οOο
Disclaimer
Naruto © Masashi Kishimoto
.
World War
Bab I : Kusagakure
οOο
2 hari sebelumnya
Istana Hōzuki sering di sebut juga sebagai penjara berdarah, adalah istana yang difungsikan untuk menahan para kriminal. Istana ini dinamai Hōzuki karena disekitar benteng dan kastil dikelilingi oleh tanaman Hōzuki (secara harafiah berarti lentera iblis). Letaknya jauh di dalam hutan. Terdapat kekkai khusus yang dibuat di sekitar Hōzukijo untuk memperketat keamanan dan mencegah kaburnya narapidana.
Di tempat tergelap benteng Hōzukijo, empat orang tengah melumpuhkan penjaga-penjaga kamar rahasia. Di kamar itu disimpan senjata kuno peninggalan zaman sage dari enam jalan. Empat orang misterius itu menggerakkan tangan-tangan mereka dengan cepat membentuk segel, mulut mereka merapalkan jutsu terlarang untuk membuka kamar rahasia.
Ledakan terdengar di keheningan malam saat kamar rahasia berhasil dibuka. Kepulan asap tebal memenuhi sisi benteng Hōzukijo. Seorang aruji (kepala penjara) langsung bergerak sigap dan waspada, ia mengumpulkan semua penjaga. Aruji yang bernama Akira itu kemudian memberi instruksi dan perintah dengan cepat menyadari kemungkinan adanya narapidana yang kabur.
Para narapidana dalam sel mereka terbangun saat mendengar bunyi ledakan di bagian timur penjara. Kegaduhan langsung mengambil alih kesunyian yang tercipta. Derap-derap kaki para penjaga dan bisik-bisik ingin tahu para tahanan saling membunuh sang keheningan.
Asap tebal langsung melingkupi sisi timur benteng utama. Akira dan anak buahnya terhambat karena sulitnya pandangan mata untuk melihat dengan jelas. Saat mereka sampai di pintu, terlihat beberapa penjaga terbaring di lantai dingin penjara.
"Periksa semua Narapidana!" perintah Akira.
Mereka tidak dapat menemukan orang yang menyebabkan kekacauan. Hanya asap tebal dan kamar rahasia yang berhasil dibobol yang terlihat. Bahkan para penjaga pun tak sadarkan diri untuk dimintai keterangan.
草
1 Hari sebelumnya
Kusagakure adalah desa ninja yang letaknya diapit oleh dua negara besar shinobi yaitu Tsuchi no Kuni dan Hi no Kuni, juga diapit oleh empat desa ninja yaitu Iwagakure, Konohagakure, Amegakure dan Takigakure. Kusagakure terletak di negara tak bernama. Kusagakure terkenal akan hutan-hutannya yang misterius. Jamur-jamur tumbuh seukuran pohon-pohon besar, bahkan ada yang sebesar rumah. Banyak tanaman-tanaman langka tumbuh di tempat ini. Ada banyak aliran sungai dan jurang-jurang curam di dalam hutan. Hutan di Kusagakure adalah habitat hewan-hewan langkah dan aneh.
Kusagakure adalah desa ninja yang masih bersifat konservatif. Masih terikat pada aturan-aturan lama dan enggan menerima peradaban era baru ninja. Kemurnian tempat itu masih terjaga. Masih sama seperti waktu Sakura datang kesini di usianya yang ke lima belas. Jembatan Tenchi adalah saksi bisu perjuangannya membawa kembali Uchiha Sasuke. Jembatan itu adalah hadiah dari Sasori, sebuah petunjuk untuk menemui Kabuto yang waktu itu adalah mata-matanya. Sebuah kenangan yang walaupun tidak cukup baik tapi tetap menjadi bagian dari dirinya.
Desa ini melestarikan apa yang telah diwariskan pada mereka. Tidak membiarkan jaman baru mengambil jati dirinya. Dan desa ini masih semisterius yang di rumorkan. Masih mengisolasi diri dari dunia luar.
"Mengingat masa lalu?" tebak Sai.
Sakura tersenyum dan menganggukkan kepala. "Kenangan indah maupun buruk tetap menjadi bagian dari diri ini."
Sakura dan timnya akhirnya melewati Jembatan Tenchi menuju Hutan Jamur. Ia kini tengah menjadi kapten tim untuk mencari tanaman langka sebagai bahan obat-obatan baru yang ia ciptakan. Ia tidak membawa banyak orang, hanya dirinya, sahabatnya yaitu Shimurai Sai dan tiga orang juniornya yang bekerja di rumah sakit. Ini bukanlah misi berat, tapi misi yang membutuhkan kesabaran tingkat tinggi.
