Sebuah fanfic pendek yang sudah ada draftnya sejak dulu. Fanfic ini mengambil setting satu tahun sebelum 'Prolouge of Epilouge'.

.

Marriage's Letter

by Higanbana Rin Lidde~2010

Pandora Hearts by Jun Mochizuki

Romance/Humor. T

Warning! OOC, AU, Gajeness, Abalism, Twoshots, don't like don't read.

.

"Gilbert Nightray! Sampai kapan kau mau tidur?" Elliot menggebrak pintu kamar Gilbert dengan tampang sebal. Kekesalan Elliot bertambah saat melihat kakak laki-lakinya itu cuma duduk meringkuk di atas kasur sambil menutup kepalanya dengan selimut.

"Aku akan menikah… Aku akan menikah…" gumamnya. Semakin sering dia mengucapkannya, badannya semakin bergetar.

"Orang bodoh macam apa yang fobia dengan pernikahannya sendiri!"

"Elliot! Kau tidak tahu bagaimana perasaanku! Bayangkan saja, aku akan mengucap janji di depan banyak orang, mencium wanita itu di depan banyak orang, argh! Membayangkannya saja aku sudah merinding!"

Elliot mendesah sambil berjalan mendekati Gilbert, lalu duduk di sampingnya.

"Bodoh," ucapnya. "Kau seharusnya membusungkan dadamu! Kau bahkan mendahului Ernest dan Claude, Gilbert. Yah, lupakan saja aku dan Vincent, kami kan lebih muda darimu…" kata Elliot.

"Elli…" Gilbert menatap mata biru adiknya.

"Kau, bisa juga bicara lembut,"

Dan saudara-saudara, urat kesabaran Elliot Nightray untuk hari ini sudah putus karena satu orang.

"Gilbert! Jangan membuatku makin marah! Cepat mandi dan bersiap! Dua jam lagi kau harus menikah!" perintahnya.

.

"Alyss! Kau tega!" Alice menangis meraung-raung sambil menggigit bonekanya.

"Alice! Jangan bertingkah seperti anak kecil!" Alyss menarik-narik ujung baju Alice. Alice tetap bersikeras tidak mau beranjak dari kasur.

"Habisnya, kau tega! Aku kan mau menikah hari ini! Kenapa kau sama sekali tidak memberikan apresiasi dan dukungan lahiriah kepadaku, hah?"

Alice berkeringat dingin, "Kau mengerti arti 'apresiasi' dan 'lahiriah', Alice?" tanyanya.

"Eh? Memang artinya apa? Aku cuma sering mendengar itu…" kata Alice.

Dan Alyss ragu saudara kembarnya ini akan mengucapkan kata 'Ya, aku bersedia' dan malah berkata 'Ya, aku mau daging'.

"Alice, terakhir kali kau mencoba gaunmu, aku sudah cukup kesulitan mengancingnya. Hari ini, kau tidak boleh makan daging sampai pernikahanmu selesai!" kata Alyss.

"Aku tidak bisa hidup tanpa daging!" erang Alice.

"Lalu nanti kalau kau kelaparan, apa kau akan memakan daging suamimu, hah?"

"Uh…" Alice mengalihkan matanya, "Melihat dari mukanya, sepertinya dagingnya alot," kata Alice.

Alyss berdecak heran, dia tidak bisa membayangkan seperti apa rumah tangga Alice dan suaminya nanti. Tapi, Alyss tidak menyadari bahwa nantinya, anak pertamanya dengan Jack akan lahir ketika anak Alice berusia tiga bulan. Ya, dengan kata lain, kerja sama Alice dan suaminya lebih baik daripada dia dan suaminya, kan? Padahal kalau dihitung-hitung, Alyss sudah terlebih dahulu menikah, tepat dua minggu setelah Lotti bercerai. Dunia memang kejam, saudara-saudara.

"Hey, Alice. Kau akan menjadi pengantin hari ini…" kata Alyss sambil mengelus-ngelus rambut panjang Alice.

