Disclaimer :

Always Tite Kubo punya Bleach

Fict P,TMS! Punya Riztichimaru

Title: Please, Tell Me Something!

Pairing : Ichimaru Gin x Matsumoto Rangiku

Author : Riztichimaru

Genre : Romance, Hurt/Comfort

All Stars:

Ichimaru Gin, Rangiku Matsumoto, Aizen Sosuke, Tosen Kaname, Hitsugaya Toshiro, Momo Hinamori, Rukia Kuchiki, Ichigo Kurosaki, Byakuya Kuchiki, Kenpachi Zaraki, Karia, etc.

Summary :

Tiba-tiba ada seorang wanita yang tidak dikenal Gin menangis histeris dalam pelukkannya. Selalu setiap Sabtu selama autum, seharian Wanita itu berada dalam dekapannya menangis tanpa satu katapun terucap. Kemudian Hilang saat Gin merasa dia peduli padanya, kemana wanita ber-syall PINK itu pergi???


Noto:

Ini Fict kedua dari author Rizt. Gomen kalo masih banyak kesalahan tanda baca dan penulisannya,

ceritanya aneh vs gak jelas dan melenceng jauh dari cerita asli dan juga karakternya serta membosankan.

Kata di bold (kata dalam hati)

Tolong direview ya!!

Honto ni Arigatou gozaimashita

STOPP!!!!

Don't Like Don't Read



Please, Tell Me Something!

Chapter 1 : Who Is She?

Aku hanyalah seorang pria biasa yang tidak lagi berstatus sebagai mahasiswa karena beberapa hari yang lalu aku baru menerima gelar undergraduate-ku dari jurusan Teknik Mesin. Aku adalah seseorang yang penuh dengan berbagai masalah yang menjeratku. Sebenarnya aku tidak ingin bermasalah dengan siapapun dan tidak ingin mencari masalah yang tidak penting bagiku.

Karena itulah aku selalu mengembangkan senyuman mautku pada siapapun yang melihatku, tapi tidak ada yang percaya padaku dan mempercayai ketulusan hatiku ini. Selalu saja ada yang mengejekku dan menganggapku licik, seperti Rubah katanya. Aku tidaklah sedemikian buruknya walaupun aku tidak peduli pada siapa pun, tapi sebenarnya aku peduli bahkan sangat peduli. Tapi hanya pada seseorang.

Hanya ada seseorang yang pernah dan sangat aku pedulikan, seseorang yang mengajari aku 'rasa peduli' walaupun tanpa mengucapkan satu patah katapun padaku sampai suatu saat dia menghilang tiba-tiba dan tidak pernah kembali lagi.

Walaupun aku terus menunggunya di hari Sabtu di setiap Autum ini ataupun tiga musim lainnya. Dia tidak akan pernah kembali lagi ke bangku panjang di hamparan dedaunan orange kecoklatan itu yang tertutupi pohon tua yang daunnya berguguran di halaman Kuil Shinto Kota Karakura di Nippon ini.

Aku terus menunggunya, menunggunya, menunggunya dan terus menunggunya.

Sudah 5 tahun aku menunggunya dengan rasa percaya, bahwa suatu sabtu dia akan kembali duduk di bangku ini dan mengucapkan satu patah kata padaku.

Sekarang setelah 5 tahun berlalu, aku sudah berbeda dari saat aku bertemu pertama kali dengannya dulu. Aku sudah lebih tinggi beberapa centimeter, wajahku sudah lebih tampan dan dewasa, rambut silverku lebih rapi walaupun masih tetap hampir menutupi mataku yang tidak pernah terbuka lebar ini, mataku tidak pernah sekalipun terbuka sempurna. Hanya waktu itu saja aku membuka mata ini untuk dia.

Dia yang selama ini aku tunggu. Dan senyumanku ini, ikhlas kutunjukkan padanya jauh berbeda dengan senyuman yang aku tunjukkan pada orang lain. Hanya dia yang pernah melihat senyum tulusku ini, bukan yang lainnya.

Hari ini tepat 5 tahun saat pertama kali aku bertemu dengannya disini, di bangku panjang ini. Kusandarkan punggungku di sandaran bangku panjang ini, kutengadahkan wajahku menatap lazuardi biru berawan tipis. Sesekali dedaunan orange kecoklatan ini jatuh tepat diatas wajahku, kukibaskan dengan lengan kurusku yang putih bersih ini.

Mataku terus memandang lazuardi itu walaupun mentari memancarkan cahayanya terik menyilaukan mata, tapi karena mata ini hampir tertutup semua itu bukannlah masalah untukku. Kukatupkan lebih rapat lagi mata ini. Sampai tidak ada celah untuk cahaya memasuki mata dan pikirannku yang sudah hampir gelap selama 5 tahun ini.

