warns: pendek sangat, canon (mengambil setting sebelum anteiku ditutup), diusahakan ic, diusahakan manis
disclaimer: tokyo ghoul milik ishida sui dan saya tak mengambil keuntungan apapun dari fanfiksi ini
#np: red velvet – ice cream cake
happy reading!
ice cream cake
(how's the taste?)
"Menurutmu, bagaimana rasanya?"
Pertanyaan itu terlantun dari kedua belahan bibir Touka, tertuju pada Kaneki yang sibuk menata cangkir di atas nampan. Pertanyaan itu sederhana, teramat sederhana. Bermula dari menu terbaru di Anteiku yang memancing rasa ingin tahu siapapun yang membaca. Ice cream cake. Istilah yang masih baru dan asing di mata Touka. Dan ketika Sang Gadis menatap salah satu pelanggan yang tengah menikmati ice cream cake, ia tergelitik. Bukan karena penampilan visual, tetapi karena paras sang pelanggan yang seakan baru saja mencicipi makanan paling enak di dunia.
Pertanyaannya sederhana sekaligus menyusahkan. Pertanyaan yang hanya dapat dijawab oleh manusia. Dan Kaneki Ken pernah menjadi manusia.
(karena percuma jika ia mencoba mengimajinasikan tanpa bantuan visualisasi kata-kata, lidahnya terasa seperti dihinggapi spons bau berlumut tiap kali mencoba.)
"Oi, Kaneki. Kau tuli?"
Itu, cukup untuk membuat yang ditanya kelabakan dan buru-buru menoleh. "E-eh? Maaf, Touka-chan." Kaneki tersenyum apologetik dan Touka memutar bola matanya. "Aku tadi terlalu memikirkan sesuatu. Ada apa?"
"Kau tidak dengar pertanyaanku?"
Dengarlah, nada itu sedikit meninggi sepersekian oktaf. Membuat pemuda di dekatnya tersebut semakin menunduk tanda bersalah.
"Dengar, sedikit."
Kontan, kedua alis Sang Gadis terangkat. Detik-detik berikutnya dilalui dalam keheningan, tanda bahwa Touka menunggu jawaban, tanda bahwa Kaneki pun berusaha menyusun kalimat untuk jawaban yang paling tepat. Wajar saja, menjelaskan rasa makanan manusia pada dirinya yang ghoul kongenital serupa dengan menceritakan orang buta soal penampakan gajah. Maksudnya, menyusahkan dan percuma.
Tetapi pemuda itu tetap menjawab, walau tahu realitanya demikian.
"Aku tidak begitu tahu." Pandangannya memerangkap tiap gestur yang diciptakan Kaneki. Tiap gestur terkecil, seperti pandangan obsidian yang menerawang serta kerut-kerut di wajah tanda berpikir, "Tapi menurutku, coba bayangkan rasa paling enak yang pernah Touka-chan cicip."
Gadis itu mulai berimajinasi. Mulai membayangkan. Makanan yang dicecap lidahnya tak pernah jauh dari daging manusia serta darah, tak pernah jauh dari kulit dan organ dalam. Tetapi sebagaimana tiap manusia yang berbeda, daging mereka pun juga berbeda, tekstur dan aroma, densitas dan rasanya. Biasanya daging yang belum mengalami pembusukan oleh bakteri terasa lebih enak dibandingkan daging yang biasanya ia santap. Berbeda, padahal spesiesnya sama-sama manusia.
Jadi, jika menu baru itu diibaratkan sebagai daging dari manusia muda yang baru tewas beberapa menit yang lalu, rasa di lidahnya bukan lagi spons bau berlumut, bukan? Telah berganti menjadi rasa yang lebih, lebih enak, lebih menyenangkan.
Dan itu semua berkat Kaneki yang membantu memvisualisasikan.
"Itu membantu?"
Kedua belahan bibir Touka kini meliuk ke atas demi memetakan sebuah senyum di wajah.
"Lumayan."
fin
note1: hai, haaaai. salam kenal, saya ichi, masih newbie di fandom ini :"D /ye
note2: oke, sederhananya begini. tiba-tiba saja kepikiran plotbunny ini pas muter lagu (dan mv) ice cream cake. selama ngetik tanpa henti menyugesti "harus manis, harus manis, harus manis," tapi kayaknya gagal total ya ;_; dan maaf juga pendek, namanya juga dibikin kilat ;;
note3: iya, putri, ini untukmu, dan maaf kalo jelek dan gak pantes :")) maaf juga kalo rada ooc ;_;
note4: review, please? :"D