Sai membantunya untuk membuat jurnal. Menggambar adalah keahliannya. Jadi cukup mudah untuk memvisualisasikan tanaman dalam lembaran-lembaran kertas untuk dibukukan. Sebenarnya Sakura bisa saja mengambil foto tanaman itu, tapi kesakralan tempat ini dan budaya untuk menolak teknologi membuatnya harus melakukan penghormatan pada kebiasaan penduduk desa Kusa.
"Terima kasih sudah mau membantu," gumam Sakura.
"Aku rindu masa-masa kita melakukan misi bersama, jadi kuputuskan untuk membantu." Sai menerbitkan senyum andalannya.
"Yah Naruto menjadi hokage, Kakashi sensei menikmati masa pensiunnya, Yamato taichou juga tidak jelas kabarnya, dan Sasuke... Akhir akhir ini dia juga cukup sibuk," kata Sakura. Suaranya cukup jelas terdengar meski ia masih terus berlompatan dari satu dahan ke dahan yang lain.
"Kau juga sekarang jadi kepala rumah sakit kan?" Sai memberi senyum manisnya.
Sakura balas tersenyum. "Dan kau jadi kepala anbu." Sakura mengedipkan sebelah matanya.
"Yah, kurasa kita sudah jadi orang sibuk sekarang."
"Aku ingin seperti Ino dan Hinata. Lebih fokus mengurus rumah. Tapi..." Sakura menghela napas.
"Dunia tidak bisa kehilangan ninja medis sepertimu," kata Sai masih dengan senyum andalannya.
Ya ini bukan hanya soal pekerjaan bagi Sakura tapi sebuah kewajiban. Ia punya tanggung jawab yang besar dan pengaruh yang kuat di dunia medis. Untuk saat ini dialah medic nin terbaik, dan belum ada yang bisa melampauinya.
"Sakura-san ada beberapa orang sedang menuju ke arah kita." ujar Mui, salah satu junior Sakura.
Sakura menghentikan langkahnya, kakinya menapak salah satu tudung jamur raksasa dan berdiri di atasnya. Sai dan ketiga orang lainnya ikut menghentikan langkah. Tiga orang dari arah berlawanan tampak melesat cepat dan berhenti. Mereka berdiri berhadap-hadapan dengan kelompok Sakura.
"Kalian ninja medis?" tanya salah satu dari mereka.
Ketiga junior Sakura memakai pakaian serba putih lengkap dengan penutup kepala. Tak heran identitas mereka sebagai medic-nin langsung diketahui.
"Ya kami ninja medis," jawab Sakura tegas. Dengan naluri seorang dokter, Sakura menyadari kalau orang-orang yang ditemuinya membutuhkan bantuan.
"Kebetulan, kami baru akan ke desa terdekat untuk menemui para ninja medis," ujar seorang pria paling jangkung di antara mereka. "Namaku Arui, mereka Muku dan Sano." Ucapnya sembari memperkenalkan rekan-rekannya.
"Aku Uchiha Sakura, ini Sai, Mui, Ara, dan Kenji. Kami ninja Konoha."
"Uchiha Sakura? Ninja medis terhebat itu?" gumam Sano. "Sungguh beruntung kita," lanjutnya.
"Apa kalian bisa menolong kami? Kemarin terjadi ledakan di penjara Hōzuki, beberapa penjaga tiba-tiba menjadi sakit setelah insiden itu." Arui memberi penjelasan.
"Penjara Hōzuki ?" gumam Sai.
"Mungkin kami bisa membantu. Bagaimana?" Sakura bertanya pada anggota timnya yang dibalas dengan anggukan.
Ini sudah di luar zona misinya. Dan biasanya para ninja tidak akan melakukan hal lain selama misi. Selain nanti akan menimbulkan masalah, tidak adanya surat perintah resmi sehingga melakukan hal lain di luar misi adalah sebuah tindakan terlarang. Tapi dalam hal ini bisa dijadikan sebuah pengecualian karena mereka adalah ninja medis. Tugas mereka adalah membantu yang sakit dan terluka. Jadi dalam keadaan yang tidak terduga seperti ini, mereka bisa membantu orang walaupun di luar misi.
Dengan panduan Arui, mereka akhirnya tiba di bangunan serupa kastil dengan benteng-benteng kokoh yang berdiri tegak menjulang. Ada penjaga yang mencegat mereka di gerbang depan. Arui berbincang sebentar kemudian mereka mendapat izin masuk ke dalam penjara. Sakura melihat salah satu benteng menunjukkan kerusakan.
