Summary : Seperti biasanya, dia duduk terdiam sambil memegang buku gambarnya. Wajahnya yang muram dan air mata menetes dari matanya.

Fairy Tail bukan punya author, tetapi punya Hiro Mashima

Sekolah nampak begitu sepi. Hampir semua siswa sudah pulang ke rumahnya masing-masing. Tetapi tidak dengan seorang anak perempuan berusia sekitar 14 tahun. Ia bersembunyi dibalik pohon dan sesekali melihat seorang anak laki-laki yang tengah menggambar. Wajahnya nampak serius memperhatikan anak tersebut. Akhirnya ia berhenti bersembunyi dan menampakan dirinya tepat didepan anak tersebut. Sepertinya anak lelaki tersebut tak peduli, tanpa menengok sedikitpun kearah anak perempuan tersebut, ia terus menggambar.

"Hey" Panggil anak perempuan tersebut

"Apa?" Jawabnya tanpa menengok anak perempuan itu

"Mengapa kamu belum pulang?"

"Memang kenapa jika aku belum pulang?"

"Nanti orangtuamu mencemaskanmu"

Sesaat mendengar perkataan anak perempuan tersebut. Ia bangkit berdiri, mengambil tasnya lalu pergi meninggalkannya. Sebenarnya dia tau siapa perempuan tersebut. Erza Scarlet, ketua kelas VIIIC Bisa dibilang jika mereka itu sekelas. Sedangkan anak lelaki tersebut? Dia adalah Jellal Fernandes, seorang anak lelaki yang pendiam dan penyendiri. Hobbynya hanya menggambar, itu saja. Saat istirahat, biasanya ia pergi ke taman sekolah lalu menggambar disana, seorang diri. Tak ada yang mempedulikannya, mungkin hanya Erza yang mempedulikannya meski secara tak langsung.

Cuaca saat itu begitu panas. Erza berjalan dengan langkah yang cepat, dan sampailah ia di rumahnya. Ibu Erza menyambut baik kedatangan anak semata wayangnya tersebut. Selesai mengganti baju, Erza menuju dapur dan segera makan.

"Apa kamu masih memata-matai anak tersebut?" Tanya ibu Erza

"Ya masih"

"Mengapa kamu terus memata-matainya?"

"Karna aku penasaran"

"Penasaran tentang apa?"

"Bagaimana menjelaskannya ya? Dia itu seorang anak yang pendiam dan penyendiri, dia tak memiliki teman. Saat pelajaranpun ia selalu tak memperhatikan. Aku penasaran mengapa dia menyendiri seperti itu? Apa dia tidak kesepian?"

"Begitu ya…Mungkin dia memiliki masalah"

"Masalah?"

"Ya, misalnya masalah keluarga"

"Mungkin, tetapi sulit untuk mendekatinya"

"Berusahalah, mungkin suatu saat nanti kamu bisa mendekatinya"

Erza, ia adalah ketua kelas VIIIB yang sangat galak, tetapi baik, pintar, dan juga cukup manis. Semuanya bangga memiliki ketua kelas seperti Erza, karna ia peduli pada teman-temannya. Saat ada yang dalam kesulitan dengan sukarela Erza pasti akan membantunya sampai masalah tersebut selesai.

Esok harinya..

Paginya Erza langsung pergi ke taman. Benar saja disana sudah ada Jellal, seperti biasanya dia memegang buku gambarnya lalu mulai menggambar. Erza bersembunyi dibalik pohon, hingga akhirnya ada seseorang yang mengagetkan Erza.

"Hey, kamu sedang apa?"

"Natsu! Diam!"

"Ohhh, kamu memata-matai Jellal lagi ya?"

"Sssstttt….Diam!"

"Kamu suka padanya ya? Tiap hari memata-matainya mulu deh"

"Bu-bukan karna itu!"

