A/N : Ini adalah salah satu fic story berdasarkan inspirasi saya dari berbagai sumber yang saya jadikan satu. Mohon maaf bila ada kesamaan. Hanya untuk hiburan semata. Mengandung banyak genre. Cerita ini kemungkinan besar jadi berbeda pair tergantung alurnya. Mohon maaf kalau khusus "Hyuuga Uchiha The Eternal Enemy" harus saya hapus berikut cerita saya yang lain. Sebagai gantinya cerita ini lanjutannya.

Selamat membaca. Mohon review. No flame, please.

Inspirasi dari berbagai sumber :

Warning : DANGER ,spoiler, abal, dll

Darker than Night by Lightning Chrome

I do not own Naruto

Summary :

Segala hal yang ia miliki jatuh tak bersisa. Kegelapan menyelimutinya. Tak peduli, sekuat apapun ia berjuang. Hanya kegagalan di depan matanya.

Kegelapan mengambil alih kehidupannya. Seperti matahari yang tak lagi bersinar di sudut terdalam hatinya. Selama ia menutup mata, hanya kegelapanlah tujuannya.

Dan selama ada kegelapan, selalu ada kebencian. Dan kebencian itu selalu menimbulkan api dendam. Tak ada yang tersisa selain kesakitan dan kemarahan. Kesepian dan kekosongan. Apapun yang terjadi, hanya satu hal yang ia miliki, balas dendam.

Selamat datang di dunianya.

xXXxXXxXXx

Do You Know That Hope Is Fake In This World ?

Apa kau tahu kalau harapan itu sesuatu yang palsu

xXXxXXxXXx

Lima ratus tahun yang lalu~

Lari, terus berlari. Tak peduli apapun yang bisa dilakukan, ia harus berlari untuk menyelamatkan hidupnya. Dia hendak ditangkap dan dihukum untuk kejahatan yang telah dilakukannya. Mereka hendak mengurungnya seumur hidup disana atau mengirimnya kembali ke tempat asalnya. Ke Dunia Bawah tempat para jahanam berasal. Dan dia tidak mau itu, dia suka disini.

Disini, adalah tempatnya sekarang. Dia mendapatkan kesenangan, dengan melakukan pembantaian dan memberi orang-orang menyedihkan itu, pelajaran. Dia cukup beruntung, berada di sini, di dunia manusia. Beruntung sekali baginya, ada beberapa orang manusia yang memanggilnya ke dunia ini. Para manusia itu, memanggilnya untuk memanfaatkan dirinya, namun pada akhirnya dialah yang membunuh mereka. Tragis memang.

Dia, Kuro namanya, tidak bisa dimanfaatkan oleh para manusia. Dia membenci semua manusia, mereka tidak ada harganya di depan matanya, kecuali sosok makhluk tidak berguna dan menyebalkan. Rapuh dan pantas untuk diinjak-injak. Bagi seorang iblis seperti dirinya, manusia hanya sekedar santapan. Selama berada di dunia manusia, Kuro telah membunuh sembilan ratus sembilan puluh sembilan manusia. Dan empat puluh persen diantaranya, meninggal karena dijadikan makanan bagi sang iblis.

Kuro, bukanlah iblis biasa.

Ia adalah iblis pemangsa manusia sekaligus pembunuh berdarah dingin. Dengan memakan jiwa manusia, manusia yang disantapnya akan lenyap tak berbekas. Dan umur manusia yang dimakannya, akan menambah jumlah umur dirinya. Persis menyerupai dewa kematian. Dan enam puluh persen sisanya, ia bunuh untuk memuaskan hasratnya sendiri. Karena itu, di dunia manusia, dirinya dijuluki MAOH, yang artinya raja iblis.

Laki-laki yang memiliki rambut hitam selegam malam itu dengan senang hati, menyambut gelar yang diberikan kepadanya tanpa pikir panjang. Dia sudah siap membunuh korbannya yang keseribu sampai akhirnya dia bertemu dengan manusia itu. Manusia yang identik dengan seorang biksu, namun berhasil melukainya hingga separah ini.

Kuro ingin sekali membunuh dan menyantapnya, namun apa daya, keadaannya saat ini tidak memungkinkan. Iblis itu mengumpat sejadi-jadinya. Dan apa mau dikata, dia hanya bisa berlari. Dia sadar, kalau kondisinya saat ini tidak memungkinkan untuk membunuh biksu tersebut. Jadi dia memilih kesempatan untuk melarikan diri.

Melompat dari satu pohon ke pohon lainnya, dia sama sekali tidak mengurangi kecepatannya. Namun dari arah depan, tiba-tiba muncul berbagai macam senjata mengarah kepadanya, namun berhasil ia tangkis. Kuro terpaksa menghentikan langkahnya.

"Kuro, kau dituduh sebagai tersangka atas kasus pembunuhan dan pembantaian penduduk di wilayah ini. Tolong, serahkan dirimu secara baik-baik." perintah salah seorang ninja bertopeng di hadapannya.

Melihat kesepuluh ninja pelindung di hadapannya, Kuro sama sekali tidak merasa takut atau merasa gentar. Meskipun dirinya terluka, pandangannya terhadap manusia sama sekali tidak berubah. Mata merahnya menatap bosan, orang-orang di depannya.

"Kalian pikir, aku mau menyerahkan diri kepada kalian, wahai manusia-manusia menyedihkan?" dengus sang iblis. "JANGAN HARAP !" Kuro berteriak seraya menyeringai, sehingga menimbulkan api kemarahan di mata mereka.

Namun karena terlalu terfokus dengan para ninja di hadapannya, Kuro tidak sadar kalau dari belakangnya, sang biksu telah mendahuluinya dan mengeluarkan jurusnya.

"Gaishan no jutsu." Lalu muncullah sebuah lubang hitam yang dengan sekejap memerangkap dirinya. "Sial !" geramnya. Sebelum sempat menghindar, ia sudah terlanjur tertelan di dalamnya.

Semua ninja bertopeng yang mengejarnya, berbalik menatap ke arah biksu di hadapannya, mereka semua berlutut memberi hormat pada orang suci di hadapannya. Seorang laki-laki dengan topeng rubah berbalik menghadapi rekan sesamanya, dan berbicara "Kuro, Maoh telah tertangkap. Sekarang kita kembali dan laporkan ke Tuan Penguasa. "

"Siap."

Mereka semua menghilang dalam sekejap mata, menuju ke tempat tujuan dimana sang iblis ditahan.

