A VOICE TO YOU

Chapter 1 : Istana atau Penjara?

Summary : Lucy Heartfilia, seorang model cilik menghilang dari dunia modelling, ia bahkan berhenti bersekolah dan tidak ada kabar yang menunjukkan keberadaannya. Setelah 2,5 tahun menghilang, Lucy akhirnya datang ke rumah teman mendiang ibunya karena suatu alasan. Tapi Lucy kehilangan suaranya, bukan karena ia tak dapat bicara. Melainkan ada suatu hal yang membuatnya tak dapat bicara. Sedangkan di rumah barunya, Lucy tidak diterima oleh putra teman ibunya, yang menganggapnya sebagai parasit.

.

.

.

Fairy Tail milik Hiro Mashima-sensei

.

.

.

Seorang gadis berparas cantik dengan rambut blonde dan berkulit putih berada disebuah Taxi yang sedang menuju ke suatu tempat. Ia bersama seorang pelayan wanita yang usianya 5 tahun lebih tua darinya

Mereka tiba disebuah rumah mewah. Pelayan tersebut keluar dari taxi dan membukakan pintu sang majikan. Gadis blonde itu keluar dan memandang rumah mewah dihadapannya dengan tatapan nanar. Tidak ada rasa bahagia sedikitpun yang tersirat dari wajahnya

"Lucy-hime, tunggu sebentar saya akan mengambil koper" kata Virgo si pelayan

Lucy hanya diam. Virgo mengambil semua koper mereka dan mengajak Lucy untuk masuk ke rumah tersebut

"Hime, kita akan tinggal disini. Mereka sudah menunggu kedatangan kita" lanjut Virgo

Lagi-lagi Lucy hanya diam. Ia mengikuti langkah Virgo. Di depan rumah, para pelayan menyambut mereka ramah. Diujung mereka ada seorang Pria paruh baya yang mengenakan pakaian pelayan namun kelihatan elegan. Ia tak lain adalah kepala pelayan rumah tersebut. Capricorn

"Selamat datang, Lucy-Sama, Virgo-san" sapa Capricorn

"senang bisa bertemu anda kembali, Capricorn-san" Jawab Virgo

Lagi-lagi Lucy diam. Capricorn tersenyum melihat Lucy

"silahkan masuk, Nyonya Grandine sudah menunggu" kata Capricorn mempersilahkan

Koper yang dibawa Virgo diambil alih oleh para pelayan. Virgo menggandeng lengan Hime-nya dan mengajaknya untuk masuk.

Ruang Tengah. Seorang Nyonya cantik nan elegan duduk dengan gelisah. Disampingnya ada seorang anak laki-laki yang kiranya seumuran dengan Lucy. Anak Laki-laki dengan rambut spike berwarna pink dan mengenakan syal aneh. Disamping anak laki-laki ada seorang gadis kecil berambut biru tua menunggu dengan gelisah seperti Nyonya cantik yang tak lain adalah ibunya.

Capricorn datang. Seketika membuat Nyonya Grandine dan Wendy anak perempuannya berdiri

"Lucy Heartfilia dan Virgo disini, nyonya" kata Capricorn kemudian memutar badannya untuk memperlihatkan kedua orang yang dimaksud

Virgo menunduk dengan sopan. Kemudian perlahan Lucy ikut menunduk tanpa ekspresi

Nyonya Grandine mendekati Lucy dan memeluknya. Lucy terkejut. Mata Nyonya Grandine berkaca-kaca

"Lucy sekarang sudah baik-baik saja. Bibi ada untukmu. Kami akan menjaga dan melindungimu. Dan Bibi pastikan kau tidak akan menangis atau bersedih lagi" kata Bibi Grandine

"terimakasih" Jawab Lucy dalam hati

"Natsu, Wendy, perkenalkan dia Lucy Heartfilia. Putri Layla Heartfilia teman ibu" kata Nyonya Grandine

Dengan senang dan mata berbinar Wendy memperkenalkan diri

"Aku Wendy. Wendy Marvel Dragneel. Senang bertemu denganmu, Lucy-san" sapa Wendi

"Senang bertemu denganmu, gadis kecil" jawab Lucy dalam hati

"Natsu Dragneel" sapa Natsu ketus

Nyonya Grandine melirik tajam putranya. Hingga Natsu mengulangi sapaannya

"Aku Natsu Dragneel. Aku benci jika daerahku dijajaki oleh seseorang yang tak dikenal" sapa natsu dengan datar tapi penuh singgungan

Lucy tersinggung

"NATSU!" pekik Nyonya Grandine

"aku sudah melakukannya, aku bisa pergi kan, ibu?" kata Natsu dan pergi

Ketika Natsu berada di samping Lucy, ia berhenti sejenak, ia membisikkan sesuatu yang membuat Lucy terhenyak

"Lupakan Lucy, dia memang seperti itu bahkan dengan adiknya. Oh ya, bibi sudah siapkan kamar untukmu. Wendy akan mengantarmu, jadi mandi dan beristirahatlah. Ne?" bujuk Nyonya Grandine

"terimakasih bibi" jawab Lucy dalam hati

"ne ne ... Lucy-san, ayo ikut aku" ajak Wendy dan menggandeng lengan Lucy

Sepeninggalan Lucy dan Wendy. Nyonya Grandine menghela nafas

"separah itukah keadaannya? Virgo?" tanya Nyonya Grandine

"iya Nyonya" jawab Virgo

"kau bilang sebelumnya sudah 2 tahun dia tidak bicara bahkan kehilangan senyum dan ekspresinya. Aku tidak menyangka kalau Jude akan melakukan hal se-ekstrim itu pada putri semata wayangnya" kata Nyonya Grandine

"terimakasih atas pertolongannya, Nyonya. Kalau tidak kami bisa jadi gelandangan dan kedinginan diluar sana" kata Virgo

"tidak apa, keluargaku memang berhutang pada Layla. Kalian akan aman disini, aku pastikan Jude tidak akan berani mendekati Lucy" kata Nyonya Grandine

Wendy mengantar Lucy ke sebuah Kamar. Kamar luas dan cantik. Lucy hanya diam

"Lucy-san . . . pakaianmu ada dilemari, pakailah yang kau suka. Ibu menyiapkannya untukmu. Kami akan menunggumu di meja makan" kata Wendy seraya tersenyum

"Terimakasih, Wendy" jawab Lucy dalam Hati

"sama-sama Lucy-san" kata Wendy seraya pergi

Lucy terhenyak. Ini kali pertama ada orang selain Virgo yang bisa berkomunikasi dengan dirinya

Lucy membuka lemari yang wendy maksud. Dia melihat banyak pakaian cantik disana. Dan semua barang-barangnya sudah tersusun rapi disana. Lucy mengambil handuk dan pergi mandi

Kamar Natsu. Natsu membuka loker mejanya. Diambilnya sebuah kotak kecil dan membukanya. Sebuah kalung cantik berhias permata. Dipandanginya kalung itu dengan tatapan sayu. Mata sipitnya seperti sedang mengkhawatirkan sesuatu

Meja makan. Virgo dan Capricorn menyiapkan makan malam. Nyonya Grandine dan Wendy sudah menunggu. Natsu datang dengan malas dan meneguk segelas air

"Natsu, jaga sikapmu. Jika kau berkata kasar padanya atau melukai perasaanya. Ibu tidak akan tinggal diam" kata sang Ibu memberi Warning

"aku biasa saja, bukan salahku kalau ia tersinggung dan merasa terluka, bukan karena aku yang kasar, tapi dia yang terlalu sensitif" jawab Natsu santai tapi menusuk

"Natsu, tidak bisakah kau bersikap sedikit lembut? Kau juga seperti itu bahkan pada adikmu sendiri" kata Nyonya Grandine menasihati dengan lembut

