Sorry I Love You
Pintu berderit saat Donghae membukanya perlahan, ia memandang kedalam kamar, memperhatikan istrinya yang tengah menangis disana. Sudah beberapa hari sejak Leeteuk diperbolehkan pulang dari rumah sakit, istrinya itu selalu menangis dan mengurung diri dikamar.
Dokter memvonis Leeteuk mengidap kanker rahim beberapa bulan lalu, penyakit yang membuat rahimnya harus diangkat demi bisa bertahan hidup. Setelah berjuang menjalani proses pengobatan, akhirnya dokter menyatakannya sembuh. Namun kesembuhannya sama sekali tidak membuat Leeteuk merasa senang, kehilangan rahimnya membuatnya begitu terpukul, ia harus menghadapi kenyataan pahit bahwa dirinya tidak akan pernah bisa hamil dan memiliki anak.
"Jangan menangis lagi, Teuk-ah" Donghae menghampiri Leeteuk dan duduk didekatnya, "Bagaimana kau akan pulih jika kau selalu menangis seperti ini?"
Leeteuk tak menyahut, yang terdengar hanya isak tangisnya. Melihat wanita yang begitu ia cintai menangis membuat hati Donghae terasa sangat sedih, ia memeluk Leeteuk, "Kau harus kuat, semua akan baik-baik saja"
"Bagaimana semua bisa baik-baik saja Hae?" Leeteuk menatap Donghae seakan suaminya itu mengatakan sebuah kebohongan besar, "Sekarang aku hanya wanita cacat yang tidak bisa memberikanmu keturunan"
"Jangan berkata seperti itu Teuk"
"Tapi itulah kenyataannya, sekarang aku wanita cacat"
"Tidak Teuk" air mata Donghae tak terbendung lagi, ia menangis memeluk Leeteuk, "Kumohon jangan katakam itu lagi"
Leeteuk terisak, meluapkan tangisnya dipelukan Donghae, "Kenapa semua ini harus terjadi padaku? Seharusnya tuhan membuatku mati saja, aku lebih baik mati daripada harus hidup seperti ini"
"Apa yang kau katakan Teuk?" Donghae menatap lekat wajah Leeteuk, "Kau ingin meninggalkanku?"
"Aku tidak kuat Hae"
"Kau harus kuat, demi aku"
"Tidak Hae, aku benar-benar tidak kuat" jawab Leeteuk putus asa
Donghae kecewa mendengarnya, "Baiklah jika itu yang kau inginkan, aku juga akan ikut mati bersamamu" putusnya
"Kau tidak boleh mati" Leeteuk menggeleng tak setuju
"Wae? apa kau pikir aku akan bisa kuat jika kau tidak bersamaku? Kau adalah hidupku, bagaimana aku bisa hidup tanpamu?"
"Tapi aku tidak bisa memberikanmu anak"
"Memangnya kenapa jika tidak bisa memberikanku anak? Apa hubungan kita menjadi tidak berarti karena itu? apa semua yang telah kita jalani selama ini menjadi tidak berarti karena itu?"
Leeteuk hanya diam. Donghae menggenggam tangan iatrinya itu, menatapnya sendu, "Tidak apa-apa meski kita tidak bisa memiliki anak, aku akan baik-baik saja jika kau berada disisiku, kau tidak boleh meninggalkanku, aku tidak akan bisa hidup tanpamu, aku benar-benar tidak bisa Teuk.." ucapnya menangis
Leeteuk menghapus air mata diwajah Donghae, ia merasa bersalah telah membuat suaminya itu menangis, "Maafkan aku Hae, kau jangan menangis"
"Berjanjilah kau tidak akan pernah berpikir untuk meninggalkanku lagi"
"Ne, aku berjanji"
Donghae membawa Leeteuk kedalam pelukannya, ia mencium lembut kepala istrinya itu. Meski terlihat tegar, jauh dalam lubuk hati Donghae, ia merasa begitu hancur menghadapi kenyataan bahwa ia dan Leeteuk tidak akan pernah bisa memiliki anak. Tidak akan ada canda tawa anak dalam rumah mereka yang selalu ia impikan sejak mereka menikah, impiannya itu harus ia kubur dalam-dalam. Sekarang yang terpenting baginya hanyalah kesembuhan Leeteuk, ia ingin istrinya itu bisa segera pulih dan kembali sehat seperti sediakala.
