Kuroko no Basuke belongs to Tadatoshi Fujimaki Sensei.
Genre : Romance,, emm maybe ?
Rated : T
Pairing : Akakuro, always !
Warning : Typos. This is Yaoi Story, it means boy x boy. If you hate Yaoi, just leave it and click back. Don't Like, Don't Read. It's Simple !
Summary: Semua orang tahu betapa posesifnya Akashi Seijuuro. Apalagi jika menyangkut kekasih mungilnya, Kuroko Tetsuya.
Happy Reading minna~
Chapter 1: New Rival
Kuroko Tetsuya baru saja menutup pintu apartment-nya dan menemukan pemuda berambut merah dengan iris ganda-merah emas- tengah bersandar di dinding sebelahnya. Kuroko hanya menatap datar kearah pemuda itu, yang dibalas dengan seringaian tipis.
"Ohayou, Tetsuya." Sapa pemuda beriris heterokrom itu. Tangannya meraih pergelangan tangan Kuroko, sebelum menarik pemuda itu kepelukannya. Melingkarkan lengannya disekitar pinggang ramping Kuroko.
"Ohayou, Akashi-kun." Balas Kuroko datar sembari menatap wajah kekasihnya.
Ya, kekasih.
Akashi Seijuuro dan Kuroko Tetsuya adalah sepasang kekasih. Jangan tanyakan kronologis bagaimana pemuda manis berhati malaikat itu bisa menjalin hubungan dengan pemuda berpangkat raja iblis. Banyak yang berspekulasi bahwa Kuroko diancam oleh Akashi agar menerimanya. Bahkan ada yang beranggapan bahwa Akashi menggunakan mantra cinta agar bisa mendapatkan pemuda berjulukan uke idaman itu. Dan Kuroko Tetsuya serta Akashi Seijuuro terlalu enggan untuk menanggapi omong kosong itu.
Seperti pepatah bijak berkata, 'Nigou menggonggong, kafilah berlalu.'
Err,, abaikan itu.
"Tidakkah seharusnya kau memberikanku sesuatu pagi ini, Tetsuya. Morning kiss, misalnya ?" Kuroko tahu itu bukan pertanyaan. Apalagi melihat seringaian yang terkembang diwajah tampan pemuda bersurai merah itu.
"Kau tidak perlu mengatakannya, Akashi-kun." Ucap Kuroko dengan wajah datar sebelum melingkarkan kedua lengannya keleher Akashi. Menariknya hingga wajah mereka semakin mendekat, kemudian menempelkan bibirnya dengan bibir pemuda itu.
Akashi tersenyum, sebelum menggerakan bibirnya diatas bibir Kuroko. Menyesap rasa manis dari sepasang bibir kekasih mungilnya. Ciuman lembut itu perlahan berubah menjadi cumbuan panas saat lidah Akashi menerobos celah diantara bibir Kuroko. Melesakkan organ lunak itu ke rongga mulut sang kekasih. Melilitkan lidahnya dengan milik Kuroko sebelum mengajaknya menari dalam irama yang sama. Setelah puas mengeksplorasi rongga hangat kekasihnya, Akashi memutuskan ciuman itu. Meninggalkan benang saliva yang terjalin diujung bibir Kuroko.
Wajah Kuroko perlahan memerah dengan mata yang tampak sayu. Ciuman Akashi selalu bisa menghilangkan akal sehatnya. Kuroko menarik napas cepat. Berusaha mengisi paru-parunya yang kekurangan oksigen akibat cumbuan panas Akashi yang selalu sukses membuatnya kehabisan tenaga.
Akashi memposisikan wajahnya disisi kepala Kuroko, sebelum berbisik pelan. "Jika kau memasang ekspresi seperti itu, aku tidak yakin bisa bertahan untuk tidak memakanmu saat ini juga, Tetsuya."
Pipi Kuroko semakin memanas. Didorongnya pelan pundak Akashi dan melepaskan pelukannya. "Itu salahmu, Akashi-kun. Dan tolong hentikan. Kita sedang berada ditempat umum." Ucapnya sembari memperhatikan sekitar. Beruntung tidak ada seorangpun di tempat itu. Jika tidak, bisa dipastikan Kuroko akan malu untuk menampakkan wajahnya dimuka umum.
"Hmm,, jadi jika bukan tempat umum, Tetsuya mau ? Baiklah, kita bisa masuk ke apartment-mu sekarang, Tetsuya." Seringai Akashi semakin mengembang. Sesekali membolos untuk menghabiskan waktu dengan kekasih manisnya bukanlah ide buruk untuk dilakukan. Apalagi jika mereka saling menghangatkan satu sama lain.
