Disclaimer: I don't own KHR. KHR belongs to Akira Amano.
Peringatan ini berlaku untuk semua chapter di ff ini; OOC, AU, typo(s), sometimes drabble, alur kecepetan, aneh, abal, gaje, nggak nyambung. Don't like don't read. Like? Review. Multichap abal!
First chapter A/N: ceritanya gak sesuai sama judul chapternya. Oh, well. Biarin aja. Semoga suka, ya~
Pairing: Mukuro x Hibari
Chapter I: A for Alive
XXXxxxXXX
Untuk apa manusia hidup?
Kenapa manusia hidup?
Apa itu hidup?
Berapa lama kita hidup?
Bagaimana manusia hidup?
XXXxxxXXX
Hibari menatap kosong keluar jendela kelasnya. Hal yang jarang terjadi, seorang Kyoya Hibari duduk termenung. Entah apa yang dipikirkannya.
Sudah dua minggu ia duduk termenung seperti ini. Dua minggu. Dua minggu yang berlalu dengan sangat cepat, tapi bagi Hibari berlalu sangat lambat bagai dua abad. Orang-orang disekitarnya sama selaki tidak mempedulikan hal ini, mereka takut karena jika menganggu, merekalah yang dihajar.
Hibari mulai termenung sejak saat ia bertemu seseorang. Orang yang bertarung dengannya, orang yang dengan aneh menanyakan suatu hal yang sangat aneh.
.
*flashback*
Hibari berdiri dalam diam. Lawan bicaranya, orang yang tidak terlihat, sedang berbicara, jadi Hibari hanya mendengarkan sambil berhati-hati.
Hibari berjalan mendekati orang yang mengajaknya bicara itu. Akhirnya ia melihat sosok orang itu, Mukuro Rokudo. Seorang lelaki berambut ungu, yang, yah, seperti nanas, duduk dalam diam.
"Kau..." kata Hibari pelan sambil menatap Mukuro. Wajah Mukuro tampak tidak bahagia. Ia tampak tidak tersenyum.
"..." Mukuro hanya diam. Mereka diam agak lama.
"Apa... apa arti hidup? Untuk apa manusia hidup? Mengapa manusia hidup?" tanya Mukuro secara beruntun pada Hibari yang langsung terdiam kaget. Kaget karena pertanyaannya sangat aneh. Dia terdiam lama. "Ayo, apa jawabanmu, Kyoya Hibari?" tanya Mukuro menuntut jawaban dari Hibari. Hibari hanya diam, bingung mau menjawab apa.
Mukuro menghela napas. "Baiklah, pergilah. Carilah arti hidupmu sendiri, dan beritahukanlah padaku saat kau telah mengetahuinya." Kata Mukuro. Tapi Hibari hanya berdiri diam. Tidak bergegas pergi. "Ada apa, Kyoya Hibari? Segeralah pergi. Buat apa kau berdiam diri disana, hah?" tanya Mukuro. Hibari sadar, dan langsung bergegas pergi.
*flashback finish*
.
Hibari memalingkan wajah dari jendela dan menatap ke meja. "... Apa arti hidup... bagiku, ya?" tanyanya pada diri sendiri. Wajahnya kelihatan murung, tidak seperti Kyoya Hibari yang biasanya. Kyoya Hibari yang tenang. Kyoya Hibari yang kejam. Kyoya Hibari yang sangat dingin. Kyoya Hibari yang... tidak pernah memikirkan dengan detail arti hidupnya.
Ia kembali memandang keluar jendela. "Arti hidupku? Bodohnya aku tidak pernah memikirkannya..."
Dia terdiam lama. "... Apaan sih!" ia menggelengkan kepalanya. "Bodoh, ngapain juga aku memikirkan hal itu? Bukan hal yang penting ini." Hibari bangkit dan keluar kelas. Berusaha mencari angin segar untuk mendinginkan pikirannya.