Langkah-langkah kaki mereka menggema di lorong-lorong penjara saat mereka menapak lantai yang dingin. Lorong terasa sunyi. Hanya suara ketukan kaki yang saling beradu yang terdengar.
"Kemarin terjadi pembobolan. Entah karena apa penjaga di benteng timur ditemukan pingsan dan menjadi sakit." Arui menjelaskan.
"Bagaimana kondisi mereka saat ditemukan dan sesudahnya?" Naluri seorang ninja medis langsung mengalir dalam nadi Sakura. Ia memberikan pertanyaan yang sangat umum bagi seorang dokter saat menanyai keadaan pasiennya.
"Mereka tidak terluka hanya pingsan tapi agak sedikit aneh dengan kondisi mereka," jawab Arui.
"Aneh?" gumam Sai tertarik.
"Kadang-kadang mereka mengalami kejang-kejang dan terdengar bunyi gemeretak tulang patah."
"Apa mereka demam sebelumnya?" Sakura kembali bertanya.
"Tidak. Justru suhu badan mereka sedingin es."
"Bukankah biasanya kalau kejang akan diawali dengan demam tinggi?" Mui, salah satu junior Sakura berkomentar dan di balas anggukan kedua rekannya.
Arui menggiring mereka menuju ruangan yang memang dikhususkan sebagai ruang kesehatan. Ada ranjang-ranjang yang telah ditempati. Tidak ada aroma obat-obatan, malah ruangan ini berbau debu dan sedikit pengap.
"Ada ruang kesehatan. Apa tidak ada petugas kesehatan disini?" Sai bertanya khas seorang penyelidik.
"Ini penjara. Dan kami memperlakukan seorang tahanan dengan semestinya. Hidup matinya mereka tidak berarti." Sano berbicara dengan nada sinisnya.
Bagi para penjaga di penjara Hōzuki, tahanan tidak perlu diperhatikan. Mereka hanya sampah hina yang tidak layak di perlakukan seperti manusia.
"Jika penjaga sakit, biasanya mereka akan pergi ke desa tetangga. Ruang ini hanya ruang formalitas. Tidak pernah terpakai. Setelah sekian lama. Kami baru memakainya mengingat ada sekitar belasan penjaga yang terluka," ujar Arui tak acuh.
Sakura sudah tak memperhatikan percakapan Sai dan para penjaga penjara sejak memasuki ruangan ini. Pikirannya terpusat pada pasiennya. Sakura mendekati seorang penjaga yang sedang berbaring tak sadarkan diri. Matanya tertutup dan napasnya tak beraturan dengan dada naik turun dengan ritme yang aneh.
Tidak ada luka baru yang terlihat di kulit penjaga yang Sakura periksa. Hanya gurat luka lama dengan warna yang memudar. Kulit penjaga itu sedingin es. Sakura membuka kelopak mata penjaga dan mendapati warna pupil penjaga seperti dilapisi selaput putih sehingga warna matanya memudar.
Sakura kemudian memeriksa kondisi penjaga yang lain. Mereka memiliki ciri-ciri yang sama. Kulit sedingin es, napas tak beraturan, tidak ada luka, dan warna mata pudar berselaput putih. Awalnya Sakura kira, pasien pertama yang ia periksa memiliki warna mata biru pudar. Tapi saat memeriksa pasien kedua sampai pasien terakhir, warna mata mereka memang pudar seakan ada selaput putih yang melapisi iris mereka.
Pada pasien ketiga, Sakura memperhatikan tangan penjaga itu bergetar dengan jari bergeliat-geliut. Ada suara gemeretak tulang, seperti sendi yang saling beradu satu sama lain. Kemudian jempol tangan si pasien menonjol dan mengoyak kulit hingga terlihat warna putih tulang seakan tulang tersebut akan keluar dari tempatnya.
Pada pasien ke sebelas, Sakura mendengar geraman dari tenggorokan. Penjaga tersebut masih tak sadarkan diri. Geramannya terdengar rendah dan dalam.
"Aku baru pertama kali melihat yang seperti ini." Komentar Ara yang sedari tadi mengikuti Sakura memeriksa para penjaga.
"Aku ingin tahu apa yang terjadi pada mereka." Sakura kembali pada pasien pertama. Ia memeriksa ulang untuk mengetahui apa ada petunjuk yang luput darinya.
"Itu di luar kewenangan kami. Ini informasi khusus penjara. Dan kami tidak bisa menyebarkannya." Arui memberi jawaban.