"Aku takut, Alyss…" desah Alice.

"Kau takut dia bukan pria yang cocok untukmu?" tebak Alyss. Alice menggeleng.

"Aku takut di resepsi pernikahanku tidak ada menu daging dan steak,"

"Alice! Berhenti memikirkan makanan atau aku benar-benar akan membatalkan menu daging dan steak di resepsimu!" ancamnya.

"Maam, yes, maam!" Alice dengan cepat bangkit dari tempat tidurnya dan berjalan menuju kamar mandi. Namun, begitu dia sudah mau membuka pintu kamar mandi, Alice menoleh ke arah Alyss.

"Kau… Memesan daging?"

Alyss tersentak, mukanya memerah. Dengan cepat dia memalingkan mukanya, "Tentu saja, itu hadiah yang akan kuberikan jika kau tidak mengacaukan pernikahanmu,"

Alice tersenyum, "Terima kasih, Alyss…"

.

Kediaman Baskerville. Tim Sukses pengantin Wanita.

"Jack…" panggil Oz.

"Apa?" Jack tidak mengalihkan matanya dari cermin besar yang ada di ruang ganti tersebut. Tinggal mengikat dasi kupu-kupu, memasang jas tuxedo, dan memastikan kalau dia memakai kaus kaki, lalu selesai.

"Apa menurutmu ini akan berjalan lancar?" tanyanya.

"Pernikahan Alice dan Gilbert?"

"Bukan, ini soal diriku dan bagianku dalam pernikahan ini. Aku khawatir tidak bisa mengerjakannya dengan lancar," kata Oz sambil mendesah. Bukan karena apa, masalahnya dari tadi dia tidak bisa mengikat dasi. Ya, salah satu bakat yang dimiliki Oz Vessalius adalah, tidak bisa mengikat dasi.

"Kau tidak perlu menghkawatirkannya…" kata Jack sambil memasangkan dasi di leher Oz.

"Tapi, Jack…"

"Oz, tugasmu hanya menyerahkan kotak cincin setelah mereka berdua mengucapkan janji! Jangan panik!"

.

Kediaman Nightray. Tim Sukses pengantin Pria.

"Dan… yak! Gilbert Nightray siap bertarung!" Vincent akhirnya selesai juga membantu Gilbert bersiap-siap dengan pakaiannya. Kali ini, untuk yang pertama dan yang terakhir kali dalam hidupnya, Gilbert mengenakan setelan yang benar-benar putih seutuhnya. Yang hitam dari dirinya hanyalah rambutnya, kancing jas, resleting celana, dan mawar berawan hitam yang disematkan di dadaknya—kata Vincent, agar Gilbert tidak kehilangan ciri khasnya-. Gilbert memandangi dirinya di cermin dengan tatapan gusar.

"Vincent, ganti warna…" katanya.

"Hah?"

"Kenapa sih semua pernikahan itu memakai baju berwarna PUTIH?" protesnya.

Vincent memukul perut Gilbert pelan, "Gil! Jangan beralasan macam-macam!" ujarnya.

"Aku bukannya beralasan! Tapi aku benar-benar tidak bisa tahan dengan warna putih!" kata Gilbert. Mukanya pucat. Baiklah, kita vonis Gilbert sekarang mengidap fobia akut yang tidak bisa disembuhkan bahkan dengan bantuan orang pintar seperti dukun.

"Gil…" Vincent menatap kedua bola mata emas milik kakaknya itu.

"Kenapa kau menikahi Alice?" tanyanya.

"Uh…" Gilbert nampak berfikir, "Intuisi?" jawabnya.

Vincent menjentikkan jarinya, "Yak! Itu! Ketika kau meminangnya, kau tidak berfikir, kan? Kau hanya mengikuti intusimu, bahwa dia, Alice, gadis menyebalkan yang selalu berkelahi denganmu dulu adalah orang yang kau cintai dan kau yakini menjadi pendamping hidupmu!"

