Love Blind © manjeeh
Disclamer: They own theyself but this fanfiction is pure mind.
Summary: Jaejoong selalu dikira laki-laki pleh orang yang baru dikenalnyakarena penampilannya yang tidak mencerminkan bahwa ia seorang gadis. Yunho seorang pecinta sesama jenis, tertarik oleh Jaejoong.
WARNING: AU, a little bit yaoi, typos, OOC.
"Nggghh"
Kedua orang dengan gender yang sama itu tidak perduli dengan sekeliling mereka yang tengah memperhatikan kegiatan mereka. Menikmati seluruh hal yang bisa mereka nikmati, salah satu diantara kedua laki-laki itu yang bertubuh tegap dan berkulit tan, sebutlah namanya Jung Yunho terus memainkan lidahnya didalam rongga mulut kekasihnya itu, menggoda sang kekasih tercinta untuk terus mendesah. Kim Heechul, nama kekasih Yunho hanya bisa mendesah pasrah ketika sang kekasih melakukan hal yang sangat disukainya itu.
Sampai-sampai seseorang menghampiri mereka.
"Ehem."
Mereka berdua tidak menggubris suara aneh tersebut.
"Tidakkah kalian sadar ini masih pagi hari dan kalian sudah mengumbar kemesraan bodoh kalian ditempat umum seperti ini?"
Yunho menghentikan kegiatannya menciumi sang kekasih, ditatapnya seseorang berani menginterupsi kegiatannya. Ah, sahabat kecilnya rupanya.
"Oh, shut the fuck up Yoochun." Yunho memberi death glare kepada Yoochun-nama seseorang yang menginterupsinya tadi.
Yoochun hanya memutar kedua matanya bosan. Mendapat death glare dari sahabatnya tidak berarti apa-apa untuknya. Ia pun duduk disalah satu kursi yang ada dihadapan Yunho dan Heechul.
"Ah Yoochun-ah." Heechul menatap malu-malu kepada Yoochun, dirinya sungguh malu dipergoki oleh sahabat kekasihnya itu sedang berfrenchkiss ria dengan Yunho. Meskipun ia sadar bahwa dirinya dan sang kekasih telah menjadi pusat perhatian sejak tadi oleh mahasiswa/i yang telah hadir dikantin Universitas.
Yoochun hanya mengangguk menanggapi panggilan Heechul.
"Apa maumu?" Yunho menatap Yoochun penuh selidik. Ia pun melihat arlojinya.
'Jam 7, mau apa dia datang jam segini.'
Ia sangat tahu bahwa Yoochun adalah orang yang sangat sulit datang pagi-pagi ke Universitas. Pasti ada yang ia inginkan, pikir Yunho.
Yoochun mendengus mendengar pertanyaan sahabat kecilnya itu.
"Pertanyaan bodoh, aku salah satu mahasiswa disini. Apakah ada alasan lain selain aku ingin kuliah untuk menjawab pertanyaan bodohmu Jung?" Yoochun berbicara dengan nada sarkastik.
Yunho tampak berpikir sebentar dan tatapannya tanpa sengaja menemukan objek yang ia inginkan sebelum ia menyeringai menatap sahabat kecilnya itu.
"Melihat pujaan hati mungkin?" Yunho menunjuk salah satu kursi yang diduduki oleh seorang gadis berambut ikal dengan kacamata terbingkai sempurna di wajah manisnya.
Wajah Yoochun memerah ketika melihat siapa orang yang dimaksud sahabat kecilnya itu. Yunho menyeringai ketika melihat rona kemerahan diwajah Yoochun.
"Ah, sepertinya aku benarkan Chun?" Yunho merangkul bahu tegap Yoochun, ia pun membisikkan sesuatu ditelinga Yoochun. Yoochun pun hanya mengangguk mendengar bisikkan Yunho ditelinganya, ia pun berdiri lalu menghampiri kursi yang Yunho tadi tunjuk.
Heechul hanya diam melihat tingkah sang kekasih dan sahabatnya itu, ia pun tersenyum ketika melihat Yoochun pergi dari hadapannya dan Yunho yang menghampirinya lagi.
"Apa yang kau bisikkan padanya Yun?"
"Sesuatu yang akan membuatnya senang hari ini." Yunho tersenyum kearah kekasihnya lalu ia melanjutkan lagi sesuatu yang sempat Yoochun interupsi tadi.
"Ngghh."
-OOO-
Gadis berambut ikal dan berkaca mata itu menatap serius kearah laptop pink nya. Jari-jari putihnya menari indah diatas tuts laptop tersebut.
"Hai."
Gadis berambut ikal itu mengernyit ketika seseorang menyapanya, tapi ia terlalu malas untuk mengalihkan pandangannya dan membalas sapaan dari orang tersebut. Mood nya sudah sangat buruk pagi ini.
"Kim Junsu." Tak mau menyerah, orang itupun terus mencoba mengalihkan pandangan sang pujaan hati dari laptop pink nya.
