P A T S

Ketika seorang model menemukan hal yang lebih indah dari gemerlap dunia entertainer, dan membuatnya ingin mengabadikan keindahan itu. Mata Emerland, surai Hazel, dan kulit indah yang telah dapat menarik perhatiannya.

.

Disclaimer : Singeki no Kyojin is belong to Hajime Isayama, But PATS is belong to me

I don't like any Flame, Bullying, and etc. Please enjoy my story and if you like please give me your opinion about my story

.

.

Chap 1 : Club

"Miringkan sedikit kepalamu kekanan Rivaille!"

Rivaille mendecih setelah mendengar intruksi—atau perintah dari fotorgrafer didepannya. Sungguh, sebenarnya ia sangat bernafsu untuk menendang mulut fotografer yang tak henti hentinya memberikan perintah kepadanya. Seolah dia tak tahu gerakan dan pose apa yang harus dia tampilkan didepan jepretan kamera fotografer busuk itu. Tapi toh akhirnya ia mengikuti juga intruksi itu, ia harus professional. 'Biarkan fotografer busuk yang sok tahu itu menang kali ini' pikirnya.

"Pft—hei Erwin, apa sebaiknya tidak kau ganti saja fotografer yang menanganinya? Kurasa jika dibiarkan fotografer itu takkan selamat" Hanji memukul pelan meja didepannya, mencoba menahan tawanya meledak. Sedangkan sosok yang dipanggil Erwin itu menoleh sebentar kearah model sekaligus teman karibnya lalu tersenyum.

"Mungkin aku memang harus menggantinya Hanji" Erwin membenarkan perkataan Hanji. Dilihat dari manapun Rivaille tengah menahan emosinya menghadapi fotografernya itu—Shabi yang memang fotografer satu itu paling senang mencari masalah dengan temannya.

"Belakangan pekerjaannya semakin banyak saja. Kau yakin model kebanggaanmu itu tak akan menjadi gila karena tuntutan pekerjaan eh? Jika dia deperesi aku punya ramuan khusus untuk membuat seseorang menjadi lebih relax!" Hanji berujar dengan semangat sambil memukulkan tinju pada udara kosong. Melihat rekan hyper-nya itu Erwin hanya tertawa pelan sambil menggeleng.

"Aku tak ingin asset berhargaku mati karena ramuan anehmu itu Hanji"

"Tenang saja, yang ini aku jamin aman!" Hanji meyakinkan

"Tanyakan saja langsung padanya Hanji" Balas Erwin sambil mengangkat dagunya, menunjuk Rivaille. Hanji langsung kicep ditempat sambil menggeleng cepat

"Aku masih mau hidup Erwin. Aku belum menikah dan belum punya anak"

"Memang kau bisa punya anak?" Tanya Erwin sambil tertawa geli

"Kurasa hal itu hanya kau yang tahu. Mengingat hanya kau yang pernah bercinta denganku" balas Hanji dengan nada seduktif. Erwin tersenyum, lalu memajukan tubuhnya dan menarik tengkuk Hanji mendekat. Wajahnya berhenti beberapa senti didepan wajah wanita berkacamata itu, sehingga Hanji dapat merasakan deru nafas pria didepannya.

"Kurasa jika itu denganku. Kau pasti bisa" Erwin berbisik dengan nada yang tak kalah seduktif. Membuat Hanji mendesah pelan merasakan nafas hangat Erwin menggelitik kulitnya. Erwin tersenyum puas melihat reaksi wanitanya yang sangat menggoda didepannya. Perlahan Erwin menempelkan bibirnya pada belahan bibir ranum wanitanya itu. Menghisapnya dan menggigitnya pelan, meminta akses lebih. Hanji yang mengerti langsung membuka mulutnya, membiarkan lidah hangat Erwin melesak masuk ke dalam rogga mulutnya.

"Ahn…" Desahan pelan lolos dari bibir Hanji saat lidah Erwin menyapu langit langit mulutnya. Membuatnya mengelinjang geli, seolah tersengat setrum. Membuat gerakan lidah Erwin didalam sana semakin liar. Mengajak gulat lidah Hanji dengan ganas. Ciuman panas itu berlangsung cukup lama hingga suara deritan kursi yang digeser mengejutkan mereka, membuat pangutan kedua lidah itu terlepas.

"Oi, terserah kalian mau berbuat apa tapi bisakah kalian melihat situasi?" Erwin dan Hanji menolehkan kepala ke sumber suara dan mendapati Rivaille telah duduk disana, dengan kaki kanan diatas kaki satunya dan tangan yang menyilang didepan dada.