Gilbert mengangkat sebelah alisnya, "Maksudmu?" tanyanya.

"Maksudnya, kau tidak perlu khawatir soal pernikahan ini, Gilbert. Jalani saja, menurut intuisimu. Kau sudah dituntun untuk menemukan pasangan hidupmu, dan sekarang kau dituntun untuk menjadikan dia pasanganmu yang seutuhnya…" kata Vincent sambil berkedip dan memamerkan jempolnya.

"Vincent, berapa lama kau menyusun kata-kata bijak begitu?"

"Sekitar satu hari,"

.

"Kau cantik, Alice…" Alyss tersenyum sambil memandangi Alice yang berputar-putar di depan cermin sambil memainkan gaun putihnya. Rambutnya disanggul, namun dua kepangan kecilnya tetap dibiarkan menjuntai, tudung putih yang dihiasi bunga mawar berwana putih yang mekar, seperti bagian bawah gaun Alice. Corsage bewarna merah Lycoris tersemat di dadanya. Ternyata pikiran Alyss dan Vincent sama, putih hanya formalitas, dua orang ini harus tetap memamerkan identitas diri mereka lewat warna yang mencolok di pakaian mereka.

"Untung saja kita memilih Sharon sebagai desainer, dan tidak memesan di butik, karena biayanya akan sangat mahal…" kata Alyss.

"Sharon benar-benar berbakat. Lihat, dia bahkan menambahkan busa di bagian dada!" kata Alice girang. Alyss keringat dingin, dia melirik miliknya, lalu melihat Alice, terlihat sama. Oh, syukurlah, punyaku lebih besar, pikir Alyss.

"Alyss, kau melupakan ini," seseorang membuka pintu sambil membawa buket bunga. Seorang perempuan berambut abu kebiruan dengan gaun berwarna biru langit. Rambutnya dijepit dengan sebuah jepit berbentuk sayap berwarna senada dengan gaunnya.

"Ah, aku hampir melupakannya…" Alyss menepuk dahinya. Echo menyerahkan buket bunga itu pada Alyss, dan Alyss menyerahkannya pada Alice.

"Jangan mengacau," kata Alyss sambil tersenyum jahil. Alice merampas buket bunga itu seraya menyeringan puas, "Kau pikir siapa aku?"

Alyss tertawa, "Baiklah, Alice. Aku akan bersiap-siap juga. Pendamping pengantin juga butuh sentuhan istimewa," Alice mengedipkan sebelah matanya.

.

'Hooooeeeeek,' terdengar suara pilu nan nista dari kamar mandi. Claude yang sudah siap hanya duduk tenang sambil membaca koran.

"Yang ke berapa kali?" tanyanya pada Vanessa.

"Dua puluh, atau lebih?" katanya sambil mengangkat bahunya, tidak yakin.

"Apa dia bisa ya? Menuntaskan hari ini?" kata Ernest. Suara Gilbert yang muntah-muntah di kamar mandi masih terdengar.

"Salahmu mengadakan pesta bujangan, Ernest!" kata Elliot.

"Bukan salahku! Salahkan Break yang memaksanya minum sampai delapan botol! Hey, aku juga tidak mengira Gilbert akan minum sebanyak itu…" kata Ernest membela diri.

"Tapi tetap saja kau bersalah, Ernest" kata Vincent.

"Gilbert… Apa dia akan baik-baik saja?" pikir Vanessa.

"Apa perlu kita datangkan mentalis untuk memberikan sugesti padanya?" tawar Claude.

"Tidak usah, waktunya tidak sempat. 30 menit lagi, pernikahan akan dimulai," kata Elliot sambil mengetuk-ngetukkan jarinya di jam tangannya.

.

TBC

.

Seperti yang diminta, saya bikin GilAlice. Ini adalah fanfic tentang pernikahan mereka berdua. Bagaimana kelanjutannya? :3

Yasud, review?

xoxo

Rin