PROMISE

Fanfiction By: Ai Natsu

Gintama (Hideaki Sorachi)

Pair: Sougo Okita x Kagura

Genre: Romance, action


Kagura dan Sougo adalah dua orang yang tidak pernah akur. Mereka selalu saja bertengkar dan bertarung. Dimanapun mereka bertemu, pasti selalu saja ribut dan melukai satu-sama lain. Sehingga mereka selalu dibilang pasangan yang cocok. Pasangan sadis.

Tapi, suatu hari mereka membuat sebuah janji, janji apa itu?


Bacalah fanciction di ruangan terang dengan jarak yang aman…


"HOAAAM!" Gintoki, lelaki pemilik toko Yorozuya Gin-chan ini menguap. Dia baru saja bangun dari tidurnya.

"Kagura... Shinpachi..." panggilnya setengah sadar.

"Shinpachi...apa kau sudah menyiapkan makanan?" tanyanya. Ia berjalan ke ruang tamu dengan mata yang masih tertutup. Sekali lagi dia menguap. Gin mengucek matanya, dan dia melihat ada sesuatu yang berbeda di meja dan kursi ruang tamu nya.

"ZURAAA! A-apa yang kau lakukan di sini?!" Gintoki sangat kaget, dia melihat sosok Katsura dan Elizabeth berada di ruangan tamu, bersama Kagura dan Shinpachi yang sedang makan.

"Zurajanai, Katsurada! Aku baru saja membuat makanan untuk kalian. Makanlah, Gintoki-kun.".

"Makan PRET MU! Dalam rangka apa kau ke sini ZURA?!" Gintoki masih tidak terima ada Katsura di rumahnya. Ah, sebenarnya apartemen milik Otose yang ditempatinya.

"Zurajanai, Katsurada! Ada suatu hal yang mengharuskan aku berada di sini dulu. Dan, apa kau tidak senang sahabatmu ini mengunjungimu dan memasak makanan untukmu?" kata Katsura.

"Ya, Berterima kasih lah, Gin-san." Elizabeth mengeluarkan papannya.

Gintoki memonyongkan mulutnya, "Cih, aku tak pernah merasa punya sahabat sepertimu."

"Sudahlah, Gin-chan. Masakan Zura tidak buruk kok. Dia baik sekali memasak makanan yang banyak, aku akan makan sampai kenyang, aru." Ujar Kagura.

"Zurajanai, Katsurada!" Celanya.

"Makanan saja yang kau pikirkan!" balas Gin.

"Benar kata Kagura-chan, Gin-san. Aku bersyukur, ah maksudku, harusnya kita bersyukur, tidak jadi memakan telur dadar buatan Aneue yang kubawa." Kata Shinpachi, sambil melanjutkan makannya.

"Kualat kau, Shinpachi." Balas Gin lagi.

Gintoki menghela nafas.

"Ayo, bergabung dan makanlah. Ini sungguh enak." Elizabeth mengeluarkan papannya lagi.

"Baiklah. Aku makan." Ia berjalan dan mengambil nasi dengan lauk-pauknya.

" Itadakimasu!"

Belum ada Gin menyuap satu sendokpun ke dalam mulutnya, suara ledakan menembus sampai ke dalam tempat Gin dan lainnya berkumpul.

"Menyerahlah kau, Katsura! Kau tidak akan lolos kali ini!" teriak seseorang. Kepulan asap menghilang, dan sosok Okita Sougo –Kapten Kelompok 1 Shinsengumi- sedang memikul bazooka di pundaknya. Disertai anggota Shinsengumi lainnya yang mengekor dibelakangnya sambil menggenggam katana mereka masing-masing.

"Saatnya kita lari. Ayo, Elizabeth!" Katsura dan Elizabeth melarikan diri lewat jendela dan menunjukkan papannya lagi "Sampai jumpa!".

Gintoki berteriak dan bermaksud untuk menghentikan Katsura lari, dan dia juga terkejut kalau yang menembaki rumahnya itu adalah Shinsengumi. Yang sangat ia benci.

"O-OI ZURA! TEME!"

"Jangan lari kau, Katsura!" teriak Sougo. Dia berlari dan menyiapkan tembakan bazooka nya.

