Beauty and The Beast
.
.
Kim Namjoon x Kim Seokjin
.
Namjin
.
Minyoon Taekook Jhope
.
.
adaptasi dari film Beauty and The Beast 2017. Namun akan lumayan berbeda.
.
Shin-KiNas .
.
.
Semua terlihat diam menunduk saat pria tinggi dengan jubah emas dan sepatu hitam mengkilat itu membanting piring berwarna emas dengan keras. Wajahnya mengeras dengan tangan yang terkepal kuat, memandangi kaca jendela besar yang kini berselimut air hujan itu dengan mata tajam sarat akan amarah yang besar.
"Jimin, bawa kepalanya kemari. Malam ini juga." Yang di panggil memelototkan matanya, meneguk susah payah air liurnya. "Kau dan Taehyung bergerak cepat, atau kepala kalian yang ku penggal. Bawa kepalanya, buang tubuhnya ke jurang Timur. Cepat!" bentaknya seraya meninju meja kecil di samping singgasanya.
"Yes My Lord." Setelah membungkukan badan, kedua Jenderal perang itu bergerak pergi menjauh dengan meremas pedang mereka. Berjalan tegap penuh wibawa seakan perintah sang Pangeran dapat mereka dengan laksanakan dengan baik. beberapa prajurit yang mereka lewati segera mengikuti kedua Jenderal perang utama Kerajaan Luxa menuju ruang di ujung timur. Dimana mereka akan mengambil senjata dan mengeluarkan kuda perang mereka pagi ini.
"Aku akan mengambil tehmu." Pria dengan baju merah panjang hingga lututnya itu membungkuk pamit, mengisyaratkan seluruh pegaiwainya keluar dari ruang Kerajaan utama. Suhu di luar dan di dalam istana berbanding terbalik, dimana hujan yang mengguyur pasti akan terasa dingin dan di dalam ruangan terasa begitu panas dan menyesakkan dada. Min Yoongi atau Sang penasehat kerajaan merangkap menjadi Kepala Pelayan itu tahu seluruh pembantu kerajaan itu menegang, percaya jika pakaian rangkap mereka telah basah oleh bulir keringat.
"Siapapun yang mengambil miliku harus lenyap." Suaranya masih berat akan amarah "Hoseok, ikut aku, kita buat rencana perang. Luxa tak boleh kalah, pilihannya mereka mati kubunuh atau mereka mereka memohon agar aku membunuh mereka."
Hoseok menegakkan badannya, meletakkan telapak tangan pada dada kirinya, membungkuk dengan cepat "Yes My Prince." Tak ada yang bisa membantah Pangeran jika amarah yang mengusainya. Atau kau bisa terpisah dari tubuhmu dalam sekejap.
.
.
"Bangun Jungkookie." Yoongi menepuk pelan pipi tembam yang dengan nyamannya bersender pada paha kecilnya. Sedikit tersenyum saat bocah itu hanya bergumam lalu merubah posisinya. "Bangun sayang. waktunya makan siang."
Eunghh yang di panggil masih terus menutup rapat matanya, justru lebih memilih menyamankan posisi tidurnya dengan meletakkan tangan kanan pada bawah kepalanya lalu tangan kirinya memeluk paha yang ia jadikan bantal. Jika harus memilih Sang Penasehat tak mau membangunkan bocah sebelas tahun itu. Jungkook terlalu menggemaskan jika tertidur.
"Bangun atau ku jadikan kelincimu kuda perangku." Suara berat itu membuatnya terlonjak terbangun, terduduk lalu dengan mata sayunya yang sedikit bengkak itu mencari sumber suara. Tepat dugaannya, lelaki dengan jubah perang itu berdiri tak jauh dari tempatnya tertidur, di sebuah taman bunga yang ia dan Yoongi rangkai selama beberapa tahun itu.
"Hyung." Rengeknya pada Yoongi, matanya sudah berkaca-kaca, akibat kaget dan membayangkan kedua kelincinya, Cooky dan Shooky akan di tunggangi Taehyung dan berlari di tengah-tengah perang dengan tubuh terluka.
Yoongi hampir saja gelagapan saat anak kesayangannya itu hendak menangis, memberikan tatapan tajam pada Taehyung yang kini memberikan senyum kotaknya dengan berjalan mendekat ke arah mereka. "Diamlah Tae, atau kau kujadikan santapan kelinci."
