Alone With You

Summary: Ternyata, kesepian tak hanya perihal kesedihan. Dan Mingyu, baru saja membuktikan hal itu.

Lonely rich guy! Mingyu. Playgroup teacher!Hoshi. Mingyu x Hoshi. MinSoon. SoonGyu. Moshi. Boo Seungkwan. Boys Love. SEVENTEEN. AU. OOC.

Semua tokoh di dalam cerita milik Tuhan, orangtua, keluarga, Pledis Ent, dan dirinya sendiri.

Jalan cerita milik saya. Mohon maaf apabila terdapat kesamaan. Bukan perbuatan yang disengaja

.

.

.

.

"Terima kasih semesta telah mempertemukan kita dengan cara yang sederhana, kemudian memisahkan kita dengan rasa yang tak ingin berpisah." – Ar via kumpulan_puisi

.

.

.

.

.

Seoul, Korea Selatan. 13 Februari 2018, 17:00 PM KST

"Soon hyeong?" adalah kalimat yang pertama kali Kwon Soonyoung, atau yang kerap disapa dengan sebutan Hoshi, dengar begitu menjawab panggilan di ponselnya.

"Iya, ini aku. Ada apa Boo?"

Tak perlu bertanya atau melihat nama yang tertera di layar, Hoshi tahu pasti siapa yang meneleponnya.

"Apa kau sedang sibuk?

"Tidak," Hoshi menggelengkan kepalanya meskipun ia tahu orang di seberang sana takkan melihatnya, "Kenapa?"

"Bagus kalau begitu!" Tanpa perlu melihat, Hoshi tahu betul bahwa seseorang yang sedang berbicara dengannya itu tersenyum lebar di tempatnya berada, "Bersiaplah sekarang juga. Yang manis, okay? Dan temui aku di cafe dekat flatmu. Call? Call!"

"Ya! Boo Seungkwan-"

Pip

Orang yang baru saja disebut Boo Seungkwan itu langsung menutup sambungan telepon mereka, padahal Hoshi belum sempat menyelesaikan kalimatnya.

"Aish! Anak itu benar-benar!" rutuk Hoshi.

Meski begitu, ia tetap menuruti permintaan dari laki-laki yang sudah ia anggap sebagai adiknya sendiri itu.

Dengan kaus bergaris merah hitam yang dipadukan dengan celana denim dan sepatu yang biasa ia gunakan untuk beraktivitas, Hoshi siap menuju ke tempat yang tadi sudah diberitahu oleh Seungkwan. Tak lupa ia memakai topi, hadiah dari ibunya, lalu mematut diri di cermin sebelum benar-benar meninggalkan kamarnya.

Karena jarak yang tak begitu jauh, maka meskipun ia berjalan kaki tak butuh waktu lama bagi Hoshi untuk sampai di tempat yang telah ditentukan.

Begitu masuk ke bangunan bernuansa Redwood itu, mata Hoshi beredar untuk mencari keberadaan Seungkwan.

Gotcha!

Dan sesuai perkiraan Hoshi, pemuda yang lebih muda dua tahun darinya itu duduk di bagian ujung cafe. Tepat di meja yang menghadap ke jalan.

"Boo-ya!" ucap Hoshi begitu sampai di meja yang diduduki oleh Seungkwan.

"Oh! Terima kasih!" ucap Seungkwan, entah pada siapa, "Aku kira kau tak akan datang."

"Tentu saja aku datang," balas Hoshi sekenanya, "Jadi, ada perlu apa?"

"Jangan terburu-buru, duduk saja dulu. Aku sudah memesankan minuman untukmu."

Aneh sekali – bathin Hoshi. Meski begitu, ia tetap duduk sesuai permintaan Seungkwan.

"Maaf membuatmu menunggu lama."

"Ah! Tidak, tidak! Aku baru saja datang kok, hyeong!"

"Begitu?"

Seungkwan menganggukkan kepalanya, "Um!"

"Tidak biasanya kau menghubungiku," ucap Hoshi penuh curiga.