.

xXXxXXx

Human is Annoying

Manusia itu Makhluk yang Menyebalkan

xXXxXXx

.

Tidak ada satupun yang bisa membuat sang iblis menghargai nyawa manusia, karena baginya, nyawa manusia sangatlah rapuh dan ia tidak menyukai kerapuhan. Dan malang bagi manusia yang bertemu dengannya, karena sudah dapat dipastikan kalau nyawa manusia tersebut tidak akan selamat.

Namun sepertinya untuk kali ini tidak, terbukti kali ini yang melihatnya bukanlah satu dua orang saja. Namun beratus-ratus orang. Mata merahnya menatap tajam ke arah para manusia, penghuni desa tersebut. Sebuah desa yang belum memiliki nama. Namun tidaklah penting bernama atau tidak. Baginya sama sekali tidak ada artinya.

Setelah iblis itu ditangkap, mereka kemudian mengikatnya dan menguncinya dengan jurus pelumpuh. Sehingga seluruh bagian tubuhnya dari atas hingga ke bawah tidak bisa bergerak terkecuali leher dan kepalanya.

"Orang ini telah menewaskan sembilan ratus sembilan puluh sembilan orang di desa ini. Mulai dari ayah, ibu, anak-anak, kakek, nenek, bibi, paman kita... Dia adalah seorang pembunuh yang tidak peduli dengan nyawa orang lain." tunjuk salah seorang dari orang tua di desa tersebut kepada sang iblis.

"Karena aku adalah iblis, apa lagi yang kalian harapkan. Apa kalian berpikir kalau aku akan bersikap baik dan ramah pada kalian, manusia? Aku membunuh, itulah aku, dan aku adalah kegelapan. Kalian para manusia, tidak lebih dari sekedar mangsaku!" seringai kejam berkembang di wajahnya menyebabkan seluruh penduduk berteriak, meminta iblis itu untuk segera dibunuh.

"Jika kita melepaskannya, dia akan membunuh lagi, sudah bunuh saja dia!" teriak seorang wanita dari balik kerumunan. "Dia membunuh putriku... Padahal dia baru berusia tiga tahun.. Iblis itu tidak punya hati,, DASAR MONSTER!"

Kuro menggerakkan kepalanya ke samping, mengarahkan pandangan mengerikannya ke arah wanita tersebut. "Aku memang tidak memiliki hati, manusia! Aku adalah iblis. Iblis hanya peduli dengan dirinya sendiri." terangnya, mengabaikan lemparan batu dari para penduduk yang terus menerus menyumpahinya.

"Tolong, tenangkan diri kalian."

Sebuah suara tegas datang dari belakang kerumunan. Menyebabkan para penduduk menjauh memberi ruang bagi penguasa mereka. Sesosok pria berjenggot muncul, mengenakan pakaian ala bangsawan dengan kimono berwarna putih. Di tangannya membawa sebuah kipas dengan simbol yang menyerupai api ( simbol di sini mirip dengan simbol Hyuuga pada umumnya ).

Di belakangnya muncul seorang biksu yang berhasil menangkap Kuro. Dia mempunyai rambut panjang dan runcing yang mengalir ke belakang dengan gaya yang serupa dengan Naruto Uzumaki. Namun berwarna hitam gelap. Dia memakai pakaian seperti jubah dengan kerah terbuka tinggi dan baju besi. Di dadanya tergantung kalung dengan enam magatama berwarna merah. Di dahinya terdapat semacam tanduk pelindung. Di belakang pundaknya tergantung sebuah katana besar dan di tangan kanannya membawa sebuah Shakujo, yaitu tongkat cincin Budha yang sering digunakan untuk berdoa ataupun sebagai senjata.

Kuro memberikan death glare terbaiknya kepada sang biksu.

"Jadi inikah Maoh yang sering disebut-sebut itu?" tanyanya seraya membuka kipasnya, entah pertanyaan tersebut diajukan untuk sang iblis, sang biksu atau para penduduk.

Mendengar pertanyaan tuannya, pemimpin dari sepuluh ninja pelindung berlutut seraya menjawab,

"Benar tuan, orang ini dituduh sebagai pelaku pembunuhan berantai para penduduk di desa ini. Dan sudah jelas bagi kami untuk meminta hukuman yang seberat-beratnya bagi..." ucapan ninja bertopeng tersebut terhenti, dari balik topengnya ia menatap wajah sang iblis. Tatapan benci sekaligus marah mewarnai wajahnya.

"Monster ini." lanjutnya seraya menunduk.

Pria berjenggot yang diketahui sebagai penguasa wilayah itu menggerakkan kipasnya. Menyebabkan hembusan angin keluar menerpa tubuh dan wajah tuanya. Dia seraya menimbang-nimbang. Memikirkan hukuman terbaik untuk pembunuh legendaris yang ada di hadapannya saat ini.

"Dasar makhluk tua menyebalkan!" umpat Kuro dalam hati.

"Baiklah, dengan ini saya menyatakan, kalau kau Kuro Maoh akan dihukum dan menjalani sisa hidupmu seluruhnya di Hutan Terlarang sebagai akibat dari kejahatanmu. Selamanya kau akan disegel disana tanpa ada satu orang pun yang bisa mendatangi ataupun menolongmu." ujar penguasa memberikan titah. "Bawa dia !"

"Siap. Kami laksanakan."

Menganggukkan kepalanya, para ninja pelindung menghampiri Kuro, iblis itu masih memasang mimik yang sama, suram, bahkan cenderung gelapmengerikan. Dengan kode di tangannya , pemimpin mereka memberikan kode untuk membawa sang iblis ke Hutan Terlarang.

Namun tidak diketahui oleh mereka, pandangan gelap Kuro hanya tertuju ke satu orang saja, yaitu ke biksu suci yang memiliki mata dengan warna dasar ungu dengan lingkaran hitam yang berulang di dalamnya. Iblis itu menggeram marah.

"Biksu keparat."

.

xXXxXXx

Rikudou Sennin

The Legend of Sage Six Path

xXXxXXx

.

Sepeninggal mereka, pandangan penguasa tua itu kembali menatap tamu kehormatannya. "Terima kasih banyak atas bantuannya, tuan biksu." senyumnya, seraya menunduk hormat. "Tanpa bantuan anda, iblis itu tidak mungkin tertangkap. Sekali lagi terima kasih banyak."

Biksu yang memiliki mata rinnegan itu menarik sudut bibirnya ke atas. Seraya menjawab dengan sopan. "Tidak perlu sungkan. Saya hanya membantu menciptakan perdamaian di wilayah ini."

