Hong Jisoo tidak pernah menyangka hanya karena meng-klik secara random salah satu dari beberapa –sekitar lima- url blog yang dikirim oleh Hansol di grup chat dapat membuatnya goyah. Maksudnya Jisoo itu terkenal-dikenal- sebagai laki-laki yang baik, tidak aneh-aneh, pembawaannya itu tenang , kalem, lembut, ramah atau sebagainya. Pokoknya Jisoo itu tidak yang aneh-aneh seperti teman-temannya yang lain. Tapi ya itu tadi, gara-gara meng-klik secara random salah satu url blog yang dikirim Hansol membuat seorang Hong Jisoo mulai ikut 'aneh'.

.

Cherry Baby

.

Hong Jisoo / Joshua

Lee Jihoon / Woozi (GS)

.

SooHoon | ZiShua | JoZi | 2Ji

.

.

.

Jisoo sedang mengerjakan tugas kuliahnya dengan tenang malam ini, menatap layar monitor didepannya dengan khusyuk. Setelah hampir 2 jam ia berjibaku dengan tugasnya, akhirnya selesai juga. Setelah disimpan segera Jisoo mengirimkan tugasnya pada Jihoon –teman sekelompoknya-. Jisoo melirik jam yang terpasang di dinding kamarnya, pukul 22.36. Jisoo berpikir untuk tidur, tapi ia belum mengantuk jadi ia putuskan untuk mempelajari lagi materi yang tadi ia dapat diperkuliahan sambil memikirkan Jihoon. Bukan memikirkan yang apa-apa, tapi Jisoo memikirkan bagaimana nanti kedepannya ia dan Jihoon dalam satu kelompok, mengingat ia dan gadis mungil dengan surai merah jambu lembut itu tidak terlalu akrab dan sepertinya gadis mungil itu agak susah di ajak akrab karena wajahnya itu terlihat jutek, takutnya nanti mereka tak dapat bekerja sama dan itu mungkin bisa mempengaruhi nilai karena kinerja mereka sekelompok tidak sejalan. Jisoo begitu mencemasakan nilainya. Well ini awal semester dan yah menimbun nilai di awal lebih baik. Sampai suara denting notifikasi dari grup chat mengalihkan atensinya. Hansol mengirimkan sebuah pesan. Awalnya Jisoo acuhkan saja. Namun denting notifikasi itu terus berbunyi hingga beberapa kali, dan itu mengganggu konsentrasi Jisoo. Dengan malas Jisoo buka grup chat miliknya dan teman-temannya itu –Seungcheol Jun Seokmin Mingyu dan Hansol-, disana tertera beberapa url yang dikirim oleh Hansol. Jisoo tidak tau apa isi dari url-url itu, dengan penasaran ia klik salah satu diantaranya.

Saat halaman blog itu termuat dan pampang di layar monitor, kesan pertama Jisoo adalah 'Girly', Head Blog itu bergambar animasi Cherry berwarna pink yang lucu denga tulisan 'Cherry Baby'. Dan yah, blog ini sangat girly dengan perpaduan warna pink pastel dan baby blue yang mendominasi desain blognya. Jisoo mulai men-scroll kebawah dan satu foto pertama mampu membuat lelaki berwajah kalem itu membulatkan matanya. Bagai mana tidak difoto yang sepertinya self-camera itu terlihat tubuh bagian atas seorang perempuan yang menggunakan bra berwarna pink berenda yang sangat atraktif dan jangan lupakan tubuh putih bersih nan mulus itu. Walau hanya dari bagian pusar hingga leher yang terlihat membuat Jisoo tanpa sadar bergumam, "Sexy.."

