.
.
"CHIBI SEIDO"
Chapter 1
Disclaimer: maunya sih DnA punya ane :')
Warning: Typo, aneh bin ajaib
Rate: K+
Genre: Humor
.
.
.
Apa yang akan kalian lakukan jika biasanya latihan berat tiba-tiba diganti dengan latihan bebas? Ditambah lagi tanpa adanya pengawasan? Juga sang pelatih dan kedua asistennya pergi keluar meninggalkan para pemain kepercayaannya(?) sendiri untuk mengatur latihan?
Bebas bukan? Eh, walaupun bebas tetap saja latihan kan. Namanya saja latihan bebas. Bukan berarti bebas berkeliaran apalagi tidur. Oh ya, ngomong-ngomong tentang tidur, salah satu pemain baseball yang beberapa kali ini diberi kepercayaan untuk berdiri di atas mound dengan tubuhnya yang tinggi itu kini sedang tidur lho. Masa sih? Tidak hanya sendiri bahkan kedua temannya juga ikutan molor. Karena itu, selaku kakak kelas yang coretkelewatcoret perhatian ini, Kuramochi rela –yang sebenarnya malah senang –meninggalkan latihan bebasnya untuk membangunkan ketiga adik kelas kesayangan tim baseball Seido ini.
Yuk, kita intip.
"SA. WA. MU. RA!"
BUAK
Tendangan ala Thailand yang sempat ia pelajari lewat salah satu sinetron Thailand (memang ada?) itu pun ia praktekkan langsung pada adik kelas yang biasanya selalu berisik itu. Salahkan juga pantatnya yang sedikit nungging saat ia tidur tadi sehingga menjadi sasaran empuk bagi sang senpai.
"SAKIT!" Sawamura pun langsung terbangun, begitu juga dengan Furuya dan Haruichi yang terbangun karena kegaduhan yang dibuat oleh pasangan senpai-kouhai sekamar itu.
"Enak saja kalian meninggalkan latihan dan malah tidur di sini. Kena marah Jun-san baru tahu rasa." Katanya berceloteh layaknya ibu-ibu rumah tangga yang cerewetnya minta ampun sampai piring peralatan makan pun dapat berterbangan layaknya ufo.
Sebenarnya cuaca hari ini memang sangat panas. Mereka juga sudah seharian ini berlarian ke sana kemari sebagai hukuman karena mengabaikan perintah pelatih sebelumnya yang berujung menjadi lomba lari. Yah.. dapat ditebak apa yang akan mereka lakukan kalau di suruh lari, pasti lomba lari itulah jadinya.
"Kami tadi sudah berlari seharian, senpai." Kata Sawamura sambil mengelus pantatnya yang hampir tepos karena terlalu sering menjadi korban dari pelece –eh maksudnya korban kekerasan Kuramochi. Eits, jangan mikir yang aneh-aneh dulu lho.
"Hah? Enak saja. Kami semua juga latihan tahu."
"Kalau begitu salahkan saja Furuya, senpai!" Kata Sawamura menyalahkan Furuya.
"Kenapa aku?" Furuya sebal.
"Karena kau duluan yang tidur, jadinya aku juga ingin tidur." Memang benar sih apa yang dikatakannya. Awalnya Sawamura dan Haruichi hanya iseng mencari Furuya yang di hari yang terik ini tiba-tiba saja ia menghilang seenak jidat. Ditemukanlah tubuh yang sudah hilang kesadaran itu yang sudah susah payah beberapa kali dibangunkan tapi masih molor saja. Sawamura pun memaksa Haruichi juga untuk ikutan tidur.
"Hee... salahkan matahari yang sangat panas."
"Mana bisa tahu."
"Tentu bisa. Aku kepanasan dan jadi ingin tidur."
"Sudah sudah~" Lagi-lagi si Kominato muda mulai melerai keduanya yang memiliki tinggi badan di atas dirinya itu sehingga ia tenggelam di antara keduanya. Sedangkan Kuramochi semakin pusing melihat tingkah ketiga rookie tersebut.
"Sudahlah. Sebagai hukumannya lebih baik kalian keluar saja dari asrama."
"APA!?" Ketiganya terkejut.
"Kau mengusir kami, senpai? Padahal ini semua adalah salah Furuya."
"Jangan salahkan aku."