Erwin dan Hanji sontak langsung menjauh satu sama lain dan menghapus jejak saliva disekitar bibir mereka. Rivaille memandang dua temannya itu dengan pandangan bosan. Ia tak habis pikir bagaimana kedua manusia ini bisa mengabaikan pandangan orang saat mereka berciuman tadi. Jika hanya ciuman biasa itu bisa ditolerir, tapi kedua orang ini tadi melakukan French kiss. Rivaille menghela nafas melihat sikap kedua temannya yang tak tahu malu itu.

"Erwin, aku ingin cuti seminggu" Rivaille langsung berujar to the point, dan sukses membuat kedua temannya itu menoleh cepat ke arahnya.

"Seminggu? Kau yakin Rivaille? Bukankah masih banyak pemotretan dan syuting iklan yang kau terima kemarin?" Tanya Erwin menyakinkan

"Ya, aku sudah memikirkannya. Aku ingin istirahat, pekerjaan ini membuatku kelelahan" jawab Rivaile enteng. 'Tapi muka teflonmu itu tak meyakinkan bahwa kau benar benar lelah!' Hanji dan Erwin menjerit dalam hati. Bagaimana mungkin temannya ini mengutarakan kelelahannya tapi mukanya tetap datar seperti talenan?

"Baiklah Ri—"

"Nah! Kalau begitu bagaimana kalau hari ini kita bersenang senang? Kudengar kalau hari ini di Bar Farlan akan ada pertunjukan menarik" Hanji langsung memotong perkataan Erwin dengan cepat

"Aku tak tertarik"

"Ayolah, kita sudah lama tak pergi bersenang senang. Dan.. tak ikut maka kau tak boleh ambil cuti!" Hanji menyeringai, sedangkan Erwin hanya menggeleng kalem dan Rivaille menatapnya dengan tajam

"Sudahlah Rivaille, tak ada salahnya kau ikut sekali saja kan?" Erwin menimpali. 'Sial' Rivaille benar benar tak bisa menolah sekarang. Sepertinya dia sudah termakan jebakan Hanji yang sekarang tengah memeluk erat lengan Erwin sambil mengucapkan terimakasih.

"Cih, terserah"

.

Mobil hitam Erwin melaju cepat di tengah jalan raya, menyusuri jalan menuju tempat Bar Farlan berada. Didalam mobil Rivaille tak henti henti mendecih dan mengumpat mengenai kelicikan Hanji yang menjebaknya. Dan Hanji yang mendengarnya hanya memasang cengiran khasnya. Mobil itu lalu berhenti didepan sebuah bangunan megah dengan kaca artistic yang indah. Diatas pintu masuk bangunan itu tertulis Magnolia Bar dari kaca dan bersinar karena ada lampu dibelakangnya. Harus Rivaille akui Bar Farlan sangat menawan, walau ia belum menilai kesterilan bagungan itu dari debu dan kotoran.

Hanji langsung turun dari mobil lalu berlari memasuki Bar secepat angin. Membuat Erwin dan Rivaille langsung facepalm. Ketika Rivaille memasuki bangunan itu pemandangan yang ia dapat jauh lebih indah dari yang dilihatnya dari luar. Maklum memang, Bar sahabatnya ini merupakan Bar terkenal yang memang sering dijadikan tempat pemotretan karena design dan arsitekturnya yang menarik.

"Farlan!" Hanji langsung menghujam kearah meja bar, dimana Farlan berada

"Wah.. wah.. lihat siapa yang datang?" Farlan tersenyum, masih setia mengelap gelas gelas kaca ditangannya dengan saputangan

"Yah… hanya ingin bersenang senang malam ini. Kudengar ada hal menarik malam ini disini?" Erwin menimpali lalu duduk di salah satu kursi didekat Hanji

"Oh, tentu saja. Kalian tak akan menyesal berkunjung malam ini. Lalu.. bagaimana dengan tuan terkenal disana? Bagaimana orang yang benci pesta dn keramaian bisa ada di tempat seperti ini?" Farlan tertawa kecil sambil mengarahkan dagunya pada Rivaille yang telah duduk disebelah Erwin

"Ck, diamlah. Aku tak akan datang jika waria yang satu itu tak menjebakku"

Farlan hanya tertawa sambil mengedipkan mata kearah Hanji, dan dibalas acungan jempol oleh Hanji. Sementara Erwin hanya tersenyum sambil menggeleng pelan, memaklumi sifat wanitanya yang memang sangat hyper itu.

"Tapi kurasa kalian harus menunggu. Ini baru pukul 5 sore" ujar farlan sambil menunjukan jam tangannya yang menunjukkan angka lima disana

"Oh tentu saja! Kami hanya ingin melihat keadaan tempat ini sebelum disesaki oleh manusia!" Hanji berujar dengan semangat, sambil matanya melirik lirik kearah Rivaille. Farlan yang melihatnya kembali tertawa. Memang benar Rivaille benci keramaian, jadi itu menjelaskan kenapa mereka datang sangat awal.