Jisoo pernah bersumpah ia tak akan pernah membuka apapun itu yang berbau porn. Biarpun ia selalu jadi bahan ejekan teman-temannya karena menjadi lelaki yang terlalu alim. Ia bersumpah tidak akan pernah terjerat dengan apapun itu yang menyangkut hal-hal negative itu, jikalau memang tidak sengaja ia akan segera meninggalkannya. Itu prinsipnya untuk menjadi lelaki dengan otak yang sehat. Tapi.. tapi, entah kenapa kali ini ia seperti tidak bisa lepas dari tubuh putih mulus itu. Ia scroll lagi kebawah, dan kali ini Jisoo bahkan menelan air liurnya. Di foto yang ia lihat, dimana foto menunjukkan tubuh bagian belakang lebih tepatnya bokong si perempuan yang dipanggil 'Baby' –Jisoo melihat orang-orang memanggilnya seperti itu di kolom komentar foto pertama- itu tanpa underwear dan hanya sebuah butt plug bulu panjang berwana putih seperti ekor kucing. Semakin Jisoo men-scroll kebawah semakin tubuhnya mulai bereaksi lain.

Dan untuk pertama kalinya dalam 19 tahun hidupnya, seorang Hong Jisoo yang bersih dan lurus melakukan onani.

Sejak malam itu, Jisoo mulai menjadi pengikut blog itu. Tapi tentunya menggunakan akun samaran dengan nama 'Joshua' agar tidak ada yang tau. Yah, sejauh ini ia masih terlihat bersih dan polos dimata teman-temannya. Ia bahkan seolah kecanduan pada setiap postingan si 'cherry baby' tersebut. Jisoo bahkan memiliki folder tersendiri di laptop maupun smartphonenya untuk setiap foto yang di-upload oleh Cherry Baby.

.

Hampir satu semester telah dilalui. Hari ini Jisoo tidak dapat focus mengikuti perkuliahan. Pikirannya terus melayang pada postingan terbaru Cherry Baby malam tadi. Dalam postingan itu Cherry Baby mengatakan bahwa itu adalah postingan terakhirnya dan sebagai perpisahan ia mengupload sebuah foto. Dimana disana ia melakukan mirror self camera dengan posisi bertumpu dengan kedua lututnya , tubuh putih mulus itu hanya terbungkus sebuah mantel bulu berwarna pink pastel. Kali ini tubuh itu benar-bernar terlihat seluruhnya –Bagian tutut sampai leher saja sih, karena si Cherry baby ini tidak pernah menampakkan wajahnya-. Oke semua terlihat, seluruhnya terekspos, dan itu membuat Jisoo tak dapat menahan dua kali pelepasan solonya. Bayangkan saja bagai mana Jisoo yang biasanya bisa tuntas bersolo hanya karena foto si Cherry Baby menggunakan underwear ataupun tak berpakaian dengan posisi yang tidak sama sekali menunjuk kan bagian privasinya atau juga self-camera tak menggunakan pakaian tapi ada kepala kucing dan bunga-bunga sialan yang menutup bagian-bagian privasi milik gadis pemilik blog tersebut. Heol, Jisoo benci kepala kucing dan bunga-bunga itu. Tapi malam tadi, tubuh berbalut mantel bulu-bulu itu benar-benar terekspos, tanpa kepala kucing sialan, tanpa bunga-bunga jelek yang biasanya ada di area-area tubuh yang Jisoo gilai itu. Jisoo bahagia sekaligus sedih karena itu, dan sekarang membuatnya tak dapat menangkap apa yang dosen Oh jelaskan disepan sana.

"Jisoo"

Jisoo tersentak. Oh sial, kelas ini kosong dan hanya seorang gadis mungil berambut seperti permen kapas yang dilihat Jisoo.

"Oh, Jihoon. Ada apa?"

"Kau dari tadi kulihat melamun tak memperhatikan dosen Oh didepan. Ini tadi tugas yang dosen Oh berikan untuk setiap kelompok" kata Jihoon sambil menyodorkan binder pink miliknya yang berisi catatan tugas untuk mereka.

"Oh baiklah" kata Jisoo mulai mengeluarkan smartphonenya untuk memfoto catatan tugas itu.

"Dan dosen Oh minta foto kerja" kata Jihoon saat Jisoo tengan membidik fokus pada layar smartphonnya membuat Jisoo menatap Jihoon tak menegerti.

"Maksudnya?"

"Sudah kuduga kau tak memperhatikan tadi. Jadi begini, dosen Oh tadi bercerita bahwa ia mendapat laporan dari salah satu mahasiswa yang katanya salah satu anggota kelompoknya tak mau bekerja dalam pembuatan tugas. Dan karena itu dosen Oh meminta foto bukti untuk setiap pengerjaan tugas, itu wajib" jelas Jihoon panjang lebar dan Jisoo hanya manggut-manggut mendengarnya. Karena ia tidak masalah untuk itu.

