Chapter 1: Aku tidak tahu apa ini?

Disclaimer © Om MK-Sensei

Written © Ghiena

Story © Ghiena

Warning : AU, OCC, Abal, Gaje, Typo bertebaran, Alur Loncat-loncat, Diksi bikin sakit mata, Etc…

Don't Like Don't Read…

Something About Love

By © Ghiena

Enjoy it…

.

.

.

Dalam semua kebohongan yang ada disemesta ini

Hanya dirimulah kebenaran sejati

.

.

.

Aula Konoha High School kembali riuh dengan tepuk tangan saat pembawa acara yang berada di atas panggung membacakan bahwa Temari Sabaku berada diposisi kedua disemester kali ini dan memintanya untuk naik kepanggung bersama dengan walinya. Berbeda dengan sikap Temari, ia hanya menunduk dalam seakan tak percaya dengan apa yang ia dengar. Matanya bergerak liar ketakutan. Wajahnya yang putih semakin putih karena memucat. Tubuhnya pun terasa begitu dingin. Ia pun mau tak mau berdiri dengan gugup. Suara riuh tepuk tangan pun terdengar semakin keras dan juga dengan tempo yang semakin cepat. Saat langkahnya semakin mendekati panggung ia mencoba melirik barisan depan yang berisi para orang tua, ia tidak melihat siapapun dari walinya. Ayahnya tidak ada. Ia pun terus naik dan berjalan mendekati Sasuke Uchiha yang berada diposisi ketiga ditemani sang kakak, Itachi Uchiha sebagai walinya.

Semua orang juga sudah tahu bahwa Sasuke sudah tidak memiliki orang tua sejak kecil dikarenakan meninggal akibat kecelakaan pesawat. Tapi Temari yakin orang tua Sasuke juga merasa sangat bangga seperti yang diperlihatkan dari ekspresi sang kakak. Temari pun berdiri berjajar disamping Sasuke dan menatap semua orang. Ia melihat Tsunade Senju, kepala sekolah KHS terlihat pasrah menatapnya karena sudah tahu bahwa orang tua Temari kali ini juga tidak datang seperti saat semester-semester sebelumnya. Begitu juga dengan orang-orang yang berada di aula KHS mereka pun terlihat berbisik-bisik membicarakan Temari. Semua orang merasa heran kenapa Sabaku Rei tak pernah datang untuk mendampingi puterinya berada diatas panggung. Padahal mereka juga tahu bahwa Itachi Uchiha yang memegang perusaan Uchiha Corp. pun tak kalah sibuk. Namun, demi adiknya ia rela meninggalkan segala urusan dan kesibukannya untuk tetap bisa berhadir mendampingi adiknya.

Temari pun hanya bisa menunduk, menyembunyikan raut sedihnya. Pembawa acara pun kembali mengambil alih suasana yang terlihat tidak mengenakkan. Ia pun kembali akan membacakan siapa yang berada diposisi pertama. Terdengar suara riuh siswa-siswa KHS. Bahkan terdengar samar-samar suara seorang siswa yang menyeletuk " Paling-paling Nara lagi ". Semua siswa-siswa kelas XII sudah tahu mengenai reputasi si tunggal Nara yang disebut-sebut sebagai anak terjenius di KHS. Dengan IQ lebih dari 200 tidak ada seorang pun yang mampu menggeser atau merebut posisinya. Diusianya yang tahun ini akan menginjak empat belas tahun dan bahkan belum lulus dari KHS, ia sudah ditawari untuk masuk ke Universitas terkemuka. Jadi, para siswa di KHS sudah tidak terlalu terkejut lagi saat nama Shikamaru Nara didengungkan oleh pembawa acara berada diposisi pertama. Namun, tetap saja mereka memberikan tepuk tangan yang sangat meriah saat Shikamaru bangkit dan berjalan malas menuju panggung. Ayahnya pun ikut berdiri dan naik keatas panggung saat Shikamaru berjalan mendekati Temari dan duo Uchiha. Trofi, piagam beserta hadiah diberikan kepada mereka bertiga. Temari yang sendirian tanpa dibantu oleh siapapun terpaksa menaruh hadiahnya dibawah. Tangannya sudah penuh karena memegangi trofi dan juga piagam ditangan yang lainnya. Sesi pun berakhir dengan berfoto bersama dengan wali murid dan Tsunade yang selaku kepala sekolah yang berdiri disamping Temari.