"Apa yang kau inginkan?"
Junsu menatap horror orang yang menganggunya mengerjakan tugasnya itu, matanya membulat sempurna melihat orang yang telah mengganggu kegiatannya itu.
"Hai." Sapanya lagi.
"H-hai." Entah perasaannya saja atau memang ia menjadi gugup menjawab sapaan orang itu.
"Kutemani ya?" Jantung Junsu berdetak lebih cepat mendengar pertanyaan orang itu.
"T-tentu Yoochun-ah." Yoochun tersenyum mendengar jawabannya Junsu. Tanpa disuruhpun Yoochun duduk disamping Junsu.
"A-ano." Junsu semakin gugup menyadari jarak antara dirinya dan Yoochun sangat dekat.
"Ada apa?"
"Ah t-tidak."
Yoochun mengernyit mendengar pernyataan Junsu, tapi ia segera tersenyum kepada Junsu, tak ingin moment indah yang sedang ia nikmati menjadi rusak karena ulahnya, mungkin.
"Apa yang sedang kau lakukan?" Yoochun mendekatkan kepalanya, melihat ke laptop pink kesayangan Junsu itu. Junsu merasakan seluruh tubuhnya melemas ketika tanpa ia sengaja mencium aroma tubuh Yoochun dari jarak sedekat ini.
"M-mengerjakan t-tugas Yoochun-ah."
"Boleh kubantu?"
Junsu hanya mengangguk malu-malu menerima ajakan Yoochun.
Setelah itu, mereka mengerjakan tugas Junsu bersama-sama, diselingi dengan wajah Junsu yang terkadang merona akibat digoda Yoochun atau pun tertawa bersama. Sungguh, hari ini merupakan hari yang tidak akan mereka lupakan.
-OOO-
Matahari telah menempati singgah sananya dengan sempurna. Semua orang yang memiliki kegiatan dipagi hari telah melaksanakan tugasnya dengan terburu-buru karena keterlambatan yang mereka lakukan.
Seseorang masih bergumul didalam selimut putihnya, dirinya masih enggan membuka kedua matanya yang indah. Ia masih sangat lelah setelah perjalanan panjangnya semalam. Dan beberapa menit kemudian seseorang diluar kamarnya, mengetuk pintunya dengan sangat sabar.
Tok tok tok.
"Jae."
Tok tok tok.
"Jaejoong."
Tok tok tok
"Kim Jaejoong."
TOK TOK TOK.
"KIM JAEJOONG!" Habis sudah kesabaran orang tersebut membangunkan sang putri tidur.
"Brengsek." Merasa terganggu dengan ketukan 'pelan' dari sang pengketuk pintu kamarnya, ia pun menyibak selimut putih kesayangannya.
TOK TOK TOK.
"KIM JAEJOONG."
"AKU SUDAH BANGUN NIISAN!" Sang putri tidur yang kita ketahui bernama Kim Jaejoong itu, membalas sahutan orang yang berada diluar kamarnya dengan suara yang tak kalah kencang.
"KAU ITU PEREMPUAN BODOH, KENAPA BANGUN SIANG. LIHAT JAM BERAPA SEKARANG INI BODOH!" Seseorang yang Jaejoong panggil Niisan itupun, ikut-ikutan berteriak karena kesal sang adik berani-beraninya meneriakinya.
Jaejoong tidak mengindahkan ucapan sang kakak, ia pun melirik jam kecil diatas meja nakas disamping kasurnya, matanya membulat sempurna melihat jam sudah menunjukkan pukul 08.30 pagi. Padahal ia ingat kalau jadwal kuliah di Universitas pindahannya pukul 09.00.
"Kuso!"
"JAEJOONG BANGUN!" Sang niisan kembali berteriak ketika tidak mendapati sahutan balasan dari sang adik.
"AKU SUDAH BANGUN NIISAN!" Astaga, Niisan nya itu sungguh berisik. Segera, setelah menyahuti Niisan nya, ia bergegas kekamar mandi. Tak butuh waktu lama baginya untuk mandi. Rambut almondnya yang pendek, basah, dan acak-acakkan itupun tak dihiraukannya. Ia pun mengambil asal pakaian didalam lemarinya yang belum tertata sempurna dengan pakaian miliknya. Ia pun mengambil kemeja kotak-kotak kebesaran dan blue jeans.
Setelah itu, ia keluar dari kamarnya dan turun ke lantai satu pun, ia menyapa Kaasan nya, lalu menciumi sayang kedua pipi orang yang sangay dicintainya itu. Lalu ia berlari keluar, tidak menghiraukan ajakkan Kaasan nya untuk sarapan terlebih dahulu.