Saat cahaya mentari itu tak dapat lagi memasuki celah mataku, aku justru melihat bayangan seseorang yang aku tunggu selama ini. Tetapi kemudian secepat kilat dia lenyap terbawa kegelapan tapi dia sempat menoleh padaku dengan air muka muram.

Matanya meneteskan butir-butir air mata dan bibirnya tidak pernah terbuka sedikitpun, wajah cantiknya suram tertutup kesedihan mendalam. Indah sekali tubuhnya dengan balutan terusan berwarna hijau muda dan sebuah syall pink yang tergantung dilehernya dengan kedua ujungnya berada dibawah lengannya, dia perlahan menjauh dan menghilang ditengah kegelapan yang menelannya.

Aku ingin sekali mengejarnya, tapi kemana?? Aku bahkan tidak pernah tahu namanya, tidak pernah mendengar suaranya. Siapa dia? Aku tidak tahu tapi kenapa aku peduli, peduli pada seseorang yang tidak pernah kuketahui asal usulnya.

Perlahan aku mulai mengingat tentang dirinya. Dirinya saat itu, saat pertama kali aku bertemu dengannya. Bertemu dengan seseorang yang selalu aku tunggu di bangku panjang ini di hari sabtu di setiap musim gugur seperti ini.


Flash back 5 tahun yang lalu .......

Sepulang dari kegiatan Saturday English Club di Karakura World Class University (KWCU). Aku berjalan menuju taman di halaman Kuil Shinto 1 Km dari KWCU. Setiap sabtu aku selalu datang ke tempat itu untuk melepas kepenatan karena padatnya jadwal kuliah dan organisasi yang kuikuti.

Maklum saja aku mahasiswa tahun pertama yang masih banyak mengambil mata kuliah dan juga aku mengikuti beberapa organiasasi -Computer and Saint club, Mangaanimation's Club, Kendo, dan Saturday English Club-.

Aktivitas ini membuat otakku penuh dan butuh penyegaran tapi hanya bangku panjang di taman halaman kuil Shinto ini menjadi tempat yang paling menyenangkan dan nyaman menurutku, tenang, tidak ada yang berisik walaupun ada beberpa orang yang datang untuk berdoa ke kuil itu.

Seharian aku berada disana sampai senja menampakkan cahaya keorangennya dan matahari mulai tenggelam dan akan digantikan gelapnya malam. Kira-kira dari pukul 11 siang sampai pukul 4 sore aku baru beranjak dari tempat itu, seharian tidak ada yang aku lakukan selain menatap langit sampai tertidur karena hembusan angin musim gugur. Aku suka musim gugur entah tidak tahu penyebabnya, tapi musim gugur begitu indah menurutku.

Aku terus menyusuri jalan dan berbelok ke taman kuil Shinto itu. Biasanya aku langsung duduk dibangku dan memasang headset MP4 ketelingaku dan mulai mendengar lagu bergenre Slow Rock yang mengalun ditelingaku sampai aku tertidur pulas di bangku panjang itu.

Tapi hari ini ada yang berbeda, ada seorang wanita duduk di bangku panjang itu dengan menundudukkan wajahnya. Rambut orangenya tergerai dan menutupi wajahnya. Lalu aku mendekatinya tapi tidak berani menyapanya, aku tidak ingin mengganggunya sebab itu juga bukan urusanku.

'Mungkin dia sedang memikirkan sesuatu,' pikirku.

Aku lalu duduk satu meter di sebelahnya dan mulai mendengarkan MP4-ku. Mataku terus memandanginya. Tiba-tiba dia mengangkat wajahnya, aku langsung tersenyum padanya.

Aku terkejut melihat wajahnya, matanya bengkak ada garis hitam di bawah lingkaran garis matanya. Dia memandangku dan aku masih tetap memasang senyum ini.

Aku lalu memalingkan wajahku menatap langit dan merapatkan kembali mataku yang memang tidak pernah terbuka lebar, dia masih menatapku. Tiba-tiba dia mendekat padaku, memelukku dan menangis histeris di dadaku.

"Hei! kau kenapa? Ada apa denganmu? Apa sesuatu terjadi padamu? Kenapa kau menangis begini?" tanyaku memberondong sikapnya yang langsung memelukku dan menangis sejadi-jadinya di dadaku.

"Hei nona! Kau ini kenapa? Tolong berhentilah menangis di dadaku, nanti bajuku basah oleh air mata dan ingusmu? Tolong nona, berhentilah menangis begini nanti aku dikira ngapa-ngapain anda," tanyaku lagi. Tidak ada jawaban sepatah katapun terdengar di telingaku.