"Ah bukan, bukan. Maksudku.." Kuramochi kemudian mengambil secarik kertas dari kantung celananya. "Nih.. belikan yang ada di catatan ini."
Haruichi kemudian mengambil kertas itu dan membacanya, "Maaf senpai, bukannya ini tugas manajer?"
"Ya, berhubung manajer sibuk dengan peralatan tim dan pemandu sorak, jadinya mereka meminta bantuan. Cuma sedikit kok, tak terlalu banyak kan." Katanya meyakinkan kembali untuk melihat daftar belanjaan yang sebenarnya terbilang sedikit itu.
"Tapi kenapa kami sih mentang-mentang kami tidur? Tetap saja kau mencari alasan!"
"Sebenarnya yang disuruh itu Jun-san, tapi Jun-san malah menyuruhku. Dan berhubung aku bertemu kalian, jadi kusuruh kalian saja. Khahahaha!" katanya sambil tertawa licik.
"CURANG! DASAR CURANG!" Kata Sawamura menunjuk tak sopan.
"Hei.. kalian juga tidur seenaknya." Bela Kuramochi tak ingin disalahkan. "Nih uangnya. Walaupun sebenarnya tadi aku disuruh untuk membelinya nanti sore, tapi lebih baik kalian pergi sekarang saja. Kalian juga tak ada kerjaan kan? Hush hush.. sana pergi."
Dengan rasa jengkel dan terpaksa, ketiganya pun menurut saja. Mengganti seragam bagian atasan mereka ke kaos putih bertuliskan Seido dan juga memakai topi berhubung hari ini sangat panas, masih tetap memakai celana dan sepatu seragam baseball, mereka pun berjalan keluar dari asrama menuju toko terdekat.
.
.
.
.
"Oh ayolah, ini sudah tiga jam. Kenapa mereka belum datang juga?" gerutu Kuramochi.
Beberapa anggota tim inti Seido, yaitu Kuramochi, Ryosuke, Isashiki, Tanba, Kawakami, Masuko, kini sedang beristirahat dan duduk bersantai di pinggir lapangan. Kuramochi pun sudah bercerita pada mereka kalau dirinya menyuruh si trio itu untuk berbelanja dan malah pikiran mereka fokus pada kejadian-kejadian tak diinginkan berhubung trio kelas satu itu lama sekali tak kembali-kembali.
Seceroboh-cerobohnya mereka, sebodoh-bodohnya mereka, sejengkel-jengkelnya mereka, bagaimana mungkin berbelanja barang dari daftar yang sedikit itu selama tiga jam. Apalagi toko yang dekat paling sepuluh menit jaraknya. Kalau pun tutup ada juga toko lainnya di dekat sana. Masa iya sih?
"Onii-chan! Onii-chan!" sebuah suara menarik perhatian para pemain yang sedang istirahat itu pun menoleh pada tiga makhluk kecil yang tiba-tiba muncul di belakang mereka.
"Nee nee.. Harucchi. Benar tulisan yang di baju kakak itu 'Seido' sama seperti tulisan di baju kita?" Tanya bocah brunette itu pada bocah yang lebih pendek berambut merah muda disebelahnya.
"Umm.. kanjinya susah sih. Tapi.. mungkin.." Katanya malu-malu.
"Nee.. Satoru, kamu tahu tidak?" tanyanya lagi tapi kini pada bocah yang agak tinggi dengan wajah datar di sampingnya.
"Tidak."
"Eeeehh? Ayo dong berpikir!"
"Aku sudah berpikir, Eijun. Kau saja yang tak berpikir."
Selagi ketiganya sibuk sendiri membahas tentang tulisan "Seido", para pemain pun hanya diam membatu. Mereka kini banyak berpikir yang aneh-aneh ketika melihat ketiga bocah seumuran anak tk itu yang tiba-tiba muncul secara ajaib.
Bagaimana tidak?
Ketiganya jelas-jelas mirip sekali dengan tiga kouhai yang sedari tadi mereka tunggu. Pakaian yang mereka kenakan pun sama. Namun kali ini sangat longgar dipakai karena ukuran badan mereka yang kecil. Apa mereka mengecil? Menciut gitu? Menjadi seperti anak tk begini? Bagaimana bisa? Bahkan nama mereka pun sama kan?
"HWAA!? APA?"
Apa benar itu mereka?
.
.
Bersambung..
.
.
Bercanda.
Masih lanjut kok.