"Uh-" Seungkwan mencebikkan bibirnya, "Memangnya tidak boleh aku menghubungi hyeongku sendiri?"

"B-bukan, bukan begitu! Boleh, tentu saja boleh. Aku merindukanmu, tapi-"

Kemudian, seorang pelayan datang menghampiri keduanya sembari membawa nampan berisi minuman yang telah di pesan sebelumnya, "Pesanannya, Tuan. Silahkan dinikmati."

"Terima kasih," ucap Hoshi dan Seungkwan bersamaan.

"Silahkan diminum, hyeong. Aku sudah memesan Omija Tea untukmu."

"Terima kasih," ucap Hoshi sebelum menyesap teh dari cangkir di tangannya.

"Soon hyeong?"

"Hm?"

"Apa kau sudah memiliki kekasih?"

"Belum," Hoshi menggelengkan kepalanya, "Kenapa?"

"Bagus kalau begitu!" Seungkwan tersenyum senang, "Tak salah aku menghubungimu."

"Memangnya kenapa Boo?" Pemuda yang bermarga Kwon meletakkan kembali cangkirnya ke atas meja.

"Aku ingin mengenalkan seseorang padamu."

"Mengenalkan seseorang? Siapa? Untuk apa?" tanya Hoshi berturut-turut.

"Tunggu saja, kau akan tahu sendiri."

1 menit

2 menit

3 menit

"Boo-"

"Iya hyeong?"

"Dengar-"

"Aku mendengarkanmu."

"Jangan potong ucapanku dulu."

"Hm, baiklah."

"Aku tahu usiaku sudah hampir 23 tahun. Dan ya, aku memang tak memiliki kekasih. Tapi aku tidak semenyedihkan itu. Aku terima niat baikmu, dan terima kasih untuk itu. Tapi kurasa untuk saat ini, tidak. Terima kasih. Aku masih menikmati kesendirianku."

Seungkwan tertawa pelan, tapi itu malah membuat Hoshi semakin bingung.

"Hahaha hyeong, kau salah paham!"

Muncul perempatan tak kasat mata di dahi Hoshi, "Salah paham bagaimana?"

"Tunggu saja, orang yang aku maksud sudah hampir sampai. Biar nanti dia yang menjelaskan kepadamu secara langsung."

"T-tapi Boo?"

"Ssh," desis Seungkwan dramatis sembari menempelkan ibu jarinya di bibir Hoshi.

"Ia sudah dekat. Mungkin 5 menit lagi akan sampai disini."

"Huft," Hoshi mendesah pelan, menyingkirkan jari Seungkwan dari bibirnya, "Ya sudah. Terserah padamu saja."

"Hehe, terima kasih hyeong," Seungkwan memberikan kedipan terbaiknya pada Hoshi, "Ayo diminum lagi. Aku sudah memesankannya supaya kau tetap sehat."

Hoshi memutar bola matanya malas.

Keduanya sama-sama berdiam diri untuk waktu yang cukup lama. Hoshi yang sibuk dengan pikirannya sendiri, dan Seungkwan yang entah mengapa jadi terlalu sibuk dengan ponsel yang ada di tangannya.

Hingga akhirnya, seorang pemuda datang dan memecah keheningan di antara mereka berdua.

"Seungkwan-ah!" ujar pemuda itu.

"Woah! Mingyu hyeong! Akhirnya kau datang juga. Silahkan duduk," ucap Seungkwan sembari menepuk kursi kosong di samping tempat duduknya.

Seseorang yang baru saja dipanggil dengan sebutan Mingyu, dengan celana hitam dan kemeja putih yang sedikit basah, mungkin baru saja terkena salju, mengangguk lalu duduk di samping Seungkwan. Tepat di hadapan Hoshi.

"Oh iya, Mingyu hyeong, ini Soonyoung hyeong yang aku ceritakan padamu," Seungkwan memiringkan duduknya agar bisa menghadap Mingyu, "Dan uhm- Soonyoung hyeong, ini Mingyu hyeong."