"Chotto!Kisama!" Pekik Kagura. Dia menjulurkan kakinya dan menendang punggung Sougo.

"Sialan! Dasar bajingan, aru! Kau menghancurkan nasi dan rumput lautku!"

Kagura sangat marah, dan ia menghajar wajah Sougo habis-habisan. Sougo berusaha memberontak, dan mencolok kedua lubang hidung Kagura.

"Teme... apa-apaan kau! Aku kehilangan dia lagi! Sial!"

"AAARGH! Yang apa-apaan itu kau! Kau menghancurkan sarapan pagiku!" teriak Kagura, dia membalas mencolok hidung Sougo.

"OYYY! APA-APAAN INI?! DIAM SEMUA! PAGI-PAGI BIKIN RIBUT SAJA!" tiba-tiba saja Otose datang sambil marah-marah. Anggota Shinsengumi yang bersama Sougo tepar seketika setelah dihajar oleh Tama dan Catherine.

"Kau hancurkan lagi apartemenku, Rambut Gimbal! Kau juga belum bayar uang sewa sampai tiga bulan yang lalu!" marah Otose.

"WOY, nenek-nenekbautanah! Aku baru saja bangun dan ingin makan, si sialan Zura datang dan Shinsengumi bajingan yang menghancurkannya! Jangan salahkan rambutku! Dasar nenek tua!" bantah Gintoki.

Akhirnya, keadaan semakin semrawut, Gintoki bertengkar seperti biasa dengan Otose, dan Kagura masih melanjutkan adu jotos dengan Sougo.

"Aduh..." Shinpachi hanya pasrah saja.


Akhirnya Otose siang itu pergi protes dan marah-marah di depan Kondo Isao, karena ulah Sougo yang tidak sengaja menghancurkan tempat Gintoki tinggal. Kondo minta maaf, dan segera memanggil tukang bangunan untuk memperbaiki kantor Yorozuya Gin-chan –yang juga bangunan milik Otose- secara gratis.

"Sougo. Karena kau membuat ulah lagi. Jadi, aku akan memberikanmu hukuman." Ujar Kondo.

Sougo hanya diam. Dia tidak berani membantah di depan Kondo, orang yang sangat ia kagumi. Walaupun sebenarnya ia ingin bilang kalau ia tidak sengaja menembak, gara-gara Katsura. Tapi walaupun begitu, Sougo memang sering sekali menembak sembarangan tanpa berpikir terlebih dahulu.

"Suruh dia lakukan saja seppuku, Kondo-san." Ceplos Hijikata.

Sougo tersulut emosinya, "Mati kau, Hijikata!" sumpahnya.

"Sudah! Sudah! Aku tidak akan melakukan hal itu. Hukumannya, kau harus cari buronan ini. sendiri! Tanpa melakukan kesalahan, dan tanpa mencari masalah lain." Kondo menyerahkan foto buronan kasus narkoba.

"Oh, hai." Sougo menerima foto tersebut, dan membungkuk. Dia segera pergi dari markas sambil bersenandung dengan lirik "Mati kau, Hijikata~ Akan kucabik-cabik tubuhmu sampai hancur~"

"Kuso!" umpat Hijikata, dia menggigit rokoknya sendiri sampai hancur.


"Dasar Gin-chan! Kenapa aku ikut dimarahi juga? Huh!"

Kagura menggerutu sendiri di taman. Ia sedang merajuk karena dimarahi Gintoki karena memperkeruh suasana tadi pagi dengan bertengkar dengan Sougo, dan saat dipisahkan, dia meninju wajah Gintoki sampai seperti pantat. Makanya dimarahi.

Sadaharu sedang bermain bersama anak-anak. Salah satu orang anak ada kepalanya yang masuk ke dalam mulut Sadaharu. Tapi tampaknya mereka senang bermain bersama anjing besar milik Kagura.

Kagura tetap menggerutu sambil mengemut rumput laut yang biasa ia makan.

"Menggerutu saja. Dasar Cina!"

Dia mendongak, sosok orang yang ia hajar tadi pagi nongol lagi.