"Oh ya Far—"

"Permisi Farlan-san"

Keempat sosok itu sontak menoleh kearah sumber suara. Ketiga orang itu hanya menatap diam sosok didepannya, sedangkan Farlan tersenyum dan membuat gesture agar sosok itu mendekat dengan tangannya.

"Naa, kemarilah Eren" Panggil Farlan pelan. Sosok itu lalu berjalan mendekat kearah meja Bar. Rivaille memperhatikan sosok didepannya, yang entah kenapa membuatnya tak dapat mengalihkan pandangannya. Rambut hazel dengan poni belah tengah, manik emerland yang bercahaya diterpa cahaya matahari yang masuk lewat jendela, dan seragam sekolah berlambangkan Recon High School. Tunggu! Seragam?!

"Hei Farlan. Kau mempekerjakan bocah dibawah umur untuk mengurusi Bar?"Rivaille menatap tajam Farlan yang hanya dibalas garukan kepala oleh Farlan.

"Yah… aku hanya ingin membantunya Rivaille. Dan asal kau tahu Eren sangat berbakat menjadi bartender!"Farlan langsung merangkul Eren, sedang yang dirangkul hanya tertawa gugup

"Eng.. perkenalkan nama saya Eren Jaeger" Eren membungkukkan badannya, bersikap sopan kepada tiga tamu bosnya itu. Yang tanpa diberi tahupun Eren tahu kalau hubungan mereka lumayan dekat.

"Oh! Salam kenal Eren, namaku Hanji Zoe! Yang duduk disana itu namanya Erwin Smith, dan disebelahnya itu Rivaille! Ugh.. kau manis sekali!"Hanji mencubit pipi Eren gemas, yang dibalas dengan senyuman manis dan anggukan kepala oleh Eren

"Berapa umurmu Eren?" Erwin mulai angkat bicara, membuat Eren menolehkan kepalanya kepada Erwin

"Eng.. 15, sir" Entahh kenapa Eren merasa gugup saat menjawab pertanyaan Erwin. Bukan karena Erwin, tapi pria yang duduk disebelahnya—yang entah kenapa terus menatapnya dengan sangat tajam. Hanji melirik kearah pandangan Eren lalu tertawa.

"Hahaha… tenang saja Eren, Rivaille tak akan memakanmu. Yah.. jika 'memakan' dalam artian lain mungkin dia bernafsu"

"Eng.. memakan ?" Eren menggaruk pipinya bingung. Erwin dan Hanji langsung facepalm sementara Rivaille hanya mendengus geli. 'Bocah polos'

"Eng.. Hanji, dia itu masih sangat polos" Farlan berbisik pelan kepada Hanji

"Oh.. ha ha, ma-maaf" Eren tertawa renyah sambil menggaruk pipinya

"Tak apa! Oh ya kau bekerja sebagai apa disini Eren?" Tanya Hanji mencoba mencairkan suasana

"Farlan sudah mengatakan kalau dia bocah bartender yang berbakat" Rivaille memutar bola matanya bosan, menyadari kebodohan rekan itu.

"Oh tunggu apa lagi! Buatkan kami cocktail Eren!" Hanji berujar senang

"Kalau begitu ganti seragammu sekarang Eren" Ujar Farlan

Eren lalu berjalan menuju sebuah pintu bertuliskan staff room. Rivaille masih menatap kearah Eren meskipun pungung pemuda itu sudah hilang dibalik pintu.

"Bagaimana menurutmu Rivaille?"

Rivaille menoleh dan melempar tatapan bingung kearah Hanji, membuat Hanji menghela nafas dan menatap bosan Rivaille.

"Eren.. aku tahu kau terus menatapnya dari tadi" Hanji menaik turunkan alisnya beberapa kali

"Aku tak tertarik pada bocah ingusan" Rivaille menatap tajam Hanji sambil menyilangkan tangannya didepan dada

"Mulutmu bisa berbohong, tapi hatimu tidak Rivaille" Farlan berujar sambil melempar senyum sekilas pada Hanji lalu kembali menatap Rivaille yang mendecih

"Kau tertarik padanya" timpal Erwin

Rivaille mengalihkan pandangannya dari tiga manusia yang mulai menyudutkannya. Matanya kembali menatap pintu staff room yang kembali menderit pelan. Menandakan sesosok manusia akan keluar dari sana. Dan pandangan Rivaille kembali terpaku saat melihat sosok pemuda dengan pakaian bartender keluar dari pintu itu. Hanji dan Farlan yang melihat itu hanya saling melempar pandang lalu tersenyum mencurigakan.

