Disclaimer Naruto by Masashi Kishimoto
.
.
.
Hinata duduk di pinggir lapangan dengan mengenakan headphone dan membaca buku pelajaran. Suasana lapangan terlihat sepi karena ini adalah jam makan siang.
Dia membawa sebutir apel merah, namun ia enggan menyentuhnya dan ia hanya meletakkan apel itu di bangku, tepat di samping ia duduk.
Ketika angin berhembus menerpa wajahnya, ia mencium bau sesuatu. Sesuatu yang manis seperti bau permen karet.
Sembari menarik napasnya dalam-dalam, ia merasakan bau manis itu. Namun, seseorang tiba tiba menarik headphonenya dan muncul di hadapannya.
"Apa yang kau lakukan di sini?"
"A a anu... sa-sa-saya hanya ber- beristirahat,"
Lelaki itu, ketua OSIS. Uchiha Itachi. Kakak kelas tingkat 3 yang sangat tampan dan cerdas. Dia sering menjuarai perlombaan sains sejak dia duduk di bangku sekolah dasar, prestasi dan profilnya ditulis dalam majalah tahunan. Siapa yang tidak mengenalnya?
"Seharusnya kau pergi ke kafetaria dan memakan makan siangmu."
Itachi duduk di samping Hinata dan menyambar apel merah di sampingnya.
Hinata menyadari suatu hal, bau manis itu tidak kunjung hilang dari indera penciumannya.
"Kau sering duduk di sini, aku sering melihatmu, tapi aku tidak tahu namamu."
Apakah Itachi bertanya padanya? Atau dia memberi pernyataan? Nada bicaranya sangat datar. Bagaimana Hinata harus merespon?
"Di-di-sini anginnya segar, senpai." jawab Hinata dengan menundukkan kepalanya.
"Kau tahu? Kau bisa merasakan angin yang lebih segar di atap sekolah,"
"Ta- ta- tapi bukankah atap sekolah terkunci? Dan siswa di-di-dilarang menuju ke atap?"
"Tentu saja, tapi itu semua tidak berlaku bagiku."
Itachi menunjukkan kunci di depan wajah Hinata. Hinata hanya bisa membulatkan matanya.
"Datanglah ke atap, dan bawakan aku apel seperti ini lagi besok siang."
"Ta-ta-ta tapi senpai?" Hinata bingung harus bagaimana.
Seniornya berlalu bergitu saja dengan membawa apelnya, dan dia meninggalkan minuman di samping tempat duduknya.
Beberapa saat Hinata kebingungan dan melihat punggung sang senior perlahan-lahan menjauh. Bel tanda berakhirnya makan siang membuat dia kembali tersadar.
Hinata mengambil minuman tersebut dan membaca tulisan yang tertera di kemasannya.
"Ca-ra-mel Mo-chi-at-to? Caramel mochiatto?"
"Apa yang Itachi-senpai pikirkan? dia bahkan tidak tahu namaku."
.
.
.
Hari berikutnya, tepat di jam makan siang. Hinata membawa dua butir apel di tangannya.
Lagi-lagi ia mencium bau manis.
Ia berjalan menaiki tangga menuju atap. Dan ternyata seseorang sudah menunggu di ujung tangga. Ya, dia adalah ketua OSIS yang terkenal cerdas itu.
Itachi Uchiha.
"Ku kira kau tidak akan datang."
Itachi Uchiha duduk di tangga dengan membawa sebuah novel di tangannya. Ia kemudian berdiri dan membuka pintu dihadapannya menggunakan kunci yang telah ia siapkan.
Atap sekolah terlihat sangat terik. Tetapi benar saja, anginnya lebih terasa. Itachi berjalan menuju tembok bagian bawah tangki air, di tempat ini cahaya matahari terhalang sehingga tempat ini cocok digunakan untuk berteduh.
Angin yang berhembus membawa aroma manis itu lagi ke indera penciuman Hinata.
Itachi duduk di sana, dan Hinata mengikutinya. Hinata menyodorkan dua buah apel merah ke Itachi.
"Na-na-nama saya Hinata Hyuuga, terimakasih sudah mengijinkan saya ke atap,"
Itachi meraih satu apel merah di tangan Hinata.
"Jika kau suka tempat ini, datanglah setiap jam makan siang, dan bawa apel merah ini lagi."
"Te-terima ka-sih Itachi-senpai."
.
.
.
Hari berikutnya, Hinata datang ke atap sekolah.
Itachi tidak menunggu di tangga, tetapi pintu atap sudah terbuka. Hinata dengan langkah pasti melewati pintu itu. Dia mencium aroma manis itu lagi. Itachi berbaring di atap, matanya terpejam, dia terlihat sedang menikmati tidur siangnya.
Hinata tak ingin mengganggu. Dia kemudian meletakkan apel merah tersebut di atas novel yang tergeletak di samping Itachi.
