Warning: Shonen-ai. Possible OOC, Typo, OC, dan semua teman-temannya.
Disclaimer: CLAMP. Hanya CLAMP yang bisa membuat penggemarnya penasaran sepenuh hidup dengan hint hubungan Fai dan Kurogane, gemas sekali rasanya.
A/N: Yak, kembali lagi dengan Fanfic KuroFai tercinta. Kali ini aku bikin dengan latar belakang jaman Victoria! Kiiiaww~ betapa terlihat menyenangkan kehidupan pada jaman itu. Ooh~ I wish i were at Victorian Era.
Hope you like it reader ;D
/Cascada-Everytime We Touch/
Tangan Fai mendorong Kurogane Kuat, berusaha membuat tubuh mereka terpaut jarak. Matanya menatap Kurogane dengan pandangan defensif. Fai tahu mereka tidak boleh seperti ini, perbuatan mereka bisa menimbulkan permasalahan yang tidak hanya akan melukai mereka namun juga melukai orang banyak.
Kurogane tidak ingin hubungan mereka berdua berakhir mengenaskan. Apakah ia salah jika perasaannya terhadap teman semasa kecilnya ini tidak lagi perasaan untuk seorang teman dekat, namun untuk orang yang ia kasihi? Terserah apapun jawabannya ia tidak peduli.
"Hentikan Kuro-rin kita tidak bisa seperti ini. perasaanmu padaku hanyalah perasaan sesaat saja" Fai membuang muka. Ia tidak ingin berdebat lebih panjang dengan Kurogane yang sedang naik pitam. Fai tau hal tersebut akan menjadi sia sia belaka mungkin malah menambah pelik keadaan.
Fai membalikan badan bersiap angkat kaki dari hadapan Kurogane. Namun, Kurogane kembali menarik lengannya, mengunci pergerakannya pada dinding koridor yang penuh dengan lukisan lukisan indah serta lampu tempel berukiran cantik.
"Perasaan sesaat? Apakah itu yang kaupikirkan? Apakah ketika kau mabuk oleh ciuman yang selama ini kuberikan padamupun hanya perasaan sesaat? Berkatalah jujur Fai, kau tidak bisa menipuku. Kita telah tumbuh bersama sejak kau berumur lima tahun dan kau pikir kau bisa menipuku?"
Kurogane mendekat wajahnya berusaha mengeliminasi jarak diantara mereka, namun kembali Fai mendorongnya. Mimik wajahnya mengeras, Fai harus berjuang melawan gejolak perasaan yang tertimbun jauh didalam lubuk hatinya. Jika boleh jujur Fai sebenarnya benci harus berdebat seperti ini, karena ia selalu mendapati kilatan sedih, kesal, dan kecewa pada semburat merah dimata Kurogane. Fai mendongak menatap Kurogane dalam, Kurogane harus mengerti akan statusnya. Ia milik seseorang kini.
"Mengertilah Kuro-wan kau telah bertunangan dengan seorang Duchess, jadi lupakan hubungan kita"
Kurogane Tertawa meremehkan, "Jangan mempersulit keadaan, aku mau saja meninggalkannya untukmu"
"Tidak!" pekik Fai panik, "Hentikan pemikiran bodohmu itu! Apakau mau kehilangan semuanya? Gelarmu? Kekuasaanmu? Kekayaanmu? Jangan berkata seperti itu dengan mudahnya!"
Kurogane meraih helaian lembut rambut pirang fai lalu mengecup ujungnya, mata Kurogane menatap tajam seolah hendak menembus pertahan Fai. Pria dihadapannya ini terlalu memabukan bagaikan alkohol, keberadaannya saja sudah menjadi candu. Iris biru langitnya pun cukup membuat Kurogane jatuh hati pada pandangan pertama.
Apakah teman masa kecil tidak bisa lebih dari seorang teman masa kecil?
"Aku tidak peduli..."
Fai terdiam cukup lama, suaranya dibuat setenang mungkin dan mengepalkan tangan kuat-kuat. Ia tidak boleh terbuai dengan kata-kata Kurogane. Hal ini untuk kebaikan Kurogane sendiri, semuanya harus berakhir hari ini juga.
"Hentikan Kurogane. Jika kau bertunangan dengan seorang Lady kau tidak perlu menyembunyikan hubunganmu, kau bisa bebas berkencan dengannya dikota, semua orang akan iri melihatmu yang bertunangan dengan seorang Duchess, dan orang orang akan menaruh hormat padamu. Kau tidak perlu lagi bersembunyi ketika berciuman seperti saat bersamaku."