Sadar ada suara seseorang, Jellal melihat kearah Erza dan Natsu. Natsu langsung berlari sedangkan Erza masih terdiam ditempatnya.

"Sedang apa kamu?" Tanya Jellal dengan nada serius

"A-aku…."

"Kamu slalu memata-mataiku"

"Ternyata kamu sadar ya…"

"Memang, apa sih maumu?" Tanyanya dengan nada yang agak nyolot

"A-akuu….."

Mulut Erza tak bisa mengeluarkan sepatah katapun. Sepertinya Jellal benar-benar marah. Erza kembali melihat Jellal, kali ini wajahnya agak tenang ia menaruh buku gambar dan peralatan gambarnya lalu berdiri melihat Erza.

"Mengapa kamu begitu peduli padaku?"

"Karna aku merasa kasihan padamu"

"Kasihan ya…Aku tak patut dikasihani oleh kamu!"

Jellal berlari meninggalkan Erza juga buku gambarnya. Erza hanya terdiam dan tak mengejar Jellal. Sekarang Jellal benar-benar marah, bagaimana ia bisa mendekati Jellal jika sudah begini? Erza mengambil buku dan peralatan gambar Jellal lalu pergi ke kelas.

"Itu buku gambar Jellal ya?" Tanya seorang anak laki-laki

"Ya, lalu kenapa?"

"Tidak, aku hanya penasaran dia menggambar apa"

Tanpa mempedulikan perkataan anak tersebut, Erza menaruh buku gambar Jellal dimejanya. Bel tanda dimulainya pelajaran sudah berdering, semua masuk kelas dan duduk dengan tertib. Saat jam pelajaran berlangsung ada yang menggangu Erza. Jellal tak ada dibangukunya, tetapi sepertinya tak ada yang menyadarinya. Bel istirahatpun berbunyi. Erza bersama teman-temannya memakan bekal di kelas. Rasanya ia tak nafsu makan.

"Oi Erza kamu kenapa?"

"Aku tidak apa-apa"

"Bohong, hey Gray menurutku Erza sedang jatuh cinta"

"Jatuh cinta ya? Dengan siapa?"

"Jellal lah siapa lagi, kamu tau kan setiap hari dia memata-matai Jellal"

"Hahaha, iya ya benar juga. Ciee..Erza…"

Kedua sahabatnya tersebut terus ribut meneriakaan nama Jellal. Tiba-tiba saja orangnya datang, spontan Gray dan Natsu langsung diam. Mereka berdua tak ingin Jellal marah. Dengan cepatnya Jellal mengambil buku gambarnya, saat ia berada disamping Erza dengan ramahnya ia berkata.

"Terima kasih"

Lalu langsung pergi begitu saja. Erza sendiri sukses dibuat terdiam oleh Jellal, apa tadi ia tak salah dengar? Jellal mengatakan terima kasih dengan begitu ramahnya, biasanya dia itu dingin, terkadang ketus.

"Cieee Erza wajahnya merah" Sorak Gray

"Ti..Tidak! Wajahku tidak merah!"

Sesaat Jellal melihat Erza ribut dengan kedua sahabatnya tersebut. Ia langsung pergi meninggalkan kelas padahal sebentar lagi bel pelajaran selanjutnya akan berbunyi. Benar saja, dari awal hingga akhir Jellal tak berada di kelas. Saat Erza bersama Natsu dan Gray hendak pulang. Pak guru memanggil Erza dan mengajaknya berbicara empat mata.

"Erza, apa Jellal hari ini masuk?"

"Dia masuk" Jawab Erza singkat

"Lalu kemana dia?"

"Entahlah…Nanti aku akan mencarinya"

"Ya sudah, jika sudah bertemu Jellal tolong suruh dia ke ruang guru ya?"

"Iya"

Gray dan Natsu menghampiri Erza dengan wajah yang penasaran. Mereka berdua bertanya beberapa kali tetapi tak dijawab oleh Erza. Tiba-tiba saja Erza langsung berkata.