"Jadi kapan dan dimana?" tanya Jihoon yang sepertinya juga tidak masalah akan itu.

"Well, sebenarnya aku lebih suka mengerjakan tugas dikamarku dari pada diperpustakaan atau tempat-tempat lain. Terlalu ramai, aku lebih suka tempat yang tenang" kata Jisoo jujur, ia memang tidak suka tempat-tempat yang banyak orangnya. Itu hanya akan mengganggu konsentrasinya. Dan dapat Jisoo dengar Jihoon bergumam 'aku juga'. "Bagimana jika ditempat tinggalmu" kata Jisoo.

"Sepertinya tidak bisa, karena aku bukan tipe orang yang gampang memasukkan seseorang kedalam rumah. Dan lagi sekarang aku tinggal sendiri, kakakku bulan lalu menikah dan sekarang ia tinggal bersama suaminya. Maaf" kata Jihoon sambil menatap Jisoo tidak enak.

"Tak apa, bukan masalah. Bagimana rumahku? Jika kau tidak keberatan. Tenang saja aku tinggal bersama ibuku" kata Jisoo.

"Baiklah" kata Jihoon sambil memasukkan bindernya ke tas.

"Baiklah, dirumahku. Sabtu jam 10 bisa?" tanya Jisoo juga mulai merapikan barang miliknya kedalam tas.

"Ya" Jawab Jihoon mulai beranjak dari tempat ia duduk yang ada didepan Jisoo.

"Oh, Jihoon bisakah aku minta nomor ponselmu. Agar aku mudah mengirimkan alamat rumahku nanti" pinta Jisoo. Dibalas anggukan oleh Jihoon dan mulai mendiktekan nomor ponsel miliknya pada Jisoo.

.

Langit sabtu terlihat kurang bershabat, Jisoo berdiri didepan pagar rumahnya sambil memegang payung ditangan kiri dan ponsel ditangan kanannya. Matanya sesekali melirik jalan lalu sesekali melirik ke ponselnya. Ini hampir jam 10 dan Jihoon belum datang ataupun membalas pesannya. Jisoo hanya takut teman sekelompoknya itu tersesat ataupun kehujanan mengingat langit yang mulai menggelap dan titik-titik air mulai berjatuhan, Jisoo membuka payungnya. Jisoo mulai khawatir? Ya tentu ia khawatir, karena semua bahan tugas ada pada Jihoon dan ia takut gadis mungil itu kehujanan lalu sakit. Tapi kekhawatirannya itu lenyap karena dari kejauhan dapat ia lihat gadis mungil tengah berlari kecil karena tetesan air yang mulain turun. Melihat itu entah karena apa dalam hati Jisoo berteriak betapa menggemaskannya Jihoon saat sedah berlari itu, Jumpsuit jeans selutut yang dipadukan dengan kaos lengan panjang belang garis biru putih dan rambut permen kapas milik sebahu milik Jihoon. Jisoo pun sedikit berlari menghampiri Jihoon dan memayunginya. Yah, Jisoo akui ia tertarik pada Jihoon sejak pertengahan semester. Menurutnya Jihoon itu sangat tipenya sekali. Jisoo suka senyum kucing Jihoon, Jisoo suka bangaimana cara Jihoon berbicara atau presentasi, Jisoo suka Jihoon yang jutek luarnya tapi manis dalamnya. Ya, tipe Jisoo adalah gadis yang tidak banyak polah. Dan Jihoon itu tidak banyak polah.

"Apa alamatku susah dicari?" tanya Jisoo saat ia dan Jihoon memasuki rumahnya.

"Kenapa kau tidak bilang kalau kau tinggal di kawasan elit ini, tempat ini tidak dapat dilalui bus. Jadi aku berjalan dari halte yang kurasa dekat. Tau begitu aku memakai scooterku tadi" kata Jihoon sedikit kesal.