"NIISAN ANTARKAN AKU!" Entah itu teriakkan Jaejoong yang keberapa kali yang ia lontarkan kepada Niisan nya untuk hari ini. Menghela nafas lalu menyakini dirinya sendiri bahwa hari ini, hari dimana dirinya kembali ke negara kelahirannya akan menyenangkan seperti hari-hari sebelumnya saat ia tinggal di Jepang.
'Be my day please.' Batinnya.
-OOO-
"Kudengar kelas kita akan ada mahasiswa pindahan dari Jepang."
Samar-samar Yunho mendengar pembicaraan antar teman sekelasnya, dirinya mengernyit mendengar bahwa akan ada mahasiswa baru pindahan ke kelasnya.
'Bodoh!.' Pikirnya.
"Kudengar kelas kita akan ada mahasiswa pindahan dari Jepang Yun, benarkah?." Heechul mencoba berinteraksi dengan sang kekasih disaat dirinya tidak melakukan apa-apa.
"Apa peduliku?." Bukannya menjawab, Yunho malah balik bertanya kepada sang kekasih dengan nada sarkastik, dan itu membuat sang kekasih jengkel sentengah mati.
"Kau ini kenapa, aku kan hanya bertanya." Heechul mempoutkan bibirnya, sungguh ia sangat tidak menyukai ketika orang yang ia ajak berbicara menjadi menyebalkan seperti yang Yunho lakukan tadi.
Yunho yang melihat sang kekasih mempoutkan bibirnya itu hanya tersenyum, lalu tanpa disuruh siapapun ditariknya wajah Heechul lalu menciuminya lagi. Seluruh perhatian kelas langsung teralihkan ketika mendengar desahan yang Heechul keluarkan disela ciumannya dengan Yunho.
"Ngggh."
Bukan suatu rahasia lagi, jika Yunho dan Heechul merupakan sepasang kekasih yang sama gender nya. Yunho yang merupakan anak dari donatur terbesar di Universitas mereka bisa melakukan apa saja yang ia inginkan, termasuk berciuman dengan sang kekasih didalam kelas. Tak ada yang berani melarang ketika mereka berdua mengumbar kemesraan didepan mahasiswa/i lain.
Lagipula dengan wajah Heechul yang lebih cantik dibandingkan perempuan pada umumnya itu, banyak teman-teman mereka yang tidak begitu risih dengan mereka, ya meskipun memang ada yang membenci kebersamaan mereka. Malah ada beberapa dari mahasiswa/i yang sangat mendukung hubungan mereka sehingga membuat suatu perkumpulan dengan nama HoChulVers(yunHoheeChulloVers).
Ketika sedang asyik-asyiknya melihat pasangan didalam kelas itu mengumbar kemesraan-lagi- pintu kelas mereka terbuka, dan munculah guru yang akan mengajar dijam pertama mereka.
"Selamat pagi anak-anak." Sapa dosen yang sudah tidak bisa dikatakan muda lagi itu.
"Selamat pagi Lee Seongsaenim." Jawab seluruh kelas kompak, minus Yunho dan Heechul yang masih sibuk menciumi diri masing-masing, namun kali ini Heechul mencoba tidak mengeluarkan desahannya ketika ia tahu guru pengajarnya telah datang.
"Baiklah anak-anak, hari ini aku punya kabar gembira terutama bagi kalian para yeoja single dikelas ini. Hari ini kita kedatangan mahasiswa pindahan dari Jepang." Seongsaenim memulai pembicaraan dengan diselingi sedikit candaan yang membuat beberapa mahasiswa mual mendengar ucapan sang seongsaenim yang mempunyai selera humor yang buruk itu.
"Wah, ia pasti sangat keren."
"Aku akan menjadi fansnya."
"Pasti ia sangat tampan."
Lee Seongsaenim tersenyum mendengar beberapa tanggapan mahasiswi yang ia dengar, setelah ia memberitahu bahwa kelas ini akan kedatangan mahasiswa pindahan baru dari Jepang.
"Masuklah Nak." Mendengar suara sang Seongsaenim, seseorang yang berada diluar kelas tersebutpun melangkahkan kakinya memasuki kelas dengan cat dinding berwarna baby cream itu.
Seluruh mahasiswi menahan nafas melihat seseorang yang memasuki kelas mereka dengan sangat keren itu.
Langkah kaki seseorang tersebut berhenti didekat Lee Seongsaenim, ia tersenyum melihat seluruh mahasiswa/mahasiswi ada yang berbisik-bisik dan menatapnya dengan pandangan tak percaya.
'Ini sungguh menyenangkan.' Pikir seseorang itu.
Jung Yunho menghentikkan aksinya menciumi Heechul, ketika dirinya mendengar bisik-bisik teman-temannya yang ia pikir sangat bodoh. Ia melihat ke depan dan menemukan sesosok laki-laki yang menurutnya begitu sempurna, dengan mata doe indahnya, rambut almond, kemeja kotak-kotak kebersaran dan lihatlah bibirnya yang begitu menggoda untuk segera diciumi itu.