"Aku tidak mau membolos, Akashi-kun. Dan hentikan pikiran mesum-mu itu." Kuroko segera beranjak meninggalkan Akashi. Wajahnya tertekuk menyadari bahwa kekasihnya telah terkontaminasi hal-hal mesum dari makhluk berkulit gelap-Aomine Daiki.
Akashi tersenyum kecil melihat tingkah lucu kekasihnya, sebelum melangkah menyusul pemuda mungil itu.
Teiko High School mulai ramai dipadati pelajar. Kuroko memutuskan untuk turun di depan gerbang dan membiarkan Akashi memarkirkan mobilnya. Kemudian beranjak menuju kelasnya.
Kuroko Tetsuya berjalan tenang menembus kerumunan siswa-siswi yang masih mengisi koridor sekolah. Hawa keberadaannya yang tipis menjadikan Kuroko seperti makhluk astral yang susah dideteksi. Pengecualian untuk Akashi Seijuuro. Karena pemuda itu selalu tahu dimana Kuroko berada.
Setelah mendudukkan diri di bangkunya yang terletak dipojok ruangan, Kuroko segera mengeluarkan alat tulis dari tasnya. Melirik jam tangan putih yang melingkar dipergelangan tangannya, hadiah ulang tahun dari Akashi. Masih ada waktu lima belas menit sebelum jam pertama dimulai.
Kuroko segera mengambil novel dari tasnya. Membuka tepat pada halaman yang telah diberi pembatas. Melanjutkan kembali bacaannya yang tertunda.
"YAKK, KUROKO !"
Belum sampai lima menit tenggelam dalam bacaannya, Kuroko dikejutkan oleh teriakan dari manusia berambut coklat yang baru saja mendudukan diri di bangku di depannya, dengan wajah yang ditekuk. Kuroko hanya menatap datar kearah pemuda itu. Iris biru langitnya menampakkan kekesalan karena acara khidmatnya diganggu oleh pemuda cerewet bernama Ogiwara Shigehiro.
"Kenapa kau meninggalkanku ? Bukankah sudah ku katakan bahwa aku akan menjemputmu pagi ini. Lagipula kita adalah tetangga. Sudah seharusnya kita berangkat bersama. Lalu kenapa kau-"
CKRISS
Ucapan Ogiwara terhenti saat menyadari sebuah gunting baru saja melesat melewati pipi mulusnya dan menancap tepat di dinding belakangnya. Dengan gerakan kaku, kepalanya menoleh ke arah datangnya gunting dan menemukan pemuda berambut merah tengah melangkah ke arahnya.
Keringat dingin mulai mengalir menuruni pelipisnya. Instingnya mengatakan bahwa hidupnya akan segera berakhir, apalagi melihat seringaian di bibir pemuda merangkap kapten basketnya itu.
Akashi menarik kursi di meja samping Kuroko dan meletakkannya didekat bangku Kuroko. Kemudian meletakkan kepalanya dipundak Kuroko dan melingkarkan lengannya disisi tubuh kekasihnya. Manik heterokromnya menatap tajam kearah Ogiwara.
"Sudah berapa kali ku katakan untuk berhenti mengganggu Tetsuya-KU, Shigehiro. Atau kau ingin latihanmu kulipatgandakan ?!" Suara Akashi terdengar mengintimidasi. Ditambah penekan pada kata 'Tetsuya-KU' yang mengisyaratkan bahwa Kuroko Tetsuya mutlak milik Akashi Seijuuro.
Ogiwara meneguk ludah susah payah. Matanya menatap ke arah Kuroko, memohon agar pemuda manis itu menyelamatkannya dari sang Hitler-masa-kini itu. Dan sialnya, Kuroko justru lebih memilih menatap lembaran-lembaran yang menurut Ogiwara tidak lebih layak dipandang dibanding wajah tampannya.
Kau narsis sekali, Ogiwara-kun.
Dengan suara sedikit bergetar, Ogiwara menjawab. "A-aku t-tidak mengganggu Kuroko, Akashi. Aku hanya tidak ingin jika seseorang menculiknya jika dia berangkat sendiri. Kau tahu bagaimana kondisi tubuhnya bukan ?" Kemudian pandangannya beralih pada pemuda mungil didepannya. 'Dan wajah manisnya itu terlalu menggoda,' lanjutnya -ambigu- dalam hati.
Mengatakannya secara langsung, apalagi di depan pemuda berstatus kekasih Kuroko itu berarti kau menyerahkan sepuluh tahun umurmu untuk dipangkas Akashi secara sukarela. Sudah menjadi rahasia umum bahwa Akashi Seijuuro adalah orang paling posesif dimuka bumi-bahkan seluruh galaksi- apalagi jika menyangkut eksistensi Kuroko Tetsuya, pemuda manis dengan surai serta iris yang sewarna dengan langit musim panas. Dan Ogiwara Shigehiro masih ingin berdiri di atas tanah lebih lama, bukan terbaring di bawahnya.