"Maaf menunggu lama. Anda ingin minuman apa sir?" Eren bertanya sambil mengelap tangannya dengan saputangan.

"Aku dan Erwin cocktail Eren" Hanji menjawab dengan antusias

"Anda sir?" Eren bertanya dengan hati hati kepada Rivaille

"Terserah"

"Jika boleh menyarankan, aku rasa Liquerus merupakan pilihan yang tepat" Eren menyarankan

"Not Bad" Rivaille menjawab singkat

Eren lalu mulai membuat cocktail untuk Hanji dan Erwin. Diambilnya dua gelas shaker dan diisinya setengah gelas jus apel dengan vodka. Tangan cekatan Eren bergerak menutup shaker itu dan mulai mengocoknya dengan kedua tangannya. Rivaille terus memperhatikan setiap gerakan Eren. Bahkan ritme kocokannya dia juga tahu, Eren mengocoknya mulai dari tempo pelan dan lama lama temponya mulai bertambah cepat. Tangan Eren mulai menggerayangi tutup shaker dan membukanya cepat lalu menuangkan isinya ke dalam gelas kaca, yang langsung diluncurkannya diatas meja keara Erwin dan Hanji.

"Whoaa.. hebat!" Hanji langsung mengambil gelas didepannya dan meneguk isinya

"Rasanya luar biasa Eren!"

Eren tersenyum kepada Hanji lalu kembali mengambil sebuah gelas kaca, dan menuangkan cairan Liquerus hingga setengah gelas terisi. Tangan Eren kembali menggerayangi gelas didepannya dengan memasukkan beberapa buah black cherry, Eren lalu berjalan pelan mendekati Rivaille dan meletakkan gelas tadi disana. Eren tahu Rivaille tak terlalu suka melihat bartender yang melempar gelas begitu saja kepada pelanggan, terlihat dari ekspresi Rivaille tadi saat melihat Eren melakukannya.

"Pertujukan apa yang akan kau perlihatkan malam ini Farlan?" Hanji berdiri sambil mendekati Farlan yang berada disebelah Eren

"Ya.. Hari ini Isabel baru datang dari Prancis, jadi dia akan tampil malam ini. Ucapan selamat datang katanya" Farlan menjawab dengan senyum yang mengembang di bibirnya

"Oh, Isabel eh?" Rivaille mulai meneguk gelas dihadapanya. 'Rasannya lezat' pikirnya setelah mengecap cairan itu, memang harus dia akui bocah didepannya itu memang memiliki bakat.

"Anda mengenal Magnolia-san sir?" Tanya Eren mendekati Rivaille

"Dia teman kecilku dan Farlan bocah"

Percakapan terus berlanjut antara kelima orang itu, dan tanpa mereka sadari pengunjung Bar mulai berdatangan dan dalam waktu singkat tempat itu sudah disesaki oleh pengunjung. Rivaille mendecih pelan saat beberapa orang pengunjung menatapnya dan mulai terdengar suara bisikan dari mereka.

"Erwin~" Hanji bergelayut manja pada lengan Erwin, oh sepertinya dia mulai mabuk. Melihat itu Erwin langsung menatap Farlan penuh arti. Farlan tertawa lalu menggangguk dan berdiri dari duduknya

"Biar kutunjukkan tempat anda bisa bersenang senang malam ini sir" Farlan membungkukkan badanya, lalu membuat gerture agar Erwin dan Hanji mengikutinya. Erwin lalu menggendong Hanji ala bridal syle dan berjalan mengikuti Farlan. Eren tertawa pelan, membuat Rivaille mengalihkan pandangannya pada remaja didepannya.

"Erwin-san dan Hanji-san lucu sekali" Ujar Eren pelan. 'Kau tak tahu apa yang akan mereka lakukan selanjutnya bocah' pikir Rivaille.

"Wah.. selamat malam Eren"

Seorang pria paruh baya mendekati Eren dan langsung memegang pinggang Eren, membuat Rivaille agak terkejut. Eren terlihat agak risih dan mencoba menepis tangan pria itu, tapi pria itu malah semakin mengeratkan rengkuhannya pada pinggang si brunet.

"Sudahlah Eren.. mari kita bersenang senang malam ini" Pria itu memasukkan gulungan uang dollar ke dalam kantung celana Eren, membuat Rivaille mulai hilang kesabaran dan mendekat kearah Eren dan pria itu berada. Tangan Rivaille langsung meraih kantung Eren dan mengeluarkan uang tadi lalu memasukkannya ke dalam kantung pria tadi, sedangkan tangan yang satunya menarik pinggang Eren mendekat kearahnya.

