Rate : M
Pair : Sasuke U & Naruto U
Disclaimer : Kishimoto Masashi Sensei
Genre : friendship/romance
WARN : typo everywhere, alur gaje nan abal, BL and DON'T LIKE DON'T EVER TRY TO READ !
One Heart for One Love
Satu lagi hari yang cerah di musim semi kali ini, matahari bersinar sangat cerah. Bunga-bunga bermekaran seolah-olah mengundang siapapun yang melihatnya merasa sangat ingin berbaring di atas hamparan taman bunga. Burung-burung bermain dengan gembiranya. Tapi tidak untuk pemuda berambut pirang satu ini, sudah sejak tadi ia duduk di kursi taman yang terletak tidak jauh dari apartementnya. Entah sudah berapa lama ia duduk disitu.
Flashback On
"Emm.. Naruto apakah kau siap mendengar ini semua?" tanya seorang perempuan berbaju putih.
"I-iya, saya siap apapun hasilnya" katanya sambil menelan liur.
"Dari data labolatorium yang kami dapat anda positif menderita kanker darah atau leukimia. Dan penyakit anda sudah mencapai stadium dua"
"Be-benarkah i-itu?"
"Iya. Oleh karena itu kami menyarankan agar anda rajin melakukan check-up dan mulai melakukan perawatan kemoterapi untuk mencegah perkembangan sel-sel kanker anda"
"Baiklah, terima kasih dok"
Flashback Off
.
.
.
"Ternyata hidupku memang selalu menyusahkan banyak orang..." gumamnya sambil menengadahkan kepalanya untuk melihat langit.
Ia sendiri masih tidak bisa mempercayai perkataan dokter beberapa saat yang lalu yang mengatakan bahwa ia menderita kanker darah. Padahal di garis keturunan keluarganya tidak pernah ada anggota keluarga yang menderita penyakit seperti ini.
"Tuhan tidakkah kau cukup memberiku cobaan.." ia pun tertawa pahit "kau sudah mengambil semuanya. Semua yang aku punya Kyuubi-nii, Tou-san, bahkan Kaa-san pun kau ambil" ia pun mulai meneteskan air matanya.
Padahal dulu kehidupannya begitu sangat 'sempurna'. Ia memiliki seorang kakak laki-laki yang sangat menyayangi dan melindunginya. Di saat ia sedih maupun senang ia selalu menangis dan tertawa bersama kakak kesayangannya ini. Ia pun mempunyai seorang ayah dan ibu yang sangat pengertian. Namun semua itu berubah tepat 4 tahun yang lalu. Ketika itu orang tua dan kakak laki-lakinya ingin menghadiri rapat penting perusaaan yang di langsungkan di kota sebelah.
Flashback On
Pagi itu hujan sedang deras-derasnya. Ia sudah melarang kedua orang tua dan kakaknya namun mereka tetap memaksakan untuk pergi. Akhirnya, ia pun mengalah dan merelakan mereka pergi.
Baru beberapa saat ia merelakan kedua orang tua dan kakak tercintanya pergi. Tiba-tba ia mendengar suara yang sangat nyaring dari arah tikungan dekat rumahnya.
BRUAKK !
Sontak ia pun berlari menerobos hujan untuk mendatangi arah suara tersebut. Baru saja ia tiba, badannya terasa lemas. Kakinya tak mampu menahan beban tubuhnya, ia pun mulai menangis. Terlihat pemadangan yang sangat mengerikan tepat di depan matanya.
Sebuah mobil hitam yang tadi dikendarai orang tua dan kakaknya sudah hancur tak berbentuk. Mobil itu hancur setelah menabrak truk yang sedang melaju dengan kecepatan tinggi kemudian menghantam dinding pembatas jalan. Menurut saksi mata setempat mobil itu tadi menghindari seekor kucing yang melompat ke tengah jalan secara tiba-tiba dan sontak saja ayah Naruto yang kaget langsung membanting setir ke arah kiri dan kecelakaan itupun tak terelakkan lagi.
"Kaa-san, Tou-san, Kyuubi-nii..." airmata yang dari tadi ditahannya akhirnya tumpah juga ".. apa yang harus kulakukan tanpa kalian? Ku mohon jangan tinggalkan aku" ia pun menangis sejadi-jadinya. Dengan tenaga yang tersisa ia pun berusaha mendekati tubuh sang kakak yang tadi terlempar keluar mobil. Diraihnya kepala kakaknya dan dibaringkannya di pahanya.
"N-naruto" dengan napas tersengal-sengal sang kakak memanggil Naruto yang sudah menangis.
"Aniki, kau harus selamat. Kau harus tetap hidup, temani aku disini" berusaha memeluk lebih erat tubuh sang kakak yang mengucurkan darah.
"K-k-kau ti-tidak bo-boleh mm-menangis la-lagi Na-naruto, k-kau harus t-tetap ceria seperti biasanya. Walaupun ketika aku sudah tidak ada lagi" katanya berusaha meraih wajah adik kesayangannya itu dan Naruto pun menggenggam tangan kakaknya yang sudah berlumuran darah tersebut.