.
.
"Sayang, kau sudah pulang" Sungmin menghampiri Kyuhyun yang tengah duduk disofa, "Kenapa tidak memanggilku?"
"Aku pikir kau sedang tidur"
"Tidak, tadi aku dikamar sedang menjawab telepon dari Ryeowook" jawab Sungmin duduk didekat suaminya itu
"Ah begitu" Kyuhyun tersenyum
Sungmin memperhatikan wajah Kyuhyun, "Kau terlihat lelah sayang"
"Ne, tadi ada pasien yang harus dioperasi dan aku baru bisa beristirahat sekarang, rasanya sangat melelahkan"
"Kasihan suamiku" Sungmin tak tega mendengar suaminya kelelahan
Kyuhyun tersenyum, "Tidak apa-apa sayang, aku baik-baik saja" ucapnya tak ingin Sungmin menjadi cemas
"Sungguh?"
"Ne"
"Meski kau sibuk, kau harus selalu menjaga kesehatanmu dan beristirahat dengan baik, aku tidak ingin kau jadi sakit"
"Tenang saja sayang, aku pasti akan selalu menjaga kesehatanku"
"Janji?"
"Ne, aku berjanji"
Sungmin tersenyum tenang mendengarnya, "Sayang, kau ingin minum teh?"
"Tentu saja, minum teh buatan istriku pasti akan membuat rasa lelahku segera hilang"
Sungmin kembali tersenyum mendengar jawaban Kyuhyun,"Tunggu sebentar ne, aku akan membuatnya"
"Baiklah sayang" sahut Kyuhyun tersenyum
Sungmin beranjak dari sofa lalu melangkah menuju dapur.
Getar ponsel dalam saku Kyuhyun mengalihkan perhatiannya, ia meraih ponselnya itu dan melihat panggilan masuk dari Donghae, "Ne, ada apa, Hae?" ucapnya menjawab telepon dari sahabatnya itu, "Aku baru saja sampai dirumah, wae?"
Beberapa saat Kyuhyun hanya diam mendengarkan apa yang Donghae sampaikan diseberang telepon, ia menghela nafasnya sedih, "Kau harus memakluminya, Hae. Pasti tidak mudah bagi Leeteuk menerima keadaannya sekarang...saat ini yang dia butuhkan adalah dukungan, sebisa mungkin kau harus sering menemaninya, jangan biarkan dia sendirian dulu...apa Leeteuk minum obatnya dengan teratur?...ne, kau harus selalu memperhatikannya...baiklah, Hae. Jika ada apa-apa segera kabari aku...ne"
Usai berbicara dengan Donghae, Kyuhyun termenung sedih memikirkan Leeteuk.
"Sayang, ini tehnya" Sungmin datang membawa segelas teh dan menaruhnya diatas meja
"Terimakasih sayang"
"Ne" Sungmin tersenyum lalu kembali duduk disofa, ia memperhatikan wajah Kyuhyun yang tampak sedih, "Ada apa sayang? kenapa kau terlihat sedih?"
"Donghae baru saja meneleponku dan membicarakan soal Leeteuk"
"Benarkah? ada apa dengan Leeteuk? apa dia baik-baik saja?" Sungmin sontak cemas
"Leeteuk baik-baik saja, sayang. Hanya saja..Donghae mengatakan Leeteuk selalu menangis"
Sungmin ikut sedih mendengarnya, "Kasihan Leeteuk, dia pasti sangat terpukul dengan keadaannya sekarang"
"Ne"
"Seandainya saja operasi itu tidak harus dilakukan"
"Jika operasi itu tidak dilakukan, sel kankernya akan menyebar dan semakin memperburuk keadaan Leeteuk, bagaimanapun juga keselamatan Leeteuk adalah hal yang terpenting"
"Kau benar" Sungmin sependapat dengan suaminya, "Aku harap Leeteuk dan Donghae bisa kuat menghadapinya, dan tidak terus menerus bersedih"
"Ne, aku juga berharap seperti itu".