"Perkenalkan dirimu Nak." Sang Seongsaenim membuka lagi suaranya. Seseorang itu pun mengangguk, tanda ia mengerti ucapan sang seongsaenim.
"Kim Jaejoong imnida, senang bertemu dengan kalian. Tolong bimbing Saya." Ia pun ber ojigi, lalu tersenyum kembali kepada seluruh mahasiswa/mahasiswi didalam kelas tersebut.
Yunho pun dibuat terpana melihat senyum yang diberikan oleh Jaejoong. Heechul yang melihat tingkah aneh kekasihnya itu, mengikuti arah pandang Yunho. Matanya melebar melihat seseorang yang berdiri disamping Lee Seongsaenim. Entah kenapa perasaannya tidak enak ketika melihat orang yang tidak ia ketahui namanya itu.
"Nah, sekarang duduklah didepan Heechul, Heechul tolong angkat tanganmu." Mendengar ucapan sang seongsaenim, Heechul mengangkat tangannya. Jaejoong yang melihat seseorang bergender entalah laki-laki atau perempuan, ia pun tidak tahu menahu, tapi ia tak begitu ambil pusing apapun gender orang tersebut. Segera melangkahkan kakinya kearah orang yang ia ketahui bernama Heechul setelah ia berojigi kepada Lee Seongsaenim.
Yunho membulatkan kedua matanya ketika melihat Jaejoong tengah duduk didepan kursinya. Heechul yang melihat gelagat kekasihnya, tidak ingin tinggal diam. Dengan segera ia tarik wajah Yunho lalu mulai menciuminya.
Yunho yang kaget dengan aksi Heechul pun hanya diam, tanpa menghentikkan aksi sang kekasih yang tidak biasanya itu. Setelah cukup sadar, Yunho pun membalas ciuman Heechul lebih bernafsu sehingga Heechul mendesah disela ciumannya.
Jaejoong yang risih dengan suara-suara ganjil yang berada dibelakangnya itu, segera ia membalikkan badan dan menemukan sepasang kekasih mungkin, pikirnya tengah berciuman penuh semangat.
'Mereka berciuman ketika seongsaenim tengah menerangkan? Astaga, mereka gila rupanya' batinnya.
"Eunggh."
Jaejoong berdeham pelan dengan maksud menyadarkan kedua orang itu, tapi betapa sungguh kedua orang itu sepertinya sangat menikmati ciuman mereka, sampai-sampai tidak menghiraukan interupsi yang Jaejoong lakukan.
Karena tidak ditanggapi oleh kedua makhluk itu, Jaejoong membalikkan posisinya seperti semula dan kembali memperhatikan sang seosaengnim yang tengah menerangkan dengan perasaan yang sangat jengkel.
"Nggh."
'Seongsaenim idiot, bagaimana bisa dia tidak mendengar desahan mereka.' Batinnya membodoh-bodohi sang seongsaenim yang tengah menjelaskan didepan kelas.
Yunho tersenyum disela ciumannya dengan Heechul ketika tadi tanpa sengaja, dirinya melihat Jaejoong memperhatikan aksinya dengan Heechul.
'Ini akan menarik.' pikirnya.
-OOO-
Jaejoong melirik arlojinya.
'Pukul 1.' Pikirnya
Jadwal kuliahnya telah selesai semua. Ia begitu lelah dan kelaparan, ia merutuki kebodohannya karena tadi ia sempat menolak ajakkan Kaasan nya untuk sarapan terlebih dahulu dan terlebih bodohnya adalah, ia melupakan dompetnya sendiri didalam kamarnya, sehingga ia tidak dapat memakan apapun untuk saat ini. Dan ia terlalu lelah untuk pulang kerumahnya.
'Sial.' Batinnya menghina dirinya sendiri lagi.
Seseorang menghampiri Jaejoong, Jaejoong pun melihat siapa seseorang yang tengah berada didepan nya itu, seorang gadis rupanya. Teman sekelasnya mungkin.
"Hai." Sapa gadis dengan rambut ikal itu.
Jaejoong hanya diam, terlalu malas menanggapi sapaan gadis tersebut.
"Kau Kim Jaejoong kan?" Gadis itu tak menyerah 'mengganggu' Jaejoong.
'Gadis bodoh, tidakkah ia mendengar tadi aku mengenalkan diri didepan tadi'. Lagi, pikirannya mencela orang.
"Hn." Jaejoong membalas sapaan orang itu hanya dengan gumaman saja, masih terlalu malas mengeluarkan suara.
"Namaku Kim Junsu." Gadis itu tersenyum.
"Hai Junsu."
"Sepertinya, kau tidak ingin berbicara denganku." Raut wajah Junsu dibuat sedih.
Jaejoong yang melihat raut sedih Junsu langsung gelagapan. Ia tidak bermaksud seperti itu, sungguh.
"Ah a-aku tidak bermaksud seperti itu, maaf."