"Aku dimakan oleh kelinci seperti dia? Yang ada aku yang akan memakannya Hyun." Alisnya naik turun dengan gelak tawa yang keras, bahagia mengerjai Jungkook kecil yang kembali menggenang air matanya.
"Hyung~"
"Diam Taehyung atau aku benar-benar akan mencincangmu." Suara dingin itu sukses membungkam Taehyung, Jimin yang sudah duduk di depan kekasihnya ingin rasanya meledakan tawa melihat raut wajah Taehyung yang sungguh menggelikan, melirik Jungkook dan mengajak si kecil berhigh five karena sukses membuat Taehyung ciut. Tiga orang dewasa itu sukses di buat gemas oleh kikikan Jungkook yang menampilkan giig kelincinya, termasuk Taehyung, senyumnya tanpa sadar tercipta saat melihat Jungkook saat ini.
"Baik Pangeran cilik, saatnya makan. Namjoon menunggumu."
"Baik Jenderal." Jungkook tertawa saat Jimin menggendongnya masuk menuju istana, meninggalkan Taehyung dan Yoongi yang berjalan di belakang mereka.
.
Jungkook menengguk habis sup tomatnya, menjilat sisa sup yang tertempel pada bibirnya. Melirik Namjoon dengan mata kecilnya yang sedari tadi terus diam dan memakan makanannya dengan pelan. Mereka tidak bisa dikatakan dekat, tak tiap waktu mereka akan makan bersama. Namjoon adalah anak dari Kakak Ibunya yang merawatnya dari kecil. Membawa Jungkook masuk ke dalam istana besar ini dulu dengan tubuh bersimbah darah. Keluarganya mati terbantai, dan Namjoon menjadi pahlawannya saat ia hanya dapat menangis dengan luka di tangan dan pelipisnya.
"Pergilah ke ruang baca, gurumu sudah menunggu disana."
"Apakah Pangeran juga akan mengajariku?" cicitnya, merasa rindu dengan sosok Namjoon. Sang penguasa Negeri barulah pulang dua hari yang lalu setelah melululantahkan negeri seberang, itu yang Jungkook dengar dari Pelayan di kamarnya.
"Tidak. Aku banyak urusan-"
"Pangeran ada wanita keriput mencari Pangeran." Namjoon memejamkan matanya sejenak, menghirup nafas sedalam-dalamnya, hingga mata hitamnya terbuka, menyorotkan sinar amarah yang membuncah.
"Sudah ku bilang jangan ganggu jika aku di meja makan!" tangan besarnya menggebrak meja kaca di debannya. Membuat lilin dan beberapa mangkuk terloncat, tentu membuat si kecil meringkukan badan ketakutan. Bisa saja ia menangis sekarang, namun menangis menjadi hal yang menakutkan jika di depan pemilik tunggal Negeri Luxa.
"D-dia tak mau keluar Pangeran. Pra-prajurit sudah menyeretnya. T-tapi tak ta-u bagaimana i-ia bisa masuk kembali." Ucapnya menunduk, bulir keringatnya menetes deras, memejamkan mata berdoa semoga lehernya baik-baik saja. Doanya semakin cepat saat ia mendengar decitan kursi bergeser, suara gema sepatu Pangeran terdengar keras dan menakutkan, itu yang sang pelayan rasakan.
"Aku akan menggantungmu setelah ini." Tidak ada bentakan, justru suara rendah Namjoon terdengar menyeramkan saat berjalan melewatinya. Matanya bertemu dengan mata kecil snag Pangeran cilik yang kini berjalan ke arahnya lalu menepuk pelan pipinya. Yang ia rasa, simpati dari Jungkook justru mengoloknya, menandakan salam perpisahan baginya.
Jungkook melangkah kecil mengikuti Namjoon, menginjakkan kaki kecilnya pada ruangan penuh dengan terangnya lilin yang menggantung indah. Disana ada Yoongi Hoseok Jimin dan Taehyung yang berdiri membelakanginya. Merasa penasaran, ia berjalan terus mendekat hingga bersembunyi di balik kaki Taehyung yang berlonjak kaget.
"Siapa kau?" suaranya berat terdengar angkuh menatap wanita yang tak terlihat tua, namun memiliki wajah keriput menyeramkan tengah tersimpuh di bawahnya.
"Hamba meminta kemurahan hati Pangeran. Berilah hamba kepingan emas dan semangkuk nasi." Ucapnya dengan suara bergetar, Jungkook bergidik ngeri semakin mengeratkan genggamannya pada baju Taehyung.