Sang penguasa mengangguk, dia lalu mengedarkan pandangannya ke seluruh penduduk. "Mulai hari ini, atas jasa dan kepahlawanan dari tuan biksu, saya dengan bangga memberikan gelar "Sage" pada anda." Semua penduduk bersorak-sorai menyambut pengangkatan bagi pahlawan mereka itu.

Sang penguasa kembali menatap ke arah biksu," Nah, sekarang katakan. Siapa nama anda tuan biksu."

Sang biksu terdiam. Mulutnya kemudian mulai terbuka. "Aku hanyalah seorang Sennin, (sennin disini sama artinya dengan pertapa atau biksu ). Aku berkeliling ke seluruh penjuru dunia untuk menyebarkan ajaran kebaikan dan perdamaian. Namaku Rikudou. Kalian bisa memanggilku, Rikudou Sennin."

Dan waktu pun berlalu...

.

xXXxXXxXXx

Despair is the only truth i've got

Takdir adalah kebenarannya

xXXxXXxXXx

.

Lima ratus tahun kemudian ~

Seorang pria keturunan Uchiha memandang Hutan terlarang di hadapannya tepat melalui lubang di topengnya. Dan dibalik topeng yang dikenakannya, sebuah seringai tampak jelas terpatri di wajahnya, namun tersembunyi dengan baik, berkat topeng yang dikenakannya.

"Jadi disini tempat dimana Kuro Maoh disegel. Aku penasaran jika dia masih berada di sini atau tidak."

Berjalan menyusuri hutan pria tersebut berhenti. Di hadapannya ada sebuah penghalang berisi segel yang terpasang panjang melingkar sampai ke bagian terdalam hutan. Dan untungnya dia mengetahui jurus tersebut, dengan cepat pria itu membentuk segel tangan. Dan berhasil masuk melewati pembatas tanpa terluka sedikitpun.

Jauh di kedalaman hutan, pemilik mata berwarna merah terbuka, aura mengerikan terpancar dari kedua bola matanya. Dalam sekejap, sosok itu hilang entah kemana.

"Seseorang masuk melewati pintu penghalang, siapa yang bisa melakukannya?" pikirnya.

Dan dalam hitungan detik sosok itu sampai ke tempat tujuannya, terlihat di depan matanya seorang pria berdiri dengan mengenakan topeng yang menutupi seluruh wajahnya.

"Kalau aku tidak salah, kau adalah iblis pembunuh yang terkenal itu, Kuro Maoh. Aku cukup terkejut kau masih belum bisa melarikan diri dari tempat ini." Nada bicara pria itu terkesan mengejek namun juga tidak terlalu mempengaruhi sang iblis berambut gelap.

"Siapa kau?"

"Ya, bisa dibilang kalau aku adalah penyelamatmu. Itupun kalau kau mengizinkannya."

Kuro menaikkan alisnya, menatap dalam pria asing di depannya. "Apa yang kau inginkan dariku, manusia?"

Madara masih tetap berada di posisinya. Dia tidak ingin memicu kemarahan Kuro. Pria itu sadar betul bagaimana kekuatan dari iblis di hadapannya ini. Selama bertahun-tahun Madara menunggu saat yang tepat untuk melepaskan laki-laki iblis ini. Dan akhirnya kesempatan itu datang.

"Perkenalkan, namaku Uchiha Madara. Aku akan melepaskanmu dari hutan ini dengan satu syarat. Kau harus membantuku meraih tujuan akhirku."

Kuro menatapnya tanpa ekspresi, "Ah, Uchiha Madara. Kalau ingatanku tidak salah, Uchiha adalah salah satu dari ninja pelindung yang pernah menangkapku dulu. Aku tidak menyangka kau masih hidup setelah sekian lama. Dan terlebih lagi kau mau membebaskanku, lelucon macam apa yang sedang kau mainkan? Bukankah kau sangat membenciku, wahai manusia Uchiha?" Kuro bertanya dengan nada datar. Ekspresinya sama sekali tidak berubah.

Ingatan tentang hari terakhirnya di desa tersebut masih terngiang-ngiang di kepalanya. Seorang pemuda yang masih berusia belasan tahun dengan kesembilan ninja lainnya menggunakan jurus segel dan mengunci dirinya ke hutan ini. Segel yang diajarkan oleh sang biksu keparat itu. Kemungkinan besar Madara ini merupakan salah satu murid dari biksu itu.

Tiba-tiba ekspresi Kuro berubah. Ekspresi terkejut sekaligus marah tampak di wajahnya. Dengan mata kepalanya sendiri, ia melihat wajah Madara yang telah membuka topeng. Mata berwarna ungu melingkar yang menjadi simbol Rinnegan ada beserta mata merah yang diketahui bernama Sharingan.

"Katakan darimana kau mendapatkan mata itu?" secepat kilat Kuro sudah berada di belakang Madara. Kuku tangannya memanjang dan berubah menjadi runcing. Persis menyerupai serigala. Posisinya saat ini berdiri membelakangi Madara. Bola mata Kuro yang tadinya merah berubah warna menjadi kuning keemasan.

"Sepertinya kau ingin sekali membunuhku, Kuro."

"DIAM KAU MANUSIA!" hardiknya."Berani sekali setelah mengurungku selama ratusan tahun disini, sekarang kau malah datang untuk memohon bantuanku! DASAR MANUSIA MENJIJIKKAN !" umpatnya dengan nada mengerikan.

Dari tubuh Kuro keluar cakra hitam yang sangat gelap. Bahkan jauh lebih gelap dibandingkan cakra Madara atau Kyuubi. Dalam sekejap Madara yakin, kalau orang biasa yang melihatnya pasti ia sudah mati membeku karena ketakutan.

"Tenangkan dirimu, Kuro. Aku datang kemari bukan untuk bertempur denganmu." Madara kembali menutup topengnya. "Aku datang hanya untuk membantumu keluar dari sini, tidakkah itu bagus untukmu?"

Perlahan-lahan cakra kegelapan yang keluar dari tubuh Kuro menurun namun tidak sepenuhnya menghilang. Bola matanya kembali menjadi merah. Kuro menatap geram kepada pria bernama Madara di depannya. Memangnya siapa dia, berani-beraninya mengancam iblis. Manusia terlalu menyombongkan dirinya sendiri, padahal mereka tidak lebih dari ulat pengganggu yang bisa dihabisinya tanpa pikir panjang.

