Disclaimer: vocaloid bukan milik Mikan


"Ini untuk yang terbaik." ucapku lirih...

Aku mencoba tersenyum, walaupun rasanya sangat sakit. Dengan terus memegang Dadaku yang terus menerus mengeluarkan darah, aku berjalan keluar rumah yang telah bermandikan cairan merah itu...

Sesampainya aku didepan pintu, aku melihat kebelakang. Melihat potongan tubuh orang orang yang kubunuh, lebih tepatnya, kumutilasi...

Pandanganku kemudian beralih kesudut ruangan. Disana telah terduduk seorang gadis dengan rambut panjang berwarna hijau. Ditangannya terdapat pistol yang digunakannya untuk menembak dadaku. Wajahnya terlihat pucat dengan bercak bercak darah dipipinya. Aku berbalik dan kembali. Kusapu bercak darah dipipinya dengan lengan bajuku

"kamu sangat cantik, aku mencintaimu, Miku." kataku sambil mengecup dahi gadis yang tak lagi bernyawa itu.

Kemudian kuangkat tubuh itu menuju sebuah kamar. Kuganti pakaian gadis itu dengan gaun berwarna putih. Kubaringkan dia dikasur dan kutaruh sebuah buket bunga ditanganya.

"kamu sangat cantik mengenakan gaun itu Miku, aku sangat mencintaimu, kuharap kamu bisa mengenakan gaun itu untukku suatu saat nanti." kataku sambil menggenggam tangannya dengan kedua tanganku.

Semakin lama, luka didadaku semakin terasa menyakitkan, darahpun semakin banyak keluar dan beberapa tetes darah itu mengotori gaun putihnya.

"ah,maaf, aku mengotori gaunmu." ucapku lirih. Aku kembali menatap wajah Miku. Kembali kuingat ekspresi gadis itu saat aku memutilasi satu persatu sahabatnya didepan matanya, walaupun terasa menyakitkan, aku sangat menikmati suara jeritan Miku maupun teman temannya.

"ka, kamu gila kaito! Kenapa kamu berbuat sekeji ini." tanya Miku dengan suara terisak isak.

"aku cemburu, aku cemburu karena kamu lebih senang bersama dengan mereka dibanding bersamaku."

ya, itulah alasanku membunuh mereka. karena Miku yang sangat kucintai lebih peduli pada sahabat sahabatnya dibandingkan aku, pacarnya sendiri. Tiba tiba Miku mengeluarkan pistol dari sakunya, dan berusaha menembakku. Tapi terlambat, karena aku lebih dulu menusuk dadanya dengan pisau yang kubawa. aku masih teringat suara teriakannya saat aku menusuknya berkali kali, meskipun awalnnya tidak tega, tapi lama kelamaan aku semakin menikmati jeritannya yang sangat kesakitan.

"selamat tinggal Hatsune Miku, semoga kita bisa bertemu lagi, dan kuharap kamu bisa lebih mengerti aku." kataku kemudian bernjak pergi dari rumah itu ditemani hujan dan petir yang menyambar.