| Sugar Baby |
Disclaimer : all characters that's Masashi Kisimoto own
Genre : romance/drama
Rate : M
Chapter 1
"A Sugar Baby"
Selamat Membaca
.
.
.
Ruangan itu terlihat sangat berantakan, tidak. Berantakan tidak cukup menggambarkan ruangan yang bernuansa soft purple itu. Pecahan kaca, bercak darah, air teh yang mengotori lantai dan karpet persia, serta buket bunga yang sudah tidak terlihat lagi keindahan bentuknya.
Hyuuga Hinata, perempuan berusia 21 tahun itu mengumpat sambil menjambak rambutnya frustasi. Dia tidak menyangka akan tiba waktunya dimana dia dilabrak oleh isteri dari pria yang dikencaninya selama dua tahun terakhir. Pria paruh baya yang sudah membiayai dan memfasilitasi hidupnya menjadi lebih baik, seorang pengusaha batu bara yang sangat sukses dan memiliki isteri yang sangat mengerikan.
Tobirama Senju, pria berusia 49 tahun yang masih memiliki kharisma dan aura kuat itulah teman kencan si cantik nakal Hyuuga Hinata. Pria yang secara tidak sengaja ditabrak dan dikotori setelan jasnya yang seharga dua tahun gaji Hinata kala bekerja paruh waktu di sebuah kafe tempat pertama kali mereka berjumpa dua tahun lalu.
Hinata yang pada saat itu sudah pasrah menerima umpatan dan makian dari Tobirama hanya menganga seperti gadis autis saat mendengar suara berat nan tajam milik pria bermata ruby itu, 'seksi'. Itulah kata pertama yang Hinata dengar dari dirinya.
Entah apa yang terjadi, setelah insiden tabrakan itu Tobirama sering mengunjungi kafe sekedar untuk duduk sambil memperhatikan Hinata sambil meneguk satu gelas kopi pahit. Hubungan diantara mereka mulai dekat, hingga pada akhirnya Tobirama mengetahui fakta bahwa Hinata hidup sebatang kara dan harus menghidupi biaya sekolah dan biaya hidup dirinya.
Tanpa membuang waktu, pria dengan surai putih itu menawari Hinata sebuah perjanjian yang cukup menarik. Hinata harus menjadi teman kencannya atau selingkuhannya atau apapun itu. Dan sebagai gantinya, Tobirama akan menanggung semua biaya hidup dan sekolah Hinata sampai jenjang Universitas atau sampai waktu yang tidak terbatas.
Awalnya si cantik Hyuuga merasa ragu dengan tawaran itu. Namun logika dan akal sehatnya membuat dia sadar, bahwa dia sudah sangat lelah dengan semua beban hidup yang dimilikinya. Tanpa Hinata sadari, dia sudah melibatkan dirinya pada situasi rumit dan berbahaya.
Satu kecupan ringan diberikan Tobirama kala Hinata bersedia menyutujui kesepakatan yang dia tawarkan. Dan kecupan itulah yang membuat Hinata sadar, bahwa Tobirama Senju, pria kaya raya yang akan merubah dunianya.
.
.
.
Masih enggan beranjak dari sofa empuknya, Hinata masih setia berbaring sambil memegang pelipisnya yang terluka. Mei Terumi, wanita berusia 43 tahun, seorang pemilik brand kosmetik ternama sekaligus isteri dari Sugar Daddy-nya.
Wanita berambut merah maroon itu memporak-porandakan seluruh isi apartemen mewahnya. Apartemen pemberian dari Tobirama yang diberikannya seminggu setelah mereka berkencan. Hinata yang baru pulang dari makan malamnya bersama Tobirama dikejutkan dengan kehadiran Mei didalam apartemennya. Wanita itu menunggu kepulangan dirinya dengan duduk manis di sofa ruang tamu dan terjadilah aksi kesetanan yang membuat seluruh isi apartemen itu menjadi seperti sekarang.
