malam ini Jongdae sengaja datang ke rumah Minseok. Tidak untuk berkunjung seperti biasa dengan pakaian formal dan membawa buah tangan Jongdae tampak sangat menawan.
Jaejoong memperhatikan Jongdae dari ujung rambut hingga ujung kaki, wanita paruh baya tersebut di buat kaget dengan kedatangan Jongdae malam-malam namun yang paling membuatnya terkejut adalah penampilan sahabat putrinya ini.
"Astaga eomma pikir, eomma melihat pangeran tersesat dari mana. Kau terlihat sangat tampan nak, apakah kau akan menghadiri suatu acara ?" tanya Jaejoong ketika mereka sudah sampai di ruang tengah. "Apa kau akan mengajak Minseok ? tapi rasanya Minseok belum besiap-siap"Lanjut Jongdae.
"Aku tidak akan kemana-mana Jae eomma, dan aku pun tidak ingin menemui Minseok. Aku memang sengaja kemari untuk menemui eomma" Ucap Jongdae lantang
"Menemui eomma ?" Jaejong lagi-lagi dibuat terkejut atas perkataan Jongdae.
"Aku ingin meminta izin pada eomma" ucap Jongdae "Izinkan aku menjadi bagian keluarmu, izinkan aku menjaga Minseok, izinkan aku menikah dengan Minseok menjadi suami untuk Minseok sampai ajal datang menjemput kami"
Jaejoong menatap Jongdae tanpa mampu berkedip, apakah putrinya sedang dilamar ?
Kau jangan mengerjai orang tua Jongdae-ah " ucap Jaejoong.
"Jongdae tidak bercanda eomma" kali ini Minseok ikut dalam pembicaraan, ia melangkahkan kakinya duduk diantara Jaejoong dan Jongdae.
"Entah sejak kapan perasaan itu muncul diantara kami, tapi kami mulai merasa sesuatu yang asing. Bukan perasaan sebagai sahabat tapi lebih" ucap Minseok.
"Aku mencintai putrimu, jadi bolehkah aku menjadikannya pendamping ku ?" Jongdae berucap lantang, air mata tak mampu Jaejoong bendung. Jongdae sudah seperti anaknya sendiri dan lagi tidak ada yang perlu Jaejoong khawatirkan jika Minseok bersanding dengan Jongdae. Mereka sudah bersahabat sangat lama dan akhirnya tuhan memang menyatukan kkeduanya.
"Doa eomma selalu mengiringi kalian, kau mendapatkan restu eomma Jongdae-ah " Jaejoong langsung memeluk Jongdae dan Minseok perasaan bahagia tidak dapat Jaejoong jelaskan.
Minseok dan Jongdae kini sedang duduk di ayunan belakang rumah Minseok. Keduanya hanya duduk dalam diam menikmati suasana malam.
"Dae-ah apa aku berdosa ?" Jongdae menoleh ke arah Minseok tidak mengerti dengan perkataan wanita tersebut."Aku berbohong pada eomma" lanjutnya, Jongdae hanya menghela nafas kemudian kembali menatap langit.
"Setidaknya kita akan menanggung dosa itu bersama, karena aku pun membohongi keluarga ku Min" Minseok tidak menjawab perkataan Jongdae, ia hanya terdiam di dalam hati Minseok melafalan doa semoga Tuhan mengampuni ia dan juga Jongdae.
Hari berlalu sangat cepat kini Jongdae kembali datang ke rumah Minseok, dan ia datang untuk menjemput Minseok menemui kedua orang tuanya.
Jongdae menunggu dengan sabar di ruang tengah, sesekali ia memainkan permainan yang ada di ponselnya. Setahu Jongdae, Minseok bukanlah wanita yang senang bersolek sungguh ini pertama kalinya ia merasa sangat lama menunggu Minseok berdandan.
"Maaf yah Jongdae, Minseok sangat sulit di dandani" Ucap Jaejoong mengalihkan fokus Jongdae pada ponselnya.
"Tidak masalah eomma"
"Jongdae-ya ayo kita berangkat"
Jongdae menatap Minseok tak berkedip, apa ini benar Minseok sahabatnya ? apa yang terjadi pada rambut panjang Minseok. Rambut panjang yang biasa Minseok biarkan tergerai kini ia gulung ke atas memperlihatkan leher jenjang miliknya, belum lagi dres hitam selutut dengan sentuhan mutiara di sisi kanan dan high hills membuat Minseok tampil benar-benar mempesona.
Cantik
Anggun
Menawan
Tiga kata itu mewakili Minseok malam ini, bahkan kangin dan Heechul orang tua Jongdae hampir tidak mengenalinya padahal Minseok sudah sering berkunjung ke rumah Jongdae.