"Aku ingin mencari Jellal dulu"

"Untuk apa?" Tanya Natsu

"Aku telah berjanji pada pak guru akan menemukan Jellal"

"Begitu ya…Apa kami bisa membantumu?" Tawar Gray

"Tidak perlu, aku akan mencarinya sendiri, kalian pulang saja duluan"

"Baiklah. Sampai jumpa" Ucap mereka berdua bersamaan

Mereka berduapun pergi meninggalkan Erza. Sedangkan Erza sendiri langsung pergi ke taman sekolah, benar saja disana ada Jellal yang sedang menggambar. Kali ini Erza langsung menghampiri Jellal, ia duduk disebelahnya dan memulai pembicaraan.

"Mengapa tadi kamu tidak mengikuti pelajaran"

"Memang kenapa jika tidak ikut?"

"Ya aku kan hanya bertanya, pak guru mencarimu"

"Oh, aku tidak peduli" Katanya dengan nada tak acuh

"Hey! Kamu mana boleh melawan perintah guru?"

"Memang guru siapanya kita hah?! Aku tak peduli mau dia guru, kepala sekolah, bahkan hakim pun aku tak peduli! Aku takkan pernah mau menuruti perintah mereka!"

Ia tampak sangat geram, bahkan Erza sampai dibuat ketakutan olehnya. Setelah agak tenang Jellal pun meminta maaf pada Erza.

"Maaf, tadi aku…"

"Tidak apa-apa, apa aku boleh tau kamu menggambar apa?"

"Kamu tidak perlu mengetahuinya, lagipula gambarku jelek!"

Jellal langsung berdiri dan pergi meninggalkan Erza, sedangkan Erza sendiri langsung pulang ke rumahnya. Padahal seharusnya ia membawa Jellal pergi ke ruang guru, tapi, sudahlah…Saat sudah sampai di rumah Erza terdiam di kamarnya, entah mengapa ia merasa bersalah pada Jellal, meski sebenarnya hal yang dilakukannya tidak salah.

Keesokan harinya ternyata Jellal tidak masuk sekolah. Itu sudah berlangsung seminggu lamanya. Bangku paling belakang selalu terlihat kosong. Terkadang Erza pergi ke bangkunya Jellal lalu duduk disitu. Saat pulang sekolah tak sengaja Erza melihat Jellal sedang berdiri didepan sebuah rumah. Mungkin itu rumah Jellal, pikir Erza. Ini adalah saat yang tepat untuk mengetahui mengapa Jellal tak masuk sekolah selama seminggu.

Setelah Jellal pergi Erzapun masuk ke rumah Jellal. Mula-mula ia mengetuk pintu, dan seorang wanita setengah baya membuka pintu tersebut. Erza dipersilahkan masuk dan duduk disebuah sofa. Disebelah sofa itu ada sebuah meja kecil, diatas meja tersebut ada sebuah foto. Erza agak kaget melihat foto tersebut. Ada seorang yang mirip dengan Jellal, apa Jellal memiliki saudara kembar?

"Sepertinya kamu nampak terkejut" Tanya ibunya Jellal

"I-iya, apa Jellal memiliki saudara kembar?"

"Ya dia punya namanya Mystogan"

"Oh, sekarang dia dimana?"

Tiba-tiba raut wajah ibu Jellal menjadi sedih. Erza merasa bersalah karna telah menanyakan pertanyaan itu, buru-buru ia minta maaf.

"Maaf apa pertanyaanku menggangu tante?"

"Tidak kok. Mystogan sudah meninggal…"

"Meninggal? Kenapa?"

"Karna ditabrak mobil. Semenjak kematian Mystogan sikap Jellal berubah drastis. Ia menjadi antisosial dan juga suka melawan, terkadang tante menjadi sedih jika melihat sikap Jellal menjadi seperti itu"

"Pantas saja di sekolah ia begitu galak dan juga penyendiri"

"Namamu Erza ya?"