.

.

.

Temari memandangi kertas hasil ujiannya. Semuanya sempurna kecuali bahasa inggris, sembilan puluh delapan. Nilai yang membuat ia menjadi posisi kedua. Ia tak mengerti ia sudah belajar mati-matian bahkan mengundang instruktur dari luar negeri agar lebih memaksimalkan proses belajarnya. Tapi kenapa ia masih saja salah dan kalah pada akhirnya. Ia juga tidak mengerti, ia selalu memperhatikan Shikamaru mencari tahu mungkin terdapat cara belajar rahasia yang diterapkannya. Temari selalu mengira mungkin suatu saat nanti ia bisa mengalahkannya karena saat menyelidiki soal Shikamaru ia tak menemukan cara-cara khusus yang digunakannya bahkan yang ia tahu kebiasaan Shikamaru hanyalah malas-malasan dan tidur. Temari meremukkan kertas hasil ujiannya. Ia merasa terhina meskipun Shikamaru jenius tapi ia benar-benar tidak rela telah dikalahkan oleh orang seperti Shikamaru yang kerjanya hanya tidur saat jam pelajaran tengah berlangsung. Temari pun merasa sangat bingung bagaimana caranya ia bisa memberitahu ayahnya bahwa ia berada diposisi kedua lagi seperti semester sebelumnya. Ia takut akan dihajar lagi seperti dulu karena hanya terpaut satu angka dibawah Shikamaru dan saat ia hanya terpilih menjadi wakil ketua OSIS dan kembali Shikamaru yang mengkalahkannya. Temari benar-benar ketakutan dengan pikirannya sendiri. Mungkin saja ayahnya akan membunuhnya kali ini. Seluruh tubuhnya menggigil dan kakinya terasa lemas untuk berjalan. Ia pun berjalan dengan sedikit terseok menuju sebuah bangku taman yang ada dihalaman KHS. Kertas hasil ujian yang ada digenggamannya pun terasa basah karena keringatnya sendiri.

.

Shikaku Nara hanya bisa menampilkan senyum tipisnya. Mau bagaimanapun juga baginya Shikamaru sudah bekerja keras meskipun ia tahu anaknya ini tidak perlu terlalu mengeluarkan begitu banyak tenaga dan pikiran dalam menghadapi ujian.

Shikaku pun meletakkan tangannya dipundak sang anak. " Kau selalu membuat ayah bangga".

Shikamaru hanya menunduk sedikit dan tersenyum sangat tipis sekali. Ia tak tahu harus bereaksi seperti apa karena ia sudah hapal apa yang akan dikatakan dan dilakukan ayahnya terhadapnya. Hal ini sudah terlalu sering terjadi dihidupnya. Ia sudah terlalu kenyang dengan berbagai pujian yang diterimanya. Lalu tanpa sengaja matanya melihat Temari yang sedang sendirian tak begitu jauh dari tempatnya berdiri sambil memandangi kertas hasil ujiannya. Shikamaru dapat melihat dengan sangat jelas wajah kecewa dan ketakutan Temari saat ia meremas kertas hasil ujiannya dan duduk disebuah bangku. Shikamaru tiba-tiba teringat saat pemilihan anggota OSIS yang baru. Dirinya dan Temari hanya terpaut delapan suara dan membuat Temari menjadi wakilnya. Dua hari setelah hari itu ia melihat Temari tampak lemas. Ia bahkan memakai jaket saat disekolah padahal hari itu sedang panas-panasnya. Namun, yang membuatnya aneh saat tanpa sengaja Ia menyenggolnya, gadis itu terlihat begitu kesakitan. Apa yang sebenarnya terjadi dengannya? Apa mungkin ayahnya dengan sengaja memukulinya?.

Selama ini ia tidak pernah melihat orang lain belajar dengan sangat keras seperti yang dilakukan Temari. Apalagi saat tahu kalau reputasinya yang memiliki IQ lebih dari 200. Mereka akan pasrah dan mundur begitu saja tanpa ada sedikitpun perlawanan. Tapi Temari berbeda, ia terlihat begitu ingin mengalahkannya sampai ia bahkan beberapa kali menemukan gadis itu mimisan saat belajar sendirian diperpustakaan. Ia sangat yakin gadis itu tidak pernah tidur nyenyak senyenyak dirinya. Perbedaan nilainya dengan gadis itu pun hanya satu atau dua saja. Sejujurnya Shikamaru sangat kaget ada seseorang yang hampir melampauinya. Shikamaru pun harus mengakui kegigihan gadis itu untuk mengalahkannya. Bahkan saat ujian matematika hanya ia dan gadis itu yang mendapat nilai sempurna. Nilai yang begitu sulit didapat ditambah dengan Anko sensei yang memegang mata pelajaran tersebut. Ia tak segan-segan mengurangi nilai apabila siswanya ketahuan melirik sedikit saja atau tidak menggunakan rumus saat menjawab soal-soalnya yang begitu banyak.