Hinata mengerjapkan kelopak matanya kala mendengar pintu apartemennya yang terbuka. Dia sudah tidak peduli jika wanita garang itu kembali lagi dan membuat apartemennya hancur, atau yang lebih mengerikan lagi dia akan membunuhnya. Hinata membuang nafas kasar, dan memilih untuk meringkuk dan memejamkan matanya erat.
Namun, suara berat yang terdengar memburu itu menarik kesadarannya untuk merasa terkejut, khawatir, dan lega secara bersamaan.
"Baby?"
Tobirama Senju, berdiri dihadapannya dengan raut wajah keras dan kedua telapak tangannya yang mengepal. Pria paruh baya itu duduk bersimpuh sambil meraba-raba tubuh Hinata. Memastikan tidak ada luka fatal yang disebabkan oleh isterinya.
Hinata memandang Tobirama dengan sendu, air mata mulai meleleh dari sudut matanya. Wanita Hyuuga itu memeluk leher sang daddy dan mulai terisak dengan pelan entah karena apa.
"D-daddy.."
Pria itu mengelus surai panjang Hinata, mencoba menenangkan sambil mengecupi puncak kepalanya dengan manja.
"Aku minta maaf, soal Mei."
Hinata menggeleng, tidak seharusnya pria bermata ruby itu meminta maaf atas perlakuan isterinya. Karena dalam masalah ini, kesalahan memang mutlak dari Hinata. Satu dorongan pelan Hinata lakukan hingga membuat keduanya bertatap. Telapak tangan besar Tobirama mengelus luka Hinata, tidak ada darah yang keluar, hanya tersisa bercak darah yang mengering disekitar pelipisnya.
"Kau terluka."
"Hanya luka kecil."
Bibir tipis berwarna kecokelatan itu tertarik, menampilkan senyuman menawan yang Hinata sukai dari pria yang hampir berumur setengah abad itu. Tangan besarnya menarik tubuh mungil Hinata dengan pelan, membawa wanita Hyuuga itu pada pelukan hangat.
"Mei, dia sedang mengandung." Tobirama terkekeh pelan setelah mengatakan hal itu pada Hinata, "Kau tahu kan Babby, aku memang mencintai isteriku meski dia sangat menyebalkan."
Mei Terumi, akhirnya mengandung untuk pertama kalinya selama usia pernikahan mereka. Meski diusianya yang tidak lagi muda, Mei masih bisa mengandung dan melahirkan seperti biasa. Hanya saja harus ekstra hati-hati dalam masa kandungannya.
Hinata tidak terkejut mendengar penuturan Tobirama. Pria itu memang mencintai isterinya dan mulai iseng mencari suasana baru karena rasa kecewanya pada Mei yang tak kunjung mengandung benihnya. Wanita Hyuuga itu menggulum senyum, merasa ikut senang dengan kabar yang diceritakan oleh teman kencannya.
"Daddy, aku senang. Sebentar lagi kau akan menjadi seorang Ayah."
"Hm.."
"Daddy, bagaimana kalau kita akhiri saja semua ini?" tubuh Hinata terdorong dengan pelan, Tobirama memandang Hinata dengan raut wajah yang tidak dapat diartikan. Hinata menggaruk pipinya yang tidak gatal, merasa tidak nyaman dengan pandangan pria itu padanya.
"Yah, Daddy akan segera mempunyai anak dan aku rasa hidup Daddy sudah sempurna sekarang."
"Baby, bagaimana dengamu?"
"Aku? Aku baik-baik saja." Hinata menggulum senyum
Ya, Hinata memang baik-baik saja. Karena hubungan mereka hanya sekedar teman kencan. Hubungan yang saling menguntungkan satu sama lain dengan tidak melibatkan perasaan didalamnya. Baik itu Hinata atau Tobirama, keduanya tidak merasakan apapun yang lebih dari kata nyaman. Hanya sekedar nyaman dalam menemani satu sama lain. Baik itu mengobrol, makan, liburan, bahkan seks sekalipun. Mereka berdua memang menikmati itu semua, tetapi tidak sampai saling menaruh perasaan yang cukup dalam.