"Dia tidak melayani pelanggan. Masih terlalu cepat seratus tahu jika kau ingin menyodokkan milikmu pada bokongnya" Rivaille menatap tajam pria didepannya dengan sebelah tangan semakin mengeratkan rengkuhannya pada pinggang Eren, membuat semburat merah menghiasi wajah si remaja brunet

Pria itu mendecih lalu pergi meninggalkan Eren yang masih setia diam dalam rengkuhan Rivaille.

"Eng.. sir, bisa lepaskan saya?" Eren berujar pelan, membuat Rivaille mengarahkan pandangannya pada si brunet yang tengah memerah dalam rengkuhannya. 'manis' Rivaille lalu menarikujung bibirnya, menyeringai kearah si brunet. Membuat jantung Eren semakin memburu, hingga detakannya dapat dirasakan oleh Rivaille.

"S-sir"

"Naa, bocah. Apa kau sering melayani pelanggan?" Rivaile berbisik tepat didepan daun telinga Eren, membuat Eren menggelinjang geli.

"T-Tidak" Eren kembali mendorong dada Rivaille, mencoba membuat jarak antara mereka. Namun Rivaille tak bergeming sedikitpun, dan malah semakin mengeratkan rengkuhannya pada pinggang si brunet. Rivaille beralih pada leher jenjang Eren, menyapu leher itu dengan deruan hangat nafasnya.

"S-Sir! Ungh.." Eren langsung menutup mulutnya dengan sebelah tangan. Merutuki kebodohannya hingga suara ambigu tadi lolos dari bibirnya. Sedangkan pria eboni disebelahnya hanya mendengus kecil.

"Naa, Bocah. Apa sebelumnya ada yang menyentuhmu seperti ini?" Rivaile mulai mencium leher Eren. Menggigitnya pelan lalu menghisapnya, meninggalkan sebuah tanda kemerahan disana.

"Ngh! Ti-Tidak ada.. Uh, ha-hanya anda sir" Perlawanan Eren mulai melemah, suara berat Rivaille bagaikan api yang membuat Eren meleleh. Rivaille lalu mengarahkan tangannya menuju tengkuk si brunet. Menariknya dan bersiap mendaratkan bibirnya pada belahan bibir Eren. Eren yang menyadari itu langsung panik dengan wajah semakin memerah.

"S-Sir!"

"Diamlah bocah"

"Ekhm!"

Rivaille dan Eren langsung menoleh dan mendapati Farlan yang tengah menatap mereka sambil menyilangkan tangan didepan dada. Rivaille mendecih lalu melepaskan rengkuhannya pada pinggang si brunet yang sekarang sudah sangat memerah. Farlan memberi gesture agar Eren kembali bekerja, dan langsung dituruti oleh Eren. 'Cih! Sepertinya ini karma' Rivaille kembali melemparkan sebuah tatapan tajam pada Farlan.

"Kau tak bisa mengelak Rivaille" Farlan menyunggingkan senyum mencurigakan yang hanya dibalas decihan oleh si raven

"Kau memang tertarik padanya"

Rivaille langsung pergi meninggalkan Farlan, kembali berkutat dengan cairan didalam gelas miliknya. Matanya tetap memandangi si brunet yang tengah membuatkan minuman untuk para pelanggan. Tak pelak beberapa kali Rivaille mendapati Eren mencuri curi pandang kearahnya.

"Eren!"

Farlan langsung menghujam ke arah Eren dan menggenggam tangan si brunet. Membuat Rivaille mengrinyit. Apa sekarang Farlan berusaha membuatnya cemburu dan berharap dia merebut Eren dan menariknya ke dalam pelukan?

"Ada apa Farlan-san?" Jawab Eren pelan

"Isabel tidak bisa datang!"

Mendengar ucapan Farlan, Rivaille berdiri dan berjalan mendekati Eren dan Farlan

"Tidak bisa datang?"

"Iya! Dia masuk rumah sakit, kakinya terkilir! Bagaimana ini?! Pertunjukannya akan segera dimulai!" Farlan memijit pelipisnya frustasi. Terlihat dari raut wajahnya ini situasi genting. Rivaille menekuk alisnya, mencoba mencari jalan keluar.

"Ano, bagaimana jika aku yang menggantikan Magnolia-san?" Eren meletakkan gelas ditangannya. Rivaille yang mendengarnya langsung mengerinyit. Menggantikan? Dia akan menghibur para pengunjung?

"Memang kau bisa apa bocah?" Rivaille menatap remeh Eren, yang dibalas dengan Eren yang menyipitkan matanya ke arah Rivaille

"Magnolia-san sering mengajariku. Jadi aku bisa menari pole dance. Jangan meremehkanku sir" Eren menaikkan sebelah alisnya, berbicara dengan nada angkuh

"Hoo. memakai sehelai kain yang hanya menutupi burungmu, lalu menggerayangi tiang dengan gerakan yang menjijikan?" Balas Rivaille dengan nada menusuk

"I-Itu.. Bukan begitu! Aku memakai pakaian sir! Dan a-aku tak melakukan gerakan yang aneh aneh!" Eren menaikkan nada bicaranya sambil menunjuk Rivaille dengan telunjuknya.