Hoshi terdiam sejenak sembari memperhatikan pemuda di hadapannya sebelum akhirnya ia mengulurkan tangan kanan untuk bersalaman, "Perkenalkan, aku- aku Kwon Soonyoung."

Sedangkan pemuda yang diketahui bernama Mingyu itu tidak langsung menerima uluran tangan Hoshi. Matanya sibuk memperhatikan lengan yang sepertinya lebih kecil dari miliknya, lalu berpindah ke wajah sang pemilik lengan.

Merasa uluran tangannya tak bersambut, Hoshi berniat menarik kembali tangannya, namun hal itu tidak terjadi karena Mingyu segera bergerak untuk menerima jabatan tangan tersebut.

"Kim Mingyu. Senang bertemu denganmu."

Keduanya bertatapan, tapi jabatan tangan mereka tak terlepas begitu saja. Hoshi seakan terseret ke dalam kelamnya manik mata pemuda di hadapannya. Dan Mingyu sendiri, entah apa yang ada di pikirannya sehingga ia lupa berkedip saat menatap wajah Hoshi.

"Ekhm," Seungkwan berdeham karena merasa terabaikan dan juga gemas.

Hoshi dan Mingyu buru-buru melepas jabatan tangan dan kontak mata mereka.

"Karena kalian berdua sudah bertemu, lebih baik aku undur diri sekarang," Seungkwan berjalan meninggalkan meja yang ditempatinya, "Pesanan kalian biar aku saja yang bayar. Semangat Mingyu hyeong! Dan maafkan aku, Hoshi hyeong. Sampai jumpa!"

Dan tak lama, pemuda bermarga Boo itu menghilang di balik pintu cafe tersebut. Meninggalkan kedua pemuda yang baru saja saling mengenal dalam keadaan yang begitu kaku.

"Uh- um, karena Seungkwan sudah pergi. Dan aku tak tahu apa yang harus dilakukan," Hoshi mengusap tengkuknya sembari tersenyum kikuk, "Bagaimana kalau kau memesan sesuatu terlebih dulu?"

Mingyu mengangguk, "Aku ingin chrysanthemum tea dan chocolate cake."

"Baiklah, akan aku pesankan."

"Terima kasih."

Setelah berbicara dengan seorang pramusaji, Hoshi kembali ke tempat duduknya.

Karena tak ingin membuang waktu, maka Mingyu berinisiatif membuka suara, "Jadi, sekali lagi. Perkenalkan, namaku Mingyu. Kim Mingyu."

"Iya, aku sudah tahu."

"Dan mungkin Seungkwan sudah menjelaskan padamu kenapa aku ingin bertemu denganmu."

"Huh? Ia hanya mengatakan bahwa ia ingin mengenalkanku pada seseorang, tapi tidak memberitahu siapa orang yang dimaksud."

"Ah, really?"

Hoshi mengangguk.

"Kalau begitu, biar aku yang menjelaskan."

"Silahkan. Tolong jelaskan hingga selesai, aku tidak akan memotong pembicaraanmu. Aku akan mendengarkan dengan baik."

"Jadi, aku ini teman Seungkwan sejak sekolah menengah dulu. Sekarang aku bekerja di sebuah perusahaan yang bergerak di bidang properti. Dan aku memintanya untuk mengenalkanku pada temannya karena aku butuh seseorang untuk menemaniku pergi ke suatu acara."

Mata Hoshi membulat mendengar kalimat terakhir yang terucap dari pemuda berekpresi datar di hadapannya.

"Tapi tunggu, jangan salah paham dulu. Acara yang aku maksud disini adalah acara perusahaan." Penjelasan dari Mingyu agaknya menghilangkan kecurigaan di benak Hoshi, karena pemuda bermarga Kwon itu kini kembali pada ekspresi sebelumnya.

"Tidak banyak, mungkin hanya 2 atau 3 acara. Bagaimana, apa kau setuju?"

"Hm-"

"Mungkin kau berpikir kenapa aku tak pergi sendiri saja, iya?"

Hoshi mengangguk kikuk.

"Sebenarnya bisa saja. Tapi setelah ku pikir lagi, alangkah kurang pantas jika aku datang sendiri."

