Heart Democracy
One Shot Series
by ajibana aiko
Disclaimer : Persona 4 adalah selamanya milik ATLUS dan Heart Democracy selamanya lagu milik Mikito dan sejatinya pertama kali dinyanyikan oleh Hatsune Miku.
Warning: Yaoi, OOC, ke-gajean, typo.
Seperti kata Yu(ko)-senpai, ORE GA MIRU! *nggak nyambung*
Btw, sebelum lanjut, bagi yang nggak suka yang berbau Yaoi jangan baca sebelum anda terkontamitasi lebih lanjut. Makasih!
Story 1 : Yosuke's Declaration (Part 1)
Yosuke berdiri di bukit dimana ia pernah bercurhat ria pada Souji mengenai kehidupannya.
Juga soal cintanya.
Sangking terbawa suasana, ia pernah hampir menyatakan cintanya pada Souji di saat itu. Namun Yosuke mengurung niat itu dalam-dalam. Ia terlalu takut untuk mengatakan hal terlarang itu pada orang yang sudah setengah tahun ini menghantui pikirannya ini.
"Souji sialan..." Gumam Yosuke kesal.
Semburat rona merah terpancar di kedua pipi sang Prince of Junes tersebut. Dan ditengah kegalauan tersebut, mendadak hujan turun. Yosuke tidak beranjak dari tempatnya. Ia memilih untuk diam ditengah hujan tersebut sambil mengingat kejadian beberapa bulan yang lalu ketika ia pertama kali menyadari ada sesuatu yang berbeda dari partnernya tersebut juga kejadian minggu lalu yang benar-benar ia sesali sebelumnya...
naiteita tada naiteita
I cried, only cried
hitome ni tsukanai sekai de
In a world where strangers don't realize
» Flashback...
Inaba, Samegawa River Bed, Raining...
Yosuke sedang duduk di balai dekat Samegawa River sambil menunggu hujan badai ini reda. Kebetulan Yosuke tidak membawa membawa payung dan hujan tiba-tiba datang begitu saja.
Ia meruntuk dalam hati menyesali tidak mendengarkan kata-kata Souji tadi pagi agar membawa payung karena hari ini akan hujan. Cowok datar itu memang weather freak dan seharusnya ia mendengarkan sarannya.
Untuk mengusir rasa suntuk, pada akhirnya Yosuke pun mengambil iPodnya lalu mencari-cari lagu yang pas untuk didengarkan saat hujan begini. Ia berhenti pada sebuah judul lagu aneh yang belum pernah ia liat di list lagu sebelumnya.
"Lagu apa ini? Pasti Kanji yang memasukkan lagu ini..." (« *Entah atas dasar apa Author di hajar Kanji*)
Alasan Yosuke berkata begitu adalah karena lagu tersebut mempunyai gambar cover album dua orang pria berseragam yang sedang berpelukan. Ya, sedang BERPELUKAN.
"Lalu penyanyinya...Hatsune Miku...Si Kanji tuh emang gachimuchi-loli ya? Dasar banci pedo..." (« *Lagi-lagi Author dihajar Kanji tanpa alasan*) "Lagian dia ngapain sih pake acara masukin lagu-lagu beginian ke iPod gue? Ngenistain iPod gue aja..."
Tapi setelah beberapa saat, akhirnya Yosuke memutuskan untuk mencoba mendengar lagu itu. Jika lagu itu ternyata senista gambarnya, maka ia akan mengutuki Kanji dan menyuruh gay taman lawang itu memandikan (?) Memory card, iPod, headphone, dan dirinya sendiri (?) Dengan air kembang tujuh rupa (?) supaya Yosuke tidak pernah ingat lagi pernah mendengar lagu seperti itu.
soshite haji o shiri mijime ni nareba
I became ashamed, if I become miserable
subete ga mawari dashita
Everything will begin spinning around
Setelah mendengar bagian depan dari lagu itu, mendadak iPodnya mati. Bukan karena ia memutar lagu itu, tapi karena memang iPodnya habis baterai.
"Oh crap...baterainya...tapi gue nggak ngerti kenapa lagunya enak di dengar. Setidaknya iPod gue nggak ternodai..."