"Heuh siapa kau berani meminta emasku? Apa imbalan yang akan kau berikan?" terlihat bodoh memang meminta imbalan pada wanita lusuh di bawahnya, namun Namjoon bukanlah seorang Pangeran baik hati yang akan memberikan apapun untuk rakyatnya. Ia hanya akan melihat pada siapa yang memiliki kekuatan, bukan kepada manusia lemah buruk rupa di bawahnya.
"Se-setangkai mawar. Ha-hamba hanya memiliki ini Tuan."
"Bedebah tak berguna. Keluar dari istanaku!" Yoongi hendak melangkahkan kakinya saat melihat wajah Namjoon memerah marah.
"Ka-kalau begitu semangkuk nasi Pangeran. Ha-hamba lapar." Namjoon semakin mengepalkan tangannya.
"Setetes airpun tak akan ku berikan padamu. Pergi dan tinggalkan lantaiku."
"Kau dan segala kesombongan dan hatimu yang hitam Pangeran." Wanita dengan kulit mengkerut itu berdiri masih dengan menggenggam mawar merahnya yang mekar. Membuat seluruh mata yang melihat membola.
Seluruh prajurit bersiaga saat wanita itu menurunkun tudungnya, menatap Namjoon dengan garang. Kantung matanya terlihat hitam menyeramkan. Tak ada yang bergerak karena mereka terlalu bingung saat wanita itu memancarkan cahanya yang menyilaukan.
"Aku adalah kekasih dari jenderal yang kau penggal kepalanya." Sinarnya semakin menyilaukan, wanita itu kini melayang dengan cahaya keemasan "Akulah kekasih dari lelaki yang kau tuduh mencuri berlianmu Kim Namjoon." Suaranya menggetarkan seluruh bangunan istana, hingga tubuh itu kini berubah menjadi wanita cantik dengan rambut tergerai indah dan gaun panjang berwarna biru yang menjuntai "Bukan kekasihku Namjoon. Kau dibutakan oleh amarah dan keegoisanmu. Kau tak mengenal cinta Kim Namjoon."
Semua bergetar menyaksikan bagaimana wanita dengan rupa cantik itu memiliki aura anggun dan menyeramkan sekaligus. Bahkan beberapa pelayan dan prajurit sudah lari terbirit-birit. Jimin bergerak mendekati Yoongi, menggenggam tangan putih itu yang kini bergetar hebat, Jungkook bahkan tak berani membuka matanya, memilih memeluk Taehyung dengan erat, sementara Hoseok terus menatap wanita itu tanpa mengedipkan matanya.
Namjoon merasakan seluruh tubuhnya terasa kaku. Bahkan menggerakan jarinya pun ia tak mampu. Hingga kakinya tak dapat menopang tubuhnya, ia terjatuh menumpukan badannya pada lutut. Tertunduk bagaikan tahanan tak berdaya.
"Kau dengan segala keburukanmu, akan menyelimuti tubuhmu Namjoon. Mereka akan membencimu, menjauhimu, dan mereka akan meninggalkanmu. Semua istana, negara, emas, berlian yang kau miliki akan terkubur bersama duniamu. Kau, Kim Namjoon, akan ku kutuk kau hingga kau mengerti akan sebuah cinta. Inilah balas dendamku."
Semuanya menjadi terang, sang Pangeran merasakan tubuhnya terbelah, badannya terasa panas, seakan api besar tengah membakarnya hidup-hidup. Teriakan meraung memenuhi isi istana, teriakan penuh kesakitan. Ujung-ujung kukunya mencuat hitam tajam, siap untuk mencakar dan mengoyak siapapun, bulu-bulu panjang mulai tumbuh di seluruh tubuhnya. Teriakan semakin jelas terdengar, begitu menyiksa. Kakinya berubah layaknya kaki seekor hewan, dengan kuku tajam dan bulu yang panjang. Wajahnya terbakar, tergantikan dengan mata besar, penuh bulu, bibir yang tebal. Namjoon sang Pangeran Layaknya seekor Monster menyeramkan.
Istananya menggelap, tak ada satupun titik cahaya. Hawa bahkan rasanya kini mencekiknya, setelah ia merasa terbakar, kini ia merasa membeku, bahkan bulu di tubuhnya tak dapat menghalau dingin. Namjoon meraung layaknya hewan. Tak percaya dengan apa yang terjadi.