.
.
Hari demi hari berlalu, keadaan Leeteuk berangsur membaik. Ia yang tengah berada dikamarnya, duduk bersandar ditempat tidur dan memperhatikan jam dinding yang menunjukkan pukul dua siang
"Kenapa Donghae belum pulang juga" gumam Leeteuk merasa bosan, sejak pagi Donghae pergi kekantor dan belum kembali, sendirian dirumah membuat Leeteuk merasa kesepian.
"Kalau saja aku dan Donghae memiliki anak, rasanya pasti tidak akan sesepi ini" batin Leeteuk, dadanya terasa sesak, Leeteuk menahan air matanya, "Tidak, aku tidak boleh seperti ini lagi" ucapnya berusaha melawan rasa sedihnya, ia lalu melangkah keluar dari kamar.
Langkah Leeteuk terhenti diruang tengah, pandangannya tertuju pada buket mawar merah diatas meja, pemberian Donghae semalam. Leeteuk mengambil bunga itu, tak ingin mawar-mawar itu segera layu, Leeteuk memindahkannya kedalam vas.
"Ahkk" Leeteuk meringis saat jarinya terkena duri, ia melepas begitu saja mawar ditangannya dan menatap darah yang menetes di jari telunjuknya, "Kenapa semuanya jadi menyebalkan seperti ini" ucapnya kesal lalu meraih sehelai tissue diatas meja dan membersihkan lukanya.
"Sayang, aku pulang"
Suara Donghae mengalihkan perhatian Leeteuk, ia menoleh melihat Donghae datang bersama Yejin, ibu mertuanya.
"Ibu" Leeteuk segera beranjak dari sofa dan memberi salam
Yejin tersenyum, "Bagaimana keadaanmu sekarang, Teuk?" tanyanya
"Keadaanku sudah membaik bu, aku sudah sehat"
"Syukurlah kalau begitu, ibu senang mendengarnya"
"Terimakasih ibu" sahut Leeteuk tersenyum lalu menoleh pada Donghae, "Kenapa kau tidak bilang kalau ibu akan datang, Hae?"
"Ini kejutan" jawab Donghae tersenyum
"Seharusnya kau mengatakannya padaku, jadi aku bisa menyiapkan makanan untuk ibu"
"Itu tidak perlu sayang, kau tidak boleh terlalu lelah"
"Aish, kau selalu saja mengatakan itu, aku sudah tidak apa-apa, Hae" protes Leeteuk
"Tapi tetap saja kau tidak boleh terlalu lelah"
"Tapi aku sudah sembuh"
"Donghae berkata benar, Teuk" Yejin menyela perkataan Leeteuk, "Sebaiknya kau memang tidak boleh terlalu lelah dan harus banyak beristirahat"
"Iya bu" sahut Leeteuk menurut
Donghae tersenyum melihat Leeteuk yang tidak bisa menentang perkataan ibunya,"Kau dengar itu, Teuk, kau harus menurut pada ibu" timpalnya
Mata Leeteuk menyipit mendengarnya, Donghae menahan tawa melihat raut wajah Leeteuk yang tampak lucu, pandangannya lalu beralih pada tissue ditangan Leeteuk, "Apa ini? kenapa ada darah?" tanyanya
"Tadi tanganku tidak sengaja terkena duri mawar Hae"
"Terkena duri mawar? Coba kulihat" Donghae memegang tangan Leeteuk, memperhatikan luka dijari istrinya itu, "Kenapa bisa sampai terluka seperti ini? kau pasti tidak berhati-hati kan?" omelnya
"Ini hanya luka kecil, Hae. Tidak perlu berlebihan seperti itu"
"Luka tetap saja luka, tunggu sebentar, aku akan ambilkan obat" Donghae melangkah pergi untuk mengambil kotak obat
Leeteuk menghela nafas melihatnya, "Ibu lihat itu kan, Donghae selalu saja bersikap berlebihan seperti itu" ujarnya pada ibu mertuanya
Yejin tersenyum mendengarnya, "Itu bagus Teuk, Donghae memang harus selalu memperhatikan istrinya"
Leeteuk ikut tersenyum, "Ayo duduk bu"
"Ne" Yejin duduk disofa
"Sebentar aku akan buatkan minuman untuk ibu"
"Tidak perlu repot-repot Teuk. Ayo duduklah" Yejin menepuk sofa disebelahnya meminta Leeteuk duduk disana
"Ne" Leeteuk menurut dan duduk
Yejin memperhatikan wajah menantunya itu dan tersenyum,
"Ada apa bu?" tanya Leeteuk
"Ibu sangat senang melihatmu sudah sehat sekarang" Yejin menyentuh pipi Leeteuk, "Ibu akan selalu berdoa semoga kau selalu sehat dan tidak sakit lagi"
"Terimakasih, bu" Leeteuk tersenyum haru, air matanya menetes. Ia merasa bersalah pada ibu mertuanya itu, "Maafkan aku, bu"
Yejin mengernyit, "Kenapa kau meminta maaf?"