"Iya, kok tante tau?"

"Jellal sering menceritakan tentangmu, dia berkata jika kamu sering memata-matainya"

"I…itu memang benar"

"Terima kasih ya kamu sudah begitu memperhatikannya"

"Tante tidak perlu berterima kasih, oh iya omong-omong apa saya boleh tau Jellal pergi kemana?"

"Dia pergi ke kuburan Mystogan"

"Oh, apa boleh saya bertanya lagi?"

"Boleh"

"Mengapa selama seminggu Jellal tak masuk sekolah?"

"Entahlah, yang tante tau dia mengurung dirinya di kamar terus-menerus"

Apa kematian Mystogan benar-benar membuatnya frustasi? Erza merasa iba pada Jellal. Kehilangan memang hal yang paling menakutkan dan tak diinginkan, apa lagi kehilangan orang yang kita sayangi itu amat menyakitkan. Erzapun pamitan pada ibu Jellal dan pergi ke kuburan. Disana ada Jellal yang sedang jongkok. Erza hendak mendekatinya, dan ia sadar jika ia mendengar suara tangisan Jellal.

"Jellal…."Erza memanggil Jellal pelan

"Mengapa kamu tau tempat ini?" Tanya Jellal

"Ibumu yang memberitaukannya"

"Kamu ternyata bertamu ke rumahku ya tadi…"

"Ya memang, maaf jika aku bertamu tanpa seizinmu"

"Tidak apa-apa, terima kasih sudah mau bertamu"

"Kamu senang jika aku bertamu ke rumahmu?"

"Tidak juga…"

"Kamu ingin sendiri bukan? Aku pergi dulu"

Tanpa disangka saat Erza hendak pergi, Jellal justru memegang tangan Erza hendak mencengahnya pergi. Jellalpun mengajak Erza kesuatu tempat. Sebuah lapangan kosong yang tak ada apapun.

"Mengapa kamu mengajakku kesini?"

"Dulu aku dan Mystogan sering bermain disini, menggambar bersama dan berbicara bersama"

Lagi-lagi air mata menetes dari matanya Jellal. Erza hanya terdiam melihatnya. Saat itu Jellal membuka buku gambarnya dan melihatnya dengan mata yang berlinangan air.

"Ini semua gambarku…"

"Gambarmu bagus, itu gambar Mystogan bukan?"

"Ya, setiap hari aku menggambar wajah Mystogan, saat dia tertawa, sedih, dan saat dulu kami bersama aku menggambar semuanya disini"

"Terima kasih kamu sudah mau memperlihatkan gambarmu padaku"

"Maaf jika awalnya aku bersikap kasar padamu, mungkin kamu adalah orang yang pertama kali mempedulikanku. Semenjak Mystogan mati sikapku berubah, semua orang jadi tidak senang lagi padaku. Tidak ada lagi yang peduli padaku"

"Pasti menyedihkan ya jika tak ada yang peduli padamu"

"Tidak, biasa saja, aku juga tak peduli pada mereka, jadi untuk apa mereka mempedulikanku"

"Masuklah ke sekolah besok Senin, aku menunggumu"

Erza mengatakannya sambil tersenyum. Sesaat wajahnya Jellal memerah, tetapi buru-buru ia memalingkan mukanya dari Erza. Saat Jellal hendak meninggalkan Erza dari kejauhan Erza berteriak.

"Hey Jellal, bagaimana jika mulai hari ini kita berteman?"

"Berteman?"

"Ya, masa kamu mau sendirian terus?"

"Baiklah aku setuju"

Akhirnya Erza bisa dekat juga dengan Jellal. Erza sendiri merasa senang, Jellal pasti juga merasa senang. Entah apa pertemanan itu bisa berlangsung dengan lama.

Bersambung…