"tenang saja ibu, aku sudah memberi kekebalan untuk Wendy, Ne? Wendy?" kata Natsu dengan riang

Wendy hanya menghela nafas menanggapi sikap kakaknya itu

"apa maksudmu menghela nafas seperti itu? Aku ini kakakmu hlo" protes Natsu

"dengan sikap Nii-san yang seperti itu, semua orang bahkan tidak percaya kalau aku ini adik Nii-san" jawa Wendy lembut persis seperti ibunya

"Wendy?" Natsu geram

"iya, Nii-san?" jawab Wendy lembut, dan membuat Natsu mengalah

Nyonya Grandine tersenyum. Wendy selalu punya cara untuk menghadapi sifat kakaknya. Lucy turun, ia menuju Meja Makan. Ekspresi Natsu berubah. Ia membuang muka. Nyonya Grandine mempersilahkan. Lucy duduk di depan Natsu. Sedangkan Wendy ada disampingnya

"Selamat Makan" kata Nyonya Grandine dan Wendy

Natsu mengambil sendoknya dan makan begitu saja. Nyonya Grandine tentu sadar kalau putranya tidak suka dengan kehadiran Lucy. Ia melihat Lucy yang tidak menyentuh makanannya sama sekali. Lucy teringat saat ia, mama dan papanya makan bersama. Ia tertunduk, matanya mulai berkaca-kaca. Melihat Lucy yang tidak bersemangat. Nyonya Grandine mengambilkan lauk untuk Lucy dan meletakkannya dipiringnya. Lucy menatap bibi Grandine

"Bibi?" kata Lucy dalam Hati

"makanlah" kata Bibi Grandine

Lucy mengangkat sendoknya dengan ragu

"berapa usiamu hingga kau diperlakukan seperti anak seumuran Wendy?" singgung Natsu

"Natsu" pekik Nyonya Grandine

Lucy menurunkan sendoknya

"Lucy, hiraukan Natsu. Anggap dia angin lalu saja. Suaranya memang bising" kata Nyonya Grandine menenangkan

"cih" kata Natsu

"Aku memang pengganggu. Aku tidak sepantasnya berada disini" kata Lucy dalam Hati

Lucy teringat perkataan Natsu beberapa waktu sebelumnya. Saat Natsu membisikkan sesuatu padanya. Perkataan singkat dan penuh makna

"PARASIT"

Lucy berdiri. Namun perkataan Wendy menghentikannya

"Nii-san, dia bukan pengganggu. Nii-san lah yang mengganggu orang yang ingin makan. Jika aku mengganggu Nii-san makan, Nii-san akan marah kan?" kata Wendy

HENING. Natsu diam. Dia menyalahkan dirinya yang tidak hati-hati dalam bicara dan terkena marah Wendy. Dia memang membangkang perkataan ibunya. Tapi tidak dengan Wendy adiknya

"Lucy-san, duduklah. Natsu Nii-san akan diam sejenak sampai kau selesai makan" kata Wendy seraya tersenyum pada Lucy

Lucy ragu. Dengan Lembut Wendy menarik lengan Lucy dan membantunya duduk

"Nii-san, makanlah dengan tenang atau aku akan menaburi makananmu dengan . . ." kata Wendy yang langsung dipotong oleh Natsu

"wakatayo" gerutu Natsu

Makan malam selesai. Lucy kembali ke kamarnya. Ia merebahkan diri di kasur. Diingatnya kembali saat dimana Ayahnya mengusirnya. Sungguh Ironis. Ia juga teringat saat dimana dirinya sendirian dikamar yang gelap. Tanpa secercah cahaya sedikitpun. Makan sendirian, dan menangis sendirian. Tiba-tiba seseorang mengetuk kamarnya. Nyonya Grandine masuk. Lucy langsung duduk

"Lucy, bibi ingin bicara padamu" kata Nyonya Grandine

Nyonya Grandine duduk disamping Lucy. ia memberikan Lucy sebuah seragam SMA

"Apa ini?" Tanya Lucy dalam Hati

"Lucy, kembalilah sekolah" pinta Nyonya Grandine lembut

"tidak bibi, aku tidak mau" jawab Lucy dalam Hati

Lucy gemetaran. Nyonya Grandine melihatnya, ia menggenggam tangan Lucy

"Tidak Bibi, jika aku ke sekolah, Ayah akan menghukumku" kata Lucy dalam Hati

"apa kau takut?" tanya Nyonya Grandine perhatian

"Sangat takut, aku sangat takut" jawab Lucy

Lucy mulai menangis

"Sebenarnya, apa yang Jude lakukan hingga kau setersiksa ini? Tidak cukupkah ia mengurungmu dirumah? Apa mungkin dia juga menyiksamu?" tanya Nyonya Grandine dalam hati

"Dia tidak akan kesana. Lebih tepatnya dia tidak akan berani kesana" kata Nyonya Grandine pasti

"Fairy Academy. Tidak akan membiarkan siapapun menemui salah satu murid mereka jika sang Murid memang tidak ingin menemuinya. Executive Osis disana ketat. Mereka akan melindungimu" papar Nyonya Grandine

Tangis Lucy mereda

"Benarkah?" Tanya Lucy dalam hati

"jangan khawatir. Ada Natsu disana" lanjut Nyonya Grandine, membuat harapan Lucy musnah seketika

Lucy meletakkan seragam itu

"Aku tidak mau satu sekolah dengannya" protes Lucy dalam hati

"kenapa? Apa kau masih kesal dengan natsu?" tanya Nyonya Grandine

"Apa ada orang yang tidak kesal setelah diperlakukan seperti itu?" tanya Lucy dalam hati

"tenang saja, disekolah Natsu tidak akan menyentuhmu, bibi kan sudah katakan, Executive Osis disana sangat ketat. Jika mereka tahu Natsu mem-bully mu atau semacamnya, Natsu akan berada dalam masalah" jelas Nyonya Grandine

"Bukan itu masalahnya, perkataannya itu yang bermasalah. Setiap kata yang keluar dari mulutnya selalu melukaiku" jawab Lucy dalam Hati

"Natsu memang awalnya begitu, dia butuh waktu untuk menyesuaikan diri. Mungkin dia hanya merasa aneh saja harus tinggal dengan gadis yang sebaya dengannya" kata Nyonya Grandine

"Aku yang harusnya merasa aneh harus tinggal dengan laki-laki seperti dirinya" jawab Lucy dalam Hati

"Siapkan dirimu, besok hari pertamamu" kata Nyonya Grandine berdiri

Nyonya Grandine pergi. Ia menutup pintu setelah mengucapkan selamat malam pada Lucy. namun tiba-tiba ia membuka kembali pintu kamar Lucy

"Oh ya Lucy, kuharap kau rukun-rukun dengan tetangga kamarmu ya" kata Nyonya Grandine serius lalu pergi lagi

"Tetangga Kamar? Tunggu, maksudnya, Natsu?" Lucy terbelalak

Matahari terbit di ufuk timur. Kediaman Dragneel mulai ramai. Para Pelayan sudah sibuk dengan pekerjaannya masing-masing. Virgo menyiapkan perlengkapan sekolah Hime-nya. Entah kenapa senyum cerah menghiasi wajah Virgo pagi ini. Ya, karena Hime-nya akan kembali ke sekolah setelah 2 tahun lebih lamanya.