Kagura yang mulai naik emosinya, Sougo menahannya. "Hei, hei tenanglah, Cina. Aku datang bukan untuk berkelahi denganmu." Ia duduk di samping Kagura.

"Lalu buat apa kau ke sini? Dasar, Sadis,aru." Ujar Kagura.

"Kau sendiri juga sadis, Cina. Aku sedang mencari buronan." Katanya. Sambil mengibas-ngibas foto buronan sebagai kipas. "Panasnya..."

"Cari buronan bukan di sini, dasar bodoh!"

"Ya, siapa tahu saja buronan itu ada di sini!"

Sougo berdiri. "Kau sendiri juga buronan. Buronan hatiku."

Kagura kaget, "HAH?!"

"Ah, tidak. Bercanda. Sudah ya! Aku mau melanjutkan pekerjaanku, Cina!" dia melambaikan tangan kirinya tanpa menegok ke belakang.

"Sadis!" panggil Kagura.

Sougo menengok.

"Jika kau telah menemukan buronanmu, bertarunglah denganku! Aku kurang puas dengan yang tadi pagi!"

"Ya! Aku janji. Nanti sore menjelang malam, di sini! Oke?" balas Sougo.

"Kau yakin bisa mendapatkan buronan itu hari ini?" tanya Kagura sedikit mengejek.

"Haha. Jangan remehkan aku, Cina. Aku pasti akan mendapatkan orang brengsek itu. Lalu akan kuselesaikan kemauanmu. Dan aku akan menghabisimu!"

Kagura tersenyum sinis. "Ya! Silahkan jika kau bisa, aru."


Sougo menepati janjinya. Dia telah berhasil menangkap buronan yang dicari Shinsengumi, dan segera pergi ke taman.

Kagura menitip Sadaharu bersama Gin sendirian di rumah. Shinpachi menemani Otae di rumahnya. Kagura bilang, dia ingin main. Gin bilang terserah, tapi dia berkata dia tidak akan membukakan pintu kalau sudah tengah malam. Dan Kagura juga tidak akan kebagian jatah makan malam.

Dengan payung ungu nya, dia putar-putar sambil memakan rumput laut kesukaannya.

Ia melihat laki-laki berambut brown-light itu memasuki area taman Kabukichou.

"Kau telat, Sadis."

"Kita bukan kencan. Jadi menurutku tak masalah jika aku telat."

"Cih."

Sougo menarik katana nya perlahan dari sarung pedangnya. Bersiap dengan kuda-kuda. Kagura menutup payungnya dan mempersiapkannya seperti pistol (pistol payung).

WHUSH!

Kagura dan Sougo maju. Sougo mengarahkan pedangnya, bermaksud untuk melukai bagian dada Kagura. Tapi Kagura berhasil menangkisnya dan menendang Sougo sampai terlempar beberapa meter, Sougo berhasil mendarat dengan baik.

Sougo maju, dan dan mengayunkan pedangnya. Kagura terpeleset ke belakang,

"Shi...shimata!" umpatnya.

Tiba-tiba saja Sougo menarik lengan kirinya Kagura, mendekatkan wajah Kagura ke wajahnya, dan lelaki itu memberi sentuhan kecil di bibir mungil Kagura. Kagura terkejut dan melempar Sougo dengan payungnya.

"Apa yang kau lakukan, sialan?!"

Sougo segera berdiri.

"Kau kalah, China." Katanya. Dia tidak peduli dengan Kagura yang marah-marah. Tiba-tiba Kagura merasakan sesuatu yang perih.

Dada atasnya tergores katana Sougo. Darah merah menembus cheongsam merahnya, sehingga membuat bajunya semakin berwarna merah pekat.

"Grrr..." Kagura menggeram.

Sougo tersenyum sinis, lalu segera berbalik badan. Dia meninggalkan Kagura sendiri. Kagura menyadari kalau dia sudah kalah. Tapi gadis kecil itu tidak ingin menyerah.

"Tunggu! Pertarungan kita belum selesai!" teriaknya.

Sougo menghentikan langkahnya. Dia menatap bulan yang bersinar di langit Kabukicho.

"Pulanglah. Danna sedang menunggumu."

Hanya itu yang ia katakan, lalu pergi.