.
.
"Sa, Sawamura!? Kaukah itu!?" Di antara para pemain disana, Kuramochi lah yang paling histeris.
Ketiga bocah itu pun melihat para Onii-chan terutama yang berteriak barusan.
"Onii-chan kenapa bisa tahu namaku?" Tanya bocah yang secara tak langsung mengaku sebagai seorang Sawamura Eijun itu.
"Tentu saja dia tahu." Kali ini Ryosuke yang berbicara, "Karena dia mamamu."
"Apa!?" Semuanya terkecuali para bocah terkejut dengan dusta yang dibuat oleh senior kurang tinggi badan itu.
"Tu, tunggu, Ryo-san. Kau bisa membuat mereka salah paham." Kuramochi menolak ide absurd yang tiba-tiba keluar dari senior yang tak kalah jahil juga dengan dirinya sendiri.
"Ide yang bagus. Tapi Kurasa 'ibunda' lebih cocok untukmu." Kata Isashiki yang langsung ikut-ikutan.
"Ooooohh.. seperti di kerajaan! Ibunda! Ibunda! Aku mau memanggil ibunda dengan ibunda!" Kata Sawamura dengan riang gembira.
"PFFFTTT.. HAHAHAHAHAHAH.." Sedangkan senior yang lain tertawa mendapati respon polos dari seorang anak kecil itu, sedangkan Kuramochi tak mampu berbuat apa-apa. Akhirnya ia merasakan pembalasannya. Akibat sering membully Sawamura, sekarang pun ia yang terbully.
"Jadi Ei-chan punya ibu ya?" Si Haruichi kecil kini bersuara. Tampak malu-malu ia mendekati Sawamura. Cukup senang tahu bahwa temannya mendapatkan seorang ibu. Tapi ia juga merasa sedikit iri. Dan para pemuda di sana dapat melihat jelas yang tersirat dari wajah yang menunduk itu.
Kuramochi pun mendapatkan sebuah ide.
"Naa.. Haruichi." Panggilnya pada sang makhluk kecil pemalu itu, "Kau juga bisa memanggil Ryo-san sebagai ibu– URGH!"
Kuramochi tiba-tiba saja berguling di tanah akibat sebuah tusukan di perutnya. Si pelaku tak lain dan tak bukan adalah Kominato Ryosuke. Kuramochi yang kesakitan hanya bisa menahan sakit sambil berguling. Sedangkan Ryosuke kemudian menunduk mensejajarkan tingginya pada Haruichi. Membelai rambut sang adik perlahan.
"Kau bisa memanggilku Nii-san, karena aku adalah kakakmu, Haruichi."
"Nii-san?"
"Ya, nii-san."
"Nii-san!" Panggil Haruichi dengan senang karena ia mendapatkan seorang kakak. Padahal sebenarnya pun Ryosuke memanglah kakaknya.
"Bagus, anak pintar." Katanya sambil mengelus rambut sang adik perlahan.
'Dasar Brocon.' Batin yang lainnya.
"Ng?" Sawamura merasa kehilangan. Ia celingak-celinguk ke kanan dan ke kiri.
"Ibunda! Ibunda!" Panggilnya pada Kuramochi yang baru saja berhenti berguling itu. Kuramochi yang sudah pasrah di panggil dengan gelar keibuan itu pun akhirnya menoleh pada Sawamura. "Satoru menghilang."
"Apa!?" Para pemuda di sana panik begitu menyadari bocah yang tak banyak ekspresi itu tiba-tiba saja menghilang. Bisa gawat jika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan menimpa anak itu.
"Hei, kalian. Bisa tolong jelaskan ini?" sebuah suara mengalihkan perhatian mereka semua. Dua orang paling dihormati di tim itu pun datang sambil membawa seorang bocah. Takigawa Chris Yuu dan Yuki Tetsuya, juga bocah yang diduga sebagai Furuya Satoru dalam gendongan sang kapten. Dalam gendongan? Tak salah kan?
"Anak ini tiba-tiba saja datang saat Tetsu berlatih memukul." Kata Chris menunjuk makhluk yang sebenarnya tak bersalah itu. "Sepertinya ia merasa takjub pada pukulan Tetsu. Ia kemudian mendekatinya dan memeluk kaki Tetsu tak mau lepas. Akhirnya kami pun membawanya kembali dengan Tetsu yang menggendongnya."
