Terlarut sendiri dalam sebuah taman tak berpenghuni. Sesosok mata onyx menatap tajam ribuan bintang dan terangnya rembulan berwarna jingga menghiasi malamnya yang sepi seperti biasanya.
Ditemani sebuah buku catatan kecil miliknya dan pena hitam penggores lembaran-lembaran kosong kertas dalam bukunya. Malam yang dingin, sendiri. Sudah terlampau tak ada siapapun di sana. Apa karena malam yang kian larut atau memang karena taman itu tak menarik orang untuk dikunjungi.
Lain halnya dengan seorang Uchiha satu ini. Uchiha? apa itu? Sebuah nama keluarga. Keluarga terpandang, memang. Keluarga terhormat, pasti. Tapi, kenapa semua itu tak membuat pria berambut hitam ini merasa kesempurnaan itu bukan dirinya. Melainkan seseorang yang terbelenggu dalam ikatan kehormatan Uchiha.
Menyalahkan Uchiha? tidak. Membanggakan Uchiha? tidak harus. Karena sesungguhnya ia tak meminta menjadi bagian dari nama besar yang disandangnya dari keturunan Uchiha.
Suara jangkrik, kodok atau binatang lain yang menemaninya dalam lamunan malamnya, Membisu.
Sasuke Uchiha, nama seorang pria dalam keterikatan nama agung Uchiha. Ia mengambil pena hitamnya, membuka buku catatannya yang masih bersih dari goresan apapun. Sasuke menggerakan ujung penanya, mengukir huruf U, huruf pertama yang ia tulis; dilanjutkan dengan C-H-I-H-A.
Goresan kata UCHIHA menghiasi halaman pertama buku itu.
Tetesan air menghiasi nama UCHIHA yang Sasuke tulis beberapa saat yang lalu. Membaur, melunturkan tulisan yang masih basah. Airmata, Sasuke menangis?.
Kenapa dia menangis? Apa yang harus dia sesali? Menjadi bagian dari keluarga terkaya penanam modal terbesar di Konoha International High School tempat ia bersekolah? wajah bak pangeran dari titisan Bintang Kejora yang senantiasa dicari setiap putri dari titisan Bintang Utara.
Sasuke pun menutup bukunya. Menghapus airmatanya. Melangkah pergi, menjauh dari haribaan hamparan padang purnama malam itu.
Disclaimer : Masashi Kishimoto
Pairing : SasuSaku, NaruHina, SasuHina, NaruSaku
Morning Star : HinaNia Uzu-aurora
Warning : OOC-full, AU, Gaje
Pagi ini matahari mulai menjulang tinggi, kehangatannya kian terasa. Memandikan pagi dengan embun yang nampak jatuh menetes dari kehijauan daun-daun asri nan menyejukan.
Sasuke berjalan menuju sekolah. Berjalan? Seorang Uchiha berjalan? Kemana kemewahan Uchiha? entahlah. Sasuke hanya tidak ingin selalu disangkut pautkan nama keluarganya itu.
Tas biru tua setia tertenteng di pundak sebelah kirinya, postman bag. Lebih simple. Langkahnya terhenti saat seorang gadis memanggilnya dari belakang.
Belum sempat ia menoleh, gadis itu sudah berada di sampingnya.
"Selamat pagi Sasuke! I... ini sebuah titipan surat!" gadis berambut hitam sebahu itu menyerahkan sepucuk surat kepada Sasuke, "Aku tinggal ya!".
Sasuke membaca siapa pengirim surat itu. KARIN. Hanya senyuman kecil tersungging dari bibirnya, tanpa rasa apapun Sasuke membuang surat itu ke arah selokan kecil di pinggir jalan.
Dengan sedikit menghabiskan tenaga, tanpa terasa akhirnya Sasuke sudah berada di depan gerbang besar Konoha International High School. Seperti biasa tak satu pun murid wanita mengalihkan pandangannya pada kharisma sang pangeran Uchiha satu ini. Sasuke berusaha bersikap seolah-olah mereka patung batu yang tak ada.
Langkah Sasuke kembali berhenti, tepat di sebelah gadis berambut pirang yang tengah memperhatikannya. Sasuke melempar senyuman kecil ke arah gadis itu. Bagai tertimpa seribu malaikat kebaikan, Sasuke melakukan hal itu, biasanya sikap Sasuke sesakan es yang sangat sukar untuk dicairkan. Sasuke kembali berjalan, ia tak menghiraukan gadis yang diberinya senyuman tadi, kini telah pingsan dan teman-teman di sekelilingnya menjadi panik.
