Shokugeki no Souma © Yuuto Tsukuda
・ sou taku ・
. . .
Le Cordon Bleu
—dari perut naik ke hati.
. . .
Yukihira Souma memejamkan mata selagi lengannya melingkari pinggang pemuda mungil itu. Hidungnya menghirup aroma keju yang lembut sekaligus bersemangat, dan bibirnya manyun-manyun tanpa maksud, mengecup leher yang mulai bergerak-gerak tidak nyaman. Souma memeluknya dari belakang, menjahili pemuda yang serius memasak dengan dahi berkerut itu.
"Y-Yukihira! Aku jadi tidak fokus masak, tahu!" Aldini Takumi mulai goyang-goyang risih. Anehnya, itu membuat Souma makin menjadi-jadi.
"He-he, Takumi, cepat selesaikan, aku lapar…"
"M-makanya diam dulu sana!" tangannya terampil menuang bumbu-bumbu ke dalam wajan, mencoba mengabaikan eksistensi pemuda yang sedang menggelitiknya perlahan.
"Hum…" kemudian Souma makin erat memeluknya. Erangan kecil keluar sebagai balasan dari sang koki Italian cuisine. Bubur ala Italia yang tadi akan disajikannya pun gagal, bertransformasi menjadi bubur ayam ala warung-warung pinggir jalan Indonesia.
"Nih!" Takumi berlagak marah, setengah membanting mangkuk putih berlogo ayam. "Bubur seadanya karena kau menyebalkan."
"Apapun yang dibuat tanganmu, Takumi, aku rela!" satu kecupan manis dari Souma mendarat di pipi pucat yang mulai bersemu merah, "Terima kasih!"
"Uh-hm."
Selagi Souma bersemangat melahap hidangan spesial untuknya, Takumi mencoba tidak peduli. Ia mengalihkan pandangan, bibirnya komat-kamit kesal. Souma masih saja menikmati buburnya dengan lahap.
"Takumi! Kau belum mencicipinya, kan?!" Souma mendadak menyodorkan sesendok bubur ayam hangat lengkap dengan bawang goreng dan cecahan daging ayamnya.
"Hm. Tidak perlu!" Takumi masih ngambek.
"Kau harus coba!" Souma memajukan sendoknya, setengah menertawakan pipi Takumi yang sudah merah, "Ayo, Takumi!"
"Tidak! Aku cuma mau bantu memasak karena kau flu jadi—ughh! Uhukk!" Takumi terbatuk dan terpaksa menelan bubur ayam dalam takaran satu kunyahan, bukan satu sendok. Melihat cengiran di bibir Souma yang belepotan, si pengguna mezzaluna makin naik darah, "Y-Yukihira! Kau ngapain barusan?!"
"Menyuapi Takumi. Gochisou-sama," Souma membawa mangkuk yang sudah kosong ke wastafel pencuci piring. Ia benar-benar tertawa ketika melihat wajah Takumi yang sudah benar-benar merah, antara blushu dengan naik darah. "Oh, Takumi! Aku punya ini!" dengan harapan dapat membujuk kekasihnya itu, ia menarik keluar croissant dari dalam kulkas.
"Croissant! Aku mau!" pemilik iris kebiruan itu mendadak ceria dan berlari ke arah Souma, tepat sebelum sang koki tradisional Jepang memakan seluruh isinya dan menahannya di mulutnya, menjulurkan lidah.
"Afmbil dfisini, Twakumi!"
— Kepala pirang Aldini Takumi kini memerah dan berasap,
"Y-YUKIHIRAAAA!"
. . .
Le Cordon Bleu means high-quality, especially of cooking.
. . .
A/N: owari daaa, ahahah kindly leave some review? thanks for reading!