Lucy keluar dai kamar mandi dan mengenakan seragam sekolah. Ia melihat cermin lama, rasanya aneh bagi Lucy mengenakan seragam sekolah. Virgo memujinya

"anda sangat cantik mengenakan seragam, Hime" puji Virgo

"tapi, tidakkah bagian dada terlalu sempit?" tanya Virgo lagi

Pipi Lucy memerah, ia menyadarinya, Seragamnya agak sempit terutama dibagian dada. Membuat lekuk tubuhnya terlihat. Virgo-pun mendekat, ia meneliti seragam itu

"tidak bisakah ini sedikit dibesarkan, Virgo?" Tanya Lucy dalam Hati

"percuma Hime, sepertinya modelnya memang seperti ini" jawab Virgo

Wendy masuk

"Lucy-san, waktunya sarapan" panggil Wendy nyelonong masuk

Wendy melihat Lucy yang bingung dengan seragam yang ia pakai. Mata Wendy-pun berbinar

"Lucy-san, kau cantik" puji Wendy

"berhenti mengagumiku dan cepat besarkan seragam ini" protes Lucy dalam hati

"ah! Lucy-san, ibu pasti lupa mengatakannya. Fairy Academy memang memiliki seragam yang unik. Seragam siswi perempuan memang dirancang seperti itu. Sedikit sempit dari ukuran normal" papar Wendy

"Benarkah itu, Wendy-san?" tanya Virgo takjup

"Hmmp" Wendy menganggukkan kepala

"itu bagus, Hime. Sudah lama saya tidak melihat Hime seperti ini. Dengan penampilan seperti itu anda pasti bisa menggaet 3 Pria sekaligus" kata Virgo

Lucy meninggikan sebelah alisnya, yang artinya ia marah

"Jangan sembarangan kau, Virgo!" teriak Lucy dalam Hati

Lucy, Wendy dan Virgo turun. Nyonya Gradine, Natsu dan kepala pelayan mereka sudah menunggu untuk sarapan. Natsu mengeluh

"lama, aku bisa mati kelaparan gara-gara dia" keluh Natsu

"kau tidak akan mati hanya karena tidak sarapan, Natsu" jawab Nyonya Grandine sukses membuat Natsu diam

Natsu mendengar langkah Lucy, ie menoleh seraya mengomeli Lucy

"Tidak bisakah kau lebih lama lagi, huh? Dasar Hime-sa . . ." kata Natsu dan terhenti

Natsu tertegun sejenak. Dilihatnya Lucy dari atas sampai bawah. Lucy berusaha menarik roknya yang terlalu pendek. Wajahnya memunculkan semburat merah yang menawan. Lekuk tubuh indah Lucy sangat kelihatan jelas. Natsu menelah ludah

Natsu sadar. Ia membuang muka dan mengerutuki dirinya sendiri

"Sial! Apa yang aku lakukan? Dia hanyalah seorang parasit yang hinggap di pohon keluargaku" kata Natsu dalam Hati

Depan Rumah kediaman Dragneel. Capricorn meminta Natsu untuk naik ke mobil, namun Natsu menolak

"Aku tidak mau satu Mobil dengannya, aku akan naik taxi saja" kata Natsu sinis

Lucy yang hendak membuka pintu mobil, mengurungkan niatnya itu

"Kau benar, harusnya aku yang naik taxi. Tidak, itu juga tidak benar, sejak awal aku memang tidak diperbolehkan ke sekolah" batin Lucy

"Natsu-sama, anda tidak akan sesak nafas hanya karena satu mobil dengan Lucy-sama kan?" tanya Capricorn tajam

"tentu aku akan sesak nafas, aku tidak suka berbagi apa yang kupunya pada seseorang sepertinya. Satu atap dengannya saja sudah membuatku gerah, apalagi harus satu mobil dengannya, aku bisa mati karena sesak nafas, Capricorn" Jelas Natsu

Lucy gemetaran. Perkataan Natsu, membuatnya teringat kembali perkataan ayahnya

"Lucy, kau adalah satu-satunya putri keluarga Hearfilia. Kau tidak pantas bergaul dengan mereka. Itu hanya akan membuat ayahmu ini gerah dan sesak. Bagaimanapun jaga sikapmu atau kau ingin melihat ayah cepat tua"

Wendy keluar, dan merasa suasana tegang sedang mengalir

"ada apa? Ayo kita cepat berangkat, Capricorn. Aku tidak ingin terlambat" kata Wendy dan masuk ke Kursi depan Mobil

"Nii-san, kenapa? Kau juga akan terlambat

Natsu masuk, ia sempat melirik tajam Lucy seolah mengatakan Mati kau kalau masuk

Lucy diam. Sudah biasa ia diperlakukan tidak manusiawi, bahkan oleh ayahnya sendiri, maka ia bisa mengerti kalau orang lain bersikap seperti itu padanya. Tapi bagaimanapun juga, hatinya terasa sakit.

Capricorn masuk mobil, ia menyalakan mobil tapi tak kunjung berangkat. Wendy keluar dan membukakan pintu untuk Lucy. ia mendorong Lucy hingga membuat tubuh Lucy mendesak Natsu yang duduk di kursi belakang. Natsu risih. Lucy segera membenahi duduknya. Natsu membersihkan lengannya seolah takut ada bakteri yang hinggap di seragamnya. Lucy hanya diam, matanya memancarkan kesedihan. Ia berpaling.

Di perjalanan, Wendy bercerita panjang lebar tentang Fairy Academy pada Lucy, tak ingin melihat Wendy sedih, ia menatap Wendy dan mendengarkan semua ceritanya. Tiba-tiba Natsu meminta Capricorn menghentikan mobil. Ia keluar dari mobil

"Nii-san, kenapa?" tanya Wendy

"aku tidak ingin semua orang tahu aku tinggal serumah dengannya. Itu memalukan" jawab Natsu dan berlalu

"tapi Nii-san" protes Wendy

"Wendy-sama, biarkan saja. Percuma anda berdebat. Lebih baik kita segera ke sekolah sebelum terlambat" potong Capricorn

Capricorn melajukan mobilnya kembali. Wendy menoleh ke arah belakang dan tidak dengan Lucy. Lucy hanya menunjukkan wajah kalau ia baik-baik saja

Fairy Academy. Salah satu sekolah Elite di Magnolia. Hanya anak orang penting atau pewaris perusahaan yang bisa masuk. Mobil Capricorn berhenti. Wendy turun. Lucy terbongong melihat Academy. Benar cerita Wendy, Fairy Academy memang menakjubkan. Capricorn membukakan pintu, Lucy masih diam, ia takut.

"Lucy-sama, jika anda melangkah keluar, dunia baru akan terbuka untuk anda" kata Capricorn

Lucy terhenyak

"Dunia baru? Untukku?" tanya Lucy dalam hati

"apa yang seperti itu ada?" tanya Lucy lagi dalam hati

"Lucy-sama, tak ada salahnya anda mencoba" kata Capricorn

Lucy turun. Wendy segera mendekati Lucy

"benar kan, Lucy-san?" tanya Wendy

Lucy hanya memandang Wendy seolah mengiyakan. Wendy-pun tersenyum

"sekolahku ada di sbelah, SMP Fairy Academy. Jika ada sesuatu kau bisa menghubungiku. Kalau Nii-san membuat masalah, akan aku nasihati dia" kata Wendy menggebu-gebu

Lucy hanya menatap Wendy. Begitupun Wendy sudah senang, ia melihat jam dan segera berlari ke sekolahnya. Lucy melihat Wendy sampai gadis itu tak terlihat lagi.