"Kita lihat saja bocah. Tapi aku tak mau melihat bocah dibawah umur menggerayangi salah seorang pelanggang yang sedang duduk, sambil menggoda pelanggan dengan bokongnya" Rivaille membalikkan badannya, bersiap berjalan menuju salah satu kursi didepan panggung

"He-Hei! Sir!"

"Tapi jika kau ingin melakukannya.. Hanya padaku saja" Eren menatap punggung Rivaille yang perlahan mulai menjauh dari pengelihatannya. Hingga punggung itu tenggelam diantara kerumunan manusia, barulah Eren menyadari kata kata Rivaille barusan.

"A-Apa katanya !?" Farlan hanya tertawa melihat Eren yang mulai menjerit jerit frustasi dengan wajah memerah.

"Ayo Eren. Biarkan Petra yang mendandanimu" Farlan berbalik mendahului Eren

"Uhm"

.

"Jadi Petra, kuserahkan ini padamu" Farlan tersenyum kearah Petra

"Baiklah. Kupastikan kau tidak akan mengenali pemuda manis yang satu ini" jawab Petra sambil mencubit pipi Eren gemas

"Pe..Petra-san, aku ini laki laki!" Eren mengembungkan pipinya sambil membuang muka, membuat gesture marah yang memancing gelak tawa Petra dan Farlan pecah.

"Baiklah. Ingat Petra buat dia secantik mungkin, ada tamu spesial yang harus dibuatnya terpukau" Farlan mengedipkan sebelah matanya sambil menyikut pelan perut Eren.

"Si-Siapa?!" Eren memekik pelan

"Oh.. Pria raven dengan setelan jas hitan dan pandangan menusuk disana~" Farlan langsung pergi meninggalkan Eren dan Petra sambil tertawa pelan tanpa menghiraukan Eren yang tengah memanggil manggilnya dari belakang.

Petra langsung menarik lengan Eren dan mendudukannya disebuah kursi diruangan dengan aksen putih itu. Petra lalu beranjang mengambil sebuah koper make up dan kembali mendudukan dirinya disebelah Eren

"Naa, Eren. Penampilan macam apa yang ingin kau tunjukkan malam ini untuk tamu spesialmu itu?~" Petra tertawa sambil mengedipkan sebelah matanya melihat wajah Eren yang langsung memerah.

"Bu-Bukan untuknya!"

"Baiklah.. Baiklah, jadi?" Petra mengambil foundation dan brush dari koper make up didepannya lalu menatap Eren sambil tersenyum mencurigakan

"Kau siap?" Tanya Petra sekali lagi. Eren menatap pantulan dirinya didepan cermin sejenak lalu membuang nafasnya panjang

"Ya, mohon bantuanmu Petra-san"

Petra mulai mengoleskan foundation pada kulit wajah Eren. Tak terlalu tebal memang, membuat kesan natural terasa kental. Gadis bersurai bak madu itu tahu, kekuatan memikat Eren terdapat pada penampilan naturalnya. Terlihat dari banyaknya pelanggan yang berusaha meniduri juniornya itu, sayangnya Eren

Tangan terampil Petra kini tengah mengoleskan bedak pada wajah Eren. Disusul dengan polesan eyeshadow berwarna biru laut beserta goresan kecil warna perak. Bersamaan dengan Petra yang mulai menangani wajah Eren, Mina langsung meraih tangan Eren. Merapikan kuku Eren yang memang agak panjang, lalu memoleskan cat kuku berwarna hijau kombinasi biru. Christa lalu mengambil sebuah sisir dan mulai merapikan rambut Eren.

"Nah Eren, sekarang gunakan ligerine ini" Petra langsung menyondorkan sebuah baju tipis berenda dengan warna toska kombinasi bercak bercak berwarna pink redup, setelah memasangkan bulu mata untuk Eren. Eren mendelik tak percaya kearah Petra lalu merebut ligerine itu dari tangan Petra. Eren memperhatikan ligerine ditangannya dengan seksama, sebelum meletakkan tangannya dibawah kain ligerine itu. 'Tembus pandang!' Pikirnya

"Pe.. Petra-san, apa tak apa aku menggunakan ligerine ini? Ini te-terlalu.. Terlihat" Eren melemparkan pandangan memelas kearah Petra sambil menyilangkan kedua tangannya menutupi tubuhnya. Petra yang melihatnya hanya mengedipkan sebelah mata dan membentuk jarinya menjadi huruf V

"Penampilan spesial untuk tamu spesial" ujar Petra santai. Eren membuang muka sambil merutuki baju ligerine super transparan ditangannya. Memang ada bagian tebal seperti bagian pinggul dan juga bagian depan dada, tapi tetap saja bagian tubuhnya yang lain akan terekspos. Paha misalnya. Eren menghela nafas lalu beranjak memasuki sebuah tirai gantung untuk memakai ligerine itu.