Yosuke terdiam lagi. Ia tidak tahu harus menunggu hujan ini sampai kapan. Mungkin sampai tengah malam?
"Makanya, kubilang bawa payung kan, Yosuke. "
Suara itu nampak familiar ditelinga Yosuke. Ia pun segera menengok kearah suara tersebut dan mendapati si rambut mangkok itu berdiri di situ.
"Y-yo, partner! Sedang apa kau disini." Tanya Yosuke takjub.
"Kulihat tadi pagi kau tidak membawa payung, jadi aku tadi mengikutimu dan mendapatimu ada di sini. Siapa tahu kau butuh ini." Katanya datar sambil menyerahkan sebuah payung lipat pada Yosuke.
"Kenapa kau tidak bilang dari tadi? Lagi pula kan tidak usah repot-repot segala."
"Maaf aku lupa."
"Kau ini..." Kata Yosuke sambil meraih payung tersebut dari tangan Souji. " Sankyu na, aibou"
Souji hanya membalasnya dengan tersenyum.
Dan entah kenapa senyum tersebut membius Yosuke begitu rupa. Ia sendiri tidak mengerti mengapa Souji harus tersenyum begitu.
"Ka-kau kenapa Souji? Maksudku senyummu itu..." Tanya Yosuke dengan wajah salting.
"Eh? Memangnya kenapa? Senyumku aneh ya?" Tanyanya berbalik sambil tertawa renyah.
"Kenapa kau tertawa begitu? Dasar aneh..."
"Habis kalau ngerjain Yosuke itu rasanya menyenangkan~" jawab Souji polos. "Dan melihat wajahmu yang suka salah tingkah itu memang menarik."
Lanjutnya.
Wajah Yosuke bersemu sangat merah. Air mukanya sudah sangat salah tingkah. Ia dapat merasakan seluruh mukanya menjadi panas mendengar perkataan ambigu tersebut.
"A-APA MAKSUDMU, B-BODOH?!" Serunya sambil berusaha menyembunyikan wajahnya yang sudah mirip kepiting rebus tersebut.
Souji hanya tertawa.
"Ka-kau berusaha menggodaku ya?! Ku-kupikir a-aku tidak tahu?!"
"Tuh kan, memang menarik." Souji pun menghentikan tertawanya dan tersenyum pada Yosuke.
Aneh. Memang ada yang aneh dengan senyuman itu..
Mereka pun terdiam dalam keheningan hingga beberapa saat kemudian akhirnya Yosuke angkat bicara.
"Ba-bagaimana kalau kita pulang saja? Sepertinya hujan ini tidak akan ada habisnya.
"Jadi kau sudah mau pulang?"
"Hah?"
"Tidak, lupakan. Ayo pulang."
Dalam perjalanan pulang tersebut mereka tidak bicara sama sekali.
itsumo kono mune wa nani ka o mitasou to
When will my heart be satisfied?
sanzan na me ni atte shouganai
I saw something with my harsh eyes, I guess I can't help it
Cowok berambut coklat susu tersebut terdiam di kamarnya sambil memandang langit-langit kamarnya yang nampak hampa. Dan sepertinya ia dapat merefelksikan pikirannya pada langit-langit tersebut.
Termasuk wajah seorang Souji Seta.
"ARGHHHH! Ada apa denganku sih?!"
Cowok itu mengacak rambutnya sangking kesalnya. Sebenarnya ada apa dengan cowok boyband itu sih? Pikir Yosuke.
Ia pun berguling ke arah mejanya dan melihat handphonenya mengeluarkan cahaya kecil. Ia pun mengambil benda kecil tersebut lalu membukanya dan didapatinya sebuah pesan masuk.
Dari Souji Seta.
"Kenapa pula kau harus meng-sms-i ku di saat begini?!"
Ia membuka pesan itu dan membacanya perlahan.
Apa kau sudah sampai? Kau tidak kehujanan kan? Cepat makan ya, nanti kau sakit.
Hening.
"MEMANGNYA AKU PACARMU HAH?!" Teriak Yosuke pada handphone tak berdosanya itu.
Awalnya Yosuke segan untuk membalas sms nan penuh kontradiksi tersebut, namun entah kenapa jempolnya tetap menekan tombol replay.