"Ah akhirnya kau berekspresi" Junsu tersenyum penuh kemenangan kepada Jaejoong.
'Gadis ini menjebakku, brengsek.' Batin Jaejoong kembali berteriak.
"Apa maumu sebenarnya?" Jaejoong mendeath glare Junsu. Namun gadis itu seperti tidak menyadarinya, ia malah tersenyum?.
"Aku hanya ingin berteman baik denganmu."
"Terserah kau lah." Junsu tersenyum mendengar jawaban Jaejoong. Aku dapat teman baru, batin Junsu riang.
Jaejoong memutar matanya bosan, gadis ini sungguh menyebalkan.
"Kau tidak kekantin Jae?" Junsu menyuarakan isi hatinya.
"Tidak."
"Kau tidak lapar memang?"
"Tid-"
Kriuk
"Ah itu..." Jaejoong menundukan wajahnya menahan malu.
'Perut bodoh!' Sekali lagi batin Jaejoong merutuk.
Junsu tersenyum misterius.
"Ayo kita kekantin" ajak Junsu.
"Ah tapi..."
"Tapi apa?"
"Ano itu..."
"Itu apa?"
"Aku lupa bawa uang." Sekali lagi, Jaejoong menundukkan wajahnya karena malu dengan ucapannya sendiri.
Junsu tampak diam sebentar.
"Ah kalau begitu, biar kutraktir."
"Eh." Jaejoong menatap tidak percaya kepada Junsu, gadis ini benar-benar mengejutkan. Ia jadi menyesal telah mengabaikan gadis ini tadi.
"Iya aku traktir, anggap saja ini awal kita menjadi teman baik.
"Kau serius?" Jaejoong masih tidak percaya dengan apa yang ia dengar.
"Ne." Junsu tersenyum lagi.
"Baiklah, tapi aku janji lain kali akan kuganti." Ah, sungguh Jaejoong menyesali karena tadi sempat mengabaikan gadis sebaik ini. Sepertinya mereka memang akan berteman baik.
"Ah, kalau itu terserah kau saja."
"Ok."
Junsu langsung menarik tangan Jaejoong. Mereka berjalan kekantin diselingi obrolan ringan.
-OOO-
Yunho dan Yoochun sedang berada dikantin, matanya tanpa sengaja melihat seseorang yang telah merebut perhatiannya tadi pagi. Orang tersebut sedang berjalan dan tertawa bersama dengan salah satu gadis yang cukup populer di Universitas ini. Entah kenapa ia tidak suka melihat kebersamaan kedua orang tersebut.
Yoochun yang melihat Yunho tidak berkedip, mencoba mencari tahu apa yang membuat sahabatnya diam tak berkedip itu, ia pun mengikuti arah pandangan Yunho, hatinya terasa panas melihat gadis yang disukainya sedang berjalan dengan seorang laki-laki yang tidak dikenalinya, padahal tadi pagi ia baru bercengkrama dengan gadis tersebut.
'Brengsek, siapa laki-laki itu?'
"Dia Kim Jaejoong, murid pindahan dari Jepang." pernyataan Yunho bagaikan menjawab pertanyaan yang terlontar di otaknya.
"Darimana kau tahu?"
"Karena dia masuk kedalam kelasku."
Yoochun hanya menanggapi dengan gumaman saja.
"Sepertinya mereka cukup akrab." Yunho kembali membuka suara.
"Ya, kau tahu sifat Junsu seperti apa."
Sekarang gantian, Yunho yang membalas perkataan Yoochun dengan gumaman.
Mereka berdua lalu menatap kedua orang yang mereka bicarakan tadi, dengan tatapan yang sulit diartikan.
-OOO-
"Kau ingin makan apa Jae?" Junsu menatap Jaejoong dengan tatapan yang sangat membingungkan. Entah mengapa, ditatapi seperti itu Jaejoong merasa kikuk juga.
"Ah itu... Samakan seperti kau saja Su."
"Baiklah."
"Bibi, aku pesan seperti biasa ya, tapi buat jadi 2."
"Ok" wanita paruh baya dengan apron putih itu mengangguk mengerti.
"Ano Junsu."
"Ya?"
"Terima kasih"
"Eh"
"Terima kasih karena mau mentraktir, padahal tadi aku sempat mengabaikanmu." Jaejoong berbicara dengan wajah menyesal.
"Ah itu, tidak masalah Jae" balasnya dengan senyum sumringahnya.
"Terima kasih" Jaejoong pun tak kuasa untuk tidak tersenyum.
Yunho yang memperhatikan Jaejoong dan Junsu pun, entah mengapa ia sangat senang melihat Jaejoong tersenyum.
'Senyumnya manis sekali' pikirnya.
"Sepertinya, mereka lebih akrab dari apa yang kupikirkan. Padahal ini hari pertamanya masuk kelas." Yunho berbicara entah kepada siapa.
'Ini akan sulit sepertinya.'