"Huh? Kenapa begitu?"

"Ada beberapa alasan, nantipun kau akan tahu sendiri."

Hoshi mengangguk maklum. Karena ia mengerti bahwa terkadang, beberapa hal tidak harus dibicarakan secara langsung hanya untuk membuat orang lain mengerti, 'kan?

"Jadi, bagaimana?" Mingyu menatap Hoshi penuh harap, "Oh iya, aku akan memberimu imbalan, tenang saja."

Hoshi menarik napas panjang, "Beri aku waktu untuk berpikir, 5 menit saja."

Kali ini giliran Mingyu untuk menganggukan kepalanya, "Silahkan. Take your time."

Dan benar saja, setelahnya Mingyu kembali menikmati pesanannya dan membiarkan Hoshi sibuk dengan pikirannya sendiri.

"Uhm, Mingyu-ssi? Suara Hoshi mengalihkan Mingyu dari dunia penuh gulanya.

"Iya?"

"Aku sudah memikirkan ucapanmu tadi."

"Jadi bagaimana?"

"Aku tak keberatan dengan tawaranmu. Selama itu tak mengganggu jadwal mengajarku."

Mingyu menaikkan sebelah alis matanya, menatap Hoshi dengan rasa ingin tahu.

"Kalau kau bertanya, ya- aku guru. Guru taman kanak-kanak, lebih tepatnya. Dan untuk masalah bayaran, sepertinya tidak perlu. Gajiku sebagai guru masih cukup untuk hidup sehari-hari. Anggap saja aku mengisi waktu luang."

"Itu saja?"

"Oh! Untuk hal lainnya, kita bisa buat kesepakatan lagi nanti."

Mingyu mendesah lega lalu tersenyum lebar ke arah Hoshi, "Baiklah kalau begitu. Senang bekerja sama denganmu."

"Ya, akupun senang bisa membantu."

Mingyu kemudian melihat ke arah jalanan yang berada di luar cafe. Jalanan sudah mulai gelap. Matahari nampaknya baru saja menenggelamkan dirinya di bagian timur dari bumi.

Pemuda bermarga Kim itu kemudian melirik jam yang melingkar di pergelangan tangannya, "Sudah hampir jam setengah tujuh malam ternyata."

"Ah, iya! Kau benar," seru Hoshi, "Aku harus segera pulang, ada beberapa hal yang harus diselesaikan."

"Aku akan mengantarmu pulang," ucap Mingyu.

"Tidak perlu," Hoshi tersenyum sembari menggelengkan kepalanya, "Tempat tinggalku tidak jauh dari sini."

"Aku tidak menerima penolakan."

Karena tak ingin berdebat dan waktu juga yang semakin malam, Hoshi mau tak mau memenuhi keinginan Mingyu untuk mengantarnya sampai rumah. Setelah memastikan bahwa pesanan mereka telat terbayar, keduanya segera keluar dari cafe tersebut dan berjalan ke arah barat untuk menuju ke flat yang Hoshi tempati.

"Soonyoung-ssi?"

"Hm?"

"Besok acara yang pertama. Aku akan menjemputmu jam 3 sore."

Hoshi berhenti lalu menatap Mingyu tak percaya, "B-besok?"

"Iya, memangnya kenapa? Apa kau sudah ada janji?"

"Tidak," Hoshi menggelengkan kepala lalu melanjutkan langkahnya, "Hanya saja- kukira itu terlalu mendadak."

Mingyu tersenyum kaku, "Kalau kau tidak bisa, tidak masalah. Aku akan-"

"Kita sudah sampai."

Hoshi menghentikan langkahnya di depan sebuah bangunan berwarna abu-abu tua.

"Kau tinggal disini?" tanya Mingyu sembari menatap penuh selidik pada bangunan di hadapannya.

"Iya, kenapa?"

"Ah, tidak. Tidak apa-apa."

Hoshi tersenyum maklum. Agaknya ia tahu apa yang ada di benak Mingyu.