Hinata melangkah dengan hati-hati, kembali ke pintu atap. Membiarkan Itachi menikmati tidur siangnya.
.
.
.
Peluh terlihat menempel di dahinya, mengalir melalui pelipisnya, berhenti di dagunya, dan jatuh ke tanah. Pipinya merona kemerahan, napasnya sangat cepat, dan ia bisa merasakan denyut nadinya, tanda bahwa baru saja dia menyelesaikan pertandingan lari.
Hinata sedang bersama teman-temannya di lapangan sekolah. Hari ini adalah hari olahraga. Kemudian, ketua OSIS dari jarak 5 m duduk di pinggir lapangan, dan dia mencium aroma manis itu lagi. Ia pun memutuskan untuk bertanya pada orang di sebelahnya.
"Per-misi, A-A-Apa kau mencium aroma manis?"
"Kau gila? Lapangan ini dipenuhi aroma keringat yang bau"
"Ah.. ma-maaf,"
Kemudian orang di sebelahnya berdiri dan pergi meninggalkannya.
Hinata tersenyum kecut, pandangannya tertuju pada sang ketua OSIS. Ketika dia memandang ke arah Itachi, ternyata Itachi juga sedang memandangnya.
Itachi menunjukkan sebuah minuman di genggamannya, ia mengisyaratkan bahwa ia akan meninggalkan minuman itu untuk Hinata. Kemudian Itachi beranjak dari pinggir lapangan.
Setelah Itachi pergi, Hinata berdiri menuju pinggir lapangan, mengambil minuman itu. Caramel Mochiatto lagi. Seharusnya Itachi bisa membawakannya minuman isotonik di saat seperti ini. Meskipun begitu, Hinata tetap saja meminumnya.
Rasanya Manis
.
.
.
Sore itu, Hinata menuju ke minimarket untuk membeli cemilan. Dia memenuhi keranjang belanjaannya dengan puding mangga, puding stroberi, dan cokelat stik.
Di kasir ketika dia mengantri hendak membayar belanjaannya, dia melihat kopi dengan berbagai varian rasa.
Caramel Mochiatto
Ia langsung teringat Itachi Uchiha ketika membacanya. Ia pun mengambil kopi tersebut dan memasukkannya di keranjang belanjaan.
.
.
.
Itachi berada di atap sekolah. Akhir-akhir ini dia sering terdiam menunggu kedatangan seseorang yang biasa membawakannya apel merah.
Langkah kaki terdengar di tangga. Gadis itu datang, tapi tidak dengan buah apel merah yang biasa ia bawa. Dia sekarang membawa kotak makanan. Dia menyodorkan kotak makanan itu ke Itachi.
Itachi membuka kotak makan tersebut, dan senyumnya mengembang di sana. Kotak makan itu berisi potongan apel merah berbentuk kelinci.
Itachi menikmati apel tersebut dan memulai percakapan. Ia tahu bahwa gadis itu tidak pandai memulai pembicaraan.
"Aku pernah bermimpi sedang bersama seorang wanita di sebuah taman,
Dia berbicara terus menerus seperti sebuah novel bernyawa,
Ia bercerita banyak hal tentang impiannya pergi ke planet Saturnus,
Tapi aku hanya terlentang melihat bulan dan mendengarkan cerita fantasinya,
Kukira wanita itu kau,"
"A-a-aku sering mencium aroma manis yang seperti permen karet, ku-ku-kukira itu apel yang kubawa. Ta-ta-tapi ternyata i-i-tu aroma ..." Hinata menggantungkan kalimatnya.
Kemudian ia melanjutkan kata-katanya dengan sangat lirih
"... senpai."
Itachi membulatkan matanya.
"Kau mengendusku?"
Pipi Hinata merona. "Bu-bu-bu-kan seperti itu!" Dia panik mencoba menjelaskan perkataannya.
"Ternyata kau sangat mesum, Hinata-chan" Itachi terkekeh menggoda Hinata.
Hinata sangat malu, dia segera beranjak pergi sambil menutupi muka merahnya. Sebelum Hinata berhasil pergi, Itachi meraih pergelangan tangan Hinata dan menariknya ke arah Itachi yang sedang duduk.
Hinata tidak bisa menjaga keseimbangan tubuhnya dan pada akhirnya dia jatuh tepat di pangkuan Itachi. Muka Hinata sekarang teramat sangat merah. Rasanya ia ingin menghilang dengan seketika.
Itachi juga terkejut dengan apa yang ia lakukan. Rona samar juga tampak menghiasi raut muka Itachi.
Deg
Deg
Deg
Deg
Deg
Apa yang akan kau lakukan selanjutnya Itachi?
Apa yang akan kau lakukan selanjutnya Hinata?
.
.
.
Mind to Read and Review?