Gadis itu benar-benar memprihatinkan dimata Shikamaru. Yang ia tahu hanya belajar, belajar, dan belajar. Setahunya Temari sama sekali tidak memiliki teman ia selalu terlihat sendiri. Ia tak pernah terlihat terlalu banyak bergaul bahkan dengan teman yang ada sekelas. Saat menjabat sebagai wakil ketua OSIS pun juga seperti itu, ia hanya melakukan tugas yang semestinya ia lakukan dan sisanya ia habiskan dengan belajar. Ia benar-benar bingung, sebenarnya ia ingin sekali mencoba untuk menolong gadis itu. Namun, sepertinya akan terasa sangat sulit mengingat Temari terlihat begitu membencinya. Selalu menghindarinya. Selain itu sikap Temari yang begitu diam dan tertutup membuatnya semakin sulit mendekatinya. Shikamaru pun hanya bisa berdoa kali ini Temari tidak kenapa-napa.

" Yeay, Shikamaru selamat ya..". Tiba-tiba saja suara dua sahabatnya mengejutkannya. Dan selain mereka berdua ia melihat ibunya beserta kedua orang tua dua sahabatnya mendekatinya dengan senyum bahagia seperti biasanya. Shikamaru benar-benar tak dapat menyembunyikan wajah terkejutnya. Pandangannya pun cepat beralih kearah ayahnya yang walaupun tengah tersenyum namun, memandanginya lekat-lekat seolah tahu bahwa sedari tadi pikirannya sedang melayang entah kemana. Ayahnya tahu bahwa ia sama sekali tidak terlalu mendengarkannya berbicara apa dan seolah dengan tatapan seperti itu ayahnya seperti meminta penjelasan kepadanya. Shikamaru pun kembali menatap kedua sahabatnya sambil tersenyum tipis sambil menggarukkan belakang lehernya menandakan kalau ia tengah gugup memikirkan cara untuk menjelaskan hal yang tengah dipikirkannya kepada ayahnya. Ia hanya tidak ingin bahwa ayahnya nanti salah paham terhadap dirinya.

.

Mata Temari langsung teralih saat ia mendengar suara cempreng yang begitu dikenalnya dan nama yang diteriakkannya. Melihat pemandangan yang dilihatnya membuat hatinya terasa sangat sakit. Kapan ia bisa seperti itu?.

Dan tanpa sadar saat ia tengah melamun sambil memandangi orang-orang yang bersama Shikamaru. Laki-laki itu juga diam-diam sedang melihat kearahnya. Tak cukup lama mata mereka saling menatap satu sama lain. Temari langsung mengalihkan pandangannya dan ia pun langsung beranjak pergi dari tempat yang menyesakkan dadanya.

.

Shikaku Nara hanya bisa mengulum senyum saat tanpa sengaja mengikuti arah pandangan puteranya. Dan merasa tidak perlu mendapatkan penjelasan apapun dari puteranya.

.

.

.

PLAK!

Temari hanya bisa memegangi pipi kirinya yang mulai terasa berdenyut akibat tamparan yang baru saja didapatkannya dari ayahnya. Bahkan pinggiran bibirnya terasa perih. Terasa cairan asin dimulutnya.

" Sudah kukatakan berkali-kali, kenapa kau masih juga TIDAK MENGERTI!"

PLAK!

Lagi. Dan kali ini tubuh Temari tidak mampu lagi menahan beban tubuhnya ia pun tersungkur. Dadanya terasa sakit menahan tangis. Kepalanya pun terasa pusing. Matanya berkunang-kunang. Ia berusaha untuk tidak menangis dihadapan ayahnya karena ayahnya sangat benci apabila melihat seorang yang dianggapnya melakukan kesalahan menangis dihadapannya. Hukuman yang akan diterimannya akan semakin bertambah. Temari ingin sekali mengeluarkan suara. Namun, berapa kali pun ia mencoba, suaranya tidak keluar seakan tertahan bulat-bulat di kerongkongannya. Temari pun hanya bisa memaki dalam hati begitu sialnya ia terlahir didalam keluarga Sabaku. Rasa irinya pun semakin bertambah saat tiba-tiba saja terlintas dalam benakknya peristiwa saat dihalaman sekolah tadi.