"Kalau begitu minta pada yang berwenang untuk memberi izin. Aku harus mendapat informasi sedetail apapun agar ini berhasil!" ujar Sakura tegas.
Sakura menajamkan matanya melihat dengan cermat kondisi pasien. Kemudian matanya menangkap sebuah titik kecil di leher pasien. Sakura tahu apa itu karena ia berada di bidang ini selama bertahun-tahun. Itu adalah bekas injeksi jarum suntik.
Arui memerintahkan Muku untuk menemui kepala penjara. Sedang Sakura yang telah melihat luka bekas injeksi itu mencarinya di tubuh pasien yang lain. Dan ia menemukannya rata-rata berada di leher dan tangan.
"Aku tidak bisa membiarkan orang luar tahu lebih dalam soal masalah internal Hōzukijo." Suara berat Akira menggema di ruangan itu saat ia memasuki ruang kesehatan.
"Maaf, tapi ini demi kepentingan medis. Aku membutuhkan detail sekecil apapun untuk membuat diagnosa." Sakura menatap sang Aruji Hōzukijo.
"Tidak!" Akira masih dengan tegas menolak.
"Kalau begitu kami juga tidak bisa—"
"Aku akan meminta bantuan ninja medis yang lain kalau kalian tidak sanggup." Akira memotong perkataan Sakura dengan keangkuhannya.
"Tapi, dia adalah ninja medis terbaik Konoha atau bahkan terbaik di dunia Shinobi." Arui menyela atasannya.
Akira menatap tajam Arui kemudian mengalihkan pandangannya pada Sakura. "Sepertinya kau tidak bisa mengatasi ini nona Sakura. Jadi sebaiknya kalian pergi. Aku akan mencari ninja medis yang lain."
Sakura jengkel pada kesombongan pria paruh baya di hadapannya. Sebenarnya naluri dokter yang ada pada dirinya tidak mengizinkannya untuk meninggalkan pasiennya. Tapi lagi-lagi ia mengingat bahwa ini di luar batas misinya sehingga ia tidak bisa berbuat banyak.
"Baik, Anda bisa meminta bantuan ninja medis yang lain. Dan aku jamin mereka juga akan meminta detail lebih seperti yang aku minta." Sakura berkata dengan penuh emosi pada Akira.
"Untuk sementara, kau bisa mencari tanaman ini." Sakura berbalik menatap Arui. Sakura mengambil gulungan dalam kantungnya kemudian menulis sesuatu pada perkamen dan menyerahkannya pada Arui. "Rebus bahan-bahan itu dan minumkan pada mereka, untuk membuat suhu badan mereka stabil."
Sakura melangkah menuju pintu keluar dan melewati Akira dengan tak acuh. Saat mencapai pintu, ia berbalik. "Dan ngomong-ngomong aku sudah menikah. Jadi panggil aku nyonya bukan nona!" seru Sakura. Ia pergi sambil menghentakan kakinya. Sai dan ketiga juniornya mengikuti di belakang.
"Kau lihat penjaga ketiga yang diperiksa Sakura-san?" Kenji bertanya pada temannya.
"Iya itu aneh sekali. Tulangnya itu–" Ara bergumam. Ia sedikit bergidik ngeri.
"Apa itu bisa terjadi Sakura-san?".
"Shikotsumyaku. Sebuah kekkei genkai yang menggunakan tulang sebagai senjata. Kekkei genkai ini hanya dimiliki oleh Klan Kaguya dari Otogakure. Mereka memiliki susunan tulang tidak terbatas. Mereka akan mengeluarkan tulang-tulang dari dalam kulit untuk digunakan sebagai senjata.
"Jika kalian bertanya apakah hal seperti itu bisa terjadi. Jawabannya ya tentu saja. Tapi masalahnya kemampuan Shikotsumyaku hanya milik Klan Kaguya, dan klan itu sudah punah dalam pertempuran dengan Kirigakure. Dan aku rasa para penjaga bukanlah Klan Kaguya. Jadi ini pasti disebabkan hal lain." Sakura mengerutkan kening memikirkan sejuta hipotesa.
"Apa ini yang pertama?" Sai bertanya pada Sakura.
"Hah?" Sakura tersentak dari pikirannya yang terombang-ambing.
"Jidat lebarmu itu makin jelek karena berkerut-kerut. Eh jelek, kau seperti terkejut waktu memeriksa pasien tadi." Sai mengetuk-ngetuk dahi Sakura.