"Aku masuk ya? Terima kasih sudah mengantarku pulang," ujar Hoshi sembari membuka pagar besi yang membatasi bangunan tua itu dengan dunia luar.

"Kamarmu ada di lantai berapa? Biar kuantar sampai sana."

"Tidak perlu-"

Mingyu memotong ucapan Hoshi, lagi, "Tolong? Masih ada hal yang perlu aku bicarakan denganmu."

"Ya sudah, lakukan sesukamu."

"Terima kasih," Mingyu tersenyum lebar lalu mempersilahkan Hoshi masuk terlebih dulu, "Biar aku yang menutup pagarnya."

"Terima kasih dan untuk menjawab pertanyaanmu tadi, kamarku ada di lantai 3, no 17," ucap pemuda yang bermarga Kwon, "Oh iya, di sini tidak ada elevator."

"Memangnya kenapa kalau tidak ada elevator?"

Hoshi menginjakkan kakinya di anak tangga pertama, "Siapa tahu kau tidak biasa naik-turun tangga."

"Jangan remehkan aku, Soonyoung-ssi."

"Baiklah-baiklah, maafkan aku," ucap Hoshi tanpa menoleh ke arah Mingyu, pemuda bermarga Kwon itu kemudian berbelok ke kiri untuk menaiki tangga ke lantai tiga, "And it's a hyeong for me, panggil aku Soonyoung hyeong. Karena jika kau memang benar teman sekolah Seungkwan, maka kau lebih muda dariku."

"Huh? Memangnya berapa usiamu?" tanya Mingyu yang berjalan tepat di belakang Hoshi.

"Tahun ini aku akan genap berusia 23 tahun"

"Whoaa, really? Tapi kau tampak lebih muda dari usiamu ya?" ucap Mingyu dengan wajah tak percaya.

"Terima kasih, aku anggap itu pujian."

"Berarti benar. Aku harus memanggilmu hyeong. Soonyoung hyeong."

"Iya," jawab Hoshi sekenanya.

Mingyu mengangguk, "Oh iya, apa ada kontak yang bisa aku gunakan untuk menghubungimu?"

"Hm?" Hoshi berhenti di depan sebuah kamar yang berpintu warna hitam dengan tulisan KSY 17 di depannya, "Ada. Aku punya KakaoTalk. IDnya naegahosh, kau bisa menghubungiku lewat sana."

Mingyu dengan sigap mengambil ponselnya lalu menambahkan Hoshi ke dalam daftar kontak di KakaoTalknya, "Sudah aku add."

"Apa kau mau mampir dulu?" tawar Hoshi.

Untuk kesekian kalinya dalam beberapa jam ini, Mingyu melirik ke arah benda yang berada di pergelangan tangannya, "Mungkin lain kali, hyeong. Terima kasih untuk tawaranmu. Masih ada yang harus aku kerjakan."

"Ah- begitu. Baiklah, hati-hati di jalan dan jangan lupa makan malam," pesan Hoshi.

"Sampai jumpa besok, hyeong."

"Kabari aku jika sudah sampai."

Mingyu tersenyum sembari mengacungkan jarinya ke arah Hoshi lalu menghilang di balik tikungan di dekat tangga. Disusul Hoshi yang juga menghilang, namun di balik pintu kamarnya.

A/N:

Ini asalnya mau saya buat oneshot, tapi ternyata bakal terlalu panjang. Akhirnya saya putuskan jadi beberapa chapter. Tapi nggak akan terlalu panjang. Oh iya, selamat tahun baru 2018! Semoga kita bisa menjadi pribadi yang lebih baik dan lebih dekat pada Tuhan, keluarga, serta orang-orang yang membawa kebaikan dalam hidup kita. Semoga dosa kita di tahun-tahun sebelumnya diampuni Tuhan. Aamiin.

Jangan lupa tonton MV barunya SEVENTEEN – Clap di official Youtube Channelnya mereka. Terus dukung SEVENTEEN juga ya, my co- carat!

Terima kasih sudah membaca. Jangan lupa tinggalkan review ^^~ Saya menerima kritik dan saran yang bersifat membangun.

Sampai jumpa /o