1
"Sial!", Kian menyerngit, mengambil dompet di saku belakang jeans ketatnya dan mengambil beberapa lembar uang kertas berwarna merah. "Segini cukup kan?"
Orang yang ada di depan Kian menggangguk, sambil menerima uang itu, dan langsung pergi.
"Lumayan loh, aku aja butuh tiga ratus kalo ada polisi yang aku sogok.", Shane mulai berkata di belakang Kian.
"Polisi gendeng itu namanya.", Kian mulai ngambek, tapi apa boleh buat, dari pada harus masuk ke kantor polisi.
"Lagian kamu ngebut amat jalannya, kan kamu termasuk 'pengendara motor junior' ", kata Shane.
Kian tidak menjawab, dimasukkannya gigi satu, kemudian di gas nya pelan pelan.
Jalan di situ tidak cukup mulus, aspalnya sudah mulai bolong, apalagi aspal di bagian pertigaan jalan sudah benar benar parah, banyak kecelakaan terjadi di sana, tidak sampai meninggal sih.
Kian mulai menaikkan angka di speedometer menjadi 40, melewati beberapa kendaraan kendaraan kecil dan pepohonan yang berbaris di pinggir jalan.
"Eh, pelan pelan dong, mau di tilang lagi?", kata Shane mengingatkan Kian.
"Batas maksimum kan 40, ini normal, tenang aja."
"Kamu kan junior"
"Mau junior bulan juni, bulang apa kek, sama aja, lagian tadi itu kan ngga sengaja."
"Ngga sengaja? Kamu mau kehilangan 100 ribu lagi?"
"Kan uang nya punya kamu Shane, jadi aku tenang tenang aja sih."
Shane terkejut, ia ingat kemarin malam Kian meminjam uangnya dengan alasan untuk bayar uang kost.
Shane menjerit, membuat Kian terpaksa berhenti di pinggir jalan yang lumayan sepi, "Jangan teriak teriak nape?"
"Ki, kamu kurang ajar banget ya, kembaliin uangku!"
"Kan aku bilangnya mau kembaliin bulan depan…"
"Iya, bulan depan kamu bilang 'bulan depan ya ki' , bulan selanjutnya kamu bilang itu lagi …"
"Namanya juga anak kost.", kata Kian (dengan polosnya) sambil melipat kedua tangannya kedepan.
Shane tidak mau membantah, sudah cukup banyak tenaga yang dikeluarkannya hari ini.
Mereka pulang ke kost-kost-an mereka, melempar dirinya sendiri ke kasur putih yang keras. Shane meraih remot tv di atas meja, menyetel tv kecil yang bertengger di atas lemari baju.
Awalnya hanya suara, makin lama makin kelihatan, mobil berwarna hijau dan pengendara aduhai dipamer pamerkan di hadapan mereka.
"Ih lihat cewenya cakep banget.", kata Kian, mendekati tv kecil itu.
"Ih, lihat deh mobilnya cakep juga.", kata Shane ngga mau kalah.
Kian melirik Shane kesal, ditambahkannya lagi, "Kapan aku punya cewe kaya gitu."
"Kapan aku punya mobil kaya gitu.", Shane benar benar membuat kesal Kian, sehingga Kian mengalihkan pembicaraan.
"Kayaknya mobil kaya gitu murah banget.", celetuk Kian, membuat Shane terperanggah mendengar perkataan Kian.
"Emang berapa?"
"paling cuman 70 juta"
"Wuih, murah ya, dicicil setaon paling udah lunas."
"Kamu pengen beli?"
"Iya, ih pengen banget Ki."
"Kamu bisa nyetir emangnya?"
Jleb, Shane berfikir sjenak, Kian benar juga, apa gunanya punya mobil tapi ngga bisa nyetir.
"Ngga bisa sih, eh Ki, cariin orang dong, buat ngajarin aku."
"Hmm, bentar bentar, kayaknya aku punya kenalan deh, bentar ya, aku telfon dulu."
Kian mengambil ponsel di sakunya, mengetik beberapa nomor dan mulai menaruh ponselnya di telinganya. Kian mulai berbicara, cukup lama, Shane hanya bisa mendengar beberapa kalimat yang terputus putus.
" … ha? Sodara kamu? …. Iya deh ngga papa yang penting bisa ngajarin shane … ok aku tunggu"
Kian mulai kembali masuk ke kamarnya, mendekati Shane, terdiam sebentar, dans edetik kemudian berteriak, "BESOK JAM EMPAT SORE KE ALUN ALUN!"
"Buat apa?"
"Belajar nyetirrr… yang ngajar cewe loh."
"Waawawawawa, okedeh besok jam empat aku ngga ada acara kok , aku bakal ke sana, makasih banget ya Ki, kadang kamu nyebelin , kadang kamu juga baik, makasih banget ki"
"Iya iya, tapi aku ikut yah."
"Ngapain?"
"Terserah aku lah."
Shane tidak peduli, pokoknya impiannya dapet mobil hijau beserta keahliannya harus terwujud.
Jam sudah menunjuk ke angka empat, Shane dan Kian sudah sangat siap, bahkan Kian memakai sesuatu yang berbeda hari ini.
"Ki, tumben kamu pake kacamata, rambut kamu diapain tuh? Kamu pakai parfum?"
"Udah, yuk berangkat"
Kian dengan semangatnya mengambil motor bobrok di halaman depan.
Alun alun tamoak sepi, hanya ada beberapa kendaraan kecil, becak, dan yang paling unik adalah sepeda galau dengan lampu yang menyala nyala.
Sampai! Sekarang mereka ada di halaman utama alun alun, dan disana terlihat seseorang melambaikan tangannya.
"Kiiii!", itu Mark, dengan seorang wanita di dekatnya.
Shane dan Kian berlari kea rah mereka, saling berpandangan sebelum memulai pembicaraan.
"Ini ade aku, Jodi."
"Hai.", sapa Jodi, senyumnya tulus sekali, cantik, pikir Kian.