Sakura melayangkan tinjunya membuat Sai tersungkur. Sai mengaduh mengusap kepalanya.
Sakura berdecak. "Ya, aku baru pertama melihat hal seperti ini."
"Apa itu penyakit atau itu akibat jutsu?" Sai masih mengusap kepalanya.
Sakura mengendikkan bahunya. "Entahlah."
Mereka mengakhiri percakapan tentang keanehan penjaga Hōzukijo. Mereka melanjutkan misi mereka. Hari sudah hampir sore dan keranjang-keranjang telah penuh dengan tanaman obat. Sakura memutuskan untuk pergi ke Desa Kusa untuk mencari penginapan.
Matahari hampir tenggelam saat Sakura sampai di Desa Kusa. Senja mengukir bayang-bayang dibawah jingganya langit sore. Burung-burung terlihat bergerombol melintasi udara kembali ke sarang. Jalanan sedikit lenggang meski aktivitas masih berjalan. Kios-kios hampir separuhnya telah ditutup. Dan kedai-kedai serta bangunan di kiri kanan jalanan telah memasang lentera dan lampion.
Sakura membawa timnya untuk mengisi perut terlebih dahulu sebelum beristirahat. Sebuah kedai menarik perhatian mereka dengan ramainya pengunjung. Mereka memutuskan untuk makan di kedai itu.
Mereka tengah menyantap makan malam mereka saat sebuah kegaduhan terjadi di jalanan. Sai bertukar pandang dengan Sakura. Sai dan Sakura pergi keluar kedai melihat kegaduhan. Ketiga juniornya mengikuti mereka berdua.
"Kiamat! Sebentar lagi kita semua akan hancur! Ini kutukan!"
Seorang wanita tua dengan rambut panjang yang tergerai awut-awutan berteriak di sepanjang jalan. Bajunya lusuh dengan robekan dan tambalan disana-sini. Wanita tua itu berbadan tegak meski ia tampak rapuh ditelan usia. Matanya menatap nyalang dengan amarah dan kengerian.
Beberapa wanita pun tampak pilu melihat kegilaan nenek itu. Isak tangis pun pecah memenuhi jalanan. Bisik-bisik dan tudingan-tudingan merambat dengan cepat.
"Ada apa ini?" Tanya Sakura pada pria paruh baya di dekatnya yang ikut melihat huru-hara di jalan.
"Ada sesuatu yang terjadi pada anak-anak mereka. Mereka menjadi aneh sejak kemarin. Dengan keputusan dokter di satu-satunya klinik di desa ini. Anak-anak itu diikat dan diisolasi."
"Memangnya apa yang terjadi?" Ara berjinjit untuk melihat dari balik kerumunan.
Pria tadi menggeleng. "Anak-anak menjadi sakit. Mereka tak sadarkan diri dan badan mereka sedingin es. Kemudian tadi sore mereka kejang-kejang hebat sekali dan mengamuk. Bahkan aku melihat salah satu diantara mereka..." Pemuda itu bergidik saat bercerita. Seolah-olah ia mengingat pengalaman yang paling mengerikan dalam hidupnya.
"Aku menemani saudariku melihat Hana, keponakanku yang sakit. Aku melihatnya diikat di ranjang klinik. Talinya membuat luka gesek karena kejang-kejang dikombinasikan dengan ikatan adalah hal yang cukup buruk. Tapi ia seperti tidak merasa kesakitan padahal tali itu membelitnya dengan begitu erat. Anak-anak mulai diikat saat mereka mencakar-cakar diri mereka dan kalap sambil membentur-benturkan kepala mereka ke dinding.
"Kemudian aku melihat Hana. Ia bergerak-gerak melawan ikatannya. Tangannya aneh sekali. Meliuk-liuk dan aku bersumpah mendengar tulang-tulangnya berbunyi gemeretakan. Kemudian hal itu terjadi. Tangannya putus. Dan ia menggerakkan giginya mengatup-ngatup seolah ingin menggigit kami. Aku menyeret tubuhku menjauhinya. Aku ketakutan sekali melihat hal itu. Aku pergi tak peduli pada saudariku yang histeris melihat putrinya seperti itu. Aku benar-benar orang hina." Ratap pria itu sembari menerawang kekacauan di depannya.
Sakura dan timnya kemudian pergi klinik setelah mendengar kisah pilu pria tadi.
"Gejala awal mereka mirip dengan penjaga penjara," kata Kenji dalam perjalanan mereka.
Suara Kenji masih bisa didengar meski harus melawan angin. Mereka masih melompat-lompat. Berpijak dari satu atap ke atap yang lain. Berpindah dari satu bangunan ke bangunan yang lain.