Ia berjalan menaiki tangga menuju atap sekolah. Ia tidak mempedulikan orang disekitarnya. Orang-orang disekitarnya berjalan dengan santai, sepertinya mereka tidak memikirkan arti hidup.
.
Angin berhembus lembut, menerpa wajah tampan seorang Kyoya Hibari. Di atap gedung sekolah, dia, Kyoya Hibari, berdiri sambil menatap ke bawah gedung, menatap orang-orang yang berlalu lalang, sambil memikirkan arti hidup. "Hidup..." Hibari menatap ke langit. Berharap menemukan arti hidup. Tapi tiba-tiba ia menepuk keningnya. "Tuh kan! Aku malah memikirkan arti hidup lagi! Buat apa, sih?" katanya mengeluh. "Sialan kau Mukuro Rokudo, bisa-bisanya membuatku bingung hanya dengan pertanyaan konyol seperti itu!" wajah Hibari memerah. Yah, entah sejak kapan, kalau memikirkan Mukuro, wajah Hibari memerah.
Hibari terdiam. "Tapi..." katanya pelan. "Dia benar juga, ya. Aku... seharusnya mencari tau arti hidup sebenarnya, kan?"
.
Detik berganti detik. Menit berganti menit. Jam berganti jam. Hari berganti hari. Minggu berganti minggu. Benar-benar, deh, Hibari masih belum menemukan arti hidupnya sendiri.
Dan setiap hari, ia selalu berdiri di atas atap sekolah setiap jam istirahat, membiarkan angin menerpa wajah tampannya dengan lembut, berharap angin segar itu bisa menyegarkan otaknya dan memberikan ide baginya tentang arti hidup.
Arti... hidup...
Siapa sangka sebuah kalimat dengan dua kata yang masing-masing kata terdiri dari empat dan lima huruf itu bisa membuat seseorang bingung dan berusaha terus menerus mencari artinya? Siapapun tidak menyangka kalimat simple itu bisa membuat orang bingung. Siapapun. Bahkan ilmuwan pun mungkin tidak akan berpikir bahwa sebuah kalimat 'Apa arti hidup?' bisa membuat seorang manusia bingung. Oh, bahkan mungkin beberapa orang, puluhan orang, ratusan orang, bahkan mungkin jutaan orang. Pernahkah kau terpikir seperti itu?
.
"Aku menyukaimu, Hibari-senpai!"
Kyoya Hibari, seorang lelaki menyeramkan yang tidak pernah jatuh cinta itu, untuk pertama kali dalam hidupnya ditembak oleh seorang gadis.
"... Suka?" kata Hibari bingung. Ah, polosnya. "Suka itu... apakah itu salah satu hal yang dibutuhkan untuk hidup?"
"Tentu saja!" jawab gadis itu mantap. Hibari terdiam. Ia berpikir dengan keras.
Suka... sesuatu yang diperlukan untuk hidup.
Suka... bagian dari hidup.
Suka... semua orang akan mengalami suka, karena suka adalah hal paling penting dalam hidup.
Suka...?
Suka itu... arti kehidupan?
Hei! Itu!
Suka! Itulah arti hidupnya!
Tapi... siapa yang ia sukai?
Hibari berpikir keras. Bingung. Apa gadis dihadapannya ini orang yang disukainya? Atau orang lain?
"Hibari-senpai? Apa... jawabanmu?" tanya gadis itu. Hibari kaget. Dia diam sejenak, ragu mau menjawab apa. Lalu... ia menggeleng.
"Maafkan aku, tapi sepertinya bukan kau orang yang kusukai. Maaf." Kata Hibari. Gadis dihadapannya itu kecewa. Tapi ia tersenyum.
"Iya, tidak apa-apa. Terima kasih sudah menjawab dengan jujur. Hibari-senpai... juga... semoga segera menemukan cinta sejatimu. Siapapun itu, mau lelaki atau perempuan, kudukung!"
Hibari tersenyum. Hal yang jarang terjadi. "Iya, terima kasih." Katanya pelan.
.