Tentu saja aku sudah sampai. Kan aku bawa payungmu, masa aku kehujanan?! Ya, ya, nanti aku makan.
The next day, Yasogami High School, After school, Raining...
"Yosuke!"
Suara itu membuat orang yang dipanggilnya tersebut terperanjat kaget. Ia pun segera menoleh kearah suara tersebut.
"A-ada apa?!"
Pikiran Yosuke bercampur aduk. Dia tidak tahu harus bereaksi apa pada partnernya ini. Memikirnya saja sudah bikin dia jadi pusing sendiri. Sekarang ia harus bicara 4 mata padanya. Padahal dari awal masuk tadi ia sudah berusaha menjauhi Souji sejauh mungkin. Tapi masalahnya mungkin sekarang Souji ingin bertanya mengenai hal tersebut, tapi tentu saja Yosuke tidak tahu harus menjawab apa.
"Kenapa kau kaget begitu?" Tanya Souji yang bingung melihat tingkah Yosuke barusan. "Sedang melamun?"
"Mu-mungkin..."
Souji tertawa.
"Tidak ada yang lucu, Souji Seta."
"Yosuke memang yang paling pas buat dikerjain ya?" Tawanya kembali.
"Ada perlu apa?" Tanya Yosuke dingin.
"Kau ada waktu?"
"A-apa?"
Ini dia yang ditakutkan oleh Yosuke. Souji mungkin akan bertanya macam-macam padanya.
"Ya, kau ada waktu tidak? Tolong temani aku belanja di Junes. Hari ini kau tidak shift kan?"
"Ke-kenapa minta gue nemenin? Kenapa nggak minta Yukiko atau Chie aja? Kenapa gue?"
"Kan ada yang bisa dimintain diskon."
"Sob, gue bukan kartu diskon. You always know that right?"
"Just kidding, Yosu. Jadi mau nggak?"
Setelah menimbang berat badan (?) Dan memilih jalan yang benar (?) Yosuke pun memutuskan untuk ikut.
Ini untuk memastikan apakah lu masih normal, Yosuke, pikir Yosuke sambil memandangi hampa orang didepannya.
Junes, Grocery Department...
"Um, apa ya? Takut lupa beli lagi." Kata Souji layaknya ibu-ibu yang lagi belanja bulanan.
Walaupun memang begitu adanya.
"Jadi sebenernya ngapain ngajak gue kesini sih? Dasar ibu-ibu..."
Souji hanya tersenyum pada Yosuke.
Yosuke terdiam sesaat lalu menundukkan kepalanya.
Pasti memang ada yang aneh dengan senyum itu...
"Ne, Souji..." Panggil Yosuke tiba-tiba.
"Hmm?" Gumam Souji sambil melirik kearah Yosuke.
"Boleh aku bertanya? Tapi nggak disini sepertinya. Gimana kalau di food court aja?"
"Memang mau nanya apa? Kayaknya serius banget."
Yosuke bersemu merah.
"U-udah pokoknya selesain dulu belanjanya!"
"Hai, hai~" lanjut Souji sambil membuat senyum penuh arti pada Yosuke.
Yosuke hanya bisa memalingkan wajahnya.
isso risei nado koroshite shimaou ka
With sense and everything else, lets destroy everything
koshi tantan nerai o sadame sadamete
Waiting for an opportunity, I determined my aim
Junes, Rooftop Food Court, Then...
"Jadi, tadi mau nanya apa, Yosuke?"
Yosuke terdiam. Dia tidak mengeluarkan sepatah katapun sejak 5 menit yang lalu.
"Kau takut?"
"Bu-bukan! Ha-hanya saja..."
"Hanya saja?"
"Ku-kumohon jangan tertawa..."
"Baiklah..." Jawab Souji sambil tersenyum.
Apa-apaan sih senyum itu?! Menyebalkan...
"Gue nggak yakin kalau lu udah senyum gitu!"
"I'm serious, Yosu. I will heard everything and won't laugh."
Tampang Souji yang serius membuat Yosuke semakin gugup.
"Relax, Yosu, let's everything flow."
Yosu mulai merangkai kata-kata dalam otaknya. Dan ia pun baru menyadari kenapa dari tadi Souji memanggilnya dengan sebutan Yosu. Setelah membuang nafas panjang, ia mulai bertanya.