"Astaga Minseok apa yang terjadi denganmu ?" Heechul menatap Minseok takjub.
"Tapi tunggu dulu, apa maksud semua ini ?" Heechul menatap Jongdae dan Minseok bergantian.
"Eomma memintaku untuk membawa calon pendampingku bukan ? sekarang aku sudah membawanya " ucap Jongdae.
"Minseok ?" kini Kangin yang bertanya menyuarakan keterkejutannya, Kangin bahagia jika Minseok menjadi bagian dari keluarga karena tanpa harus menikah dengan Jongdae pun, Kangin sudah menganggapnya seperti anak sendiri.
"Bukankah kau bilang jika kau sedang menunggu seseorang Dae-ah ? kalian tidak sedang merencanakan sesuatu kan ?" tanya Heechul. Jongdae terlihat gelagapan mendengar pertanyaan Heechul
"Maafkan aku Chullie eomma, aku yang menggantungkan Jongdae. Sebenarnya sudah sejak beberapa waktu lalu Jongdae menyatakan perasaannya padaku, hanya saja aku yang belum memberi jawaban. Aku masih takut untuk menjalin komitmen dalam bentuk pernikahan, namun Jongdae berhasil membuatku yakin. Dan disinilah aku sekarang eomma" Minseok segera berucap ketika ia menerima sinyal dari Jongdae.
"Jadi sejak kapan kalian menjalin hubungan ini ?" Heechul masih menatap tajam kepada Jongdae dan Minseok.
"Entahlah aku sendiri tidak ingat sejak kapan perasaan itu muncul, karena selama ini kami menjalani hubungan seperti air yang mengalir" Minseok kembali menjawab pertanyaan Heechul.
Grep
Diluar perkiraan Heechul langsung memeluk Minseok erat.
"Astaga Min eomma sudah lama sekali memimpikan hari ini datang, kau tahu eomma sangat bahagia karena akhirnya kau lah yang akan menjadi menantu eomma. Terima kasih nak sudah membuat impian eomma menjadi nyata" Minseok tersenyum dan mengelus punggung Heechul ia sungguh tidak tahu jika Heechul memang mengharapkan Minseok yang menjadi pasangan putranya.
"Ya tuhan ampuni aku dan Jongdae" ucap Minseok dalam hati.
.
.
Minseok tidak pernah tahu jika pernikahan akan membuat Jaejoong sebahagia ini. Sejak Jongdae datang dan menyatakan ingin menikahi Minseok senyum seakan tidak pernah absen dari wajah Jaejoong hal yang selama ini sangat jarang Minseok lihat dari ibunya. Namun sekali lagi dibalik kebahagiaan Jaejoong Minseok bersedih, jika eomma nya tahu bahwa pernikahan dengan Jongdae ini akan berujung pada perceraian tentu Jaejoong tidak akan memberikan restunya.
"Sayang, untuk nanti pernikahan kalian kau ingin menggunakan gaun yang model seperti apa ?" Tanya Jaejoong penuh semangat.
"Aku terserah eomma saja, eomma kan tahu jika aku sangat buruk dalam memilih pakaian" Jaejoong tersenyum mendengar ucapan putrinya.
"Nanti kita bicarakan lagi dengan Heechul juga Jongdae, bagaimana ?" Minseok mengangguk untuk menjawab pertanyaan Jaejoong.
"Min, apa kau sudah mengunjungi appa ?" seketika senyum Minseok luntur ketika mendengar ucapan Jaejoong.
"Sayang, maafkan lah appa mu, walau bagaimana pun ia tetap ayah dari seorang Jung Minseok" Jaejoong mengelus lembut surai Minseok, membuat putrinya mau tak mau menganggukan kepalanya.
.
.
Rumah Sakit Jiwa Seoul.
"Min kau yakin ?" Jongdae bertanya tatapannya tak teralihkan sedikit pun dari Minseok.
"Iya aku yakin Dae-ah."
Jongdae dan Minseok berjalan menuju sebuah ruangan yang terletak di paling ujung lorong, dengan di temani dua petugas rumah sakit mereka kini sampai di depan sebuah pintu bernomor 301. Yunho di diagnosa menderita kelainan jiwa karena ia emosina yang tak dapat di kontrol dan dapat membahayakan keselamatan orang terdekat membuat Jaejoong dan juga Minseok memutuskan untuk memasukan Yunho ke rumah sakit jiwa dengan harapan suatu hari nanti mungkin Yunho akan sembuh dan kembali menjadi Yunho yang dulu, suami dan juga ayah yang sangat mencintai keluarga kecilnya namun sayang walaupun sudah lima belas tahun Yunho dirawat Jaejoong dan Minseok masih belum mendaptkan kabar tentang kesembuhan Yunho.