"Maaf karena aku tidak bisa memberikan cucu untuk ibu"
Mendengar apa yang Leeteuk katakan membuat Yejin merasa sedih, namun ia tidak ingin menunjukkannya dihadapan menantunya itu, "Tidak apa-apa Teuk, itu bukanlah kesalahanmu, kau tidak perlu meminta maaf"
"Tapi aku merasa bersalah pada ibu, aku tidak bisa memberikan kebahagiaan untuk ibu"
"Jangan berkata seperti itu Teuk, ibu sangat bahagia melihatmu sehat sekarang, ibu minta kau jangan menyalahkan dirimu lagi ne?"
Leeteuk mengangguk, "Ne.." sahutnya pelan
Yejin menyeka air mata diwajah Leeteuk, "Sudah jangan menangis lagi, kau tidak terlihat cantik saat sedang menangis"
"Benar sekali bu"
Suara Donghae mengalihkan perhatian Yejin dan Leeteuk. Donghae menghampiri mereka dan ikut duduk disofa, "Leeteuk terlihat sangat jelek saat sedang menangis kan bu?"
"Tidak, menantuku ini sangat cantik" sahut Yejin
Donghae mengerutkan dahi, "Bukankah tadi ibu juga mengatakannya?"
"Ibu hanya bercanda"
"Aish, ibu memang selalu berpihak pada Leeteuk" Donghae berpura-pura memasang wajah kecewa
Leeteuk tersenyum melihatnya, "Tentu saja, ibu sangat sayang padaku" ujarnya
"Ne, aku tahu itu" Donghae tersenyum, "Sekarang aku akan obati lukamu dulu" ucapnya membuka kotak obat yang ia bawa, mengambil kapas dan pembersih luka didalamnya
Leeteuk hanya diam dan tersenyum membiarkan Donghae mengobati lukanya, ia bersyukur memiliki suami yang begitu perhatian dan peduli padanya
"Kenapa melihatku seperti itu? apa aku terlihat begitu tampan?" ucap Donghae sadar sedang diperhatikan
"Tidak" Leeteuk segera mengalihkan pandangannya
Donghae tersenyum, "Ini sudah selesai"
Leeteuk melihat jarinya yang sudah dibalut oleh plester penutup luka
"Lain kali kau harus lebih berhati-hati, jangan sampai terluka lagi"
"Baiklah suamiku yang cerewet"
"Mwo? cerewet?" Donghae mengerutkan dahi
"Ne"
Donghae menoleh pada ibunya, "Ibu dengar itu? aku sudah mengobati lukanya tapi dia malah mengatakan aku cerewet bu" adunya
Yejin tersenyum, "Memangnya kenapa, Hae? kau kan memang cerewet"
"Ibu malah mengatakan aku cerewet juga" Donghae cemberut, Yejin dan Leeteuk tertawa melihatnya
"Walaupun suamiku ini cerewet, tapi aku sangat mencintainya bu" ucap Leeteuk
"Benarkah?"
"Tentu saja bu
Donghae tersenyum mendengarnya, "Aku juga mencintaimu" ucapnya mendekap Leeteuk dan mencium lembut kepala istrinya itu
Yejin tersenyum melihatnya, ia berharap hubungan anak dan menantunya itu akan selalu baik seperti sekarang.
TBC