"Tanda-tanda orang suka sama seseorang tuh gimana sih?"
Hening.
"Yos, lu kayak anak cewek aja." Komentar Souji pendek dengan wajah datar.
"BERISIK! Gue kan cuma nanya aja! Kalo nggak mau jawab juga it's ok..."
"Kidding Yos. Lu segitu mau tahu tanda-tandanya sampe nanya gue?"
"Hanya untuk...memastikan..."
Souji tidak bertanya lebih lanjut.
"Hmm, gimana ya? Yang pertama sih tiap kali rasanya tuh ada aja si dia di pikiran lo."
Point 1 checklist.
"Terus?" Tanya Yosuke yang mulai berdebar-debar antara penasaran dan takut.
"Terus rasanya kalau ketemu si doi, bawaanya salting melulu."
Point 2 checklist.
"Te-terus?" Tanya Yosuke semakin gugup dan berdebar.
"Ngeliat dia tersenyum rasanya ada yang lain di hati."
Point 3 checklist.
"Ma-masih a-adalagi?" Tanya Yosuke yang hampir ber-fidget-fidget ria di kursinya sangking takutnya.
"Kalau yang terakhir mungkin lu tanpa sadar pingin selalu ada di dekatnya setiap saat."
Point 4 unchecklist.
Yosuke membuang nafas lega.
"Kenapa? Kayaknya lu lega banget gue ngomong gitu..."
Setidaknya ia hanya memenuhi 3 dari 4 faktor tersebut. Walaupun tetap saja itu hampir mendekati.
"Nggak-nggak, don't mind me."
"Oh..."
Mendadak hening lagi.
"Ada lagi yang mau ditanyain?"
"No, partner...hanya itu."
"Kalau boleh tanya memangnya kenapa tiba-tiba nanya begitu? Kamu lagi suka sama seseorang?" Tanya Souji dengan suara seksi dan gentlenya.
Bahasa formal Souji dan pertanyaannya itu begitu menusuk dan membuatnya merinding.
"Nggak tahu..." Soalnya ini nggak normal, lanjut Yosuke dalam hati.
Hari-hari pun berlanjut begitu saja. Namun entah kenapa akhir-akhir ini Yosuke dan Souji sering sekali pergi berdua baik seusai pulang sekolah maupun disaat weekend. Yosuke menyadari hal itu dan mulai menyadari ada yang aneh. Semua hal yang Souji lakukan padanya jadi terasa berbeda dari sebelumnya. Ia merasa Souji lebih mengeluarkan beberapa sisi yang belum pernah ia tunjukkan sebelumnya. Ia juga merasa kalau Souji punya tempat berbeda di hatinya. Terutama senyum gentlenya itu. Rasanya sehari tanpa senyum itu, ia merasa ada yang kurang.
Pasti ada yang aneh dengan senyum itu...atau...
"Yo, Yosu, Yosuke...Hanamura Yosuke!" Seru Souji akhirnya.
"I-iya, ada apa?!"
"Tuh kan melamun lagi..." Tatap Souji penuh arti
"Ma-maaf..." Gumam Yosuke sambil menghindari tatapan itu.
"Jadi kau mau nonton apa?"
Saat itu Souji dan Yosuke sedang ada di rumah Souji untuk menonton film yang mereka pinjam. Mereka memutuskan untuk menontonnya di kamar Souji sebab film yang mereka tonton tidak begitu baik ditonton oleh seorang Nanako (« bukan film bokep sodarah, keburu ngeres dulu mikirnya nih... *Author ditimpuk sama pembaca*)
"Terserah kau saja..."
Souji pun memutar sebuah film.
Judulnya.
Heart Democracy? Rasanya gue pernah lihat judul itu di suatu tempat. Kata Yosuke dalam hati-hati sambil mencoba mengingat-ngingat.
"Ku gelapkan ruangannya ya." Kata Souji.
"A-ah, iya..."
Mereka menonton film itu dalam dia sambil mencoba mengerti isi film tersebut.