Kini, ia menatap sekolah yang disebut SMA Fairy Academy

Kelas 1-5. Kelas Natsu. Natsu datang dan melempar tasnya. Temannya, Gray dan Loki heran

"tak biasanya kau semarah ini, apa kau salah minum obat?" tanya Loki

"bukan obat, tapi racun" jawab Natsu

"apa ada sesuatu antara kau dan Lisanna?" tanya Gray

"tidak" jawab Natsu

"lalu?" tanya Gray penasaran

"ada Parasit hinggap dirumahku dan ibuku membiarkannya. Tidakkah menurut kalian itu mengganggu?" tanya Natsu

"mungkin ibumu menyukainya" jawab Loki

"mana mungkin, ibu hanya kasihan saja" kata Natsu mengkoreksi

"rasa suka diawali dari rasa mengasihani" kata Loki menanggapi

Natsu menatap tajam Loki. Loki diam dan mengalihkan pandangan

Laxus-Sensei masuk. Seorang laki-laki dengan rambut berwarna kulit, ia juga memiliki bekas luka di salah satu matanya, dari tambangnya semua orang pasti tahu kalau ia galak. Ia masuk diikuti seorang siswi cantik berambut blonde. Semua siswa dikelas 1-5 terbengong-bengong. Terutama Loki, ia yang paling Shock melihat siapa yang datang

"Mina, kita mendapat teman baru. Dia adalah Lucy Hearfilia. Sebelumnya dia melakukan home schooling dan tidak begitu mengenal sekolah. Jadi, jangan macam-macam dengannya" kata Laxus-sensei

Lucy menunduk, ia tak mengatakan sepatah katapun

"LUCY HEARTFILIA?" pekik Loki tak percaya

Semua otomatis menoleh ke arah Loki

"Loki! JANGAN BERTERIAK!" jata Laxus-sensei, suaranya menggelegar seantero kelas

"akhirnya aku bisa bertemu denganmu. Aku fans-mu, Lucy. aku mengoleksi semua majalahmu" kata Loki dengan semangat

Semua tentu heran, kecuali Natsu. Gray sadar. Lucy yang berdiri didepan kelas adalah Lucy Heartfilia, sang model cilik yang terkenal saat mereka masih kecil

"Loki, tidak bisakah kau singkirkan pikiranmu itu, lakukan nanti diluar jam sekolah, atau aku akan menggantungmu ditiang bendera, HUH?" Pekik Laxus-sensei marah

Semua baru sadar. Lucy Hertfilia memang adalah model cilik waktu itu

Flashback

Lucy kecil tersenyum riang didepan camera. Ibunya, Layla Heartfilia tersenyum dan menyemangatinya dari jauh.

Pemotretan selesai dan sang ibu memberikan air minum pada putrinya. Lucy tersenyum senang dan memeluk ibunya

"kelak aku akan menjadi model semenawan ibu" kata Lucy

Flashback End

"Lucy, duduklah disana. Didekat Levy" kata Laxus-sensei

Lucy duduk dibelakang Levy. Levy langsung menoleh ke arah Lucy dan memperkenalkan diri

"hai, aku Levy McGarden. Senang bertemu denganmu. Lucy" sapa Levy dengan senyumnya

Lucy hanya diam. Levy tak mempermasalahkan Lucy mau menjawabnya atau tidak, ia tetap tersenyum. Tapi tidak dengan yang lain, mereka melirik Lucy aneh, karena tidak bicara sedikitpun bahkan Laxus-sensei yang memperkenalkan dirinya

Natsu tentu menatap punggung Lucy dengan tatapan membunuh.

"kenapa harus satu kelas denganku?" protes Natsu dalam hati

"kau terlihat tidak suka dengannya" sindir Gray

"baguslah kalau Natsu tidak suka, Lucy hanya untukku" kata Loki

"hei, sudah berapa gadis yang kau kencani dalam sebulan ini? Aku bahkan tak bisa menghitungnya" kata Gray

"aku tidak akan begitu lagi kalau Lucy jadi pacarku" kata Loki penuh semangat

"sayang sekali dia terlihat tidak menyukaimu" kata Gray

"tidak akan tahu kalau tidak dicoba" kata Loki masih dengan semangatnya

Gray menghela nafas. Sepertinya hanya ia yang waras diantara mereka bertiga. Ia melihat Natsu – Lucy bergantian. Ia mengerutkan keningnya. Tanda ia berfikir apa hubungan mereka hingga membuat Natsu sebenci itu pada gadis blonde berparas cantik seperti Lucy.

Matematika. Selama Jam pelajaran, Lucy tidak mencatat sama sekali. Ia hanya memperhatikan Laxus-sensei. Laxus-sensei menulis soal di papan tulis, ia melihat Natsu yang lesu dan tidak memperhatikan pelajaran

"Natsu, kerjakan soal nomor satu" pinta Laxus-sensei

Dengan malas Natsu maju. Ia mengambil kapur. Dan . . . 1 menit, 2 menit, 5 menit. Tak ada satupun angka yang Natsu tulis, Laxus-sensei memukul kepala Natsu

"kau ini. Makanya jangan melamun dijam pelajaran! Duduk sana. Dasar memalukan" kata Laxus-sensei

Levy membawa bukunya menghadap ke Lucy

"Lu-chan, bagaimana? Aku tidak bisa melanjutkannya" tanya Levy sepertinya ia tidak begitu mengerti

Lucy mengambil pensilnya dan melanjutkan jawaban Levy di buku Levy. Ketemu. X=4

Levy terperangah. Ia memuji Lucy dan melihat buku Lucy. Levy diam. Tak ada satupun noktah dibuku Lucy. Lucy tidak mencatat sama sekali

"Levy?" panggil Laxus-sensei dan mendekati Levy

Levy segera membenahi duduknya dan menarik bukunya. Laxus-sensei curiga. Dilihatnya Levy – Lucy. Levy hanya meringis dan memperlihatkan catatannya. Laxus-sensei melihat Lucy. tak ada satupun noktah dibuku Lucy

"Lucy, kau tidak mencatat? Kau tidak mengerjakan?" tanya Laxus-sensei, aura hitam menguak dari tubuhnya, membuat para siswa yang lain merinding

Semua menoleh. Ketegangan mengalir si ruang kelas 1-5. Lucy mengambil pensilnya dan mulai menulis jawaban dari soal dipapan tulis. Hanya dalam waktu kurang dari 5 menit, Lucy bisa menyelesaikan jawabannya. Ia-pun menyodorkan jawabannya pada guru berambut kuning itu.

Laxus-sensei mengambilnya. Ia mengecek jawaban Lucy. dan ia-pun terbelalak. Semua jawaban sangat rapi dan detail. Ia menatap Lucy seakan tak percaya. Laxus-sensei penasaran, ia mengambil pensil dan menulis soal lain dengan tingkatan lebih sulit dan meminta Lucy megerjakannya. Lagi-lagi dalam waktu singkat Lucy bisa menyelesaikannya. Laxus-sensei memberi soal untuk taraf kelas 2 dan Lucy juga dapat menyelesaikannya. Soal taraf kelas 3 dan Lucy juga dapat menyelesaikannya. Laxus-sensei mundur selangkah, entah takjup atau takut dengan kemampuan murid barunya

Semua heran. Karena Laxus-sensei mendekati Lucy lama. Laxus-sensei sadar. Ia mengembalikan buku Lucy dan kembali ke depan kelas

"fiuh, Sting-kun. Kurasa kau punya saingan sekarang" kata Laxus-sensei pada salah satu muridnya dikelas itu, Sting

Sting terhenyak. Ia menoleh ke arah murid baru, Lucy. Lucy masih tertunduk. Menyadari seseorang menatapnya, ia mengangkat kepalanya dan menoleh ke arah Sting. Mata mereka bertemu. Dalam sekejap pipi Sting langsung merona. Ia membuang muka. Lucy heran dengan sikap Sting

"eh?" tanya Lucy dalam hati

"dia melihatku" kata Sting dalam hati

Bel berbunyi. Jam istirahat. Loki langsung menyambar ke arah Lucy

"Lucy, kenalkan, aku Loki. Senang bertemu denganmu" sapa Lucy

"sama-sama" jawab Lucy dalam hati

"Lucy, kau mau melihat-lihat sekolah? Akan kuan . . ." kata Loki dan terpotong karena Gray menarik telinga Loki dan membawanya pergi, diikui Natsu