Tobirama tersenyum, lalu memangut bibir seksi milik baby-nya dengan penuh hasrat. Hinata yang sudah terbiasa dengan perlakuan seperti itu hanya menerima dan ikut menikmati. Karena Hinata bukanlah wanita yang munafik, ia mengakui jika bercinta dengan pria ini adalah suatu kenikmatan yang menyenangkan.
Dan tidak ada salahnya, menghabiskan sisa kebersamaan mereka dengan bercinta diatas sofa, dengan luka yang sedikit mengering, juga keadaan ruangan yang seperti kapal pecah. Karena jika hasrat sudah berbicara, maka akal dan logika pun menjadi tumpul.
Tidak ada bagian tubuh dari keduanya yang tidak dijamah. Usapan, elusan, bahkan erangan nikmat memenuhi ruang apartemen yang kacau itu. Tobirama, dengan segala pengalaman dan keahliannya memanjakkan Hinata untuk terakhir kalinya.
Pekikkan kecil terdengar kala bagian kebanggan pria itu mulai memasuki dirinya. Meski sudah tidak menyandang status gadis lagi, Hinata memanglah sangat rapat dan Tobirama sangat puas akan hal itu. Merasakan bagian dirinya yang dicengkram dengan kuat membuat sensasi nikmat tiada tara
Peluh membanjiri keduanya, sofa berderit seirama dengan tempo yang Tobirama ciptakan. Menggerakkan pinggulnya dengan lembut dan terkesan sensual. Hinata melengguh, menggigit bibir bagian bawah, dan mendesah halus karena gelombang kenikmatan yang ia rasakan.
Tempo gerakkan Tobirama mulai meningkat, membuat tubuh Hinata berguncang dengan indahnya. Seringaian terukir dari kedua sudut bibirnya kala melihat Hinata yang meracau tidak jelas meminta gerakkannya dipercepat.
"D-daddy, fasrter, a-ahh,, p-please"
Tidak ada kata yang terucap, hanya geraman dan lengguhan yang keluar dari mulut Tobirama. Pria itu menunduk dan membawa Hinata pada ciuman panas, liar, dan memabukkan.
Suara desahan keras Hinata menggema, kala bibir tipis kecokelatan itu berpindah untuk mencumbu ceruk lehernya yang sudah dibanjiri dengan peluh.
"A-ahh,, d-daddyh, ohh,, emhh"
"Yeah, call me baby, just call me.."
Hinata semakin merapat, menegang dan mulai melengkung keatas dengan perlahan. Surga kenikmatan yang mereka cari tidak jauh lagi, hanya tinggal beberapa hentakkan dan mereka meraup kenikmatan bersama.
"A-aku, d-dad-ah,, ahh,,,"
"Hi-hinatah, arghh.."
Merekan mencapai puncaknya. Suara desahan itu terganti dengan tawa renyah yang terdengar lelah dari keduanya. Mereka saling menempelkan keningnya, tertawa dan merasa puas dengan sesi percintaan mereka.
"D-daddyh, terima kasih." hanya tiga kata yang mewakili ucapan perpisahan mereka.
"Tidak masalah, Baby."
Hinata menggulum senyum, merasa lega dengan perpisahan mereka, "Baby, apa kau akan mencari pria sepertiku lagi?"
Hinata tidak tahu harus menjawab apa, namun pikirannya berkecamuk dengan hal yang tidak-tidak. Bagaimana jika dia kembali dilabrak oleh seorang isteri untuk yang kedua kalinya? Hinata meringis membayangkan pikirannya itu.
"Hinata, tidak ada yang bisa aku berikan setelah ini. Semuanya berada dalam kuasa isteriku."
"Aku tahu dan aku akan mencari lagi Sugar Daddy yang baru."
"Benarkah?"
"Tentu, karena aku memang lah seorang Sugar Baby."
.
.
.
BERSAMBUNG