Kagura menatap punggungnya diam. Hingga menghilang dari penglihatannya.

"Gin-chan..."


Kagura berjalan sendirian untuk sampai di apartemennya Gin.

Dia menutupi lukanya dengan tangan, merasakan perih. Walaupun dia tahu kalau lukanya akan cepat sembuh, tapi ia khawatir kalau Gin memarahinya dan menanyainya mengapa Kagura bisa berdarah.

Dia tidak sadar kalau ada beberapa orang preman membuntutinya dari belakang, dengan senjata tajam mereka.

Kilatan mata yang terkena sinar bulan, membuat terlihat menjadi merah pekat. Seseorang dari belakang mengayunkan pedang ke para preman tersebut.

Samar-samar Kagura mendengar suara teriakan. Dia menoleh ke belakang, tapi tidak ada siapa-siapa.

Dia ingat dengan kata-kata Gin. Di Kabukicho cukup berbahaya, seorang gadis tidak baik keluar malam. Jadi, Kagura segera berlari untuk sampai ke rumah.

Tapi, di sebuah gang kecil, ternyata itu adalah Sougo. Kakinya menendang-nendang mayat para preman yang baru saja ia bunuh. Cipratan darah terdapat pada sebagian wajahnya.

"Yang boleh menghabisi gadis itu, hanyalah aku."


"Hoi, dari mana saja kau..." Gin sedang duduk, dengan kaki di meja kerjanya.

"...Kagura?"

Kagura hanya diam. Dia masih menutupi lukanya. Tapi dia tidak bisa membohongi Gin.

"Sudah kubilang berapa kali, jangan berantem lagi dengannya!" seru Gin.

Dia bangun, dan menguap.

"Kau menambah pekerjaanku saja. Sini! Obat-obat luka dan plester ini sebagian gajimu dari bulan ini. Jadi, di akhir bulan kau tidak dapat gaji ya!" katanya.

Kagura menahan tangis. "Baka Gin-chan, kau tidak pernah menggajiku, aru!"

Gin hanya tersenyum kecil, dan mengusap rambut Kagura.


"Oy, Kagura. Untuk saat ini jangan keluar dulu. Lukamu baru saja mendingan kan? Kau tidak boleh keluar. Kalau keluar rumah lagi, pasti kau bertarung gakjelaslagi. Jangan menambah bebanku, ya, bocah. Aku pergi dulu. Paling sebentar lagi Shinpachi datang." Kata Gintoki.

Kagura menumpang tidur di kamar Gintoki.

"Bodoh, aku tidak selemah itu, aru." Umpat Kagura.

Dia bangun, dan memanggil Sadaharu. "Sadaharu?" Kagura menggeser pintu,

Kagura mencarinya sampai ke ruang keluarga. Dan menemukan anjing raksasa kesayangannya itu sedang tidur di bawah meja hangat.

"Sadaharu, aku pergi dulu ya, aru."

Sadaharu mengaung kecil, seperti khawatir dengan majikannya. Karena wajah Kagura agak sedikit pucat.

"Aku baik-baik saja, aru. Jaga rumah dengan baik ya, Sadaharu.". Kagura segera keluar rumah sebelum Gin memergokinya.

Dia berlari dengan payungnya. Tanpa melihat sekelilingnya, tidak ia sadari kalau dia melewati Gin. Gin menyadarinya.

"Dasar bocah..." ujar Gin pelan.

"Kagura? Gin-san?"

Shinpachi telah tiba di apartemennya Gin.

Tapi yang muncul malah Sadaharu.

"Lho, Gin-san dan Kagura kemana, Sadaharu? Apa kau melihatnya?"

"Bocah itu pergi main lagi." Ujar Gin dari belakang Shinpachi.

"G-Gin-san? Kau dari mana?" tanya Shinpachi.

"Aku baru saja membeli obat luka dan perban untuk Kagura. Dia belum ganti perban dari yang semalam. Tapi dia pergi lagi. Aku yakin pasti dua bocah itu berantem gak jelas lagi." Kata Gin.

Shinpachi menghela nafas, "Padahal aku sudah membawa sarapan untuk kalian. Yasudahlah, silahkan makan, Gin-san."