"Natsu?" panggil Lucy

"Lu-chan, jangan dekat-dekat dengan Loki. Dia itu playboy, banyak gadis di sekolah ini yang jadi korbannya. Jangan sampai kau jadi korban berikutnya" kata Levy

"sudah kuduga" jawab Lucy dalam hati

"Ne, Lu-chan. Bisakah aku bertanya sesuatu?" tanya Levy

"silahkan: jawab Lucy dalam hati

"kenapa kau tidak bicara?" tanya Levy

Lucy diam sejenak. Kemudian dia mengambil bukunya dan menuliskan sesuatu

Karena aku tak bisa

Levy diam sejenak. Ia sepertinya mengerti apa maksud dari jawaban Lucy. dan tidak bertanya lagi

"Ne, Lu-chan. Aku punya sesuatu untukmu" kata Levy

Levy mengeluarkan sebuah buku kecil beserta pena kecil yang merupakan pasangannya dan diberikannya pada Lucy

"kau bisa bicara sekarang. Orang lain akan salah paham jika kau hanya diam saja. Dengan ini kau bisa membuat dunia baru. Dunia yang bisa memahamimu" kata Levy

Lucy terhenyak. Ia tidak menyangka ada orang lain lagi yang mengerti akan keadaannya dan tidak banyak bertanya.

"kau lapar kan, ayo ke kantin dan setelah itu aku akan mengajakmu berkeliling sekolah, dan melihat-lihat klub" ajak Levy dan menarik tangan Lucy

Lucy mengikuti Levy keluar kelas. Sting melihat Lucy sampai Lucy pergi

"wah, Sting tertarik pada murid pindahan?" sindir Rogue

"diam kau! Aku tidak meminta pendapatmu" kata Sting kesal

"kuakui Lucy sangat cantik. Tapi sayang sepertinya ia tipe yang suka menutup diri, ia bahkan tidak bicara" kata Rogue

"apa semua orang harus bicara? Jika disuruh memilih, aku lebih memilih kau tidak bicara. Telingaku mungkin akan lebih rileks" kata Sting datar tapi menohok bagi Rogue

Rogue tersindir. Tapi ia tersenyum menggoda dan meyikut sepupunya itu

"kau melindunginya? Apa kau mau jadi pangeran tak berkuda?" sindir Rogue

"DIAM KAU!" bentak Sting

Sementara Natsu. Ia pergi makan dikantin bersama Loki dan Gray. Loki terus membahas bagaimana mendekati dan bicara pada Lucy

"dia tidak akan bicara" kata Natsu tiba-tiba

"dia hanya pemalu saja" kata Loki

"Dia memang tidak bicara" kata Natsu lagi

"bagaimana kau tahu?" tanya Gray

"karena dia parasit" jawab Natsu pasti sambil memakan makan siangnya

"PA-RA-SIT?" Loki mengeja kata yang Natsu ucapkan

"dia orang yang kau maksud?" Gray dan Loki meninggikan suaranya

"tidak bisakah ekspresi kalian itu biasa saja?" pinta Natsu dingin

"jadi, kenapa dia bisa tinggal dirumahmu?" tanya Loki penasaran

"entahlah, tanyakan saja padanya" jawab Natsu

Loki diam. Ia berfikir

"jadi gosip itu benar. Lucy menghilang dari dunia modeling selama 2,5 tahun. Dia bahkan berhenti bersekolah. Tidak ada berita tentangnya. Semua berita miring mungkin sudah dihentikan ayahnya. Kurasa itu semua bukan Cuma isapan Jempol belaka" kata Loki

"mungkin dia sekolah keluar negeri?" kata Gray cuek

"tidak ada nama Lucy Heartfilia di catatan warga negara yang keluar negeri" jawab Loki

"kau menguntitnya?" tanya Gray

"aku kan fansnya" jawab Loki pasti

Loki hanya meringis

Tiba-tiba seseorang memanggil Natsu dengan akrab

"Natsu" panggil Lisanna

Natsu menoleh. Lisanna dan temannya Juvia tersenyum.

"boleh bergabung?" tanya Lisanna

Natsu sumringah, ia megizinkan pacarnya itu untuk bergabung. Melihat Juvia, Gray kesal

"kenapa kau kesini? Natsu mempersilahkanmu, bukan berarti aku megizinkanmu duduk disini, Juvia" kata Gray

Juvia tak jadi duduk. Ia sedih

"maaflan Juvia, Gray-sama" kata Juvia

"Gray, hanya makan siang kan, aku jamin Juvia tidak akan mengganggumu" kata Lisanna

Gray mengalah

Levy mengajak Lucy berkeliling sekolah. Levy sangat antusias, Lucy hanya memasang wajah datarnya. Tiap kali melangkah, semua siswa tertegun akan keanggunan dan kecantikan Lucy. tapi ada beberapa dari mereka yang mencibir Lucy karena tak berbicara

"Ne, Lucy selanjutnya kantin sekolah" kata Levy

Mereka pergi ke kantin tepat saat Natsu dan yang lain selesai makan. Ketika Lucy melangkahkan kaki memasuki kantin, Natsu DKK keluar. Natsu melirik sinis Lucy. Lucy tentu sadar lirikan Natsu, ia tertunduk. Tanpa Natsu sadari Lisanna ternyata memperhatikannya.

Lucy tak selera makan. Di sekolah baru, ia mendapat teman baru yang baik seperti Levy, tapi ia juga banyak dibenci karena tak bicara

"Lucy, makanlah. Pulang sekolah nanti kita lihat-lihat Klub ya, kau pasti akan senang" kata Levy

Pulang Sekolah. Para siswa bersiap melakukan kegiatan Klub mereka. Dengan segera kelas 1-5 kosong. Natsu DKK pergi keluar kelas, dan lagi-lagi Natsu melirik Lucy dengan sinis. Lucy tentu sadar dan berusaha memalingkan mukanya. Sting melihat hal itu, ia heran kenapa Natsu bersikap seperti itu, padahal Lucy tak melakukan apapun yang menurut Sting mengganggu Natsu

"Sting, ayo pergi. Si Pink-ky sudah pergi. Dia bisa mengomel kalau kau datang terlambat" ajak Rogue

"oh" jawab Sting dan mengikuti Rogue keluar

Tapi di pintu kelas, ia menoleh, melihat kembali Lucy Heartfilia yang terlihat mempesona dimatanya.

Kelas sudah sepi dan hanya Levy dan Lucy yang tertinggal.

"kau mau pergi?" tanya Levy

Lucy menulis sesuatu

Ayo

Levy tentu senang dan menggandeng tangan Lucy

Levy mengajak Lucy berkeliling melihat-lihat klub. Tidak hanya melihat-lihat, tapi menikmati beberapa klub untuk sesaat. Klub Teh, Klub Botani, Klub Sastra, Klub baseball, Klub Music

Di Klub Music, Ketua Club, Gajeel meminta Lucy memainkan salah satu alat music yang ada. Dengan ragu Lucy mendekati piano. Ia duduk dengan anggunnya bak pianis berbakat. Di tekannya beberapa tuts nada. Dan perlahan jarinya diletakkan di atas tuts. Ia mulai memainkan sebuah lagu. Chopin's Etude Op.25 No.5

Klub music yang awalnya tidak suka atas kedatangan Lucy, terperangah. Lucy benar-benar menari dengan jari-jari manisnya. Semua diam, hanyut dalam Chopin's Etude Op.25 No.5.