Eren menyibak tirai itu dan masuk kedalamnya. Dipandanginya sekali lagi ligerine ditangannya, sebelum dia mulai memakainya. Eren memperhatikan pantulan dirinya didepan sebuah cermin besar didepannya. Tubuhnya terlihat sangat menggiurkan dalam balutan kain tipis ligerine yang mengekspos sebagian tubuhnya. Eren lalu mengambil stocking jaring dan memakainya hingga paha.

Eren memutar tubuhnya kebelakang dan memperhatikan dirinya dari belakang. Eren menahan nafas. Punggungnya terekspos dengan indah, apalagi bokongnya yang hanya ditutupi oleh sehelai kain. Eren menghela nafas sebelum keluar dan mendapati Petra yang langsung memeluknya.

"Eren! Kau manis sekali~" Petra menggoyang goyangkan tubuh Eren, hampir membuat Eren oleng dan terjatuh ke samping

"Haha.. Te-Terimakasih Petra-san. Tapi aku ini laki-laki" Eren tersenyum kikuk dengan wajah merona kepada Petra.

"Wah benar Eren! Oh ya aku punya tips untukmu" Ymir datang sambil melipat tangannya didepan dada.

"Apa?" Eren mendekatkan telinganya pada Ymir, dan langsung dibisikkan sesuatu oleh Ymir. Seketika wajah Eren kembali memerah, Eren langsung menjauhkan telinganya dari Ymir dan menatapnya tak percaya

"Ta-tapi.. Itu terlalu-"

"Ikuti saja, aku jamin penampilanmu menakjubkan" Ymir menyeringai sambil mengacungkan jempolnya kepada Eren. Eren langsung menutup wajahnya dengan tangan dan bersiap untuk pergi.

"Ah Eren! Lebih baik kau menggunakan ini!" Petra menyodorkan sebuah topeng berwarna perak kepada Eren. Eren langsung mengambil topeng itu, kemudian memperhatikannya sesaat. Bentuknya dapat menutupi sebagian wajahnya, dan bagian yang ditutupi topeng itu hanya mata kirinya. Eren tersenyum lalu melambaikan tangan sebelum menghilang di ambang pintu.

Farlan sudah menunggu Eren dibelakang panggung dengan was was. Begitu melihat Eren datang Farlan langsung berlari kearahnya.

"Apa kau sudah siap Eren?" Tanya Farlan was was. Eren menghela nafas pelan kemudian mengangguk

"Aku akan berusaha"

"Terimakasih Eren. Kuserahkan ini padamu!" Farlan kemudian berlari meninggalkan Eren disana. Setelah Farlan menghilang dari pandangannya Eren berjalan menuju pintu panggung. Bersiap disana, sampai namanya dipanggil lalu berjalan memasuki panggung.

"Berjalan masuk, lakukan gerakan atraksi, lalu kembali kebelakang panggung. Ini mudah Eren" Eren menggumam pelan sebelum menutup matanya

Farlan berlari hingga sampai ditempat Rivaille berada, kemudian duduk disebelahnya. Rivaille menoleh sekilas kemudian kembali mengarahkan pandangannya pada tirai panggung yang masih tertutup rapat

"Bagaimana?" Tanya Rivaille pendek. Farlan hanya tersenyum sambil mengacungkan jempolnya

"Kau pasti akan terkejut" ujarnya antusias. Tak lama lampu di dalam ruangan mulai padam satu persatu, menyisakan sebuah lampu sorot diatas panggung. Rivaille tersenyum tipis, bahkan sangat tipis untuk dilihat dengan mata telanjang. 'Sudah dimulai'

"Eren, giliranmu!"

Eren langsung memasang topeng yang diberikan Petra tadi lalu membuka matanya perlahan. Petra mendekati Eren, berniat memberi semangat padanya. Tapi langkah gadis surai madu itu terhenti beberapa meter dari targetnya. Itu bukan Eren yang Petra kenal.

Iris emerland Eren tidak memancarkan cahaya polos seperti biasanya, tapi sekarang memancarkan magnet penggoda yang membuat siapapun akan terhipnotis saat melihatnya. Dan lagi.. Eren menyeringai. Petra mematung ditempat, dan tak lama kemudian Eren berjalan menuju arah panggung. Langkahnya gemulai, langkah yang tak pernah dilihat Petra. Eren menyibak tirai panggung dengan cepat, mencoba menarik perhatian lalu menghilang dari pandangan Petra

"Eren.."