"Aku yakin kau masih ingat tentang Juubi bukan, Kuro?" Madara melirik Kuro dari sudut matanya, Kuro terdiam sebentar lalu mengangguk, Madara melanjutkan, "Juubi adalah bijuu terkuat yang pernah ada, beberapa ratus tahun yang lalu Juubi disegel oleh Rikudou, seorang biksu yang pernah mengalahkanmu dulu."

Kuro tampak terkejut namun ekspresinya kembali datar seperti biasa. Matanya memicing mengingat nama manusia yang menjadi salah satu musuhnya. "Sebelum meninggal, Rikudou menyegel cakra Juubi ke bentuk sembilan ekor monster ( yang diketahui sebagai ichibi, nibi sampai kyuubi ) dan tersebar di seluruh dunia."

"Kalau hal itu aku sudah tahu dari dulu. Apa kau pikir aku bodoh?" geram Kuro. "Katakan saja langsung apa maksud tujuanmu."

"Aku butuh bantuanmu, Kuro, untuk menangkap semua bijuu dan menggabungkannya kembali menjadi wujud Juubi (siluman monster berekor sepuluh ). Aku akan menjadi Jinchuriki Juubi ( orang yang menjadi wadah bijuu ) dan menggunakan kekuatan Tsukuyomi Sharingan-ku dan memantulkannya ke bulan. Membebaskan tubuh asli Juubi dan menyebarkan genjutsu ke seluruh dunia, menjadikan seluruh dunia takluk berada di bawah kendaliku." jelasnya.

Kuro tampak sangat terkesan oleh tujuan Madara, menutup matanya sebentar Kuro melipat tangannya di depan dada, "Dan bagaimana kalau aku menolak?".

"Kalau kau menolak, aku akan pergi dari sini dan meninggalkanmu di sini selamanya. Jadi bagaimana Kuro, kau mau tinggal disini selamanya atau kau mau mengambil satu-satunya kesempatan untuk bebas? Dan lagi waktu telah banyak berlalu, banyak yang berubah semenjak kau pergi, mungkin di luar sana kau bisa menemukan sesuatu yang menarik. Tidakkah kau mau melihatnya?" tanya Madara seraya memandang jauh ke luar hutan.

Kuro menutup mata, memikirkan tawaran yang diajukan oleh Madara. Bukan sifatnya kalau ia dengan mudah menyetujui syarat yang diajukan oleh Madara, terlebih lagi pria itu adalah manusia dan salah satu musuhnya dulu. Kalau Kuro mau dia dengan senang hati memilih opsi ketiga, membunuh pria di depannya ini dan memakan jiwanya, kemudian mencari jalan keluar sendiri tanpa perlu terlibat dengan seorang manusia.

Namun kalau itu yang terjadi, Kuro terpaksa harus menunggu ratusan tahun lagi. 'Biksu keparat.' batin Kuro. Luka akibat pertempurannya dengan Rikudou masih membekas di tubuhnya. Perlu waktu untuk sekedar memulihkan seluruh tubuhnya.

Akhirnya kedua bola mata merah itu terbuka, menatap sang Uchiha yang berdiri beberapa meter darinya. "Baiklah aku akan menerima tawaranmu, manusia. Tetapi dengan satu syarat, aku akan menghilangkan hawa keberadaanku dan tidak bisa dilihat oleh manusia untuk sementara waktu, sampai aku benar-benar siap.."

"Baiklah, aku setuju, sekarang kau bebas Kuro.."

Iblis itu menyunggingkan bibirnya sedikit keatas, kilatan berwarna gelap muncul di matanya. Akhirnya setelah lima ratus tahun terkurung di tempat membosankan ini, ia bisa keluar dan bebas. Kali ini, ia bersumpah, tidak akan pernah terkurung di tempat ini lagi.

Dan dari sinilah cerita ini dimulai.

~Darker Than Night~

Lightning Chrome Present

Chapter One : Kuro The Demon

.

A Meeting between Heiress of Hyuuga and Prince of Demon

Pertemuan antara Pewaris Hyuuga dengan Pangeran Iblis

The Beginner of Nightmare

Awal dari rangkaian mimpi buruk

.

.

Chapter One : Kuro The Demon

Enam tahun kemudian,

Waktu telah berlalu sedemikian cepat, tidak ada satu orangpun penduduk desa yang tahu akan keberadaan Kuro Maoh. Bagi mereka, iblis itu hanya sekedar mitos dan tidak terbukti kebenarannya. Mereka tidak tahu kalau iblis itu benar-benar ada di desa mereka, KONOHA. Hal yang sama itu juga dialami oleh seorang gadis berketurunan Hyuuga.

Hinata Hyuuga.

Anak perempuan yang baru menginjak usia dua belas tahun itu juga tidak mengetahui apapun perihal sang iblis. Hari-harinya dilalui dengan berlatih dan menjalankan misi bersama Kurenai, Kiba dan Shino.

Banyak hal yang terjadi dalam beberapa bulan ke belakang. Hinata yang kalah ketika bertarung dengan Neji di ujian Chunin. Naruto yang berhasil mengalahkan Neji. Kemudian terjadi penyerangan di tengah-tengah pertarungan antara Gaara dan Sasuke, yang menyebabkan terbunuhnya Hokage ketiga.

Beberapa bulan setelahnya, Sasuke pergi meninggalkan desa dan menjadi ninja pelarian. Naruto dan Sakura serta Kakashi mati-matian mengejarnya, namun tidak berhasil membawa Sasuke kembali ke Konoha. Dan terakhir, Naruto pergi berlatih bersama Jiraiya, salah satu dari tiga ninja legendaris yang dimiliki Konoha.

Tak ada yang bisa dilakukan oleh Hinata selain berlatih seorang diri. Meskipun ia bertekad untuk menjadi kuat namun kegagalan terus menerus menghantuinya. Kiba dan Shino seiring waktu berjalan kemampuan mereka semakin berkembang dan mampu menjadi Chunin. Seluruh teman-teman seangkatannya pun telah menjadi Chunin.

Hanya tinggal dirinya sendiri yang masih berstatus sebagai Genin. Menjadi kuat adalah impiannya yang paling dalam, dia ingin suatu hari nanti Naruto, Kiba dan Shino serta ayah dan klannya mengakui keberadaannya. Bukan sebagai Hinata yang lemah dan selalu dilindungi tapi menjadi seorang Hyuuga Hinata yang kuat dan menjadi kebanggaan bagi klan dan keluarganya.