Pandangannya terarah kepada sesosok pria berambut pirang dengan tiga garis; tanda lahir di kedua pipinya dengan mata bening sapphire yang memancarkan binar yang tengah berkumpul bersama teman-temannya, tampak bahagia. Tidak seperti dirinya, tak ada satu pun yang mau menjadi temannya, karena mungkin para murid pria takut Sasuke berhasil mengalahkan ketampanan mereka. Dan yang setiap harinya senantiasa menemani hanya perhatian para gadis-gadis yang mengharapkan secercah cinta darinya.
...Aku ingin seperti dia, Naruto Uzumaki. Bukan kesempurnaan yang aku inginkan, tapi seseorang yang senantiasa ada disaat aku membutuhkan. Yang mereka sebut SAHABAT... Sasuke membatin.
Sorot cemburu terpancar jelas dari matanya. Melihat sesosok Uzumaki yang selalu dikelilingi teman-temannya, bahkan seorang gadis bermata lavender; kekasihnya, Hinata Hyuga. Gadis yang sempat mengisi kekosongan hati Sasuke. Tapi itu dulu, sebelum Uzumaki itu merampasnya dari kebekuan hatinya.
Sasuke tersadar dari kisah masa lalunya. Saat seseorang menepuk pundaknya.
"Sasuke-kun kau sudah datang?" tanya seorang gadis dengan sepotong roti berselai nanas di genggaman tangannya.
"Sakura? seperti yang kau lihat, ada apa?" Sasuke balik bertanya dengan gaya khas kekakuan pejantan Uchiha.
Gadis yang dipanggilnya Sakura itu mengajak Sasuke duduk di tepian kursi kecil, taman sekolah.
"Aku tahu, pasti kamu belum sarapan. Aku mau kamu memakan sedikit roti ini. Mau ya? sedikit aja?" pinta Sakura menyodorkan rotinya.
Sejenak Sasuke menatap sepasang mata emerald gadis di hadapannya. Tampak indah.
...Sudah lama Sakura memperhatikan aku seperti ini. Pasti ada maksudnya... Batin Sasuke lagi.
"Sasuke!" ceplos Sakura heran melihat Sasuke melamun.
Sasuke terlihat gelagapan, "Maaf aku harus pergi, sebaiknya rotimu kau simpan saja!".
Sasuke pun pergi meninggalkan Sakura dengan roti penolakannya. Kecewa sekali, padahal ia berharap walau hanya secicip saja Sasuke dapat menghargai roti buatannya sendiri.
Sakura menatap kepergian Sasuke, sampai Sasuke benar-benar lenyap dari pandangannya. Meletakan roti itu di kursi. Sakura terisak, lalu pergi. Gadis berambut merah muda itu menyandarkan diri di sebuah pohon yang cukup besar.
"Kenapa? kenapa? kenapa semua yang aku lakukan selalu sia-sia di mata Sasuke?" tanyanya sendiri, melepas emosinya.
Sakura mendudukan diri di bawah pohon itu. Hari masih pagi, burung-burung masih berkicau menemaninya.
"Sasuke, andai kamu tahu kalau aku sangat mencintai kamu!" Sakura tak menyadari kehadiran seseorang di sampingnya.
"Sebenarnya aku yakin, Sasuke tahu kalau kau menyukainya, tapi mungkin dia terlalu angkuh untuk mengakui hal itu!" kata orang itu.
Sakura terjingkat, ia tak menyadari kehadiran seseorang disisinya. Ia pun menoleh.
...Apa dia mendengar, kalau aku mengatakan bahwa aku mencintai Sasuke... Sakura membatin.
TBC
A/N : akhirnya selesai juga fic kedua dari aku.. bagi para senpai ditunggu ripiu-nya?????
gomen.. gomen.. sebenarnya fic ini sudah di publish sebelumnya, tapi pas di baca lagi masih banyak typo, jadinya di remove dulu. Tapi sekarang udah publish lagi kok.. arigatou buat senpai yang sudah nyempetin ripiu.. lagi ya??
sekalian mampir ke profil aku, n ikutan pollingnya... arigatou
nb: Bagi NARUHINA lover.. yang belum tahu tentang Hari Fluffy NARUHINA dan Hari Tragedy NARUHINA, silahkan PM aku ya!!!