Fai mendengar tawa mengejek pada suara Kurogane, "Jika kau pikir mengapa ketika aku berciuman denganmu harus bersembunyi karena menghindari ejekan orang, itu salah besar kau tau. Aku berbuat begitu karena kupikir kau tak mau. Namun jika kau pikir lebih baik aku tidak bersembunyi ketika sedang berciuman, baiklah kukabulkan"
Fai terlonjak mundur ketika Kurogane hendak menarik tangannya, namun sayang punggungnya membentur dinding yang menandakan ia tidak bisa menghidar kemanapun. Kurogane tidak menyia-nyiakan kesempatan, ia segara mengangkat dagu Fai dan menyapukan bibirnya dengan bibir Fai. Kurogane dapat mencium aroma teh Pettiagalla(1), teh yang selalu diminum oleh Fai setiap pagi.
Sebuah ciuman yang membuat dunia Fai terasa berputar. Fai memejamkan mata ketika ia dapat merasakan tangan Kurogane meraih pinggangnyanya membuatnya semakin merapat dengan tubuh besar Kurogane, sedangkan tangan Kurogane yang lain masuk ke sela sela rambut pirangnya. Fai berusaha sekuat tenaga menahan gejolak perasaan yang ia rasa akan meluap. Ia tidak akan terlena kali ini. Sialnya Kurogane begitu mahir mempermainkan dirinya.
Telinga Fai tiba-tiba awas mendengar derap langkah para maid mendekat dari kejauhan. Fai berusaha melepaskan ciuman mereka. Jika terlihat oleh para maid maka semuanya akan bertambah runyam, hal ini dapat merusak repusitas Kurogane.
Kurogane tidak berniat melepaskan ciumannya. Malah semakin Fai berusaha melepaskan diri semakin ia memperdalam jarak diantara mereka. Ia akan buktikan, bahwa ia tidak main main dengan perasaannya. Hanya ada satu orang didunia ini yang diinginkannya dan itu adalah Fai.
Fai mendengar suara kaget tertahan dari ujung lorong, tanpa ia lihatpun ia sudah dapat membayangkan ekspresi keterkejutan maid Kurogane melihat pemandangan dihadapan mereka. Kurogane sama sekali tidak mau melepaskannya. Padahal ia butuh bernafas, rasanya tenggorokannya benar-benar tercekat memohon untuk meminta suplai oksigen. Ciuman Kurogane kali ini tidak seperti biasanya yang begitu lembut seolah tidak ingin menyakiti dirinya, ciuman kali ini begitu memaksa dan egois.
Ketika menyadari Fai yang ada dipelukannya sudah kehabisan oksigen, Kurogane melepaskan Fai seraya tersenyum menyeringai menatap pria yang begitu membuatnya jatuh hati. Kurogane menyeka sudut bibir Fai, Ia tidak pernah merasa bosan untuk mengecap rasa manis pada bibir pria satu ini.
Fai tidak menyangka bahwa perkataannya tadi dapat menyulut api peperangan pada Kurogane.
.
Annpui
Proudly Present
Chapter 1 : Torn
.
.
.
Salahnya kah? ketika ia menginginkan persahabatan antara dirinya dan Fai menuju hubungan yang lebih intens daripada persahabatan?. Bukan salah Kurogane jika ia tidak bisa menahan pheromone yang begitu kuat—ayolah, siapa yang bisa tahan—pada mahluk indah seperti Fai.
Bukan maunya jika dilahirkan menjadi satu satunya pewaris tunggal perusahan transportasi darat terbesar di Inggris dan harus menyandang gelar bangsawan. Bukan maunya juga terlibat dalam perjanjian konyol antara mendiang ayahnya dan mending ayah seorang Duchess. Oh, yang benar saja mengapa ia yang harus bertunangan.
"Tuan muda"
Kurogane menutup buku kerjanya kemudian berjalan menghampiri Sebastian kepala Butler dikediamannya.
"Ya ada apa Sebastian?"
"Maaf bila saya mengganggu, Miss Daidouji sedang menunggu anda"
"Baik terimakasih, aku akan kesana"
Sebastian membungkuk seraya keluar dari ruangan kerja Kurogane.
Kurogane baru ingat hari ini adalah hari kunjungan rutin Tomoyo ke kediamannya. Biasanya dua minggu sekali pada pagi hari ataupun siang hari, bila siang hari Tomoyo selalu menyempatkan dirinya untuk menikmati teh Earl Grey(2) dan kadang Darjeeling(3) bersamanya, Namun kali ini sepertinya kedatangan Tomoyo lebih cepat daripada biasanya.