.

xXXxXXx

Pertama kesepian, lalu kemarahan, kebencian dan dendam

Selama ada sedikit kegelapan dalam hatimu

Saat itulah jiwamu selamanya ada dalam kegelapan

Bisakah kau melihatnya?

xXXxXXx

.

.

Hinata terjatuh dari ranjang besarnya, mimpi itu lagi. Selama beberapa hari belakangan ini, mimpi buruk itu selalu menerornya. Mengakibatkan ia terjaga dan tidak bisa tidur dengan tenang. Entah apa yang merasuki dirinya kali ini.

Hyuuga Hinata merasa putus asa dan letih. Semangatnya kian merosot dari hari ke hari. Kedua sahabatnya, Kiba dan Shino mencemaskan kondisinya, namun ia selalu meyakinkan mereka kalau dirinya baik-baik saja.

Setiap hari berlatih, dan setiap hari pula kekecewaan dan kegagalan yang diterimanya. Dirinya selalu menjadi beban bagi kelompoknya. Setiap misi yang diterima selesai dengan baik, namun tidak menjadikan dirinya kuat seperti yang lain. Dia tetap menjadi anggota terlemah yang selalu ditolong oleh rekannya yang lain.

Hyuuga Hinata marah terhadap dirinya sendiri.

Kenapa, kenapa dia tidak bisa menjadi kuat. Kenapa setiap kali dia berusaha, ia selalu gagal.

Pertanyaan itu terus menerus menghantuinya. Meskipun sejak pertarungannya dengan Neji, dia sudah berjanji untuk tidak akan menyerah, namun semuanya hilang meluap begitu saja.

Hinata menangis, menyesali kebodohan dan kelemahannya. Sementara Naruto, meskipun ia adalah orang yang selalu dianggap gagal oleh banyak orang, namun dia berhasil membuktikan kemampuannya dengan mengalahkan Neji salah satu dari rookie jenius. Sementara dia, berasal dari klan terhebat namun dirinya sama sekali bukan apa-apa.

Adiknya lebih kuat dibandingkan dirinya, ayahnya membencinya karena kelemahannya. Seluruh anggota klannya memandang rendah dirinya. Apa arti hidupnya sekarang.

Dan disinilah Hinata, menatap langit malam, seorang diri. Gadis berambut indigo ini tahu meskipun ia tidak pulang, ayahnya tidak akan khawatir. Hinata memeluk lututnya, angin malam yang dingin membuat sekujur tubuhnya menggigil kedinginan. Ia mengusap telapak tangannya untuk mendapatkan kehangatan.

Setiap hari, setiap malam, ia habiskan untuk berlatih. Berharap ia bisa menjadi kuat. Hinata menengadah ke atas, memandang langit malam yang penuh berhiaskan dengan bintang- bintang.

"Apa suatu saat jika aku mati, aku akan bisa menjadi bintang?" bisiknya lirih.

Sekelebat memori tentang ibunya menyeruak memasuki pikirannya. Dahulu ibunya pernah bercerita kalau suatu saat ketika manusia mati, dirinya akan menjadi salah satu bintang di langit. Dengan begitu meskipun orang itu sudah tiada, kita masih bisa mengingatnya dengan menatap bintang.

Mata Hinata berkaca-kaca, mengingat senyuman terakhir dari sang ibu.

"K-kaa-san..."

Hinata menggigit bibirnya. "Kenapa kau harus pergi, kaa-san?" isaknya. Satu-satunya keluarga yang menyayanginya pergi untuk selama-lamanya. Bagaimana sekarang ia bisa bertahan untuk hidup.

Deg,

Merasa sedang diawasi, Hinata melompat dan mengeluarkan kunai. Ia mengarahkan kunai tepat ke sosok hitam yang keluar dari persembunyiannya. Hinata menjaga jarak dengan sosok asing tersebut.

"K-kau siapa?" tanya Hinata dengan nada gemetar, meskipun ia lemah tetap saja ia tidak mau menunjukkan kelemahannya pada orang lain terlebih lagi jika orang itu adalah musuh.

Sosok asing itu mendekat. Pantulan dari cahaya bulan memperjelas sosoknya. Seorang laki-laki berambut hitam gelap dengan gaya rambut yang mirip dengan Sasuke, namun sedikit lebih panjang. Laki-laki itu mengenakan kemeja dan celana panjang serta sepatu yang berwarna hitam. Kulitnya putih seperti klan Uchiha pada umumnya.

Pria asing itu berjalan mendekati Hinata, menatap dalam wajah anak perempuan di hadapannya. Emosi terlihat jelas di balik wajah rupawannya. Ia pun berhenti.

"Apa kau tahu, aku sudah mengawasimu selama beberapa lama, dan ternyata benar sesuai perkataan orang-orang." ada jeda sesaat sebelum akhirnya mata merahnya menatap benci sosok Hinata di hadapannya.

"Kau adalah ninja terlemah yang pernah kutemui di desa ini.."

Mata Hinata melebar, terluka mendengar perkataan dari orang asing di hadapannya ini. Orang asing di hadapannya ini tampak berusia tidak lebih dari delapan belas tahun. Namun Hinata bisa melihat, mungkin orang ini bisa jauh lebih tua dibandingkan sosoknya saat ini.

Laki-laki itu memiliki mata berwarna merah dengan pupil berwarna hitam dengan simbol tomoe melingkar di dalamnya. Sesaat Hinata memikirkan klan Uchiha mendadak Hinata menggeleng.

"Tidak.. itu tidak mungkin Sharingan.. Mata mereka mirip tapi bukan. Selain itu dia tidak menggunakan simbol Uchiha atau simbol dari desa ini. Siapapun dia, pasti orang itu berasal dari klan yang kuat. Meskipun aku tidak tahu klan yang mana." batin Hinata.

Mata Hinata menyipit, "T-tolong jawab, s-siapa kau?"

Hinata berusaha untuk tidak gagap, namun kebiasaannya itu ternyata susah dihilangkan apalagi terhadap sosok mengerikan di depannya kini.

"Aku, Kuro, melihat dari matamu, kau bisa dipastikan adalah seorang Hyuuga. Dari yang kutahu, Hyuuga adalah klan terkuat dan paling hebat di desa ini.. Memalukan sekali ada seorang anak keturunan Hyuuga yang luar biasa lemah sepertimu."