"Hai,".


Kagura ternyata mampir ke rumahnya Shinpachi. Dia sedang di teras sekarang. Mengobrol dengan Otae.

"Anego, aku tidak suka laki-laki itu. Dia selalu saja membuatku kesal, aru."

Otae tertawa kecil, sembari menyuguhkan ocha untuk Kagura.

"Kalian itu cocok." Katanya.

Kagura masih cemberut. "Kami tidak cocok. Aku tidak menyukainya. Ingin kubunuh dia, aru."

"Yah...laki-laki terkadang suka begitu terhadap perempuan. Mereka sering menarik perhatian perempuan yang ditujunya dengan cara apapun yang mereka sukai. Tidak peduli dengan perasaan perempuan. Jadi, jika itu dirasakan olehmu, Kagura, cara yang paling tepat membalasnya adalah..."

Otae bangun dari duduknya, ia tersenyum, bersiap dan meninju lantai kayu, menarik rambut seseorang-melempar-dan menendang 'biji'nya- yang ternyata itu adalah Kondo Isao.

"OTAEEEE-SAAAN!" Kondo terlempar sampai keluar pagar dan menabrak tiang listrik, hingga membuat sebagian warga gempar.

Kagura malah sibuk kagum.

"Sugee, aru."

"Jadi aku harus menendang 'anu'nya, aru?" lanjut Kaguradenganpolos. "Ya, dan sisanya terserah kamu, Kagura." Jawab Otae.

"Anego memang hebat. Baiklah, aku berangkat, aru!" Kagura melambaikan tangan, dan meninggalkan dojo milik Otae.


kagura sekarang berada di taman. Dia duduk sendiri di kursi taman. Seperti biasa, sambil mengemut acar rumput lautnya.

"Hoi, apa kau kenyang hanya makan itu?"

Kagura mengenali suara itu. Dia segera menyiapkan payungnya.

"Hei, hei tenanglah Gadis Cina." Ujar Sougo. Menghela nafas, "Sepertinya kau agak kelihatan tidak sehat ya hari ini?" tanyanya.

"Aku selalu sehat, aru. Klan Yato tidak selemah itu!" jawab Kagura.

"Kau lapar?" tebak Sougo. "Aku tidak lapar, aru." Tapi terdengar suara keroncongan dari perut Kagura.

Sougo tertawa kecil. "Hmph. Dasar... ikutlah aku. Ayo!"

"Ke mana? Kita bertarung lagi? Ayo! Aku tidak akan segan!" Kagura langsung menyerocos tanpa mendengar Sougo bicara.

"Woy, aku tidak akan mau bertarung denganmu kalau rivalku kelaparan." Sahut Sougo.

...

"DANGO?" teriak Kagura.

"Cih, memangnya kau mau apa bocah?!" sahut Sougo, dia mulai marah.

"Aku maunya sushi!"

"Aku tidak punya uang banyak hari ini!"

Akhirnya Sougo tetap memesan dango. Dia makin ingin meledak, ketika Kagura memesan dango kepada kakek-kakek pemilik dango dengan porsi besar. Kagura bilang "Aku tidak bisa makan dengan porsi sedikit, aru! Kau harus mengerti perasaan wanita. Anego bilang begitu!"

"Sialan, kau juga harus pikirkan dompetku!" kata Sougo.

"HAH? Uangmu kan banyak. Kau polisi, aru!"

"Grrr..."

Sougo sudah selesai makan. Tapi Kagura belum. Kagura juga memesan air sangat banyak. Sougo sudah tidak peduli dengan tagihannya. Dia bilang kepada kakek pemilik dango, kalau ada shinsengumi yang merokok, suruh saja dia yang bayar. (Hijikata maksudnya). Dia diam-diam memperhatikan Kagura. Seluruh tubuhnya berkeringat dan wajahnya pucat. Menjadi lebih putih pucat dari kulitnya. Dia mengelap keringat di dahi dan di pipi Kagura dengan punggung telapak tangannya.