Lucy selesai memainkannya dan tiba-tiba Gajeel bertepuk tangan. Semua bertepuk tangan. Takjup akan penampilan Lucy. Lucy terdiam, matanya mulai meneteskan air mata. Ia teringat saat dimana ibunya bertepuk tangan ketika ia memainkan lagu Chopin's Etude Op.25 No.5. Lucy sadar dan mengusap cairam bening dipipinya, ia berdiri dan pergi begitu saja

"heh? Dia mau kemana?" tanya Gajeel pada Levy

"tunggu Gejeel, mungkin dia akan mempertimbangkannya" sahut Levy

Gajeel menggenggam tangan Levy. Levy tentu terkejut, ia berdegup

"Onegai, kecil" kata Gajeel memohon

Levy menarik tangannya dan pergi menyusul Lucy. Levy kehilangan Lucy. yang dicari ternyata sedang berada di bangku di luar gedung dekat ruang Klub Music. Butuh waktu beberapa menit untuk menemukan Lucy. didekatinya Lucy

"Lucy, kau baik-baik saja?" tanya Levy

Lucy mengangguk. Ia berdiri dan menuliskan sesuatu di note-nya

Jadi, kemana selanjutnya

Levy menghela nafas, itu artinya Lucy benar-benar baik-baik saja

Levy tidak yakin dengan Klub yang tersisa. Lucy heran dan menarik-narik lengan seragam Levy

"tinggal Klub Basket, Sepak Bola, Taekwondo, dan Klub Kimia" kata Levy

Lucy memiringkan kepalanya tanda tak paham maksud Levy

"begini Lucy, kurasa lebih baik kau masuk ke Klub Music. Gejeel mau menerimamu" kata Levy menasihati

Lucy menulis note

Kau janji mengajakku melihat semua klub kan?

Levy hanya bisa pasrah. Klub basket. Sebuah lapangan indoor. Levy dan Lucy masuk. Lucy mendengar suara sepatu yang berdecit karena efek gesekan dengan lantai. Dan suara dribble bola. Lucy dan Levy mendekat. Dilihatnya sosok yang sangat familiar, Natsu. Lucy tercengang, ia langsung mundur beberapa langkah. Levy menyadari arah pandangan Lucy baru saja. Levy-pun mendekati Lucy

"Lucy, sebaiknya kita pergi" ajak Levy perhatian

Klub Taekwondo

"Permisi, kami ingin melihat-lihat Klub" kata Levy

Seorang gadis berambut Scarlet mendekati mereka. Ia cantik dan terlihat garang. Tapi . . .

"Levy, tumben sekali. Kenapa?" sapa Erza

"Erza-san, ini teman baruku, Lucy Heartfilia. Dia baru pindah pagi ini. Aku ingin memperkenalkannya denganmu" kata Levy

"Erza Scarlet. Senang bertemu denganmu" sapa Erza mengulurkan tangan

Lucy menjabat tangan Erza, dibibirnya seakan akan terucap sebuah kata. Namun Lucy tidak bisa mengatakannya. Suaranya serasa tersangkut di ujung tenggorokan. Erza diam sejenak, dan tidak mempermasalahkannya.

"jadi, Lucy, apa kau ingin bergabung?" tanya Erza

"tunggu erza, dia hanya ingin melihat-lihat" kata Levy

"AKU TAK BERTANYA PADAMU" kata Erza pada Levy, yang langsung membuat Levy mengecil

"Lucy, kami akan sangat senang jika kau bergabung. Kau tidak harus memakai seragam Taekwondo dan mengenakan sabuk. tapi Kau bisa membantu kami" bujuk Erza ramah

Lucy diam. Ia menuliskan sesuatu

Baiklah, Erza. Aku akan bergabung

Levy terbelalak

"Lucy, kau meng-iyakan hanya dengan bujukannya? Kau tidak tahu apa, yang berada disini itu otot kuat tulang besi semua" kata Levy SHOCK berat

Lucy hanya menatap Levy seakan tanpa dosa, yang membuat Levy langsung lemas dengan keputusan temannya itu.

Gray mendekat

"Lucy, tak kusangka kau tertarik dengan Taekwondo. Padahal kelihatannya kau itu pintar, apa kau tak memilih menyumbangkan kejeniusanmu itu ke Klub Kimia atau Klub Sastra?" tanya Gray

Lucy mengerutkan alisnya. Ia mulai ber-ekspresi. Ia berfikir dan menulis

Aku tidak jenius

Gray seperti tersedak membacanya. Ia menghela nafas. Lyon mendekat

"Erza. Kau tidak bisa sembarangan memasukkan anggota. Kalau hanya bantu-bantu saja semua orang juga bisa. Aku menolaknya" kata Lyon

"Lyon. Kita tidak punya manager. Dia bisa menjadi manager kita" kata Erza membela

"kalu gitu aku saja yang jadi manager. Beres kan?" tolak Lyon lagi

"tapi . . . jika kau bisa mengalahkanku, mungkin aku akan menerima keputusan Erza" lanjut Lyon dengan tampang sinisnya

Anggota yang lain mendukung Lyon. Erza menghela nafas

"dia harus belajar dasarnya dulu. Lyon, apa kau sebegitu pengecutnya hingga menantang perang orang yang tidak memiliki pedang?" tanya Erza

Lucy menulis sesuatu dan menunjukkannya

Jika tidak punya pedang, masih ada lengan dan kaki

Erza terhenyak. Ia heran dengan sikap berani Lucy

"Lucy, kau bisa terluka nanti. Lagipula kau itu perempuan" bujuk Erza

"kalau kau sebegitu khawatir padanya, maka jangan buat keputusan yang main-main, Erza" komen Lyon

Lucy menulis lagi

Aku akan melawan Lyon. Tapi jika aku menang, kalian harus menerimaku tanpa syarat

Lyon nyengir. Ia berfikir gadis dihadapannya yang tak tahu diri. Semua meremehkan Lucy. tapi Gray tampak tak setuju dengan tindakan teman barunya dan juga Lyon.

"Lucy, aku tak tanggung jawab jika kau terluka" kata Lyon

"Lucy, ganti bajumu" pinta Erza dan mengulurkan pakaian Taekwondo

Lucy menolaknya

Lyon dan Lucy berada diatas matras. Lyon dengan pakaian Tekwondonya dan Lucy dengan seragam sekolahnya

"aku sudah lama tidak meregangkan ototku, tapi aku tidak lupa dengan apa yang Taurus ajarkan padaku" kata Lucy dalam hati

Lyon menyerang duluan, dan dengan sigap, Lucy menangkis serangannya dan meraih lengan Lyon. Lucy membanting Lyon dan mengunci gerakannya. Erza SHOCk. Semua terbengong menyaksikan kejadian langka ini. Lyon seorang yang telah menjadi Juara Nasional kalah oleh seorang gadis yang mengenakan seragam dengan rok pendeknya. Lyon meronta, tapi cengkraman Lucy tak kalah dengan Atlit Taekwondo Senior.

"Lepaskan aku Blonde" kata Lyon kesal, ia benar-benar malu

"kau mengaku kalah?" tanya Lucy dalam hati

"apa kau mengaku kalah? Lyon?" tanya Erza kemudian

Lucy memperkuat lagi mengunci tubuh Lyon. Lyon berteriak kesakitan. Semua anggota Klub bergidik karena seperti melihat Erza part II

"ukkh, lenganku" umpat Lyon dalam hati

Lucy hendak memperkuatnya lagi, hingga sang Titania menghentikan tindakakannya dengan memintanya mengentikan pertandingan. Ditariknya Lucy. sedangkan Gray membantu Lyon untuk berdiri, ketika Gray menyentuh lengan Lyon, sang empunya lengan meringis kesakitan. Ya, tangan Lyon terkilir. Gray tercengat untuk sesaat

Erza memeriksa tubuh Lucy, apakah teman barunya itu baik-baik saja

"Bukankah kau salah mengkhawatirkan seseorang, Ketua?" tanya Lyon tak suka

Erza melirik Lyon dan memicingkan matanya. Lyon yang dihadiahi tatapan maut sang ketua langsung diam. Keringat dingin mulai bercucuran dari dahinya. Tiba-tiba . . .