Mata Kuro melotot menatap tajam ke arah Hyuuga di depannya. Kuro tidak pernah ramah atau bersikap baik kepada siapapun. Hanya dengan bertemu mata, sudah mampu membuat musuh-musuhnya ketakutan dan kalang kabut. Baginya semua manusia tetap sama, sosok yang menyedihkan.

"A-apa yang kau inginkan dariku?" tanya Hinata gemetar, laki-laki di hadapannya ini memiliki cakra yang luar biasa gelap. Membuat hawa di sekitarnya menjadi sangat dingin dan menusuk. Aura cakra yang menguar dari tubuh laki-laki misterius itu mampu membuat Hinata membeku dan tidak dapat bergerak sedikitpun.

Sosok asing bernama Kuro itu berjalan mendekati Hinata, tatapan mengerikan darinya mengiringi langkahnya. Hinata dengan kesadarannya mengarahkan kunai di tangannya ke sosok asing tersebut. Memberi peringatan kalau dirinya tidak akan segan-segan menyerang apabila ia berani melangkah lebih dekat.

"..." Apa kau pikir bisa menang melawanku?" Sedikit rasa penasaran mewarnai kalimatnya, meskipun begitu wajahnya tetap sama stoic hanya pandangan matanya yang menyiratkan emosi.

"Kau tidak akan pernah punya kesempatan untuk mengalahkanku, perempuan. Kau tidak lebih dari seorang yang lemah, pecundang, bukan siapa-siapa selain beban bagi kawan-kawanmu. Kau tidak punya kepercayaan diri, ayahmu sendiri tidak mengakuimu bahkan lebih memilih adikmu sebagai pewarisnya yang baru. Adikmu bahkan jauh lebih kuat dan lebih cocok sebagai penerus klan dibandingkan orang gagal sepertimu."

Air mata memenuhi kelopak mata Hinata, bagaimana mungkin laki-laki di hadapannya ini bisa tahu banyak prihal dirinya sementara dirinya sendiri tidak tahu apa-apa tentang orang itu, kecuali namanya. Hinata tidak ingin menangis namun setiap kata yang ditujukan Kuro seperti menusuk dan menembus ke jantungnya.

Hinata merasa gemetar, takut, marah dan sedih. Ekspresi itu terlihat jelas terpancar dari raut muka dan matanya. Hinata ingin mengatakan sesuatu untuk menyangkalnya, tetapi tidak satu pun kata-kata yang keluar dari mulutnya.

Rasanya begitu perih dan menyakitkan.

"Tsk, menyedihkan, aku hanya mengungkapkan kenyataan dan kau sama sekali tidak membalasnya. Apa kau itu bodoh atau benar-benar idiot?" Kuro berdiri menatap perempuan yang menunduk di bawahnya. Air mata tampak jelas turun dan membasahi pipinya. "Lemah dan benar-benar menyedihkan, itulah alasannya kenapa aku benci pada manusia." pikir Kuro kesal.

Hinata mengangkat kepalanya, "A-aku tidak keberatan kalau kau memandang rendah diriku seandainya kau memang mengenalku. Namun yang tak bisa kuterima adalah.."

Hinata mengusap air matanya, membiarkan sosok asing di depannya menatap langsung ke bola matanya. Membiarkan dia melihat kilat kemarahan di mata lavendernya. Laki-laki di depannya sedikit terpaku, Hinata tidak akan membiarkan dirinya dijatuhkan oleh seseorang yang tidak dikenalnya.

"Namun kenyataannya... Kau sama sekali tidak mengenalku!"

Dengan meningkatkan kecepatannya, tiba-tiba Hinata sudah berada di belakang Kuro. Kunai tajam tersemat di depan leher laki-laki itu. "Bergerak sedikit saja, maka nyawamu yang akan melayang," bisik gadis itu, dengan byakugan miliknya yang sengaja diaktifkan untuk menakuti lawannya.

Menghadapi situasi ini, Kuro tidak bisa menahan seringai di wajahnya.

"Kau cukup keras kepala rupanya." Kuro mengangkat tangannya perlahan-lahan. "Tapi seperti yang kukatakan sebelumnya, kau tidak akan bisa menang melawanku." Sebuah bola berwarna merah menyala muncul dari telapak tangan Kuro, lalu berubah warna menjadi hitam dan dalam hitungan detik menjadi semakin besar.

Sebelum Hinata sempat bereaksi, Kuro merubah posisinya dan menempatkan telapak tangannya di dada Hinata. Serangan tiba-tiba itu membuat gadis keturunan Souke itu terhempas dan terpental ratusan meter.

Laki-laki berambut hitam raven itu berdiri dalam diam.

Tangannya masih membuka seolah-olah cakra masih berkumpul di telapak tangannya. Pelan-pelan ia menurunkan lengannya, dengan langkah perlahan ia berjalan maju menuju gadis indigo tersebut.

.

xXXxXXx

Can you see the darkness of my heart?

Bisakah kau melihat kegelapan dalam hatiku?

I Want to Keep it Dark

Aku ingin terus menyimpannya

xXXxXXx

.

(-)

Hinata, tengah terbaring. Dengan Byakugan yang tidak aktif dan darah yang mengucur dari mulutnya, nafasnya tampak semakin terengah-engah. Kesakitan menghampiri tubuhnya. Membuat ia kesulitan untuk sekedar bergerak dari posisinya. "Serangan apa barusan? Bagaimana mungkin ia bisa mengeluarkan jurus tanpa menggunakan segel tangan terlebih dahulu?"

Menggerakkan bola matanya , ia bisa melihat dari kejauhan , Kuro sedang berjalan menuju ke arahnya. Hinata berusaha berdiri. Dia tidak boleh menyerah, tidak peduli betapapun parah lukanya, sebagai Hyuuga, ia tidak bisa memperlihatkan hal yang memalukan. Hinata mengaktifkan kekkai genkainya, menunggu Kuro untuk datang ke arahnya.

Dalam waktu singkat, Kuro sudah berada di hadapannya, Kuro bisa melihat tekad kuat yang tersembunyi di dalam pancaran matanya. Semua ninja yang pernah melawannya juga memiliki tatapan mata yang sama. Namun sama seperti mereka, gadis ini juga tidak akan memiliki kesempatan untuk menang melawannya.

Kuro menghentikan langkahnya, ia memandang tajam gadis Hyuuga. Mata merahnya menjelajahi tubuh gadis tersebut. Cairan merah terus keluar dari bibirnya. "Kau masih mau melawanku? Lihatlah sekarang keadaanmu," Kuro berjalan selangkah lebih dekat kemudian berhenti menyadari kalau gadis itu juga mengambil langkah untuk mendekat.