"Gadis Cina, bertarungnya lain kali saja. Istirahatlah dulu, musim kali ini agak sedikit kacau. Kadang sangat panas, kadang hujan. Aku tidak mau repot kalau kau sakit, nanti bisa-bisa aku dimarahi Danna. Habis ini pulang ya!" Kagura hanya menatapnya diam. Heran.

Mereka berdua tidak sadar, kalau Yamazaki sedang memperhatikan mereka dari jauh. Dengan memakai seragam badminton.

"Hehehe,"


"Heee, jadi Komandan Okita sedang kencan?"

"WAH! DENGAN SI GADIS DARI YOROZUYA!"

"Bisa saja kau mengambil foto ini, Yamazaki!"

"Tak kusangka komandan sadis kita bisa kencan!"

Yamazaki hanya tertawa.

Mereka semua tidak menyadari, dari belakang mereka ada monster yang telah siap dengan bazookanya.

Dan...

DHUAR!

Asap mengepul, terdengar batuk-batuk dari sebagian anggota Shinsengumi yang sedang bergosip.

Dan setelah asap itu menghilang, mereka semua tampil dengan baju compang-camping dan rambut afro.

Sougo menarik kerah baju Yamazaki, "Hei, sialan. Dilarang mengambil foto orang lain tanpa seizin dari orang tersebut. Dan kalian, jika kalian membicarakan aku tanpa seizinku, akan kucabut nyawa kalian sekaligus!"

Anggota Shinsengumi meringkuk ketakutan, dan Yamazaki saking ketakutannya juga, ia pipis dicelana.


Hijikata sedang berpatroli sendirian, ketika ia berjalan tepat di depan warung dango yang Sougo dan Kagura makan tadi, pemiliknya menghampiri Hijikata.

"A-ano…maaf Tuan, ini ada tagihan untuk Anda. Dari shinsengumi yang berambut coklat terang. Ini," pemilik dangoi tu memberikan bon tagihan dango dengan harga yang sangat mahal, karena porsi yang dipesan sangat banyak.

"Cho-chotto! SOUGO TEMEEERAAA!"


Malamnya, di Yorozuya, Shinpachi sangat khawatir. Kagura demam, dan luka di dada nya belum sembuh karena siang hari dia terus-terusan main.

"Gin-san, ini gawat. Demamnya Kagura-chan semakin panas. Apa kau tidak khawatir sama sekali, hei, Gin-san?" Shinpachi menegur Gintoki yang hanya membaca JUMP di sofa sambil tiduran.

"Haah? Memangnya kenapa aku harus khawatir? Bocah akan cepatt umbuh dewasaj ika ia merasakan sakit. Einstein bilang begitu." jawab Gin ngawur.

"EINSTEIN TIDAK BILANG BEGITU!" balas Shinpachi dengan tsukkominya. Dia menghela nafas, "Ayolah Gin-san. Bawa Kagura-chan ke rumah sakit atau puskesmas, gitu. Bisa gawat kalau Umibozu-san tahu Kagura-chan sakit. Dia pasti akan menghajar kita."

Gin mengupil, "Si botak tidak akan ke sini untuk menghajar kita hanya karena anaknya sakit. lagipula aku tidak tahu si botak itu ada di mana. Mungkin sedangj auh dari bumi. Aku tidak punya uang yang banyak untuk membawa Kagura ke rumah sakit. Dia kan hanya demam biasa, dikompres dengan air hangat dan minum obat dari warung juga sembuh."

"Kau tidakada rasa kasihan sama sekali, Gin-san." Kata Shinpachi.

Kagura tidak sepenuhnya tertidur, tapi dia mengingat kembali pertarungannya dengan Sougo beberapa hari yang lalu. Sougo menciumnya. Ia yakin sekali. Antara rasa marah dan sesuatu yang aneh muncul. Membuat Kagura deg-degan dan gelisah.

Aku ingin balas dendam, aru.


Kondo mengajak Hijikata dan Sougo mengobrol di teras kamarnya sambil minum sake.

"Aaah, memang paling enak minum sake sambil memandang bulan purnama ya!" seru Kondo.

Hijikata, menghembuskan asap rokoknya, "Ya, benar sekali. Tapi kenapa harus aku yang membelikan sake nya?! Dan juga kau, Sougo sialan! Uangku habis gara-gara kau dan pacarmu, si gadis dari Yorozuya itu tuh! Cih!" Hijikata sangat kesal.

