PROLOG.

Aku sangat menyayangi wanita ini, wanita yang duduk di sampingku. Yang menyandarkan kepalanya di bahuku. Kami menggenggam tangan satu sama lain, menikmati kesunyian di antara kami. Saling memejamkan mata. Tidak memperdulikan hiruk-pikuk di sekitar. Aku mendengar nafas beraturannya yang terasa damai di hatiku. Rasanya ingin seperti ini saja selamanya.

" Besok, kamu yakin tidak mau ikut denganku?" dia bertanya masih memejamkan matanya. Beberapa waktu yang lalu wanita ini mengajakku menghadiri acara pernikahan salah satu temannya.

" Hm. Ada sesuatu yang perlu aku lakukan besok."

" Apa itu sesuatu yang sangat penting?" Dia bertanya lagi.

"Mungkin." Jawabku.

Aku merasakan dia bangun dari bahuku dan melihatnya menatap cemberut ke arahku. " Apa itu lebih penting dari pada aku?"

Aku mengelus-elus lembut kepalanya. Lalu menggelengkan kepala dan tersenyum kearahnya, " Saat ini, kamu percaya atau tidak, kamu yang paling penting di hidupku."

Dia masih menatapku, kali ini dia menatap khawatir. "Apa ada masalah ?"

"Tidak perlu khawatir, aku akan segera menyelesaikannya." Hanya sedikit masalah internal kantor yang harus segera diselesaikan.

"Baiklah." Dia menghempas nafas kesal kearahku.

Aku menggelitik perutnya, ia lalu tertawa terbahak-bahak hingga jatuh dipangkuanku. Aku menatap matanya, dan wanita ini balas menatapku dengan senyum manisnya. Aku perlahan mendekatkan wajahku ke arahnya. Wajah putihnya menjadi sangat merah. Wanita ini sungguh sangat cantik. Bibirnya, hidungnya, rambutnya, semuanya. Dan yang paling aku sukai adalah matanya. Mereka sangat besar dan dan biru yang senantiasa memancarkan cahaya kebahagiaan bagi orang-orang di sekitarnya, termasuk juga aku.

"Hey, Sasuke-kun. Aku mencintaimu." Dia menarik kepalaku dan mengecup singkat bibirku.

Aku membalas ciumannya. "Aku juga … Ino."

XXX

Setelah Sasuke-kun mengantarkanku sampai di rumah, aku segera membuka almari koleksi baju-bajuku mengambil gaun putih selutut tanpa lengan yang sengaja ku rancang khusus untuk hari ini. Hari yang sangat penting bagi salah satu sahabatku yang artinya sangat penting juga bagiku. Chouji, siapa yang menyangka teman semenjak kecil yang sangat suka makan dan terlihat tidak tertarik pada wanita itu justru akan memulai kehidupan baru bersama seorang wanita yang sangat menakjubkan.

Aku sangat tahu sebelumnya mereka berdua, Chouji dan Shikamaru, tidak pernah tertarik dengan pembicaraan tentang pasangan hidup sampai pernikahan. Sebut saja saat aku menceritakan masalah percintaanku mereka setengah hati mendengarkanku.

"Aku tidak apa-apa jika tidak menikah, selama aku bisa makan BBQ seumur hidupku" kata Chouji remaja saat kami menikmati tradisi makan malam bersama tiga klan keluarga yang sudah menjadi sahabat dan rekan bisnis sejak bertahun-tahun. Dan lihatlah sekarang siapa yang memakan kata-katanya sendiri!. Kini ia tinggal menunggu sahabatnya yang satu menemukan pasangan hidupnya. Untuk diriku sendiri tinggal menunggu waktu yang tepat saja. "Ah, aku rindu Sasuke!"

"Sayang, Shika sudah menunggu di bawah!" Ibu tiba-tiba muncul di depan pintu kamarku yang terbuka lebar.

"Ah, Ok! Suruh dia menunggu. Aku akan bersiap."