-OOO-
"Setelah ini kau mau kemana Jae?." Junsu bertanya kembali setelah acara makan mereka selesai.
"Sepertinya aku langsung pulang Su-ie, aku lelah sekali." Jaejoong memukul bahunya, sungguh melelahkan pikirnya.
"Ah bolehkah aku ikut?." Junsu menatap penuh harap Jaejoong.
Jaejoong membulatkan matanya mendengar pertanyaan Junsu, segera ia memutar otaknya untuk menolak permintaan Junsu, bukannya ia tidak ingin Junsu mendatangi rumahnya. Ia masih terlalu lelah setelah menempuh perjalanan dari Jepang hingga Korea, dan ia hanya ingin segera istirahat dirumahnya yang masih berantakan.
"Ah rumahku masih berantakan? Tidak masalahkah?"
"Ten-"
"Ah Kim Junsu, kau ingatkan kita akan pergi bersama nanti?" Seorang gadis berparas cantik menghampiri meja Jaejoong dan Junsu dan menginterupsi pembicaraan mereka.
"Ah itu, maksudku iya." Bodohnya ia melupakan janji yang sudah dibuatnya pagi tadi.
'Syukurlah.' Batin Jaejoong senang.
"Sepertinya kau harus menepati janjimu Junsu." Jaejoong menyeringai ke Junsu, Junsu hanya menatap Jaejoong sebal. Sepertinya ia harus memutar otak lain kali untuk dapat melihat rumah sahabat barunya itu.
"Baiklah Su, aku pergi dulu ya, terima kasih sudah mentraktirku, sampai jumpa." Setelah berojigi, Jaejoong langsung pergi meninggalkan Junsu dan temannya yang tadi juga menyapanya.
-OOO-
Yunho yang melihat Jaejoong telah pergi meninggalkan kantin, segera bangun dari kursinya, berlari mengikuti arah perginya Jaejoong. Rencananya harus berhasil, meskipun persentasenya hanya 45%, setidaknya ia sudah mencoba bukan?
Tak jauh beda dari Yunho, Yoochun yang melihat Jaejoong telah pergi menjauh dari pujaan hatinya, dengan suasana hati yang buruk segera bangkit dari tempat dimana dirinya dan Yunho menghabiskan waktu makan lalu menghampiri meja dikantin yang Junsu tempati. Tanpa babibu, ia segera menyeret Junsu menjauhi temannya yang menatapnya sebal dan pergi meninggalkan kantin.
-OOO-
Entah hanya perasaannya saja atau memang dirinya tengah diikuti oleh seseorang, entahlah Jaejoong bukan seorang yang suka berprasangka buruk tapi ia yakin kalau orang yang sedang mengikutinya ingin berlaku yang tidak-tidak kepadanya, entahlah firasatnya sangat tidak enak.
Sungguh, dengan perasaan jengkel ia berhenti melangkahkan kakinya lalu berbalik, ia tidak melihat siapa-siapa memang dikoridor itu, hanya saja ia sangat yakin seseorang tengah mengikutinya sedari tadi setelah ia pergi meninggalkan kantin.
"Keluarlah pengecut." Jaejoong menyuarakan hatinya. Sungguh bodoh pikirnya, badannya yang sedang kurang vit itu malah menantang orang yang tidak ia ketahui siapa, bisa saja ia diculik kan?.
Setelah mendengar Jaejoong mengatakan hal tersebut, keluarlah seseorang dari balik bilik ruangan yang tidak terpakai sepertinya.
'Itu orang yang tadi berciuman didalam kelas bukan?.' Batin Jaejoong.
"Hai." Sapa orang tersebut.
"Apa yang kau inginkan?" Ia menghiraukan sapaan orang tersebut, mengabaikan sopan-santun yang ia ketahui, ia sedang tidak ingin berbasa-basi dengan orang yang tidak dikenalinya.
"Bukankah tidak sopan menghiraukan orang yang menyapamu?." Orang itu menyeringai aneh kepada Jaejoong. Jaejoong hanya memutar kedua matanya, entah kenapa hari ini banyak sekali cobaan yang dapatkan.
"Bukankah lebih tidak sopan mengikuti orang diam-diam, kau layaknya seperti penjahat yang sedang beraksi, kau tahu." Tak ingin kalah dari orang yang menyebalkan itu, Jaejoong membalasnya dengan nada sarkastik.
Orang itu tertawa mendengar perkataan Jaejoong. Sungguh menarik pikir orang tersebut.
"Apa yang kau tertawakan?" Jaejoong tidak mengerti mengapa orang tersebut tertawa, apa perkataannya salah? Tidak sepertinya.
"Kau." Jawab orang itu singkat, setelah menghentikan tawanya.
"Aku?" Orang tersebut hanya mengangguk.