Ayahnya terlihat begitu geram dan membuat Temari semakin ketakutan. Ia hanya bisa berdoa semoga dirinya bisa berhenti mendapat siksaan seperti ini.

.

.

Ajaran semester baru dimulai kembali. Setelah mendapatkan liburan cukup panjang, selesai dari lelahnya belajar mati-matian saat ujian kemarin siswa dan siswi KHS kembali sibuk belajar untuk menghadapi ujian akhir. Mereka pun sama sekali tidak mempunyai waktu untuk bermain. Waktu mereka, mereka habiskan untuk mencoba menjawab kisi-kisi soal-soal ujian. Tidak hanya itu, setiap mata pelajaran memberikan banyak sekali pekerjaan rumah untuk mereka yang diterima mereka dengan keluhan sangat panjang. Shikamaru hanya bisa tersenyum saat teman-temannya berandai-andai jenius sama seperti dirinya. Sehingga membuat mereka tidak perlu repot-repot belajar. Dan dimarahi orang tua mereka saat nilai ujian mereka merah saat seperti disemester lalu. Shikamaru pun jadi teringat kembali dengan Temari saat pertama kali masuk kedalam kelas ia terlihat lesu tak bersemangat. Tatapannya begitu kosong dan wajahnya pun tampak sangat pucat. Semua anak yang ada dikelas membicarakannya. Tapi ia sama sekali tidak terlihat peduli. Bahkan saat Anko sensei yang biasanya terkenal galak, meminta ia agar ke UKS untuk beristirahat. Namun, lagi-lagi Temari tak peduli ia hanya mengatakan "Saya tidak apa-apa sensei". Dan setelahnya tak ada lagi reaksi dari Temari. Anko sensei pun terlihat tidak bisa berbuat apa-apa karena biasanya anak-anak didiknya akan mencari alasan dan kesempatan apapun yang bisa mereka dapatkan agar bisa absen dari jam pelajaran matematika yang diajarnya. Saat itu Shikamaru merasa ia harus segera menolong gadis itu. Gadis itu bisa gila karena tekanan dari ayahnya dan bisa saja ia akan berbuat sangat nekat.

.

.

Saat ini Shikamaru tengah mengikuti Temari dari belakang ia tahu setelah jam pelajaran usai ia akan keperpustakaan atau lantai atas yang sepi dari siapapun agar bisa belajar dengan tenang. Ia melihat Temari menaiki tangga berarti ia akan kelantai atas. Shikamaru pun mempercepat langkah kakinya untuk menyusul Temari karena menurutnya inilah kesempatannya berbicara berdua dengan Temari. Saat berhasil meyusul gadis itu ia pun mencoba menahan lengannya untuk berhenti. Tapi yang ia lihat Temari dengan cepat menarik lengannya dan mengusapnya. Wajah gadis itu meringis menahan sakit.

" Apa yang baru saja kau lakukan, hah!". Teriak Temari. Suaranya terdengar agak parau ditelinga Shikamaru. Seperti seorang yang kehabisan suara karena terlalu banyak menangis dengan jarak seperti ini Shikamaru dapat melihat lingkaran kehitaman di mata Temari. Ia juga memperkirakan bahwa Temari terus-terusan belajar saat liburan.

Temari mendongak dan menatap tajam Shikamaru. Ia terlihat semakin kesal.

" Ku tanya Apa yang baru saja kau lakukan!". Teriak Temari lagi kali ini dengan mata yang terlihat ingin menangis. Shikamaru tidak tahan lagi.

" Tenanglah Temari!," Shikamaru berteriak tak kalah keras. " Sebenarnya ada apa dengan dirimu?".

Temari tersentak mendengar teriakan Shikamaru. Ia tak pernah mendengar Shikamaru berteriak seperti itu. Tapi, dengan cepat ia sembunyikan wajah kaget dan takutnya. Ia pun langsung menampilkan senyum sinisnya dan berujar : " Kau tidak perlu pura-pura peduli padaku," Alis Shikamaru bertaut karena heran.