Ceklek
Minseok mengeratkan pegangannya pada Jongdae, bayang-bayang saat dulu Yunho memukul eomma nya masih terbayang jelas di ingatan Minseok.
Yunho pria itu sedang duduk sambil menghadap tembok, tidak menoleh sedikitpun padahal ia tahu jika ada orang yang masuk ke dalam ruangannya.
"Appa " Yunho masih diam tidak merespon ucapan Minseok. Sejujurnya Minseok ingin sekali berlari memeluk Yunho ia sangat merindukan sosok Yunho, namun tubuhnya kaku bahkan bergetar dengan hebat hanya karena melihat Yunho. Ayahnya terlihat sangat kurus dibanding ketika terakhir kali Minseok kemari.
"Ajushi, aku Jongdae teman Minseok. Ahjusi masih mengingat ku ?" kali ini Jongdae yang berbicara namun Yunho tetap tak merespon.
"Aku dan Minseok akan menikah minggu depan" Jongdae dapat melihat bahu Yunho menegang " Aku ingin meminta restu padamu, meminta izin padamu untuk menjadikan Minseok sebagai pendampingku" Yunho masih diam.
"Aku harap ajushi merestui pernikahan kami, kalau begitu kami pamit" Jongdae menggandeng tangan Minseok menuntunnya untuk keluar dari ruangan Yunho.
"Seharusnya kau tidak perlu berkata seperti itu kepada appa" Jongdae menautkan halisnya mendengar ucapan Minseok.
"Percuma Dae-ah, appa tidak mengerti dengan yang kau ucapkan. Kau tahu mendengarmu meminta izin pada appa rasanya membuat dosa ku bertambah" lanjut Minseok, Jongdae hanya tersenyum ia tidak menjawab perkataan Minseok namun kini tangan Minseok ia genggam kuat.
Di ruangan yang gelap dan dingin Yunho duduk seorang diri, ia melihat kearah dimana tadi Minseok berdiri dan memanggilnya dengan sebutan 'appa'.
"Sayang kau akan menikah nak, maafkan appa karena appa tidak akan bisa datang ke acara pernikahanmu. Doa appa selalu menyertaimu Minseok putri kecil appa." Air mata tanpa dapat di cegah mengalir membasahi pipi pria paruh baya tersebut. Hingga akhirnya Yunho jatuh tertidur dengan posisi memeluk sebuah foto lusuh, jika di perhatikan dengan baik itu bukanlah sebuah foto lusuh namun itu foto Yunho,Jaejoong dan juga Minseok saat keluarga mereka masih utuh.
.
.
Gaun panjang sudah terbalut indah pada tubuh Minseok, rambutnya ia biarkan terurai dengan kedua sisi yang di ikat jangan lupakan tiara yang menghiasi kepala Minseok membuatnya terlihat seperti seorang putri dari negeri dongeng.
Minseok berjalan anggung dengan di temani Kangin, ia berjalan mantap menuju altar. Bohong jika Jongdae tidak terpesona namun lakilaki tersebut mampu mengontrol segala ekspresi di wajahnnya.
Kata orang jika menikah itu kita akan merasakan gugup, susah tidur , susah makan tapi sayang semua itu tidak dirasakan oleh Minseok. Semua nya terasa biasa saja.
"Aku bersedia"
Begitu mudah kata-kata tersebut keluar dari mulutnya. Minseok hanya merasa bahwa tidak ada hal yang membuatnya harus merasakan gugup.
Jongdae dan Minseok kini saling berhadapan, tadi setelah pendeta meresmikan keduanya sebagai sepasang suami istri ia mempersilahkan Jongdae untuk mencium Minseok. Minseok memberikan tatapan paling menyeramkan yang ia miliki pada Jongdae, awas saja jika sampai Jongdae mencari kesempatan.
Dan Jongdae sudah sangat tahu arti tatapan Minseok, namun Jongdae tetap mencium Minseok sebagaimana yang seharusnya dilakukan sepasang pengantin.
Sorak sorai para tamu seakan menjadi backsound untuk keduanya, namun baik Minseok dan Jongdae tetap terdiam. Mereka memang berciuman hanya saja semua terasa hambar karena tidak ada cinta diantara keduanya.
.
Tbc
Hai hai hai
Aku come back bawa ff baruuuuuuuu
Ini ganti untuk Me Vs You ^^
How ? aneh ? gaje ? penasaran ?
Segala unek- unek bisa di sampaikan di kolom review ^^
Gomawo