Sebuah bangunan putih dengan papan bertuliskan klinik kesehatan telah terlihat. Gedung itu tidak sebesar Rumah Sakit Konoha tapi cukup besar dibanding bangunan lain di sekitarnya. Ada penjaga yang ditempatkan di sekitar klinik. Menurut penjelasan pria tadi, klinik disterilkan dari warga sipil bahkan keluarga pasien dilarang menjenguk. Akibatnya beberapa orang masih menangis di depan gedung dan meminta penjaga agar membiarkan mereka menjenguk sanak keluarga mereka.
Hal yang sama pun terjadi pada tim Sakura. Para penjaga yang kelihatannya kesatuan unit ninja khusus Kusagakure tidak mengijinkan tim Sakura untuk memasuki klinik. Tapi berbekal nama besarnya, akhirnya akses masuk pun diberikan.
Ruangan tempat anak-anak dirawat digembok dari luar. Hal yang cukup tidak masuk akal saat orang sakit apalagi anak-anak harus diperlakukan seperti tahanan. Beberapa perawat dan dokter menatap Sakura dengan pandangan peringatan. Mereka ketakutan, saling berbisik dan terlihat kengerian yang terpancar dari diri mereka.
Saat akhirnya pintu terbuka, Sakura mendapati anak-anak berusia delapan hingga belasan tahun berbaring dengan tubuh terikat oleh sabuk kulit ke ranjang yang mereka tiduri. Untuk sesaat Sakura merasa marah. Ia marah pada seseorang yang tega melakukan ini pada anak yang sakit. Pada anak yang perlu perawatan, pertolongan dan kasih sayang.
Tapi kemarahannya memudar saat ia melihat anak-anak itu. Mereka meronta-ronta berusaha melepaskan diri. Tatapan mereka menyorot liar dari balik rongga mata mereka. Tubuh mereka kurus bahkan hampir terlihat tonjolan tulang-tulang mereka menekan kulit.
Mereka menggeram, menggertakan gigi dan mengigit-gigit udara. Suara yang mereka keluarkan hampir mirip hewan yang kehilangan kewarasannya.
Sakura menyentuh seorang anak yang kehilangan tangannya. Mungkin ia adalah anak yang diceritakan pria tadi. Tangannya putus tapi tidak ada bebatan perban, seolah-olah anak itu dibiarkan begitu saja. Anehnya lagi seolah anak ini tidak peduli. Ia terus menggeliat melepaskan diri sambil mengatup-ngatupkan giginya. Anak itu meraung saat Sakura menyentuhnya. Kulitnya sedingin es.
Anak itu menggila dengan sentuhan Sakura. Ia menatap nyalang Sakura. Seperti hewan buas yang melihat mangsanya. Anak itu berusaha menerkam Sakura. Rontaannya semakin menjadi-jadi. Ranjang klinik berderit-derit.
"Sakura-san." Kenji memperingatkan.
Petugas kesehatan yang menunggu di depan ruangan dengan gelisah dan cemas menegur Sakura dan timmya agar segera keluar dari ruangan itu. Teguran-teguran mereka membuat Sai juga harus memperingatkan Sakura.
"Aku tidak bisa meninggalkan mereka!" bentak Sakura.
Sakura juga punya anak. Membayangkan bila Sarada yang berada di posisi anak-anak ini membuatnya takut. Ia tidak bisa membiarkannya. Didorong naluri keibuan dan naluri seorang dokter, ia tetap keras kepala ingin berada di ruangan itu.
"Aku tahu tapi kita bisa keluar lebih dulu dan memikirkan cara untuk menolong mereka," usul Sai dengan suara tenangnya. Ia memegang bahu Sakura mencoba memberi pengertian.
Sakura mendengus kemudian keluar ruangan diikuti timnya. Pintu kembali digembok dari luar.
Sakura kembali mencari tahu tentang sebab-sebab, gejala, dan kronologi kejadian. Cerita hampir sama seperti yang telah diinformasikan pria di jalanan tadi.
Gejala pasien sama seperti penjaga penjara Hōzuki. Sakura masih tidak tahu apakah ini akibat jutsu atau memang penyakit. Ia masih mengaitkan satu hal ke hal yang lain. Membuat rantai peristiwa sebelum memutuskan hipotesanya.
"Sebaiknya kita cari penginapan Sakura. Kita bisa lanjutkan ini besok pagi. Sekarang sudah malam. Dan kita baru saja melakukan misi seharian. Kita perlu istirahat." Sai memberi usulan pada sahabatnya.
