Master's Voice
Disclaimer : Harry Potter and all of characters belong to JK Rowling
ooo
Telepon berdering keras memecah kesunyian. Hermione Granger melongok kembali ke kantor yang baru saja ia tinggalkan. "Kau pasti bercanda!" gumamnya tak percaya. Kemudian telepon berdering lagi. "Oh my God, lebih baik aku angkat," Dia berkata masuk kembali ke kantornya.
Itu sekitar jam 18.00 pada hari jumat, dia seharusnya telah pulang satu jam yang lalu. Hermione merupakan karyawan teladan, ia tetap tinggal untuk menyelesaikan pekerjaannya sebelum pulang, meskipun fakta bahwa kantor tersebut sudah sepi menyerupai kantor hantu.
Hermione membungkuk mengambil gagang telepon, tidak berencana duduk. Dia akan menyelesaikan panggilan telepon ini dengan cepat.
"Terima kasih telah menelepon Malfoy Corporation. Ini kantor Mr Zabini, apa yang bisa saya bantu?" Ia berkata. Suaranya manis tidak menyiratkan kejengkelannya.
"Itu ucapan yang sangat panjang," terdengar suara laki–laki tidak sabar memberitahunya.
"Pelanggan selalu benar, pelanggan selalu benar," Hermione mengingatkan dirinya diam–diam. Ia menggertakkan gigi sebelum menjawab "Maaf Pak, anda berpikir begitu. Apa yang bisa saya bantu?"
"Saya perlu bicara dengan Zabini," Pria tersebut berkata seolah–olah sudah jelas. "sekarang!"
"Saya minta maaf tapi beliau tidak ada Pak," Hermione menegur lembut "Anda dapat meninggalkan pesan, besok saya ..."
"Saya tidak punya waktu untuk bermain–main, panggil dia sekarang!" Dia semakin mendesak.
"Pak, saya minta maaf tapi ..."
"Jika kau meminta maaf lagi, saya akan pastikan kau kehilangan pekerjaanmu," katanya mengancam dengan nada rendah.
Orang ini tidak masuk akal, Hermione berpikir putus asa. Ia tidak mungkin memanggil bosnya, Mr Zabini, ia tidak punya nomor teleponnya, ia masih karyawan baru di perusahaan ini.
"Pak, sekarang Mr Zabini tidak ada, ia telah meninggalkan kantor. Jika anda meninggalkan pesan saya bisa ..."
"Siapa namamu?" Dia menuntut.
Hermione menelan ludah, tidak menyukai situasi ini "H-Hermione Pak, Hermione Granger."
"Ms Granger, kau tahu siapa saya?" Pria tersebut bertanya ingin tahu.
"Tidak." Hermione merasa kepanasan, meskipun ruangan itu dingin. Entah bagaimana dia tahu akan ada masalah setelah ini.
"Saya Draco Malfoy, pemimpin perusahaan di tempatmu bekerja," dia mengatakan puas.
Hermione tersentak "Pak, jika anda memberitahu saya sebelumnya, saya bisa..."
"Sialan, berhentilah mengoceh!" Bosnya potong jengkel. "Saya perlu bicara dengan Zabini. Ada kesepakatan yang sangat penting disini dan saya membutuhkan informasi pada file Phoenix! Sekarang kau panggil dia atau kau kehilangan pekerjaanmu, mengerti?"
"Tunggu," kata Hermione "Saya tahu mengenai file Phoenix, saya baru saja mengerjakannya," suaranya terdengar lebih ringan.
"Ok, berhenti bermain–main, dapatkan sekarang!" Dia geram.
"Ok Pak, tunggu sebentar!" Hermione berkata merengut kemudian menekan tombol hold. Ia bergegas ke lemari arsip dan mencari file Phoenix. "Berhasil!" Ia mengatakan, mengangkatnya tinggi, seolah–olah sebuah piala penghargaan. Kembali ke telepon, ia mengangkatnya dan mengatakan secara sembrono "Aku berhasil Pak, apa yang kau butuhkan?"
"Semuanya," atasannya mengatakan, hampir terdengar geli. Mungkin sekarang ia bisa lebih santai, pikir Hermione.
Pikiran Hermione kosong, bagaimana ia bisa mengatakan padanya semuanya, ada banyak sekali, atau ia ingin aku mengirimkan filenya padanya, tapi bagaimana?. Hermione tidak bisa berpikir jernih, mungkin karena ia terlalu capek setelah bekerja seharian dan ditambah tekanan yang baru saja ia dapatkan dari atasannya itu.
"Punya pena?" atasannya bertanya, lebih tenang.
Hermione mengangguk, yang tentu saja bosnya tidak bisa melihat, dan kemudian berkata, "Ya" Hermione penasaran apa yang akan diperintahkan oleh atasannya.
Bosnya menyebutkan nomor dan diperintahkan untuk mengulangnya kembali. Hermione melakukannya, lalu terdiam menunggu.
"Apakah hanya itu pak?" Hermione bertanya, bingung, tentu harus ada lagi.
"Apa maksudmu hanya itu?" Atasannya menjawab frustasi, "Faks sekarang!"
"Oh, anda ingin saya faks itu!" Dia bilang akhirnya memahami.
"Tentu saja aku ingin kau faks itu, memangnya apa yang kau pikir aku inginkan?" Bosnya geram, marah lagi.
"Tunggu, aku akan lari ke mesin faks, ok?" Hermione bertanya, lupa dia berbicara dengan atasannya.
Hermione menekan tombol hold lagi, lalu berlari ke mesin faks, menghidupkan mesin dan mulai memfaks file Phoenix tersebut, yang terasa sangat lama. Setelah selesai ia berlari kembali ke telepon, mengangkatnya "Sudah Pak!" katanya bangga.
"Bagus," atasannya mengatakan lega.
"Ok, sekarang lihat sikapmu!" Hermione sudah jengkel dengan sikapnya, tidak ada bos atau atasan. "Ini Jumat malam, semua orang sudah pulang, aku lelah hanya ingin pulang, sudah hari yang panjang dan melelahkan, dan hal terakhir yang aku lakukan harus menghadapi sikap busukmu," Ia berkata geram.
Hermione terkejut mendengar suara–suara tertawa. Matanya melebar, apakah teleponnya di speakerphone?
Ada bunyi klik, dan tiba–tiba suara bosnya terdengar jauh lebih intim.
"Ms Granger, terima kasih banyak telah berbagi pikiran dengan seluruh ruangan," Ia mengatakan. Hermione meringis malu. "Saya minta nomor Hp mu untuk membicarakannya lagi nanti, faks sudah sampai dan saya yakin saya telah memiliki semua yang saya butuhkan."
Samar–samar Hermione bertanya berapa pengangguran dibayar, dan menduga ia akan segera tahu. Ketika atasannya meminta nomornya lagi, Hermione memberitahunya, otaknya berteriak memarahi kebodohannya.
"Kita akan membahasnya nanti," Atasannya mengatakan dengan nada finalitas, lalu menutup telepon.
"Apa lagi yang akan dibahas?" Hermione bertanya pada telepon yang telah ditutup. Bagaimana ia akan menjelaskannya kepada Mr Zabini nanti? Bahkan apakah ia masih bekerja disini?
ooo
To Be Continued
A/N : Maaf kalau banyak kalimat yang membingungkan, atau penulisan dan EYD yang tidak benar. Saya benar–benar tidak pandai merangkai kata–kata. Terima kasih telah membaca. REVIEW ok? Saya akan menulis lagi jika banyak yang suka. Thx.