Aku memasukkan gaun, sepatu dan alat-alat berdandan ke dalam tas dan segera cepat-cepat mandi, Kita berdua harus datang lebih awal untuk membantu mempersiapkan pesta pernikahan Chouji malam hari ini. Aku benar-benar tidak sabar untuk hari ini!.

XXX

Kota Konoha sudah banyak berubah sejak terakhir kali aku menginjakkan kakiku tujuh tahun yang lalu di ibu kota metropolitan ini. Gedung-gedung pencakar langit semakin tinggi dan jalanan semakin ramai dan padat. Tetapi masih ada beberapa bangunan yang masih seperti terakhir kali aku melihatnya. Seperti tempat karaoke di ujung jalan gang menuju rumahku itu. Bedanya, ada tulisan "DIJUAL" di depan pintu masuknya.

Aku menjalankan mobilku pelan-pelan menyusuri seluk-beluk rumah-rumah dan bangunan sekitar sebelum menemukan rumah lamaku.

" Ibu? .." Suara kecil di sampingku membuat pandaganku beralih padanya. " Belum sampai juga?"

" Ahh, sudah bangun Sayang?" Aku mengelus rambutnya pelan. "Sebentar lagi kita sampai."

Beberapa menit kemudian kami telah sampai di depan pintu rumah sederhana berlantai dua yang terlihat kusam. Rumput dan tanaman liar tumbuh tak beraturan di halaman. Pohon-pohon tumbuh bebas, dan pot-pot bunga mulai retak dan berlumut karena tanaman di dalamnya yang juga membesar. Aku menghela nafas panjang, sepertinya banyak yang harus kuperbaiki. Hari ini akan menjadi hari yang panjang.

"Kita sampai!" Aku mengeluarkan koper-koper kami dari bagasi dan mengeluarkan pangeran kecilku yang masih setengah sadar.

"Kita akan tinggal disini Ibu?!" Anak ini memandangiku dan terlihat sedikit protes.

"Iya Sayang, percayalah rumah ini akan menjadi lebih baik." Aku menurunkannya dari gendonganku dan membiarkannya berjalan dahulu dan ia terlihat mengamati lingkungan rumah yang akan menjadi tempat tinggal kami beberapa waktu ke depan.

"Tolong ambil kunci di tas ibu dan buka pintunya Sayang." Anakku kemudian berlari menuju mobil mengambil kunci dan berlari untuk membukakan pintu sementara aku membawa koper-koper ini.

"Hey, bukankah itu Sakura?!" teriakan wanita paruh baya membuatku tersentak dan mengurungkan niat untuk masuk ke dalam rumah dan istirahat.

Aku segera berlari menghampirinya, rumah kami bersebelahan dan hanya berbatas pagar besi rendah yang masih memungkinkanku untuk bisa memeluknya." Anko-sensei!"

"Syukurlah, aku kira ada pencuri yang masuk ke rumahmu." Masih kupeluk erat, Anko-sensei berucap. Setelah sekian lama aku bersyukur masih ada yang mengenalku. Setidaknya aku dan anakku tidak benar-benar sendiri di kota yang seakan sudah terasa asing ini.

Wajah Anko-sensei masih terlihat cantik meski terlihat kerutan-kerutan tipis diwajahnya.

"Aku senang kau kembali Sakura." aku merasakan air mulai membendung di kedua mataku.

"Ah, Mizu!" Aku memanggil anakku yang beberapa detik kemudian telah berada di sampingku. "Mizu, beliau ini Anko-sensei, beliau tetangga kita serta guru saat Ibu sekolah dulu." Mizuki membungkukkan badan memberi salam kepada Anko-sensei.

"Halo, Selamat Siang! Perkenalkan nama saya Mizuki, Mizuki Haruno."

XXX

This is the story of those three, (Sakura, Sasuke, and Ino) and from now on it will be my point of view. So, what do you think? Have you already discovered where this story will lead to? I am new, so please be kind. 😊

#andsorryformybadlanguage