Sakura menatap ketiga juniornya yang tampak letih. Ia menghela napas panjang. "Ya, ayo kita cari penginapan."
草
Hari kejadian
Sakura hampir tidak bisa tidur memikirkan banyak hal. Tapi menjelang subuh, ia toh akhirnya terlelap juga. Kelelahan membuat matanya terasa berat dan akhirnya alam mimpi pun membuainya.
Sai dan ketiga junior Sakura terbangun lebih dulu dari ketua tim mereka mengingat Sakura tidur paling akhir. Kenji memutuskan untuk mencari makanan untuk timnya. Sai berniat menemaninya tapi Kenji menolak dengan alasan Sai masih mengerjakan detail jurnalnya.
Sakura bangun sesaat setelah Kenji pergi ke luar. Ia dan dua perempuan lainnya memutuskan untuk membersihkan diri di pemandian dalam penginapan.
Mereka sudah selesai saat Kenji kembali dengan raut gelisah. "Ada apa Kenji?" tanya Ara.
"Di luar orang-orang menggila. Maksudku benar-benar jadi gila."
Kemudian jeritan-jeritan terdengar dari kejauhan. Sai keluar diikuti yang lain. Orang-orang berjubel di jalanan ingin tahu darimana asal jeritan-jeritan itu. Kepala-kepala saling melongok ke sumber suara.
Kemudian ada orang yang berlari-lari melewati kerumunan di jalan sambil berteriak. "Lari! Selamatkan diri kalian!"
Kerumunan masih berdiri diam tercengang dengan keadaan yang tiba-tiba. Tapi semua berhamburan begitu melihat sosok-sosok berkecepatan tinggi berlari terseok dan menyeret-nyeret tubuh mereka. Mereka menggigit dan mengoyak manusia yang mereka temui. Kemudian dalam waktu yang cepat orang yang mereka gigit berubah seperti mereka. Seperti mayat hidup yang buas tak terkendali. Seperti anjing yang terkena rabies.
Sai menarik gulungan dan menggoreskan kuas di atas perkamennya. "Ninpo: Chōjū Giga." Enam Singa dari tinta keluar dari dalam perkamen dan menerkam makhluk-makhluk itu.
"Kalian bawa semua orang pergi dari sini!" Sakura memberi komando pada tiga juniornya.
Sakura melayangkan tinju pada jalanan. Retakkan besar langsung memerosok makhluk gila itu kedalam tanah. Bangunan di sekitar jalan juga bergetar kemudian ambruk. Puing-puing menimpa makhluk-makhlukyang entah apa.
Tapi mereka tidak mati. Mereka dengan cepat bangkit dan semakin menggila setelah tinjuan Sakura tadi. Mereka berlari dengan cepat menuju arah Sakura dan Sai.
Sai meraih Sakura dan menggendongnya menaikki burung tinta yang telah ia buat. Makhluk tadi berusaha meraih mereka. Mereka mencakar-cakar tembok dan puing bangunan seolah-olah ingin naik. Tapi gerakan mereka cepat. Seketika makhluk-makhluk tadi bergerombol. Saling mencoba mendaki dari satu tubuh ke tubuh yang lain. Membentuk timbunan yang mengerucut ke atas. Seperti koloni semut yang bergerombol ketika tenggelam dalam air.
"Astaga apa itu tadi?" gumam Sakura.
"Kita akan menyusul yang lain."
Sakura mengangguk sambil mengamati kekacauan dibawahnya. Tidak ada lagi manusia, hanya makhluk buas itu yang kini tersebar dijalanan. Semakin ke utara terdengar jeritan berarti makhluk itu kini menyebar di arah utara.
"Itu mereka!" Seru Sakura yang melihat juniornya di gerbang membimbing warga yang selamat ke luar desa.
Burung tinta Sai menukik ke bawah. Dan menghilang membuat Sai dan Sakura melompat mendarat ke tanah.
Makhluk-makhluk itu dengan cepat berlari ke arah gerbang.
"Ayo cepat!" teriak Sakura pada warga.
Seorang anak berusia lima tahun terpisah dari keluarganya mengalihkan atensi Sakura. Dengan sigap Sakura memeluk anak perempuan yang menangis keras itu dan membawanya ke gerbang.
"Sshhss, ayo kau pergilah bersama mereka." Sakura menenangkan gadis kecil itu. Ia menyerahkan anak itu pada ninja Desa Kusa yang membimbing warga keluar gerbang. "Tolong jaga dia."