Kuroko memutar bola matanya bosan. Lagi-lagi Ogiwara bertingkah layaknya seorang ibu. Ayolah, Kuroko itu bukan anak kecil yang harus selalu diawasi 24 jam sehari. Dia itu remaja, tujuh belas tahun kalau perlu ditambahkan.
"Kau berlebihan, Ogiwara-kun," matanya beralih menatap Akashi dan kemudian melanjutkan, "Dan Akashi-kun, kenapa kau ada disini ? Sebentar lagi bel akan berbunyi."
"Karena kau meninggalkanku tadi. Jadi tentu saja aku harus memastikan kau tiba di kelas dengan aman, Tetsuya." Senyum terkembang di bibir Akashi, menjadikan gadis-gadis yang-beruntung- berada di kelas itu menjerit tertahan. Akashi dan segala feromon yang dimilikinya.
"Dan aku ingin memastikan tidak ada seorang pun yang berani menyentuhmu." Lanjutnya sembari menatap tajam sekumpulan pemuda-teman sekelas Kuroko- yang sejak tadi mencuri pandang ke arah kekasihnya itu, yang menyebabkan mereka mengkerut ketakutan atas tatapan mengintimidasi itu.
Catatan mental: Jangan pernah menatap Kuroko, apalagi saat ada Akashi disekitarnya. Atau kau akan mengalami trauma diusia muda.
Kuroko menghela napas pelan. Sudah biasa dengan keposesifan kekasihnya itu. Ogiwara yang mendengarnya hanya bisa memutar mata kesal. Cih, seandainya saja bukan Akashi yang mendapatkan Kuroko, sudah pasti dia adalah kandidat terkuat untuk memenangkan hati pemuda berwajah datar itu.
"Aku baik-baik saja, Akashi-kun."
"Ya, Akashi. Lagipula Kuroko akan aman karena ada aku bersamanya." Ogiwara menyahut seraya mengeluarkan cengirannya. Sejujurnya Ogiwara jengah dengan kehadiran Akashi dan berharap agar si emperor-eyes itu segera enyah dari kelasnya-dunia ini kalau perlu.
"Justru karena ada kau, Shigehiro. Aku tidak bisa-"
KRINGGG
Dering bel telah berbunyi. 'Siapapun yang telah berani menginterupsi Akashi saat sedang mengeluarkan ultimatumnya, kuharap kau mendapat keajaiban untuk hidup lebih lama.' Ogiwara bergumam dalam hati begitu menyadari awan pekat telah nampak di atas kepala merah Akashi.
"Baiklah, Tetsuya. Aku akan pergi sekarang."
CHUUU
Setelah mendaratkan kecupan dipipi mulus Kuroko, Akashi segera beranjak menuju kelasnya. Meninggalkan Kuroko dengan wajah yang memerah-campuran antara malu dan kesal-, Ogiwara yang mendadak sakit perut, sekumpulan gadis yang nosebleed akibat adegan yang terlalu romantis, dan beberapa pemuda yang patah hati karena melihat malaikatnya dikecup iblis.
Tak lama setelah kepergian Akashi, nampaklah seorang wanita muda dengan rambut pirang sebatas pinggang memasuki kelas. Alexandra Garcia, guru bahasa Inggris yang cantik dan luar biasa seksi.
"Morning, class." Sapanya dengan suara tegas. Jangan tertipu dengan penampilannya yang feminime, karena Alex-guru itu memaksa muridnya untuk memanggilnya begitu- sensei termasuk salah-satu guru yang disegani akibat sikapnya yang tegas dan kelewat disiplin.
"Hari ini kelas kalian akan mendapatkan murid baru dari Amerika. Jadi sensei harap kalian akan bersikap baik padanya."
'Murid baru ?'
'Siapa ya kira-kira ?'
'Aku harap dia adalah pemuda yang tampan.'
'Semoga saja dia adalah seorang putri cantik yang dikirim untuk mengisi hidupku yang sudah terlalu lama sendiri.'
Suara dengungan mulai terdengar. Abaikan ucapan yang terakhir-karena bisa dipastikan dia adalah jones yang sibuk meratapi nasib-
Urat kekesalan mulai bermunculan dikening sang guru. Anak-anak didiknya ini sebenarnya sekolah untuk mencari ilmu, atau untuk mencari jodoh sih ?!
BRAKKK
Setelah memastikan suasana kelas kembali damai seperti sedia kala, Alex sensei melanjutkan, "Kau bisa masuk sekarang."
Tak lama kemudian, masuklah seorang pemuda tampan bertubuh tinggi dengan surai merah gradasi hitam. Setelah berada didepan kelas, pemuda itu menghentikan langkahnya.