"Apa yang lucu brengsek." Cukup sudah, kesabaran Jaejoong ada batasnya. Ia tidak menghiraukan kalau orang tersebut adalah teman sekelasnya, ataupun ia akan dapat cap jelek sebagai seorang pindahan yang kurang ajar. Jaejoong tidak senang jika ada orang yang tidak dikenalnya berlaku sok akrab padanya minus Junsu yang dasarnya baik hati dan menyenangkan tentunya.
Orang tersebut tidak percaya dengan apa yang didengarnya, ia dikatai brengsek oleh mahasiswa baru itu? Berusaha untuk menahan emosinya, ia pun tersenyum menanggapi perkataan kasar orang dihadapannya kini.
"Wow, santailah sedikit." Tidak ingin suasana memanas, ia mengulurkan tangannya. Mencoba berkenalan dengan orang dihadapannya, meskipun ia sudah tahu nama orang tesebut.
"Jung Yunho."
Jaejoong hanya melihat uluran tangan yang diberikan oleh laki-laki yang mengaku bernama Jung Yunho itu tanpa mau membalasnya.
"Sepertinya Anda sudah tahu nama Saya Jung-ssi." Jaejoong memulai bersikap formal untuk menghadapi Yunho.
"Ah kau benar Jaejoong." Yunho tersenyum sekali lagi.
"Kenapa kau memanggilku begitu formal padahal aku memanggil nama kecilmu?" Lanjutnya.
"Apakah Saya menyuruh Anda memanggil nama kecil Saya? Sepertinya tidak." Sungguh jengkel hati Yunho menghadapi makhluk macam Jaejoong, jika bukan karena Jaejoong telah menarik perhatiannya, ia pasti sudah menghajar habis orang yang berani membuatnya jengkel.
'Senyum Yunho, kau harus tersenyum dihadapannya.' Batinnya memberikan dukungan untuknya.
"Ah tidak juga, hanya saja aku sangat tidak menyukai perkataan terlalu formal yang orang berikan kepadaku."
"Itu masalah Anda Jung-ssi." Jaejoong masih tidak mengindahkan perintah Yunho yang menyuruhnya tidak menggunakan bahasa formal. Ia ingin membuat orang yang telah membuatnya jengkel itupun merasakan hal yang Jaejoong rasakan juga.
'Kau jengkel kan? Rasakan itu muka kecil brengsek! Itu balasan telah membuat Kim Jaejoong jengkel.' Batin Jaejoong mengejek Yunho yang tengah menahan marahnya.
"Jadi, mau Anda dengan Saya apa Jung-ssi?"
"Ah itu." Yunho baru teringat apa yang ia inginkan sedari tadi mengikuti Jaejoong.
"Aku ingin berbicara sesuatu denganmu Jae." Yunho mencoba tersenyum kembali disaat suasana hatinya tengah jengkel setengah mati.
"Apa?"
"Aku tertarik dengamu, maukah kau menjadi namjachingu ku?"
"MWO!?"
-OOO-
"Yoochun-ah, apa yang kau lakukan? Lepaskan, sakit." Junsu terus meronta disaat Yoochun tanpa meminta izinnya terlebih dahulu dan parahnya ia mencengkram lingkar tangan Junsu terlalu keras, menyebabkan tangannya sakit.
Seakan tidak mendengarkan ucapan Junsu, Yoochun terus membawa Junsu meninggalkan area kampus dengan langkah buru-buru. Pikirannya tengah kacau membayangkan betapa akrabnya Junsu dengan mahasiswa pindahan dari Jepang itu, Yoochun sungguh tak terima. Ia telah lama kenal dengan Junsu dan menaruh hati padanya sejak 3 tahun lalu. Tapi apa, ia sangat susah mengakrabkan diri dengan Junsu karena setiap dekat dengan Junsu hatinya berdetak jauh lebih cepat dan ia sangat mudah gugup. Dan hanya tadi pagi, dengan mendapat sedikit dorongan dari sahabat kecilnya ia mau mendekati Junsu yang tengah mengerjakan tugasnya yang terlambat ia kumpulkan. Akan tetapi, mahasiswa pindahan itu hanya dengan waktu 3 jam bertemu dengan Junsu dan sudah dapat seakrab itu. Laki-laki mana yang tidak kesal ketika pujaan hatinya didekati laki-laki lain?. Ya itu wajar karena Yoochun tidak mengenal siapa itu Jaejoong.
"Yoochun. Lepas." Dengan sekali hentak, tangan Yoochun yang mencengkram tangan Junsu terlepas. Benar-benar menyebalkan menurut Junsu, bagaimana bisa Yoochun memperlakukannya seperti ini.
Yoochun menatap kesal kearah Junsu, entah mengapa ia ikut-ikutan kesal melihat Junsu yang berani melepaskan genggamannya. Junsu yang ditatap dengan tatapan seperti itu oleh Yoochun hanya menunduk takut. Ia tak pernah melihat Yoochun menatap orang lain seperti itu, tapi kenapa ia ditatap seperti itu?