"Maaf" kata Jisoo seraya terkekeh lalu mengambil tas jinjing milik Jihoon. "Ayo" ajak Jisoo pada Jihoon.

.

Lama mereka mengerjakan tugas, sambil sesekali bercanda. Dan menurut Jisoo ini adalah kali pertama mereka berdua terlibat percakapan langsung yang lama. Jisoo baru tahu bahwa Jihoon pandai bermain gitar atau menbuat aransemen lagu. Atau Jihoon yang baru tahu ternyata Jisoo pernah tinggal dan lahir di Amerika. Tenyata Jihoon benar-benar sangat asik dibalik wajah juteknya itu, juga imut, itu pikir Jisoo saat ia memperhatikan Jihoon yang sedang mengetik tugas mereka. Jisoo perhatikan baik-baik wajah Jihoon dan rambut permen kapasnya sangat menggugah untuk disentuh. Dan tanpa sadar Jisoo mengarahkan tangannya untuk mengelus rambut itu.

Jihoon tersentak kaget saat Jisoo menyentuh rambutnya. Ia langsung menoleh kearah Jisoo yang juga memasang wajah kaget akan perbuatannya dan langsung menarik tangannya kembali.

"Mm- Maaf, aku sangat penasaran dengan rambutmu sepertinya sangat lembut" kata Jisoo langsung mengalihkan pandangannya dari wajah kaget Jihoon yang menggemaskan dengan wajahnya yang mulai memerah. Suasana jadi sangat canggung karena itu. Hingga..

"Jisoo, I'm home… Oh? Who's she?" seorang wanita paruh baya –ibu Jisoo- memasuki rumah dan sedikit kaget melihat putra tunggalnya bersama seorang gadis yang asing ia lihat. Karena yang biasa Jisoo ajak kerumah adalah teman-teman satu sindikatnya –ibu Jisoo lebih senang menyebutnya sindikat- sekalipun itu seorang gadis itu pasti Junghan atau Soonyoung, kekasih-kekasih dari teman sindikat putranya itu. Dan gadis imut nan menggemaskan yang ia lihat saat ini sangat asing di mata wanita paruh baya itu.

"Oh Mom, ini Lee Jihoon teman sekelompokku di kampus" kata Jisoo memperkenalkan Jihoon.

Jihoon langsung berdiri lalu membungkuk hormat sambil mengucap salam dengan bahasa formal. Sedangkan ibu Jisoo hanya terkekeh lalu menghampiri Jihoon. "Santai saja, Jihoonie" kata ibu Jisoo sambil mengacak lembut rambut Jihoon sambil tersenyum. "oh apa yang sedang kalian lakukan?" tanya ibu Jisoo.

"Kami sedang mengerjakan tugas kuliah yang mengharuskan mengambil foto teamwork" jawab Jisoo.

"Apa kalian sudah mendapat foto kalian?" tanya ibu Jisoo lagi. Dan dibalas gelengan oleh keduannya –Jisoo dan Jihoon-. "aku ingin minta bantuan bibi Choi, tapi baru ingat Bibi Choi sedang libur" jawab Jisoo. "Sini ibu bantu"

Dan berkata bantuan dari ibu Jisoo akhirnya tugas mereka selesai dan mereka mendapat foto teamwork mereka. Ternyata lebih mengasikkan dan efisien jika dikerjakan bersama secara langsung ketimbang harus melalui bolak balik dikirim lewat email, begitu pikir Jisoo. Jihoon pamit untuk pulang.

"Mau kuantar pulang?" tawar Jisoo.

"Mm.. Ya" kata Jihoon langsung mengingat bangaimana perjuangan kaki mungilnya saat berangkat tadi dan lagi hari sudah malam.

"Mom, aku akan mengatar Jihoon pulang" kata Jisoo sedikit berteriak sambil mengambil kunci motornya. Dengan tergopoh-gopoh ibu Jisoo keluar dengan menggunakan celemek. "Yah padahal bibi sudah buat kan makan malam untuk Jihoonie" kata ibu Jisoo sedikit kecewa. "bisakah kau tinggal sebentar untuk makan malam?" pinta ibu Jisoo.