Kalau begitu siapa yang kusukai? Kalau aku hidup untuk mencintai, siapa yang kucintai? Pikir Hibari.
Tiba-tiba terlintaslah seseorang. Mukuro Rokudo...
Mukuro? Jangan bilang dia adalah orang yang Hibari sukai!
Tapi... setiap memikirkannya, wajah Hibari memerah. Jadi kemungkinannya hanya satu, yaitu...
Kyoya Hibari menyukai Mukuro Rokudo.
Ralat, bukan ini.
Seorang Kyoya Hibari mencintai Mukuro Rokudo. Mencintai, itulah yang benar, bukan menyukai. Perasaan Hibari terhadap Mukuro lebih dari sekedar suka, lebih dari sekedar cinta monyet.
"Aku telah mengetahuinya..."
.
Drap! Drap! Drap!
Derap langkah kaki Kyoya Hibari yang sedang berlari terdengar jelas.
"Hah, hah."
Terdengar pula desahan napasnya yang kelelahan karena berlari terus.
Hibari sedang terburu-buru, ia ingin buru-buru bertemu dengan Mukuro. Untuk menyampaikan segalanya.
.
Srak!
Dibukalah pintu ruangan tempat Mukuro oleh Hibari. Ia nampak kelelahan karena berlari dengan terburu-buru.
"Oh, Kyoya Hibari, ya?" kata Mukuro saat menyadari keberadaan Hibari. Ia hanya tersenyum, apa lagi melihat Hibari yang kelelahan. "Apa kau sudah menemukan arti hidup?" tanya Mukuro agak mengejek.
Hibari mengangguk mantap. Senyum Mukuro makin melebar. Mukuro menggerakkan tangannya menunjuk ke arah Hibari. "Oke, beritahu aku, apa arti hidup bagimu?"
Hibari terdiam lama. Wajahnya bersemu merah. Ragu akan memberi tau jawabannya atau tidak.
"Ayo, aku bukan orang yang sabar menunggu, tau!" desak Mukuro.
"Aku..." Hibari mulai angkat bicara. "Arti hidupku adalah..."
"Ya?" Mukuro tersenyum.
"Adalah untuk mencintaimu!" teriak Hibari kencang. Mukuro, yang sedari tadi tersenyum saja, saat mendengar kata-kata Hibari, langsung terdiam.
"A... pa?" tanya Mukuro tidak percaya.
"Perlu kuulang?" tanya Hibari dengan wajah merah padam.
Mukuro mengangguk. "Ya, perlu. Kupikir aku salah mendengar atau apa."
Hibari menarik napas panjang, lalu membuangnya. "Aku hidup untuk mencintaimu! Itulah arti hidup bagiku!" teriaknya sekencang mungkin, sampai napasnya habis.
"Hah?"
Napas Hibari tersengal, ia menatap Mukuro lurus. "Aku mencintaimu..."
"Hei, yang kau maksud bukan aku, kan?" tanya Mukuro.
Hibari menggeleng. "Tidak, yang kumaksud adalah dirimu."
"A... ku?"
"Ya!" jawab Hibari mantap. "Tidak ada orang lain yang kucintai selain kamu, tau!"
"A- yang benar?" tanya Mukuro masih belum percaya. Hibari mengangguk mantap. Wajah mereka berdua bersemu merah.
"Jadi apa jawabanmu, Mukuro Rokudo?" tanya Hibari tiba-tiba.
"Aku..." Mukuro mulai angkat bicara. "Juga... menyukaimu."
"Eh?"
"Karena itu aku bertanya padamu, apa arti hidupmu. Aku ingin... arti hidupmu adalah mencintaiku. Ternyata... benar..."
"Jadi... perasaan kita sama?"
Mukuro mengangguk.
Hibari langsung berlari memeluk Mukuro.
"Arti hidupku adalah untuk mencintaimu!"
-Fin-
A/N:
Lah? Kok gak mirip ya judulnya sama ceritanya? Apa lice salah ya? Wkwk, peduli amat deh. Lice galau selalu sih #shot