"Tutup gerbangnya!" Seorang pria paruh baya berambut panjang meneriakkan sebuah perintah.
"Tunggu ada yang masih di dalam."
"Kakakku masih di dalam."
"Tunggu sebentar lagi."
Protes demi protes dilayangkan pada perintah pria tadi. Tapi para shinobi Desa Kusa langsung menutup gerbangnya. Pekikan dan isak tangis mengiringi penutupan gerbang. Para laki-laki yang tidak terima berusaha mengganggu para ninja yang menutup gerbang. Tapi semua warga yang mencoba membuka gerbang langsung dipukul daan diserang dengan jutsu-jutsu ninja. Kekacauan pun semakin menjadi-jadi.
Sakura melihat orang-orang yang terjebak di dalam desa. Ia akan turun menyelamatkan mereka tapi Sai menarik lengannya. Sai menggeleng. "Tidak Sakura."
Sakura mengamati lagi. Beberapa ninja langsung melompat ke luar gerbang. Beberapa ninja berjiwa revolusioner tetap di dalam gerbang. Melindungi penduduk yang terjebak dengan jutsu-jutsu mereka.
"Satu, dua, tiga—" Sakura menghitung lama perubahan manusia yang digigit makhluk-makhluk itu.
"Lima belas."
Butuh waktu lima belas detik setelah gigitan pertama dan mengubah manusia menjadi —entah apa itu— makhluk yang mengerikan. Sakura melakukan perhitungan yang sama dalam pengamatannya dan hitungannya sekitar empat belas sampai tujuh belas detik.
Dan akhirnya semua orang di dalam gerbang telah digigit dan dikoyak.
"Untuk melawan mereka di perlukan serangan jarak jauh. Seorang petarung jarak dekat hanya akan menambah total korban." Kata Sai ditujukan pada Sakura. Sakura adalah petarung jarak dekat.
"Yang membuat mereka berbahaya adalah mereka tidak bisa mati dan merasakan rasa sakit. Jadi kita tidak bisa menghadapi makhluk-makhluk itu begitu saja."
Sakura mengangguk mendengar penuturan Sai.
"Kau pulanglah bersama Mui, Ara dan Kenji. Laporkan keadaan disini. Aku akan membantu disini. Suruh beberapa orang mengirim bantuan." Sakura memberi perintah.
"Aku bisa mengirim pesan lewat Chōjū Giga."
Sakura menggeleng. "Ini bukan laporan yang bisa ditulis, Sai. Kau harus menjelaskannya dengan detail."
Sai menatap Sakura bimbang sebelum mengangguk. Ia dan ketiga junior Sakura pun akhirnya pulang ke Konoha. Sedang Sakura tinggal membantu penduduk desa Kusa.
οOο
Ini MC pertama saya. Mohon maklum bila aneh.
Ini beberapa catatan tambahan :
• Sai membantu Sakura dalam level misi yang tidak selevelnya Sai yang notabene seorang anbu murni karena Sai ingin membantu Sakura. Apa Sai gak punya kesibukan kok bantu Sakura? Ya mereka orang sibuk tapi anggap saja Sai dalam masa libur dan ingin mbantu Sakura.
• Dan kenapa Sakura nggak menyerahkan misi ke juniornya? Well Sakura ingin semuanya perfect, apalagi bahan-bahan obat yang dicari cukup langka dan racikan Sakura sendiri.
• Dan dalam sebuah misi, kita gak bisa mangkir dan mengerjakan sesuatu di luar misi. Itu dilarang. Coba liat anime Naruto, dimana Naruto yang ingin membantu seseorang tidak diijinkan ketua tim karena itu diluar misi mereka. Jadi itu di luar batas kewenangan.
• Dan penjara Hozuki, dalam blood prison movie terdapat laut di belakang penjara kalau saya tidak salah ingat. Nah padahal dalam peta, Kusagakure terletak di daratan di kelilingi desa-desa. Saya memakai deskrip berdasar peta bukan berdasarkan filmnya. Karena film saya anggap kluar plot Naruto.
• Dan soal kamar rahasia di penjara. Dalam narutopedia dijelaskan di dalam penjara ada semacam senjata rahasia yang disimpan. Apa itu? Itu adalah kunci dari cerita ini. Yang jelas kamar rahasia itu seperti kotak pandora.
• Karakter. Saya berusaha sekali in character. Semoga saja saya bisa melakukannya. Karena IC itu sulit T.T
• Cerita ini saya buat terinspirasi dari novel. Ayo coba tebak novel apa?
Nah selamat membaca ya.
Hope you like it ;)