Jihoon yang tidak tega melirik Jisoo yang hanya dibalas Jisoo dengan dengikan bahu seolah berkata 'terserah padamu'. "Mm.. Baiklah" kata Jihoon. Dan itu membuat senyum merekah indah diwajah cantik ibu Jisoo.

Setelah makan malam, Jihoon pamit untuk pulang –lagi-. "Bibi, aku pulang ya"

"Iya Jihoonie, lain kali datang lagi ya" kata ibu Jisoo. "oh iya Jisoo, nanti ibu akan kerumah sakit. Dan mungkin akan menginap disana" lanjut Ibu Jisoo.

"Hah? Memang ada apa?" tanya Jisoo sambil menyerahkan helm kepada Jihoon.

"Chan masuk rumah sakit dan orang tuanya masih diluar kota. Jadi ibu yang akan menemaninya sampai besok" jelas ibu Jisoo.

"Hmm, baiklah. Aku pergi ya. Ayo Jihoon" kata Jisoo lalu menuju kearah motornya. Jihoon sempatkan untuk membungkuk pamit pada Ibu Jisoo, lalu setengah berlari menyusul Jisoo.

"Jihoon dimana rumahmu?" tanya Jisoo saat mereka telah keluar dari kawasan rumah Jisoo. Lalu Jihoon menjelaskan dimana alamat rumahnya.

.

Kini mereka telah sampai didepan rumah Jihoon. Rumah kecil –bagi Jisoo, padahal sebenarnya sedang- bercat putih dengan pagar kayu sepinggang yang juga berwarna putih ditambah lagi bagian sayap kiri halaman diisi oleh pot-pot bunga berwarna warni, terlihat begitu manis dan nyaman untuk dipandang sekalipun sedang malam hari.

"Terima kasih sudah mau mengantarku" kata Jihoon sambil turun dari motor Jisoo, tapi entah karena apa –atau memang karena kakinya terlalu pendek dan sedikit ceroboh-, Jihoon jatuh ke trotoar dibawahnya.

"kau tidak apa?" tanya Jisoo yang sudah berjongkok disamping Jihoon sambil memandang khawatir.

"ya kurasa aku baik. Tapi… Ini sedikit sakit" kata Jihoon sambil melihat bagian samping lututnya yang berdarah.

"Ayo kubantu" kata Jisoo lalu membantu Jihoon untuk berdiri dan berjalan menuju rumahnya.

Jisoo mendudukkan Jihoon dengan lembut di sofa rumah Jihoon. "dimana kotak obatmu?" tanya Jisoo.

"Oh, ini tidak apa. Aku bisa melakukannya sendiri" kata Jihoon, sebenarnya ia sedikit tidak nyaman. Ini pertama kalinya ia membawa seseorang masuk kedalam rumahnya sejak ia tinggal sendiri –bahkan sejak ia masih tinggal bersama kakaknya-.

"sudah katakan saja dimana tempat obatnya" kata Jisoo tak mendengarkan omongan Jihoon tadi. Jihoon hanya menghela nafas.

"seingatku ada di atas kulkas didapur. Aku sudah jarang menggunakannya" kata Jihoon memberi tau Jisoo. Dan tidak sulit bagi Jisoo untuk menemukan Kulkas yang dimaksud –ya karena rumah Jihoon itu itu kecil baginya-. Tapi tak ia dapati kotak obat yang dicarinya.

"Jihoon disini tidak ada"

Jihoon sedikit berfikir, dimana ia terakhir menggunakan kotak obat itu. Dan ia ingat terakhir meletakkanya di meja belajar di kamarnya. Oh tidak, batin Jihoon. "Sudahlah Jisoo, biarkan saja aku bisa mengobatinya sendiri"

"Hei tidak baik menolak niat baik orang lain itu" kata Jisoo dari arah dapur sambil membawa baskom kecil berisi iar dan sekotak tissu –dasar seenaknya:v- lalu meletakkannya di meja didepan Jihoon.

Jihoon berfikir lagi, ia mulai khawatir. 'Tapi, Jisoo bukan orang yang semacam itu sepertinya' batin Jihoon menenangkan. Setelah ia sejenak berfikir akhirnya Jihoon mengatakan dimana letak kotak obat itu. "Ada diatas meja belajarku di kamar. Kamarku yang berpintu biru muda itu" kata Jihoon sambil menunjuk sebuah pintu. Jisoo mengangguk lalu mulai beranjak menuju kamar Jihoon.