"Hidupmu akan tergantung pada mawar ini. Temukan seseorang yang akan menerimamu sebelum kelopak ini habis. Atau kan dan seluruh yang kau miliki akan lenyap selamanya."
Dan semua kembali terang. Wanita itu menghilang dari pandangan besarnya bergerak mencari seluruh manusia isi istananya. Nihil. Yang ia temukan justru beberapa barang teronggok di belakang tubuhnya. Sebuah bantal, piano, jam tua, gelas dan candlestick.
.
.
.
Satu tahun setelahnya~
Tangannya dengan keras mencambuk kuda putih yang ia tunggangi, sesekali tangannya akan menaikkan kembali tudung merahnya yang terjatuh ke pundaknya. Rasanya kudanya harus terus berpacu cepat. Kepalanya menengok ke belakang, menyaksikan negaranya sudah jauh dari matanya, dapat dengan jelas ia melihat wilayah negaranya dari bukit. Matahari mulai menampakkan sinarnya, artinya sudah begitu lama ia melaju bersama kuda putihnya. Meninggalkan negara tercintanya.
Kim Seokjin kini memelankan laju kudanya saat dirasa dirinya begitu lelah, layaknya kuda yang berlari. Kepalanya menengok ke belakang, memastikan ia sudah sangat jauh dari istananya. Setelah angin menyapa tubuhnya yang terbaluk jubah tebal, mengamati hutan perbukitan yang sama sekali tak ia kenal.
Seokjin bukanlah pengembara yang tahu jalan, bukan prajurit yang sering berperang hingga mengerti seluk beluk wilayah lain. Ia terus berada di istananya. Matanya memicing saat menemukan sebuah jalan kecil.
Matanya bergerak tak nyaman, merapatkan jubahnya saat udara semakin dingin. Bibirnya bergetar, menyaksikan bagaimana daerah yang ia masuki kini penuh dengan salju. Karena yang ia tahu, negaranya tengah berada dalam musim panas. Tak ada apapun yang ia temui, buah-buahan, sungai ataupun suara hewan.
Hutan ini begitu sunyi. Bahunya bergidik ngeri, membayangkan ia akan mati kelaparan di tempat sepi seperti ini. Seokjin memilih turun dari kuda putihnya. Merasa kasihan karena kuda kesayangannya sudah ia kuras tenaganya tanpa henti. Tangannya bergerak menarik tali pada kuda agar terus mengikutinya.
Yang terdengar hanya suara langkah kakinya dan kaki kuda yang menembus salju. Ia suka membaca buku, ia suka saat dimana ia membayangkan tentang negeri tetangga. Tapi negeri ini tak pernah terbayang olehnya, yang ia cium hanyalah aroma dingin salju dan daun yang membeku, hingga matanya membola menyaksikan bangunan istana yang terlihat begitu tua dan..
Dengan halaman bunga yang membeku. Seluruh bunga yang ada terbungkus es transparan. Tak ada matahari saat ia mengadahkan wajahnya. Murni hanya sekelabut awan yang menurunkan salju. Masih dengan menarik kudanya, ia terus berjalan mendekati halaman bunga yang bisa ia katakan menjadi bunga es.
Kepulan asap terlihat jelas saat ia menghembuskan nafasnya. Menyaksikan seluruh bunga terbungkus es, Seokjin hanya bisa terdiam mengamati. Tak pernah ia tahu bahwa salju dapat membekukan bunga. Tangannya naik menyentuh bunga yang berselimut es itu, dan rasanya ia meletakkan jarinya pada tempat yang salah. Darah segar keluar dari jari telunjuknya hingga membuatnya terjatuh pingsan menyentuh salju di bawahnya.
Dan teriakan suara dari balik daun yang menjalar itu terdengar, berlari segera menghampiri seseorang yang tergeletak di salju. Dengan jejak kaki yang jelas berbeda, bukan jejak hewan maupun manusia yang kini berlari.
.
.
.
Padahal udah nonton berkali-kali editan video Beauty and The Beast versi Namjin by Desteenx. kalian search ada di YT ada kok. keren banget asli. tp baru sekarang kepikiran bikin ceritanya. ini hampir mirip pilemnya ya, cuma bakal ada yang beda kok. iseng doang. ga dibaca ulang. asli. mian for TYpo
niatnya mau oneshoot eh gajadi ntar kepanjangan. bye~