"Nona, aku mohon berhentilah!" Bentakku aku mulai kesal dengan sikap bodohnya itu. Beberapa orang yang lewat di taman itu memandang tajam kearahku seakan ingin membunuhku karena berbuat jahat pada wanita ini.

"Hei kau! Kau apakan dia, kenapa dia menangis begitu? Dasar lelaki bejat!" umpat seorang wanita setengah baya padaku.

"Dasar buaya! Bisanya cuma membuat wanita menderita, buaya kampung kau!" maki seorang gadis padaku yang nyaris membuatku naik pitam. Tapi terpaksa kutahan karena aku tidak bisa menghajar dan memaki kedua orang itu, wanita ini masih memeluk erat tubuhku dan tidak henti-hentinya menangis keras.

"Maaf nona, aku tidak melakukan apa-apa padanya. Beneran sumpah," kataku pada mereka dengan disertai seyumanku.

"Ah sudahlah! Dasar buaya, kecoak tengik! Sudahlah bu, ayo kita masuk ke kuil saja," upat gadis itu dan menarik tangan wanita setengah baya itu kemudian berlalu memasuki gerbang kuil Shinto.

"Sudahlah nona, berhentilah menangis aku tidak mau orang memakiku padahal aku tidak berbuat apa-apa padamu," pintaku memelas. Aku tidak bisa membentaknya lagi, aku tahu mungkin dia mempunyai masalah yang sangat berat sampai-sampai menangis separah ini.

Kubiarkan saja di meronta-ronta, memukuli pundak, dada dan mukaku walaupun sudah kujauhkan wajahku dari tangannya, dia tetap melakukan kekerasan dan menangis histeris lalu mendekapku lebih erat lagi.

Hampir 3 jam setelah itu dia terdiam dan mulai menyenderkan tubuhnya di tubuhku dan menyandarkan kepalanya di dadaku, dia masih terisak-isak dan perlahan mulai sesenggukan dan perlahan-lahan tidak ada tangisan lagi yang terdengar olehku, aku masih menatap lazuardi berawan tipis itu. Aku tidak memeluknya juga karena aku takut dia akan bereaksi dan marah padaku. Jadi kubiarkan saja dia yang memeluk pinggangku.

Wajah dan pundak serta dadaku terasa perih akibat pukulan keras darinya, tapi aku tidak bisa membalasnya. Dia terlalu menderita jika aku membalasnya juga, cukuplah penderitaan yang ada di hatinya sampai ia dengan tidak sungkan menangis dan memukuli orang sembarang seperti ini.

Aku melirik wajahnya, dia tertidur. Kuperhatikan lebih dekat wajahnya, manis sekali pikirku. Rambutnya orange sedikit bergelombang dan panjang sampai kepunggungnya, matanya indah biru muda walaupun ada garis hitam yang melingkari garis bawah matanya, bibirnya tidak terlalu mungil tetapi merona dilapisi lipstik senada dengan warna bibirnya, hidungnya mancung, dan lehernya jenjang yang dilingkari oleh sebuah kalung dengan liontin berbentuk bulat yang menjulur ke dadanya.

'Dadanya??' Pikirku.

Yah… dadanya cukup besar bahkan memang besar walaupun tertutup oleh baju terusannya tapi tetap saja kelihatan besar dan menggairahkan. Ah… apa-apaan aku ini, berpikiran jorok padanya. Lehernya atau lebih tepat pundaknya juga dilingkari oleh sehelai syall berwarna pink yang kedua ujungnya berada di bawah lengannya.

'Cantik sekali, siapa dia ini? Lebih tampak seperti seorang model Catwalk' pikirku lagi.

Siapa dia?? Kenapa tiba-tiba memelukku dan menangis histeris padaku? Aku bahkan tidak mengenalnya sedikitpun bertemu saja tidak pernah, tetapi kenapa dia menangis dipelukkannku dan tertidur pulas mendekap erat tubuhku seperti ini? Siapa sebenarnya dia?

…To be Continued…



Noto :

Gomen kalo Fict keduaku ini gaje vs aneh, aku mencoba membuat romance, Hurt/Comfort dengan pairing Gin Ichimaru dan Rangiku Matsumoto.

Aku membuat Fict ini karena memang aku suka sama Ichimaru dan pastinya juga ngefans berat sama senyuman "kramnya" itu dan menurut pemikiranku juga, gak terlalu banyak yang buat pairing GinRan. He.. he.. he. (Apa pikiran author'aneh' ini aja ya?) *dijitak sama yang pernah buat Pairing GinRan*

Maaf ya, kalo detail karakter tokohnya gak bisa benar-benar sama dengan yang dibuat sama Tite Kubo-sama.*Di death glare Tite Kubo-sama*


Di Review ya? Arigatou.