Yosuke yang awalnya tidak begitu memperhatikan film tersebut tiba-tiba terusik sebuah adegan dan dengan polos (dan bodohnya) ia menanyakan sesuatu yang tidak biasa keluar dari mulutnya pada orang yang salah, disaat yang salah, dan pada kondisi ruangan yang mendukung (?).
"Ne, Souji..."
"Hmm?"
"Ciuman itu rasanya kayak apa ya?"
Hening.
"Eh?"
Butuh beberapa detik untuk seorang Souji Seta mencerna pertanyaan yang menjurus (?), ambigu dan dapat menimbulkan salah paham dari seorang Hanamura Yosuke tadi yang bahkan nggak pernah ia dengar dari seorang Tatsumi Kanji sekalipun. (*Author dihajar Kanji tanpa alasan untuk yang ketiga kalinya*)
"A-apa?"
"Ya, semua cowok pasti ingin merasakan hal-hal begitu kan? Wajar dong gue nanya sama-"
Yosuke terhenti sejenak karena baru menyadari dia sudah bertanya pada orang yang salah ( Lagian Author juga nggak ngerti kenapa dia nanya hal-hal yang berabau 'menjurus' gitu coba? Kan 'mengundang' banget tuh. Dasar...*di Garudyne Jiraiya*). Ia melirik kearah Souji yang sekarang tengah tersenyum penuh arti padanya.
Oh crap! DIA TERSENYUM! Dan ngapain juga gue tiba-tiba nanya kayak gitu?! Batin Yosuke berteriak.
Yosuke mundur perlahan menjauhi Souji. Untuk menyingkirkan kemungkinan terburuk. Mungkin...
"Kenapa mundur, Yosuke-kun?" tanya Souji dengan senyum nakal yang tidak biasanya ia keluarkan. "Kau kira aku mau apa?"
Souji terus mendekati Yosuke sedangkan Yosuke terus mundur, mundur, dan mundur. Dan (akhirnya) tersudutlah ia di ruangan itu ( bener-bener 'mengundang' *plak!*).
"Kenapa kau takut? Memang kau berharap apa?" tanya Souji semakin intense dan mendesak. Yosuke hanya mencoba memalingkan wajahnya.
"A-aku nggak berharap apa-apa!" seru Yosuke kecil.
Souji mendekatkan wajahnya pada Yosuke sehingga pria pendek itu dapat merasakan semua desahan nafas Souji yang aduhai bunyinya (*Author fidget-fidget sendiri #dilemparguntingkuku (?)*).
"Kau segitu ingin tahu rasanya dicium ya? Wajahmu sampai merah dan panas begitu." kata Souji sambil memposisikan kepala Yosuke agar melihat langsung kearahnya dan memegang wajah itu dengan lembut.
"NGGAAAKKKKK!" seru Yosuke semakin berdebar-debar. Oh crap oh crap oh crap oh crap oh crap oh crap!
"Yakin?"
Yosuke bersemu semakin merah bahkan seertinya semua darahnya sudah menggolak di wajahnya.
"DI-DIAAMMM!" seru Yosuke sambil mencoba menutupi wajahnya.
"Yosuke...lihat aku..."
Yosuke melihat wajah itu. Rasanya ia ingin mati saja sangking malunya (entah kenapa).
"A-apa..?"
"Aku hanya bercanda."
Hening.
"Hee?"
Souji melangkah menjauhi Yosuke lalu tersenyum padanya.
"Kau pikir aku serius? Lagian nggak mungkin aku menciummu kan?"
Senyum itu nampak tidak tulus. Sebuah senyum yang dipaksakan. Nampak ada kekecewaan di dalamnya.
Begitu pun Yosuke. Ia awalnya agak sedikit berharap Souji benar-benar akan menciumnya, namun sepertinya itu hanya angan-angannya saja. Dia kan NORMAL.
"I-iya juga sih...ahahaha~" jawab Yosuke garing.
Sisa hari itu hanya dipenuhi oleh kecanggungan baik Souji maupun Yosuke. Mereka bahkan tidak bisa menikamati sisa film yang mereka tonton. Suasana ini pun semakin awkward karena adegan ciuman itu muncul lagi di akhir film.