"Heh, ternyata kau lebih berani dibandingkan yang tadi," Kuro mengangkat kepalanya tidak peduli Hinata yang menatapnya penuh waspada, laki-laki itu menatap langit malam, hitam segelap dirinya, sebelum sesaat mengalihkan pandangannya ke gadis kecil itu lagi.

"Aku tidak menyangka akhirnya setelah lima ratus tahun tersegel di penjara hutan itu, sekarang aku bisa bebas."

Mata Hinata melebar, "L-lima ratus tahun? A-apa maksudmu? Katakan... s-siapa kau sebenarnya.." tanya Hinata penuh rasa ingin tahu. Laki-laki misterius itu sukses membuat Hinata kembali didera ketakutan.

"Bukankah sudah kukatakan. Namaku, Kuro, tidak ada gunanya bagiku memberitahu manusia seperti-mu, prihal diriku..." Kuro mengangkat tangannya, mengeluarkan telunjuknya dan menunjuk Hinata.

"Kau diantara semua manusia yang kutemui adalah manusia terlemah dan aku benci orang yang lemah!" umpatnya dengan nada berbisa, menyebabkan Hinata terlonjak dan jatuh karena nada suaranya.

Kenapa, kenapa laki-laki di depannya ini memanggilnya manusia. Apakah dia bukan manusia. Hinata tidak bisa lebih penasaran dari ini, ia terlalu takut untuk bertanya, Hinata sadar laki-laki itu sangat berbahaya dan menakutkan. Dilihat dari kekuatannya, Hinata tahu, laki-laki itu dapat membunuhnya sewaktu-waktu tanpa berpikir panjang.

Kuro tidak henti-hentinya menatap tajam Hinata. Baginya sosok di depannya ini adalah manusia lemah, dan Kuro benci itu. Mulutnya terbuka sementara matanya tetap tajam mengawasi.

"Aku membenci manusia dari lubuk hatiku yang terdalam. Kalian para manusia membuatku muak, kalian tidak ada bedanya dengan makhluk lemah di depan mataku. Melihat manusia semacam kau, aku tidak pernah merasa lebih muak dibandingkan kali ini. Aku sudah sering melihat anak-anak yang lebih muda jauh lebih kuat dibandingkan kau!" Kuro kembali mencaci-maki gadis dua belas tahun itu.

Kata-katanya benar-benar menusuk, kasar dan tajam. Apakah dia selalu bersikap seperti ini terhadap orang-orang atau hanya kepada dirinya saja. Hinata menggigit bibirnya, alisnya mengkerut. "K-kenapa kau menilaiku begitu buruk? Kau bahkan tidak tahu kalau aku-"

"Kau tidak boleh bicara selagi aku berbicara."

Dengan langkah kilat, Kuro telah berada di belakangnya, lengan kirinya mengapit leher sang Hyuuga, sementara tangan kanannya yang bebas terangkat ke atas. Telunjuk kanan dan jari tengahnya menunjuk ke arah sudut mata korbannya.

"Dengan satu gerakan tanganku saja, aku bisa dengan mudah mengambil bola matamu," bisiknya tepat di telinganya. Hinata merasakan bulu kuduknya merinding. Kuro menyeringai menyaksikan reaksinya.

"Aku sangat kecewa terhadapmu. Tadinya kupikir kau bisa menghiburku lebih banyak, namun ternyata tidak. Kau sama saja dengan manusia-manusia itu. Lemah, rapuh dan tidak berdaya..." Hinata merasakan apitan di lehernya semakin kuat, Hinata menjadi sesak, sulit untuk bernafas.

"Tadinya aku mau bermain sebentar denganmu, namun melihat kemampuanmu saat ini, kurasa kau tidak akan bisa hanya untuk sekedar bertahan." seringai Kuro.

"L-lepas.." nafas Hinata semakin tersengal, Hinata ingin lepas secepatnya dari laki-laki gila ini. Tangannya menggenggam lengan Kuro berusaha melepaskan diri. Dirinya tidak ingin mati di tempat ini.

Tidak ingin mati.

"Kau tetap saja berusaha berontak rupanya, kenapa kau tidak terima saja nasibmu? Kau yang lemah, tidak berguna bukan apa-apa selain beban bagi semuanya.."

Kau itu hanya beban, aku tidak membutuhkan anak lemah sepertimu sebagai pewaris

"Menyedihkan sekali mungkin teman-temanmu tidak akan peduli jika kau mati."

Hinata, dia itu kan lemah...

Padahal dia Hyuuga tapi kenapa orang gagal

Siapa itu Hinata, kalau Hyuuga aku tahu

"Kau pasti berpikir kalau ada orang yang akan menangis untukmu, menyedihkan sekali.."

Aku tidak peduli meskipun dia akan mati, bawa dia! Dia tanggung jawabmu sekarang Kurenai

Kaulah penerus Hyuuga sekarang, Hanabi

Pergilah kau dari hadapanku

TIDAAAAAK

Kuro terbelalak. Dalam waktu sekian detik dia sudah berada di bawah, dengan Hinata yang menduduki tubuhnya dan menghunuskan kunai di tangannya. Cairan merah darah membekas di kunainya.

Darah milik sang iblis.

Cairan kental itu terus mengucur dari telapak tangannya, membuat Kuro terkesima. Bisa-bisanya gadis itu melukainya. Kuro tidak bisa menahan seringai menakutkan dari wajahnya. Darah miliknya menetes dari ujung kunai yang dipegang oleh Hinata dan membasahi pipi sang iblis.

"A-aku ingin kuat.."

Kuro menegadah menatap mata Hinata yang tersembunyi dari balik poninya.

"Aku ingin menjadi kuat..

Tidak membuang waktu, Kuro merebut kunai tersebut dan membalikkan posisinya. Dengan Hinata yang berada di bawah dan Kuro yang mendudukinya. Kunai tajam tersemat tepat di lehernya. Dengan satu gerakan, Kuro dapat membuat kepala dan tubuh gadis itu terpisah menjadi dua.

"Tidak mau mati..." bisik gadis itu tidak bergerak, rupanya Kuro cukup penasaran dengan kondisi gadis itu yang mendadak berubah, aneh. Gadis itu tetap diam sementara kunai tersebut sedikit mengiris kulitnya. Tidak peduli kalau cairan merah miliknya bersatu dengan darah sang iblis.