Saat Jisoo memasukki kamar Jihoon kesan pertama yang telitas dibenaknya adalah 'Girly dan Imut sekali~', kamar dengan nuansa pink biru dan putih itu sangat cocok dengan Jihoon. Jisoo berjalan kearah meja belajar Jihoon yang ditata sedemikian rupa imutnya. Lalu mengambil kota obat yang berada di pojok meja itu, saat akan berbalik menuju keluar Jisoo terpaku pada sebuah cermin full body dengan bingkai kayu berwarna putih. Ia merasa familiar dengan cermin itu. Sejenak lelaki tampan itu berpikir sebelum matanya membola dan dengan cepat merogoh saku celananya untuk mencari smartphone miliknya. Ia membuka galeri dengan tergesa gesa lalu membuka sebuah foto yang terakhir –kemarin malam- ia download. Matanya melirik smartphone dan cermin itu berulang kali secara bergantian. Lalu matanya menatap sekeliling kamar lalu membuka gambar lainnya yang ada di smartphonenya. Dan ia dapati semua kesamaan itu. 'tidak mungkin' batin Jisoo.

"Jisoo, apa kau menemukannya?" panggilan Jihoon dari luar membuyarkan rasa terkejut Jisoo.

"Emm.. Y-Ya aku menemukannya" balas Jisoo sedikit gagap. Lalu Ia keluar dari kamar Jihoon dengan perasaan aneh.

Jisoo tak bisa fokus saat membersihkan luka dikaki Jihoon yang ada didepannya –Jihoon duduk diatas sofa dan Jisoo dilantai menghadap kaki Jihoon-. Matanya terus mengamati kulit kaki Jihoon yang baru ia sadari putih dan mulus. Lalu ia teringat dengan Cherry baby yang juga memiliki kaki putih dan mulus. Saat memasang kain kasa pada luka Jihoon, Jisoo yang tak sengaja melihat paha bagian dalam Jihoon yang sedikit terekspos langsung meneguk liurnya susah payah. Ia masih dalam perasaan tak menyangka, 'apakah Jihoon adalah Cherry baby?' pertanyaan itu sekarang menari-nari didalam kepalanya. Jisoo sedari tadi mengamati Jihoon dan baru ia sadari bahwa Jihoon dan Cherry baby memiliki banyak kesamaan, mulai dari kulitnya yang putih dan mulus lalu tubuhnya yang mungil juga yang paling kuat adalah kamar Jihoon yang beberapa spotnya mirip denga background foto dari Cherry baby. Sekarang Jisoo rasanya tak mampu untuk menatap Jihoon. Karena sekarang jika ia melihat Jihoon maka yang ia lihat adalah Cherry baby dengan wajah Jihoon. Ugh! Membanyakan Jihoon hanya mengenakan mantel bulu berwarna pink atau memakai butt plug berbentuk ekor kucing di pantatnya membuat Jisoo hilang control atas pikirannya. Tubuhnya jadi panas dingin sendiri.

"Jihoon, apakah kau Cherry baby?" dengan lancar pertanyaan yang dari tadi menari diotak Jisoo keluar begitu saja. Mata Jihoon membola, ia terkejut.

TBC

Hallo.. MyJongie reborn menjadi Rocketssi :*

Sekarang fandom gw nambah T.T IM SLIPPED INTO DIAMOND LIFE SO HARD

AAAARGG SEOKMIN~~

Walaupun bias gw si Kuda alias Seokmin, Tapi ff svt pertama gw JISOOJIHOON :*

UNTUK GW FF SEBELUMNYA, SEMUANYA YANG BELUM DILANJUT BAKAL HIATUS UNTUK WAKTU YANG LAMA. Nunggu mood dateng :3:

Dan untuk selanjutnya FF – FF gw bakal GS semua. Gw sekarang kurang ngefeel bikin Yaoi, tp ttp baca yang yaoi /plak

Sekian dan terima review

July 2016

Rocketssi