Plok plok plok . . . .

Suara riuh membahana menggelegar bak halilintar yang menyambar-nyambar dilangit hitam kelam di hari mendung. Begitulah suasana di klub taekwondo sekarang. Semua anggota berdiri dan mendekati Lucy. mereka menatap Lucy takjup dan mata mereka telah berubah menjadi Love. Seperti ketika Juvia memandang Gray-samanya. Mereka bergantian menjabat tangan sang Primadona mereka

"Lucy-hime. Sugoi!" kata para anggota bergantian

"tanganmu bahkan selembut ini, aku rela kalau kau membanting indah tubuhku ini" kata Hibiki

Lyon yang mendengar pujian demi pujian hanya membuang muka. Semburat merah menghiasi pipinya. Gray tentu menyadarinya

Skip time

Malam hari di kediaman Dragneel. Natsu habis mandi, ia mendengar ponselnya berdering. Dengan enggan diraihnya ponsel bergaya Touchscreen. Ia langsung bersemangat ketika mendapati siapa penelfonnya

Natsu : Halo, Lis. Ada apa?

Lisanna : tidak, hanya ingin menelfon saja. Apa tidak boleh?

Natsu : tentu saja boleh

Lisanna : eto, natsu, boleh aku bertanya sesuatu padamu. Kau harus menjawab jujur ya?

Natsu : tentu, apa itu?

Lisanna : apa kau membenci anak baru itu? Hn. Lucy maksudku

Natsu : kenapa kau tanyakan itu?

Lisanna : tidak, aku hanya heran. Setahuku kau tidak pernah membenci siapapun kecuali Gray

Natsu : aku hanya tidak suka saja. Yah, seperti kau tahu. Dia tidak bicara. Aku hanya risih saja melihat orang seperti itu

Lisanna : Natsu, kau tidak boleh seperti itu. Bagaimanapun dia seorang perempuan. Salah kalau kau membencinya hanya karena alasan itu

Di seberang telfon, natsu mengumpat. Lisanna bahkan tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi

Natsu : terserah, Lis. Kalau aku tidak suka ya tidak suka

Lisanna : kalau kau berkata begitu aku jadi khawatir, Natsu

Natsu : kenapa?

Lisanna : kau tahu? Cinta dan Benci itu beda tipis. Tidak sedikit dari orang yang membenci orang lain kemudian jatuh cinta

Natsu : NANI? MUSTAHIL! AKU BAHKAN TIDAK MEMANDANGNYA SEBAGAI PEREMPUAN

Lisanna : hhhh, kau lucu Natsu. Dilihat dari manapun dia perempuan. Dia tidak memiliki jakun seperti laki-laki kan?

Natsu : cih, wakata. Wakata.

Di ujung telfon. Seseorang memanggil Lisanna, meminta Lisanna segera turun untuk makan malam. Lisanna menyudahi tefonnya

Setelah perbincangannya dengan Lisanna di telfon, Natsu menunduk. Digenggamnya ponsel miliknya dengan erat. Ia seperti menahan marah. Natsu tidak habis pikir dengan Lisanna. Benci jadi Cinta? Tidak mungkin. Itu sangat mustahil. Tidak ada yang seperti itu di kamus seorang Natsu Dragneel

Esoknya di SMA Fairy Academy. Lucy berjalan di koridor menuju kelasnya. Dan tentunya ia sendirian. Pemuda bersurai merah muda tak tampak. Sepanjang koridor, semua siswa berbisik. Kali ini bisikan yang berbeda

Hei, hei, kalian dengar? Anak baru itu berhasil mengalahkan Lyon dengan sekali serang hlo

Benarkah Dengan badannya itu? Tak mungkin

Aku mendengar sendiri dari sang Ketua

Erza?

Iya, kemarin kudengar Erza tertawa terbahak-bahak menertawakan Lyon yang kalah oleh perempuan berparas lembut seperti Lucy

Bukankah anak itu terlalu lembut untuk bermain Taekwondo

Kalau kau tidak percaya, kau bisa mendatangi Hibiki. Dia merekam semua kejadiannya

Wuah. Benarkah?

Dan kau tahu? Saat itu juga Hibiki menyataka diri sebagai Fans Lucy dan membuat FanClub

APA?

Tentu Lucy mendengar semuanya. Ia mengernyitkan alisnya. Dan tak terasa sampailah ia dikelas 1-5. Ketika Lucy masuk, kelas yang semula gaduh, menjadi hening. Lucy tak ambil pusing dan melanggang dengan cueknya ke kursinya. Dan . . .

Teman-teman sekelasnya langsung mengerumuninya. Menatapnya takjup

"Lucy, Apa benar kau mengalahkan Lyon?" tanya salah seorang siswa perempuan dengan rambut coklatnya

"Lucy, kudengar kau mengalahkannya dengan satu serangan, apa itu benar?" tanya siswa yang lain

"Lucy, Lucy. dimana kau mempelajari itu?"

Berbagai macam pertanyaan terlontar. Hingga Lucy tak sanggup berkata-kata (Author : memang dia tidak mau berkata-kata kan? #PLAK)

Lucy menuliskan sesuatu di note yang didapatnya dari Levy.

Aku pernah mempelajarinya dulu. Tapi aku benar-benar tidak menyangka bisa mengalahkannya dengan sekali serang

Semua menatap Lucy cengo. Dan belum sadar dari alam mereka, suara seseorang membuyarkan semuanya

"Minggir! Kalian menghalangiku" pekik seseorang denga suara baritone-nya, siapa lagi kalau bukan Natsu

Semua langsung minggir. Natsu duduk dan ditatapnya teman-teman sekelasnya dengan Onyx hitamnya. Tatapan membunuh, yang bisa melubangi dinding tebal bahkan hanya dengan sekali tatap. Semua tentu mengerti arti pandangan Natsu dan bubar. Lucy melirik Natsu yang berada dibelakangnya

"Dia menyelamatkanku?" tanya Lucy

Sting dan Rogue masuk kelas. Sting merasakan suasana yang sedikit aneh dikelas. Dan ia mengalihkan pandangannya pada Gadis bersurai blonde. Sepercik senyum menghiasi sang Ketua klub basket itu

"kau dengar, Sting. Gadis blonde itu telah mengalahkan Lyon dengan sekali serang. Tak hanya itu, bahkan lengan Lyon terkilir karenanya. Dan kudengar juga, kalau Erza tak melerainya, mungkin lengan Lyon sudah patah" kata Rogue

"aku tak menyangka dibalik sikap lembut dan penyendirinya itu ia memiliki sisi semenyeramkan Erza" lanjut Rogue

"tidakkah itu menarik?" kata Sting dan langsung duduk di bangkunya yang berada di dekat pintu depan kelasnya

"eh?" Rogue menatap sepupunya itu cengo

Jam Istirahat

Levy dan Lucy tengah berjalan melewati koridor luar ruangan. Mereka membawa setumpuk buku yang tentunya buku tugas kelas 1-5. mereka berjalan melewati lapangan Outdoor. Di lapangan, terdapat siswa laki-laki tengah bermain basket, diantara mereka tentu ada Sting, Rogue, Gray, dan Natsu. Bola ditangan Natsu, ia memberi operan ke Gray namun operannya cukup tinggi untuk Gray raih, dan . . . bola itu melambung tinggi