"Sudah-sudah, Toshi. Tidak apa-apalah sekali-kali kau yang traktir sake. Menggu depan aku deh yang traktir! Ya? Ya? Eh-Sougo kau berpacaran dengannya?!" Kondo sangat kaget.

Sougo hanya diam. Tidak berekspresi seperti biasa. Dia menuangkan sake ke gelasnya dan meminumnya perlahan.

"Si-Cina bukan pacarku." Dia berdiri dan meninggalkan Kondo dan Hijikata.


Paginya…

"Arigatou aru, Shinpachi." Ucap Kagura. Dia memakan bubur yang dibikin oleh Shinpachi.

"Hai, makan yang banyak ya, Kagura-chan. Biar kamu cepat sembuh. Habis makan, ganti perban nya ya. Kamu tidak boleh banyak bergerak dulu. Lukanya tidak akan membaik kalau Kagura-chan terus-terusan bergerak. Okita-san benar-benar sadis ya…" kata Shinpachi.

Kagura yang masih mengunyah buburnya, berbicara "Iya-iya. Bawel ah. Dia memang sadis aru. Kalau aku sudah sembuh, aku akan balas dendam, aru!"

"Kagura-chan, telan dulu makanannya kalau mau bicara!"

"Gin-chan mana aru? Aku tidak melihatnya sedari tadi." Tanya Kagura.

"Oh, Gin-san sejak pukul setengah delapan tadi langsung bertemu klien. Dia bilang aku disuruh menjagamu saja." Jawab Shinpachi.

"Oh…" Kagura terdiam.

"Ada apa Kagura-chan?" tanya Shinpachi khawatir.

"Iie, aru." Kagura menggeleng.

"Oh, yasudah. Aku mau cuci piring dulu ya." Shinpachi keluar dari kamar dan menuju dapur.

Kagura dengan cepat menghabiskan buburnya, dan mengganti baju tanpa mengganti perban.


Dia berjalan dengan pelan, mengambil payung, dan keluar tanpa sepengetahuan Shinpachi. Sadaharu menggonggong beberapa kali. Shinpachi yang merasa ada yang aneh keluar dari dapur, "Sadaharu? Kenapa kau menggonggong? Sadaharu tenanglah!" Sadaharu tidak berhenti menggonggong, raut wajah Sadaharu menunjukkan kekhawatiran. Shinpachi membuka pintu kamar Gin, "Kagu-," dia terkejut, yang ada di kamar hanyalah baju tidur Kagura. Dan beberapa tetes darah membekas di futon.

"Gawat! Kagura-chan!" Shinpachi akhirnya berlari keluar untuk mengejar Kagura.

Langit pagi hari ini mulai mendung kembali.

Kagura yang nafasnya mulai tidak beraturan, dan keringat bercucuran deras membasahi dahi dan tubuhnya. Wajahnya pun semakin pucat.

"Gomenasai, Shinpachi…Gin-chan…" dia duduk di kursi taman. Kagura merasakan kepalanya terasa sangat sakit.

"Aku ingin balas dendam, aru…" saat ia akan berdiri dan ingin mencari Sougo lagi, tubuhnya tidak bisa menahan dan terjatuh.

Srak

Tubuhnya ternyata ditopang oleh seseorang. Dia merasa mengenali seseorang itu. Baju hitam panjang.

"Sa-Sadis!"

Sougo diam. Dia mengangkat tubuh Kagura dan menggendongnya, duduk di kursi dan membiarkan Kagura tidur di pangkuan nya.

"Kenapa?" tanya Kagura pelan.

"Dasar keras kepala…" balas Sougo. Sougo melihat darah yang membekas di dada Kagura. Ada perasaan rasa bersalah padanya.

Kagura memegang erat payungnya, dan tanpa basa-basi lagi langsung menyerang Sougo dengan payungnya.

"Hahaha! Kenapa sadis? Kau simpati padaku, hah?" tawa Kagura.

"Cih" Sougo berhasil menghindar.