Suara langkah kaki Kurogane beradu dengan karpet beludru yang melapisi lantai marmer dibawahnya. Kurogane tidak menghiraukan sapaan para maidnya yang sedang berkerja. Ia menuruni tangga berputar dan mendapati Tomoyo sedang menunggunya diujung anak tangga.
"Halo Miss Tomoyo, anda terlihat cantik hari ini"
Kurogane meraih jemari Tomoyo, mengecup punggung tanggannya singkat.
"Ada apa hingga anda datang kemari?"
Tomoya terkekeh anggun, ia menempelkan jemari lentiknya diantara dagu dan pipi Kurogane mengusapnya lembut.
"Tidak ada yang spesial aku hanya ingin bertemu denganmu, tunanganku"
Seketika raut wajah Fai saat ini terbayang diwajah kurogane, ucapan Tomoyo membuatnya mengingat kembali kalimat Fai yang terus menerus terngiang-ngiang didalam kepalanya,
"Mengertilah Kuro-wan kau telah bertunangan dengan seorang Duchess, jadi lupakan hubungan kita"
Ia mendesah lelah, mengapa selalu saja wajah Fai yang terbayang dibenaknya. Untuk seperkian detik ia lupa jika saat ini ia sedang bertatap muka dengan seorang Duchees yang tidak lain adalah tunangannya. Fai memang selalu bisa mengalihkan dunianya.
"Kukira kau tidak menanggapi perjanjian konyol itu" desah Kurogane malas.
"Tentu saja kutanggapi, itu amanat ayahku. Ia sungguh merasa berhutang budi pada ayahmu yang telah menyelamatkan nyawanya. Dan aku sebagai anaknya merasa memiliki kewajiban untuk memenuhi hutang budinya—" ucap Tomoya sambil memainkan jemarinya dipipi Kurogane "—lagi pula tak ada salahnya kurasa aku tertarik padamu"
"Namun aku tidak"
"Wah wah tidak kusangka ada seseorang yang dengan lugas menolakku. Baiklah hari ini aku menyerah, aku harus segera pergi masih banyak pekerjaan yang harus kukerjakan. Jaga dirimu baik-baik Mr Suwa, minggu depan aku akan kemari lagi"
"Ya Hati-hati Miss Tomoyo, jangan sampai gaunmu tersangkut dipintu kereta kuda. Mari saya antar sampai pintu utama"
Tomoyo terkekeh pelan "Sindiran yang manis sekali Mr Suwa, terimakasih"
Kurogane hanya memutar bola matanya bosan.
"Dan... Oh ya Mr Suwa, tolong sampaikan salamku pada pria pirang yang begitu ramah dan sangat manis."
Kurogane mengangkat alisnya tidak mengerti.
"Mr Flourite, sahabatmu yang beberapa bulan lalu kau perkenalkan padaku. Kemarin ia menolongku dijalan ketika aku hampir kecopetan, dia benar benar pemuda yang baik hati tidak seperti kau"
Kurogane terbelalak kaget. Menolong Tomoyo? setelah sebelumnya bertengkar hebat dengan dirinya? Wow kebetulan itu memang menakutkan. Kurogane berdeham kecil.
"Baik akan kusampaikan"
Tomoya tersenyum tipis sebelum menghilang dibalik pintu.
To Be Continued
A/N: Cerita bersambung KuroFai akhirnya selesai juga yuhuu~ dan entah apa yang ada dipikiranku sampai ngebuat adegan serang-tolak antara kurogane dan Fai DX. Dan jujur aku bingung untuk ratednya, menurut para reader gimana? (T_T)
Lalu bagaimana ceritanya? Apakah ada yang kurang? Kurang nyambung kah? *harap-harap cemas*.Dicerita ini aku buat KuroFai dan Tomoyo adalah bangsawan. Dan untuk nama Butler, itu bukan Sebastian di Black Butler ya XD. soalnya entah kenapa untuk nama Butler jaman Victorian yang selalu aku baca pasti bernama Sebastian. Jadi jeng-jeng-jeng kuputuskan nama Butler Kurogane itu Sebastian XD.
Akhir kata,
Mind to give me some review maybe? ;D
Footnote:
Pettiagalla(1): Mempunyai cita rasa yang sangat lembut. Berdaun panjang dan liat, beraroma harum sangat kuat.
Earl Grey(2): Teh Earl Grey adalah berbagai macam teh hitam dicampur dari pembudidaya yang berbeda. Rasa Earl Grey lebih manis daripada teh standar pada umumnya karena penambahan minyak Bergamot.
Darjeeling(3): Mempunyai cita rasa teh dengan aroma istimewa dan lembut.