Yoochun tidak menghiraukan reaksi ketakutan Junsu, ia pun kembali menarik tangan Junsu namun tak sekeras tadi. Ia membawa Junsu memasuki mobilnya.
Mereka berdua diam didalam mobil Yoochun, tak ada yang memulai percakapan. Junsu masih takut dengan tatapan yang Yoochun berikan padanya tadi. Dan entah setan apa yang merasuki Yoochun, dengan kasar ia menarik wajah Junsu lalu menciumi bibir Junsu dengan kasar.
Junsu yang sangat kaget mendapatkan perlakuan tidak baik dari Yoochun mencoba mendorong tubuh Yoochun untuk menjauhinya. Tapi apalah daya, tenaganya tak sebanding dengan Yoochun, ia seperti melakukan hal yang sia-sia.
"L-le...pas Yoo...chun ah." Yoochun mencoba memasukan lidahnya kedalam mulut Junsu, ia terus menolak lidah Yoochun memasuki mulutnya dengan menutup mulutnya rapat-rapat. Tapi apa yang Yoochun lakukan membuatnya tambah kaget, Yoochun menggigit bibirnya kasar bibirnya mengeluarkan darah.
"Nggh...hen..tikan...Yoo..chu ah." Junsu tak kuasa menghentikan air matanya yang keluar dari kedua matanya, ia sungguh sedih mendapatkan perlakuan dari orang yang dikaguminya. Sungguh ia telah mengagumi sosok Yoochun sejak mereka satu sekolah ketika SMA, tapi kekagumannya terhenti sejak saat ini, sejak ia menerima perlakuan tidak senonoh yang Yoochun lakukan padanya.
PLAK
Tangan Junsu bergetar setelah memukul orang yang dikaguminya sejak lama ini. Sungguh, ia hanya ingin menghentikan perbuatan tidak senonoh Yoochun. Dan berhasil, Yoochun menjauhkan dirinya dari Junsu.
'Brengsek, apa telah kuperbuat.' Batin Yoochun.
Yoochun menatap Junsu dengan tatapan penuh rasa bersalah. Ia menatap nanar penampilan Junsu yang jauh dari kata baik-baik saja, bibirnya yang mengeluarkan darah dan lelehan air mata yang mengalir diwajah cantiknya.
Junsu pun balas menatap Yoochun dengan tatapan kecewa, sungguh ia masih tidak percaya dengan apa yang Yoochun lakukan padanya tadi. Setelah itu Junsu keluar dari dalam mobil Yoochun, tanpa mendengarkan penjelasan dari Yoochun. Hatinya terlanjur sakit mendapatkan perlakuan tidak senonoh yang Yoochun lakukan padanya.
Yoochun yang melihat Junsu keluarpun mengikuti Junsu, tangannya menangkap salah satu tangan Junsu lalu membawanya kedalam pelukkan Yoochun.
"M-mian Su." Hanya kata tersebut yang bisa ia keluarkan.
Junsu terus memberontak didalam pelukan Yoochun, ia menulikan pendengarannya, ia tidak perduli apa yang Yoochun katakan.
"L-lepaskan aku brengsek hiks."
"M-mian." Bukannya menurut, Yoochun semakin mengeratkan pelukannya pada Junsu, hatinya sungguh sakit melihat orang yang dicintainya menangis dan memanggilnya brengsek. Yoochun tahu, kalau dirinya bersalah. Namun tidakkah Junsu mengerti kalau dirinya melakukan hal tersebut karena cemburu melihat kedekatannya bersama dengan pria lain.
Dengan sisa tenaga yang Junsu miliki, ia pun mendorong tubuh Yoochun agar menjauh darinya. Yoochun melepaskan pelukannya karena tidak ingin membuat sang pujaan hati tambah kecewa padanya. Setelah bebas dari pelukan Yoochun, Junsu pun berlari meninggalkan Yoochun, yang masih menatapnya dengan tatapan penuh sesal.
"M-mian Junsu."
Lanjut/End?
Ah, perkenalkan Saya author baru dan ini merupakan ff perdana saya. Jadi mohon maaf yang sebesar-besarnya kalau ceritanya agak ngawur atau bahasanya aneh dll h3h3h3.
Semoga yang baca pada terhibur ya dengan ff perdana saya ini dan pada gak bosen ngebacanya wks.
Dan oh ya, tolong kritik Saya jika Saya salah dengan kritikan yang membangun, jangan berikan Saya kritikan yang membuat Saya geli sendiri/? /itukelitikwoy/
Dan satu lagi, mohon bantu Saya untuk terus melanjutkan ff ini dan ff karya Saya lainnya dengan cara:
kotak review dibawah sana.
komentar Anda.
Send.
Dukungan kalian sangat mempengaruhi mood Saya untuk melanjutkan ff ini atau tidak;;)
Tong hilap nyak/? h3h3h3.
Salam,
Minjeeh.
Jaa!