Gadis-gadis yang berada di kelas itu tampak bahagia. Akhirnya kelas mereka kedatangan pemuda tampan bertubuh seksi. Ini anugrah yang wajib dirayakan-BANZAI !
Sedangkan para pemuda justru menunduk lemas –terlebih seorang pemuda berkacamata yang tampak merana, rupanya dia adalah si jones tadi-.
'Kenapa murid baru itu harus laki-laki ?! Kenapa dia harus berwajah tampan ?! Dan lagi, kenapa dia tinggi sekali ?! Ini TIDAK ADIL !'
Alex kembali menghela napas melihat reaksi beragam dari murid-muridnya. Awan cerah dengan matahari yang bersinar terang tampak diatas kepala gadis-gadis, sedangkan badai yang disertai petir dan kilat di atas kepala siswa laki-laki.
"Silahkan perkenalkan dirimu."
"Namaku Kagami Taiga. Pindahan dari Amerika. Mohon bantuannya semua."
Pemuda bernama Kagami Taiga itu memperhatikan satu-persatu wajah penghuni kelas. Sebelum iris merahnya bertemu dengan iris sewarna langit dari pemuda yang duduk di bangku pojok. Dan Kagami tidak dapat mengalihkan perhatiannya dari pemuda itu.
"Baiklah, Kagami. Kau bisa duduk dibangku samping meja Kuroko Tetsuya. Kuroko, angkat tanganmu."
Kagami menyerigai saat melihat pemuda yang menjadi objek perhatiannya itu mengangkat tangan.
"Terima kasih, Sensei."
Kagami melangkah menuju bangkunya. Setelah mendudukan diri, pemuda itu mengalihkan pandangan ke arah pemuda yang duduk di sisi kirinya. Memperhatikan detail wajah pemuda itu. Dan Kagami tidak bisa untuk tidak terpesona pada paras pemuda itu.
Surai birunya yang tampak halus. Wajahnya yang manis, sekalipun ekspresi pemuda itu tetap sedatar tembok. Bibir mungilnya yang serupa cherry. Dan sepasang iris biru yang berhasil menjeratnya.
Kuroko yang sejak tadi merasa diperhatikan, mengalihkan pandangannya ke arah penghuni baru kelas mereka. Dengan wajah datar, pemuda itu berkata, "Apa ada yang salah dengan wajahku, Kagami-kun ?"
Senyum lebar menghiasi wajah Kagami. Dengan suara pelan, pemuda itu menyahut. "Tidak ada, Kuroko," Kagami melempar senyum ke arah Kuroko sebelum melanjutkan, "aku hanya terpesona melihat sosok bidadari di hadapanku."
Ogiwara yang sejak tadi mencuri dengar pembicaraan mereka hampir terjengkang dari kursinya. HELL ! Jangan bilang Kagami telah jatuh ke dalam pesona mematikan Kuroko. Melawan Akashi -dan anggota Kiseki no Sedai- untuk mendapatkan Kuroko saja dia belum berhasil. Apalagi jika ditambah dengan pemuda beralis ganda itu. Bisa dipastikan Ogiwara kalah telak.
Kuroko yang mendengar ucapan-gombalan- Kagami hanya bias memutar mata kesal. CIHH ! Apa yang salah dengan dirinya ?! Kuroko itu seorang laki-laki –walaupun statusnya sebagai uke Akashi-. Gombalan macam begitu hanya melukai harga dirinya. Sekali lagi pengecualian untuk Akashi, karena Kuroko akan sangat senang saat kekasihnya itu merayunya.
Kau pilih kasih, Kuroko-kun.
"Maaf, Kagami-kun. Aku tidak tertarik padamu," Jawab Kuroko dengan wajah datar andalannya, "Lagipula aku sudah memiliki kekasih." Lanjut Kuroko sembari mengalihkan pandangannya ke arah Alex-sensei yang tengah menerangkan materi di depan kelas.
Kagami terdiam mendengar ucapan bernada datar dari pemuda mungil itu. Sebelum seringai terpasang di bibirnya. 'Ini akan menarik,' ucapnya dalam hati.
Ya, sebelum janur kuning melengkung, Kagami akan berusaha mendapatkan hati sang pemuda manis-Kuroko Tetsuya. Sekalipun dia harus berhadapan dengan raja iblis.
Dan memang lawanmu adalah sang raja iblis-Akashi Seijuuro, Kagami-kun.
TBC
DN (Daana's Note): aloha semua~
Ini pertama kalinya Daana post fanfic disini. Masih banyak kekurangan dalam fic ini. Saran dan masukkan selalu diterima dengan kotak review terbuka lebar.
Terima Kasih untuk yang sudah membaca dan mereview ^^
All Hail Akakuro !