Eren memasuki panggung dengan langkah yang melambai tapi juga kuat. Pandangan Eren menyapu kearah para penonton yang memandangnya tanpa berkedip, kemudian pandangannya terkunci pada sesosok pria dengan rambut eboni yang juga tengah memandangnya datar. Pandangan mereka bertemu. Eren menyeringai kemudian mulai memanjat tiang didepannya.

Eren menempelkan sebelah kakinya lurus ke arah atas tiang, kemudian merebahkan badannya kesamping. Membuat tubuhnya berputar putar diatas tiang dengan bertumpu pada tangan kanannya. Eren lalu menggoyangkan pinggulnya membuat gerakan memutar yang sukses membuat para penontong berteriak kagum olehnya. Eren langsung mengangkat tubuhnya keatas dengan cepat dan membuatnya terlempar kebelakang, salto. Tepukan tangan dan decakan kagum kembali memenuhi panggung.

Eren berjalan dari ujung panggung menuju ujung satunya dengan lampu sorot yang mengikuti langkahnya, seolah sedang memilih salah satu penonton beruntung. Pandangan Eren jatuh pada pria eboni yang sudah diperhatikannya sedari awal. Eren menyeringai kemudian berjalan kearah pria yang dimaksud.

Melihat Eren mendekat Farlan langsung menepuk pundak Rivaille, membuat Rivaille menoleh ke arahnya

"Sepertinya dia akan memberimu fanservice Rivaille. Nekat juga dia" ujar Farlan sambil menaik turunkan alisnya beberapa kali.

Rivaille memutar bola matanya bosan kemudian kembali mengarahkannya kearah panggung. Begitu menoleh, yang didapatinya adalah sesosok manusia yang tengah berdiri dihadapannya sambil berkacak pinggang dan menumpukan berat badannya di kaki kanan.

Eren langsung saja duduk diatas kedua paha Rivaille dan mulai menggoyang goyangkan tubuhnya diatas si raven. Eren kemudian mengarahkan wajahnya menuju leher Rivaille, menghirup aroma khas si raven. Sedangkan kedua tangannya kini menggerayangi kancing kemeja Rivaille, membuka tiga kancing teratasnya, membuat dada bidang Rivaille terekspos indah.

Eren menelan ludah cepat dan terdiam sejenak, sebelum kambali menggerayangi dada Riaville dengan tangan tangan nakalnya. Rivaille tersenyum kecil lalu merogoh sakunya, mengeluarkan beberapa lembar dollar dan menyelipkannya kedalam ligerine Eren. Eren tersenyum lalu mulai mengangkat tubuhnya dan berbalik bersiap meninggalkan Rivaille

"Tunggu"

Eren berbalik dan dengan cepat Rivaille menarik tangannya, membuat Eren terjatuh kedepan. Dan saat itu juga Eren merasakan sesuatu yang basah menyentuh bibirnya. Eren membelalakkan matanya saat menyadari benda basah itu adalah bibir Rivaille, Rivaille menciumnya. Rivaille lalu menggingit pelan bibir bawah Eren, membuat Eren mengerang pelan dan tak sadar membuka sedikit mulutnya. Rivaille langsung melesakkan lidahnya kedalam bibir si brunnet, menyapu seluruh isi mulut si brunnet.

"Ahn.. S-Sir.." Eren memukul pelan bahu Rivaille, mengatakan bahwa pasokan udara si brunnet sudah habis. Rivaille langsung melepas pangutan lidahnya dan menjauhkan wajahnya dari wajah Eren. Tangan Rivaille bergerak untuk menghapus jejak saliva di sekitar bibir Eren. Eren terdiam beberapa saat, sebelum menyeringai dan beranjak kembali ke atas panggung. Eren menyentakkan kakinya sebagai akhir performance nya dan berjalan meninggalkan panggung.

Eren menyibak tirai dan langsung melesak kebelakang panggung. Beberapa langkah setelah melewati tirai, Eren berhenti kemudian berjongkok sambil memeluk lututnya.

"Sial! Apa yang terjadi tadi!? Dia... Menciumku?" Eren mengelus bibirnya yang masih agak basah dan memerah. Hangat bibir Rivaille masih belum hilang dari bibirnya.

.

"Hm.. Not bad"

...

A/N /:

Hai Minnaaaa... Setelah hampir dua tahun akhirnya saya kembali menulis fic. Yah walaupun fic yang sebelum sebelumnya saya Discontinue aja. Kalau boleh saya minta ripiunya minna. Ingat! NO FLAME! NO BULLYING!

Sampai jumpa chapter selanjutnya^^