"Lucy, kau jadi sangat terkenal. Kau bahkan memiliki Fanclub. Aku sungguh tidak menyangka ya" kata Levy

"oh ya, Erza bahkan ikut bergabung, hahaha" tawa levy

Levy terus nerocos dan Lucy hanya manggut-manggut. Dan tiba-tiba

BUK

Sebuah bola basket menghantam Kepala Lucy dengan keras, membuat sang empunya tak seimbang dan terjatuh. Buku yang dibawanya berserakan dimana-mana. Levy tentu Shock. Tak terkecuali para siswa yang tengah berada disekitar mereka

Sting menoleh, dilihatnya Lucy yang terjatuh dengan buku yang berserakan. Ia terkejut dan segera berlari kearah gadis blonde bermata karamel itu

"Kau baik-baik saja?" tanya Sting berjongkok

Lucy memegangi kepalanya. Ia pusing, dilihatnya sosok Pria berambut Spike berwarna blonde. Wajah sting serius, ia benar-benar merasa bersalah. Dipungutinya buku yang berserakan dan levy membantunya

"maaf, temanku tak sengaja" kata Sting

Natsu melihatnya dari jauh, ia tak bergeming sedikitpun

"Oi! Natsu! Kau yang salah, jadi kenapa Sting yang kesana?" tanya Gray

"kau mengajak berkelahi? Ice Princess?" sahut Natsu ketus

"Oi! Aku serius! Kau tidak merasa bersalah sedikitpun?" tanya Gray mulai emosi

"dilubuk hatiku aku bersyukur karena dia yang kena, bukan Lisanna" jawab Natsu

Gray menggertakkan giginya, tak habis pikir kalau Rival sekaligus sahabatnya bisa sekejam itu. Kemudian ia menghela nafas

"terserah kau, Natsu. Benci dan Cinta itu beda tipis" kata Gray dan berlalu mengikuti Sting

Sting membantu Lucy berdiri. Lagi-lagi Sting meminta maaf. Lucy menuliskan sesuatu di notenya yang mengatakan ia baik-baik saja. Namun tepat saat sting selesai membaca note itu, darah segar mengalir dari hidung lucy. ya, Lucy mimisan. Sting terkejut dan otomatis panik

"Hidungmu!" kata Sting

Lucy mengusap hidungnya dan betapa terkejutnya ia kalau itu adalah darah. Sting mengambil sapu tangan dari sakunya dan tanpa ba bi bu ia langsung menutup hidung Lucy dan meminta gadis itu menaikkan kepalanya

"Sting, apa yang terjadi?" tanya Gray

"dia mimisan, mungkin pukulannya terlalu keras" kata Sting

"Lucy, aku akan mengantarkanmu ke UKS" kata Levy ikut panik

"baiklah, aku yang akan mengantarkan buku-buku ini ke meja guru. Bukan begitu, Levy?" kata Gray

"eh?" Levy tak paham, tapi sedetik kemudian ia mengerti maksud perkataan Gray

"Sting, aku dan Gray akan mengantarkan buku ini, kau antarkan Lucy ke UKS ya?" pinta Levy

Sting hanya mengangguk dan memapah Lucy yang ternyata sedikit gemetar. Sting hanya tersenyum. Gadis blonde itu, bisa mengalahkan Lyon tapi dengan hantaman Bola basket, ia juga bisa ambruk. Walaupun ia bisa kuat, tapi ia tetaplah perempuan lembut yang mungkin rapuh

"apa kau tidak berlebihan, Ketua? Mendengar betapa hebatnya dia membekuk Lyon. Kurasa mimisan seperti itu tidak ada apa-apanya" sahut Natsu

Seketika Sting dan Lucy berhenti. Sedangkan Levy dan Gray sudah tidak tampak. Sting menoleh diikuti Lucy. perkataan Natsu seperti sebilah panah yang menancap didada kiri lucy. walaupun kecil, tapi sangat sakit.

"apa maksudmu? Natsu? Kurasa bicaramu berlebihan" jawab Sting menanggapi dengan bijak

"tanpa diobati sudah pasti dia akan sembuh" lanjut Natsu

Lucy tertunduk. Apa yang dikatakan Natsu ada benarnya. Selama 2.5 tahun ini, Lucy bahkan sering menerima pukulan yang melebihi hantaman bola basket itu. Ia juga sering terluka dan membiarkan lukanya sembuh sendiri, jadi mimisan bukan hal yang serius. Lucy menurunkan tangan Sting yang merengkuh pundaknya. Ditulisnya sebuah note dan disobeknya note itu kemudian diberikan kepada sting. Sting menerimanya dengan wajah bingung bercampur khawatir. Pasalnya, perkataan natsu sangat kasar, bahkan walaupun itu bukan ditujukan untuk dirinya, ia bisa merasakan nyeri dihati ketika mendengarnya. Lucy berbalik dan berlari mneinggalkan kedua kepala spike

"kau lihat? Dia baik-baik saja. Dia bahkan bisa berlari" kata Natsu kemudian

Sting hanya mengela nafas. Percuma ia bicara pada orang yang tidak pernah mendengarkan orang lain. Dibuknya note pemberian Lucy

Terimakasih telah mengkhawarkanku

Benar, luka seperti ini tak ada apa-apanya dibanding apa yang pernah kudapat

Sting mengerutkan keningnya. 'yang pernah ia dapat' adalah kata-kata yang tabu menurut sting. Sting berfikir tidak mungkin lucy mendapat hal seperti itu. Tapi tulisan di akhir kalimat itu berbeda. Seakan Lucy menulisnya dengan tangan gemetar. Sting terbelalak mendapati kemungkinan Lucy pernah mengalami suatu penyiksaan yang ia sendiri bahkan tidak bisa membayangkannya. Dan, fakta kalau Lucy diam-diam menyimpan keahliannya sebagai Professional taekwondo

"apa itu alasannya ia belajar taekwondo? Untuk mempertahankan dirinya yang dia pikir lemah?" gumam Sting

Sting-pun meremas kertas ditangannya

"Natsu Dragneel" umpat Sting

"kenapa? Kau ingin marah? Atau memukulku?" tanya Natsu

Sting mendengus dan berlalu begitu saja. Sementara Natsu, ia tetap berdiri ditempatnya, tanpa Sting sadari, Natsu menggenggam tangannya. Natsu merasakan perasaan aneh di dirinya. Ia merasa tidak suka ketika Sting mendekati Lucy, mengkhawatirkan Lucy bahkan ketika Sting menyentuh pundak Lucy. tapi bukan perasaan yang bisa Autor sebut sebagai cinta loh ya

"kono yaro, Lucy. kau benar-benar sudah mengusik ketentramanku. Bahkan sekarang dia sudah mulai mengusik Sting. Betapa bodohnya si Spike pirang itu mau dekat-dekat dengan parasit sepertinya. Tak akan kubiarkan" kata Natsu dalam hati

To Be Continue

Terimakasih sudah membacanya. Buat para penggemar Lisanna dan Sting, tenang saja. Author nggak buat mereka jadi tokoh yang jahat walaupun mereka antagonis. Tapi mungkin jadi pihak yang akan tersakiti, menyembuhkan, dan merelakan. Hiks, nyesek ngebayanginnya aja

Oh ya perkenalan dulu . . .

Hai, namaku Nao. Nao Author baru di fandom ini. Inilah fanfic pertamaku. Maaf kalau ceritanya aneh, nggak nyambung atau apalah-apalah. Tapi disini Nao Cuma ingin menghibur para readers termasuk menghibur diri Nao sendiri, hehehe.

Bagi para reader, tolong reviewnya ya, apapaun pendapatnya akan saya terima dengan senang hati. Dan Nao usahakan akan update tiap minggunya, kalu Nao gak ada acara hlo ya di hari libur, hehe.