Mereka kemudian melihat sang pelaku kecil tersebut. Berada dalam gendongan Tetsu di depan. Kakinya melingkari badan Tetsu begitu juga tangan yang melingkari leher tak mau lepas.
"Hah? Apa kau tak merasa terganggu, Tetsu?" tanya Isashiki Jun.
"Tidak. Dia ringan." Kata Tetsu singkat.
Mungkin Tetsu tidak tidak merasa terganggu, tapi Jun lah sebenarnya yang malah demikian melihat partner juga rivalnya itu menggendong seorang anak. Seperti Ayah dan anak, pikirnya.
"Hei, Satoru. Kau suka dengan Tetsu-san ya?" Tanya Kawakami dengan lembut layaknya seorang guru TK yang perhatian.
"Tidak. Aku tidak suka Ojii-san." Jawabnya dengan datar.
"BUAHAHAHAHAHA! APA-APAAN ITU TETSU DIPANGGIL OJII-SAN!?" Semuanya pada tertawa terutama anak kelas tiga itu karena Tetsu daripada dibilang seperti ayah, malah seperti seorang paman tua. Ups.
"Habisnya Ojii-san kuat. Suatu hari nanti aku akan mengalahkan Ojii-san dengan lemparanku." Lanjut Furuya.
Oo.. ohh. Berarti lengketnya Furuya pada Tetsu itu sebatas kagum dan juga rasa persaingan yang tinggi. Sasuga Furuya. Di otaknya tetap saja hanya ada baseball walaupun badannya (hanya dugaan) mengecil.
Si Tetsu hanya menatap tajam sang bocah yang berada dalam pelukannya itu. Keduanya saling bertatap lama.
"Kau ingin mengalahkanku?"
"Ya."
"Kau tak akan bisa."
"Pasti bisa."
Keduanya kemudian mengeluarkan aura membara dari dalam tubuh mereka. Mencoba saling mengintimidasi dengan aura masing-masing walaupun keduanya saling melekat.
"Hmm.. tapi menurutku mereka tetap mirip ayah dan anak." Kata Masuko keceplosan karena melihat tingkah keduanya yang hampir mirip.
"KHAHAHAHA. Kenapa kau tak memanggilnya Otou-san saja, Furuya." Kata Isashiki.
"Otou-san, aku akan mengalahkanmu." Kata Furuya yang mempraktekkannya langsung pada sang ayah baru. Sedangkan Tetsu tak terlalu mengindahkannya dan hanya peduli pada tantangan sang anak adopsi(?).
"Aku tak akan kalah." Jawabnya yang merasa tak terganggu akan panggilan otou-sannya.
"Oi oi. Mereka benar-benar polos. Mengikuti apa saja yang kita bilang." Tanba sedikit khawatir pada ketiga bocah tersebut yang sepertinya akan mudah sekali untuk dimanipulasi oleh anggota tim lainnya yang punya rasa kejahilan tingkat tinggi. "Bagaimana ini, Chris?" Tanyanya pada orang yang dirasa dapat dipercaya.
"Kurasa sementara ini kita tak bisa berbuat apa-apa." Katanya melihati ketiga bocah yang diduga merupakan kouhai mereka tersebut. "Apa kalian yakin ini benar-benar mereka?"
"Kurasa ini memang benar mereka, senpai. Pakaian yang mereka kenakan, nama mereka, juga sifat mereka yang tak beda jauh." Tanya Kawakami yang kini sedang menemani kedua bocah lainnya bermain corat-coret tanah. Dilihat dari sifatnya yang mudah bergaul dengan anak kecil sepertinya ia akan menjadi pengasuh sementara bagi ketiga bocah-bocah itu.
"Kau ingin bergabung dengan mereka?" Tanya Tetsu pada Furuya kecil.
"Ya. Turunkan aku, Otou-san." Tetsu kemudian menurunkan Furuya dari gendongannya. Kaki kecilnya kemudian berjalan menuju dua temannya dan ikut menggambar di tanah.
'Mereka menjadi semakin mirip ayah dan anak.' Batin yang lain di sana.
"Sawamura-chan." Masuko mendekat dan kemudian berjongkok. "Apa kau tidak ingat apa yang terjadi padamu?"