Kenapa gue nggak langsung ngedorong aja Souji lalu kabur? Terus kenapa gue malah berharap ia mencium gue dan that's it. Kenapa? Kenapa? Kenapa sih?!
itsumo kono kuchi wa dare ka ni semattari
When will these words of mine approach someone?
sanzan na me ni awaseteiru na
These terrible eyes, they've finnaly met someone.
Inaba, Hill, a few days later...(ya somewhere over there kalau anda ingat tempat social link Yosuke nomor 9)
Yosuke mengajak Souji pergi ke bukit dimana biasanya Souji bekerja sambilan mengurus anak. Ia merasa perlu bercerita tentang betapa dia mencoba untuk menerima banyak hal yang sudah selama ini ia alami di Junes.
"Lihat! Rumahku kelihatan sangat kecil dari sini. Lalu Junes, itu rumahmu kan, Souji?"
"Syukurlah kau sudah lega sekarang, Yosuke." Kata Souji
Mendengar Souji berkata begitu, hati Yosuke serasa berbunga-bunga. Ia senang sang partner begitu memperhatikannya.
Eh?
Kenapa...harus senang?
"Ne, Souji..."
"Ya?" Jawab Souji sambil tersenyum.
Yosuke menahan kata-katanya beberapa saat.
"Jatuh cinta itu...normal kan?"
Mereka terdiam sesaat.
"Tentu saja. Memangnya kenapa?"
"Kalau jatuh cinta sama teman itu normal kan?"
Souji mencoba menebak arah pembicaraan ini.
"Yep."
Yosuke mulai bersemu merah lalu menunduk.
"Sekalipun dia...sesama..."
Yosuke berdebar-debar layaknya anak perempuan yang ingin nembak cowok yang disukainya.
Souji memandang Yosuke lekat-lekat sambil memegang kedua tangan cowok partnernya itu layaknya cowok yang nggak sabar ingin mencium ceweknya.
Souji..mengapa kau begitu ganteng?! Teriak Yosuke dalam hati yang sudah tidak bisa menghindari tatapan 'jadilah milikku' Souji (*Author di attack pake 'cincin saturnusnya' Susano'o tanpa alasan #plak!*).
Yosuke menggertakkan giginya.
"So-souji, kau..."Kata Yosuke terbata.
"Ya, Yosuke-kun?" Tatap Souji lembut dengan suara halus yang dapat membuat kuping Yosuke membara seperti mawar (wtf...).
Yosuke berteguh dalam hatinya bahwa ia tidak akan menyesal. Ia bertekat ini adalah untuk yang terbaik. Ia
"Kau...terlalu dekat..."
Souji terbelalak lalu mundur perlahan.
"So-souji?"
Pria berambut abu tersebut hanya bisa menatapnya dengan wajah sedih dan agak sedikit kecewa.
"Maaf...aku...terbawa suasana..."Jawab Souji pelan sambil meninggalkan Yosuke sendirian di situ.
"So-!" Yosuke awalnya ingin menghentikan Souji namun Souji sudah terlanjur menjauh.
Yosuke terdiam di tempat lalu diam-diam menitikkan air mata.
Mungkin...gue yang aneh.
irozui ta sazanka no
It changed colors
chi o namemawashite
I tasted the blood of the sasanqua
uramu you na sono shisen ni mukete
I regretfully looked into you eyes
TBC
Gimana sodarah-sodarah sebangsa dan setanah air para fujoshi sekalian? Garing ya? Maap, soalnya ini pertama kali ane bikin cerita Yaoi.
Awalnya mau bikin one shoot yang sekali abis di satu chapter tapi apa daya, dari 689 words jadi hampir 3k xD
Btw Fic ini terinspirasi dari lagu seperti judul fic ini, Heart Democracy.
Pertama kali liat video ini kan ane liat yang versi nico-nico chorus, ane kira lagu apa, ane dengerin aje deh.
Petama sih gambar si penyanyi nico-nya gitu *cewek* dan lagunya enak didenger, tapi nggak berapa lama kemudian munculah gambar nan bin ajaib itu di layar.
Wkwkwkwk, bagi yang belum pernah dengar, tuh lagu recomended banget deh~
Btw, teks-teks lagu diatas itu baru bait satu, nanti sisanya kita lanjutkan di chapther selanjutnya okeh?
Dan jangan lupa reviewnya~! Thanks a lot! (QwQ)v