"Tidak mau mati..."

Kata-kata itu terus berulang.

"Aku tidak mau mati..."

"Tidak mau mati...

"Mati.."

Air mata turun dari kedua kelopak mata Hyuuga. Matanya terlihat kosong, dan hampa. Mata Kuro berubah kuning keemasan sebelum kembali menjadi merah darah. Kuro menutup matanya, seperti yang sudah diduga, gadis itu memiliki sisi gelap di dalam dirinya. Sayang sekali kalau langsung dibunuh, pikirnya.

Kuro membuka mata, dia menggigit leher sang Hyuuga yang terlentang di bawahnya. Mengakibatkan sensasi aneh dalam diri Hinata. Hinata yang tersadar, berusaha berontak namun apa daya kekuatannya tidak seimbang dengan laki-laki itu. Cairan merah keluar dari lehernya, namun hilang tersapu oleh lidah sang iblis.

"Aku bisa membuatmu menjadi lebih kuat."

Hanya dengan satu kalimat mampu membuat Hinata membeku. Kuro melepaskannya. Masih dengan posisi terlentang ia berbicara. "Aku bisa membuatmu menjadi lebih kuat, dengan bantuanku, kau akan menjadi lebih kuat daripada manusia-manusia itu. Bagaimana, apa kau ingin menjadi kuat?"

Mata Hinata melebar, tidak percaya. Ia tidak salah dengar kan, bagaimana mungkin laki-laki asing sepertinya yang hendak membunuhnya karena benci pada kelemahannya itu malah tiba-tiba mengulurkan tangannya untuk membantunya. Hinata menatap tajam mata merahnya.

"Aku tidak punya waktu semalaman untuk menunggu jawabanmu, manusia. Katakan iya atau tidak." ucap Kuro tidak sabar.

Hinata meneguk ludah. Jadi dia sungguh-sungguh. Tapi walau bagaimanapun, dia tetap tidak bisa mempercayai laki-laki ini. Laki-laki ini sangat misterius namun di satu sisi ia juga sangat kuat. Bagaimana ini...

"Iya berarti hidup, dan tidak berarti mati."

Mendengar itu, mau tidak mau, Hinata mengambil keputusan, "B-baiklah, aku mau." jawabnya setengah terbata.

Kuro berdiri dan memicingkan matanya.

"Pilihan yang bagus, manusia. Perlu kuingatkan, aku tidak akan bersikap baik atau lembut kepada siapapun termasuk dirimu. Aku adalah iblis bukan dari duniamu, jadi aku tidak akan pernah menahan diri dari segala sesuatunya. Aku tidak memiliki emosi seperti kalian, manusia, aku tidak memiki perasaan cinta atau peduli pada siapapun. Inilah aku, jangan pernah coba untuk mengubahku." jelas Kuro pada gadis di depannya itu.

"Iblis.., tapi bagaimana bisa? Aku tidak pernah dengar ada iblis di desa ini..." Hinata menatap mata merah Kuro, dia ingin tahu lebih banyak prihal diri laki-laki misterius di depannya ini.

"Dan satu lagi, mulai hari ini kau akan masuk ke dalam kegelapan bersamaku. Tidak ada pilihan untuk kembali. Aku akan mengikutimu kemanapun kau pergi, tapi aku juga tidak akan bisa dilihat oleh orang lain selain olehmu. Apa kau mengerti?" Kuro memandang Hyuuga yang terdiam seketika sebelum akhirnya menganggukkan kepalanya perlahan. Sudah jelas dari ekspresinya, kalau gadis itu tidak mengerti. Kuro tidak ambil pusing, seiring waktu berlalu, gadis itu akan bisa memahaminya.

Alasan sebenarnya kenapa dia mau melatih Hinata adalah karena ia bosan. Selama beberapa waktu bekerja dengan Madara, tidak satupun nanusia yang bisa menangkap bijuu berekor, dia butuh sesuatu untuk menyembuhkan kebosanannya.

Ketika berada di Konoha, dia memperhatikan Hyuuga Hinata, sebelumnya Kuro tidak memperlihatkan rasa tertarik kepada seorangpun, namun ketika ia melihat gadis itu, penasarannya mulai timbul. Gadis itu begitu lemah, tidak berdaya, menyedihkan dan diacuhkan.

Dan malam ini ia dapat melihat sisi lain dari Hinata. Ya, kemungkinan besar, gadis ini bisa menyembuhkan kebosanannya. Kuro menunduk mensejajarkan wajahnya dengan wajah sang Hyuuga.

"Ikutlah kau menuju kegelapan abadiku, Hyuuga."

(~)

Chapter one complete

To be continued

(~)


Author:

Ini adalah fic saya yang pertama, inspirasi saya ambil dari berbagai sumber yang saya jadikan satu. Kebanyakan saya ambil dari sejarah Naruto yang saya dapat dari informasi di forum. Akan banyak bermunculan nantinya tokoh-tokoh OOC. Termasuk keberadaan Kuro yang menjadi tokoh awal baru dalam chapter pertama ini.

Sekilas mengenai Kuro,

Kuro adalah tokoh OOC yang saya dapat dari tokoh rekaan yang diduga akan muncul dalam Naruto spoiler. Ia sendiri adalah iblis yang berasal dari dunia bawah yang muncul dan menjadi musuh Rikudou sendiri pada awal cerita. Ia dipanggil Maoh karena kesadisannya dalam membunuh penduduk pada zamannya, sementara identitasnya sendiri tidak ada yang mengetahuinya.

Ia bertabiat sangat dingin, kejam dan memiliki watak setipe dengan Uchiha Sasuke. Dan author sendiri mengakui kalau ia akan menjadi saingan terberat Sasuke dalam segi pairing favorit. Dikarenakan mereka berdua begitu mirip dan bersaing dalam segi penampilan, fisik, tabiat, kekuatan dan ketampanan.

Kuro adalah tokoh pendukung protagonis sekaligus antagonis. Keberadaannya sangat penting dalam fic ini. Selengkapnya akan diceritakan dalam chapter-chapter mendatang. Fic ini akan sangat panjang nantinya dan akan menjadi fic terpanjang yang pernah ditulis di SasuHina Fanfiction Indonesia.

Terakhir bagi para reader setia fic ini, terima kasih dan mohon review dan dukungannya. Semakin banyak review, follow maupun fav, saya akan semangat untuk mengerjakan fic ini.

Terima kasih

Salam,

Lightning Chrome

The CrazyCruel of Author