"Heee.. Apa maksud jii-chan? Aku tak mengerti." Kata Sawamura masih sibuk menggambar bola-bola baseball. Masuko hanya terdiam karena dipanggil 'jii-chan' sedangkan yang lainnya hanya berusaha menahan tawa.
"Err.. Kalau Furuya dan Haruichi?" Tanyanya lagi pada dua yang lain. Haruichi hanya diam melihati Masuko dengan wajah bingungnya sedangkan Furuya sibuk menggambar seseorang yang sedang memegang tongkat baseball dengan tulisan 'Otousan' diatasnya.
"Sepertinya mereka tidak ingat." Kata Kuramochi. "Tapi kenapa mereka bisa kemari?"
"Kau tidak mendengar perdebatan mereka saat datang kemari tadi? Sepertinya mereka bingung dengan diri mereka sendiri yang tiba-tiba mengecil. Lalu Haruichi yang lebih pintar untuk anak seumurannya pun memiliki intuisi untuk mencari tahu tulisan di baju yang mereka kenakan dan berhasil kemari. Untung saja Haruichi sudah bisa membaca tulisan dan kanji yang terbilang sulit ini." Kata Ryosuke menjelaskan dugaannya.
'Dasar brother complex, masih sempat-sempatnya membanggakan adik sendiri.' Batin para pemain di sana.
"Jika itu benar, syukurlah mereka datang kemari. Jika tidak pasti akan menimbulkan masalah yang lebih dari ini." Kata Tanba.
"Tapi kenapa mereka bisa menjadi anak kecil?" Kata Kawakami yang sekarang duduk ditengah lingkaran yang dibuat oleh tiga bocah itu pun bingung.
"ARGH! Onii-chan jangan bergerak!" Umpat Sawamura karena tak ingin Kawakami bergerak dari dalam lingkaran. Sepertinya mereka sedang bermain dengan Kawakami sebagai pusat dari gambar lingkaran mereka.
"Kita masih belum tahu. Tapi kurasa kita harus bisa menjaga mereka dan jangan sampai yang lain mengetahui hal ini." Terang Chris.
"Menjaga!? Hei, kita harus latihan." Kata Isashiki sedikit protes.
"Kawakami juga tak bisa menjaganya sendirian. Dia pun harus latihan juga." Kata Masuko dan Kawakami sendiri pun terkejut mendapat pernyataan bahwa sepertinya dirinyalah yang akan menjaga ketiga bocah itu jika dia tidak latihan.
"Mungkin kita butuh pengasuh lain." Tetsu memberi usul.
"Hmm.. kau benar, Tetsu." Kata Chris.
.
.
.
.
"Apa!? Kenapa mereka bisa seperti ini!?" Kanemaru dan Toujou terkejut mendapati ketiga teman kelas satu seperjuangannya berubah menjadi anak kecil. Awalnya, Kanemaru yang dipanggil oleh Chris itu pun mengajak Toujou juga untuk ikut serta karena merasa ini adalah sesuatu yang tak bisa ia urus sendiri. Dan benar saja. Setelah beberapa penjelasan yang tak masuk akal, akhirnya para anggota tim inti yang terlibat itu pun memperlihatkan ketiga bocah yang menjadi permasalahan.
"Karena itu, Kanemaru, Toujo, kami membutuhkan bantuan kalian."
Mendapat permohonan dari para senpai tentu membuat mereka berdua tak enak hati untuk menolak. Sepertinya mereka berdua akan menjadi pengasuh sementara selain Kawakami.
"Mohon bantuannya, onii-chan. Aku tak mau mengganggu ibunda untuk latihan." Kata Sawamura mendekati dua orang yang sebenarnya sepantaran dengannya itu.
"Aku juga tak mau menyusahkan nii-san."
"Akan kubiarkan Otou-san berlatih agar saat ia kalah denganku nanti ia tak akan mencari banyak alasan."
Kanemaru dan Toujou hanya saling menatap bergantian.
.
.
Bersambung~!
.
.
Hyaa... maaf pendek, tapi tetap nantikan selanjutnya di chapter depan ya~
Clue untuk chapter depan, bakalan ada lagi yang mengecil lho..
.
Ide ini didapat dari berbagai animanga dan doujinshi yang Shila lihat. Jadi sebenarnya gak asli ide Shila sih. Juga kalau ada kemiripan harap maklum ya, hahahahaa...
Terimakasih sudah membaca.
Mohon reviev, kritik dan sarannya.
ShilaFantasy