" Apa susahnya bersikap tidak peduli terhadapku, hah!," Temari melanjutkan kalimatnya dengan nada yang begitu dingin. " Lagi pula, aku sama sekali tidak memerlukan bantuanmu," Temari bersedekap lalu berujar dengan nada sombong " Memangnya kau siapa? Kau tidak perlu terus-terusan pamer dihadapanku. Aku bisa menyelesaikan masalahku sendiri. Tanpa bantuan siapapun, terutama KAU!". Diakhir kalimatnya Temari berteriak dengan keras. Hingga membuat air matanya mengalir tanpa bisa diduganya. Napasnya berubah menjadi tak beraturan. Shikamaru pun diam melihat reaksi yang diperlihatkan Temari.

Selama ini, ia melihat Temari sebagai gadis yang dapat dengan baik mengontrol emosinya. Bekerja bersamanya selama menjabat dibidang OSIS yang begitu menguras tenaga dan pikiran. Membuatnya, tanpa ia sadari juga, sedikit demi sedikit menaruh simpati lebih terhadap gadis itu. Gadis itu terlihat dewasa dalam menghadapi setiap masalah yang mereka hadapi. Bahkan Shikamaru pernah merasa sangat bersyukur mendapat wakil seperti Temari. Ia tidak cerewet, tidak suka mengeluh seperti kebanyakan gadis-gadis yang dikenalnya, ia juga mau membantu menyelesaikan tugas Shikamaru. Bahkan yang lebih gilanya lagi, gadis itu tidak marah dan membiarkannya tidur saat harus lembur berdua. Ia tahu sebenarnya Temari melakukan itu karena ia ingin Shikamaru terlihat jelek dimata anggota lainnya. Tapi selama ini juga, ia hanya melihat Temari diam dan melakukan pekerjaannya tanpa ada keinginan untuk membeberkan kelakuan Shikamaru yang hanya malas-malasan. Pernah Shikamaru bertanya kenapa ia bekerja terlalu keras bahkan sampai membantunya. Gadis itu hanya berbicara dengan mata yang tetap fokus didepan laptop dan tangan yang terus mengetik. "Aku hanya melakukan tanggung jawabku sebagai seorang wakil ketua OSIS". Shikamaru sering merasa harus berpikir ekstra tentang apa yang sebenarnya dirasakan dan dipikirkan gadis itu.

Jadi salahkah Shikamaru apabila dia ingin membantu gadis itu. Selama ini, menurutnya Temari selalu membantunya. Padahal mungkin bagi Temari, Shikamaru adalah rivalnya. Yang seharusnya tidak perlu dibantu. Semua anak selalu menyerahkan masalah dan pekerjaan mereka kepada Shikamaru. Tapi, Temari tidak seperti itu? Ada apa sebenarnya dengan dirinya? kenapa gadis ini berbeda. Begitu berbeda dimatanya.

TBC

A/N

Hay hay..jumpa lagi dengan fic Ghiena yang kisahnya entahlah hanya readers yang tahu seperti apa rasanya setelah membaca fanfic Gaje saya ini… entah manis, pahit, gurih, asem, asin, kecut dll….

Ini fic sebenarnya yang Ku Sebut Namamu dalam Doaku dan Butterfly. Hakhakhak…

Terus karena katanya hagiwara nachi kurang puas sama fic sebelumnya… yaahh beginilah kelanjutannya…semoga terjawab keinginannya.. author mah Cuma berusaha..dan juga bagi readers yang membacanya semoga senang dan merasa terhibur…selain itu juga, Ghiena pengen nambahin arsip ShikaTema yang semakin hari semakin jarang muncul kepermukaan(?) Loh. Pada kemana Author ShikaTemanya…..? #sediiiiihhh

Maaf bila disana sini terdapat kekurangan soalnya Ghiena bikinnya ngebut biar bisa dipublis cepat…Maaf juga kemungkinan untuk beberapa minggu kedepan Ghiena ga bakal publis dulu soalnya mau menghadapi Ospek Prodi yang mewajibkan Ghiena beserta teman-teman Ghiena menampilkan pentas seni. Kemungkinan Ghiena mau menampilkan Pentas Drama Musikal. Terus, berlanjut ke Final Tes..huwaaahhh doakan Ghiena Ya teman-teman semoga lancar…Aamiin..

Wokeeeh, Terakhir ada yang bersedia kasih saya Reviewwwnyaaaaaa…..