Kagura berusaha berdiri tegak. Ia menyeringai, sorot matanya seolah-olah mengatakan kalau ia benar-benar harus membunuh Sougo.

"Kau benar-benar serius akan membunuhku, huh? Boleh… kalau kau bisa." Ucap Sougo. Dengan erat dia menggenggam katananya, tapi sebelum dia menebas kembali Kagura, cewek Cina itu menembaki dengan brutal payungnya ke arah Sougo. Sougo agak kewalahan untuk menghindar, sebagian dari wajahnya dan lengan kirinya terkena peluru.

"Cih," umpatnya.

Kagura tertawa kecil, dia sama sekali tidak berbicara, hei, bukankah ini sama seperti Kagura saat melawan Abuto?

Sougo telah membuat Kagura sangat marah.

Mereka bertarung membabi-buta, membuat taman Kabukicho yang tadinya indah, telah berubah menjadi medan perang yang menyeramkan di antara dua anak yang sama-sama sadis.

"SHINEEEE!" teriak Kagura. Dibarengi Sougo yang berteriak, yang bersiap menebas Kagura.

DHUARR!

Ledakan mengepung mereka. Setelah itu suasana menjadi sedikit reda. Asap yang sangat tebal kemudian menghilang perlahan.

Yang terdengar hanyalah suara erangan dari Kagura yang tubuhnya ditahan oleh seseorang. Begitu juga dengan Sougo.

Seseorang shinsengumi berjalan mendekat. Dia memikul bazooka di pundaknya. Dia menghembuskan asap rokoknya,

"Dasar, merepotkan." Hijikata menatap dua bocah yang terkejut dengan kehadirannya. Begitu juga dengan orang yang menahan mereka.

"Gin-chan?! Shinpachi?!" seru Kagura.

"Kondo-san, Hijikata…" kata Sougo.

"Hei, apa yang kau lakukan, hah? Lihat, semua orang menjadi takut untuk datang ke taman ini!" omel Gintoki. Dia masih menahan Kagura. Kagura hanya diam saja.

"Kagura-chan, kami khawatir padamu. Dan, Okita-san, tolong jangan membuat keributan lagi." Ucap Shinpachi.

Sougo melepaskan tangan Kondo yang menahan tubuh Sougo. "Apa kau bilang? Membuat keributan? Yang duluan cari masalah kan dia."

"Hoi, Yorozuya. Maaf atas kesalahan anggota kami." Kata Kondo.

"Ya." Balas Gin singkat.

Bersamaan dengan berpisahnya mereka, hujan turun.

"Oi, Sougo, cepat." Perintah Hijikata. Sougo berhenti mengikuti dua orang di depannya.

Kagura melirik Sougo. Wajahnya entah kenapa menjadi sedih, dan dia teringat kejadian beberapa hari yang lalu itu. Kagura pun berhenti, membuat Gin kesal dan menyuruhnya agar cepat pulang. Dia tidak peduli dengan Gin yang sudah ngomel-ngomel. Kagura berlari dan meninju Sougo. Tapi tinjuannya ditangkis. Sougo memegang kedua tangan Kagura dengan erat.

"Gomenasai…" bisik Sougo.

Kagura terkejut. Tangannya masih digenggam Sougo. Mereka berdua saling bertatapan. Keempat orang itu hanya terdiam melihat mereka berdua.

"Maaf aku telah membuat danna dan Shinpachi khawatir padamu. Lagipula, tak biasanya kau terus-terusan mencariku untuk balas dendam," Sougo terdiam sesaat, terbayang pikirannya atas kejadian malam itu, saat dia memang sengaja mencium Kagura. Dia pikir Kagura hanya gadis kecil yang polos biasa. Tapi dia meremehkan Kagura, gadis kecil ini benar-benar ingin membunuhnya.

"…dan, kalau kau ingin benar-benar membunuhku, kau tidak boleh mati. Teruslah menjadi kuat, akupun juga begitu. Kita tunggu sampai pada waktunya, kau dan aku, akan bertarung tanpa ada seorangpun yang menghentikan kita, oke?" lanjut Sougo.

Kagura melebarkan matanya. Dia menatap mata Sougo dalam-dalam, lalu menyeringai.

"Tentu saja aru!"