"Iya, aku berjanji Aniki. Aku berjanji" sambil mengeratkan genggaman tangannya.
Tepat setelah ia mengucapkan janjinya tersebut genggaman tangan sang kakak pun mengendur. Sang Namikaze-Uzumaki Kyuubi pun meninggal.
"ANIKI! Jangan tinggalkan aku! Ku mohon" tangisnya pun pecah
Flashback Off
Tak terasa matahari sudah mulai turun kembali ke peraduannya dan bulan pun sudah mulai muncul untuk menggantikan tugasnya. Naruto pun memutuskan untuk pulang ke apartemennya.
Sesampainya di sana ia pun langsung menuju kamar mandi. Setelah mandi ia pun mengganti pakaiannya dengan piyama, dan langsung segera tidur untuk mengistirahatkan badannya.
.
.
.
KRINGGG
Suara jam beker di kamar Naruto memecah keheningan pagi di apartemennya.
KRINGGG
Jam beker itu berbunyi lagi, akhirnya dengan malas Naruto bangun dan mematikan alarm jam beker kesayangannya yang berbentuk rubah dan berwarna oranye tersebut. Kemudian ia pun merapikan tempat tidurnya dan bergegas mandi.
Setelah mandi ia pun bersiap-siap untuk melakukan aktivitasnya seperti biasa yaitu, mengajar. Semenjak kejadian 4 tahun lalu ia pergi meninggalkan rumah dan perusahaan yang dimilikinya. Tentu saja ia sudah menyerahkan semuanya kepada assisten kepercayaannya untuk mengurus semua harta benda dan menggantikkan posisinya di perusahaan selama ia pergi. Sesekali ia tetap datang walaupun hanya sekedar untuk melihat keadaan rumah dan perusahaannya.
Dan di sebuah kota kecil tepat di utara Jepang ia mengajar dan tinggal sekarang. Ia ingin melupakan segala kejadian yang membuat semua anggota keluarga kecilnya pergi.
Tentu saja tidak ada yang mengetahui identitasnya sebagai anak orang kaya, cerdas, berpendidikan. Di kota ini ia dikenal sebagai seorang guru muda yang cerdas dan sangat tampan. Walaupun ia tinggal di sebuah kota kecil tetap saja sosoknya sebagai pemuda tampan dan high-class tak dapat tertutupi dengan mudah. Bahkan semua gadis di desa itu sangat ingin memiliki hubungan spesial dengannya.
Sebagai seorang lelaki ia memiliki keadaan fisik yang nyaris 'sempurna'. Bagaimana tidak nyaris sempurna ia memiliki tinggi sekitar 175cm, dadanya bidang dan ia pun memiliki perut yang six-pack. Semua itu ia dapatkan dari hasil latihannya selama bertahun-tahun. Wajahnya pun sangat tampan dan terdapat tiga garis samar-samar di masing-masing pipinya tentu saja itu memberikan kesan manis di wajahnya yang sudah cukup tampan. Kulitnya berwarna tan eksotis yang membuat semua gadis iri untuk memilikinya. Kulitnya pun bersih dan cukup terawat untuk seorang laki-laki. Mata yang dimilikinya pun tak kalah indah, matanya berwarna biru safir bak langit musim panas yang membuat siapa saja yang memandangnya dapat terlena oleh keindahannya. Sungguh penampilan fisik yang sangat sempurna.
Akhirnya setelah cukup lama memilih pakaian, pilihannya pun jatuh pada sebuah kemeja biru tua dan celana hitam panjang. Setelah berkaca, merapikan rambut dan menyemprotkan parfum beraroma citrus akhirnya ia pun pergi.
.
.
.
Setelah berjalan kaki kurang lebih 10 menit akhirnya ia sampai di pintu gerbang Suna High School atau yang lebih sering dikenal sebagai SHS. Sekolah ini cukup besar dan modern, dan sekolah ini merupakan salah satu sekolah unggulan di kota itu.
"Selamat pagi Naruto sensei" sapa para murid perempuan ketika ia baru saja menginjakkan kaki tepat di pintu gerbang sekolah tempat ia mengajar.
"Oh, selamat pagi juga" balasnya dengan senyuman khasnya yang membuat wajah para muridnya memerah.
Di SHS Naruto mengajar 3 bidang study sekaligus yaitu, matematika, bahasa inggris dan olahraga. Beruntung ia mewarisi kecerdasan dan kejeniusan keluarga Namikaze-Uzumaki, sehingga ia dapat dengan mudah menyanggupi hal tersebut. Maklum saja walaupun sekolah ini sekolah unggulan tetap saja kota ini sangat jauh dari ibu kota dan banyak para guru yang enggan mengajar disini. Dan itulah salah satu alasan Naruto meninggalkan semua kekayaannya, agar ia dapat terlepas dari bayang-bayang kejadian yang menewaskan kedua orang tua dan kakaknya.
Tak lama berselang setelah kedatangan Naruto bel tanda masuk kelas pun di bunyikan.
KRINGGG
"Sensei!" teriak seorang murid dari arah belakang Naruto ketika ia sedang menuju ruang kelas.
"Iya ada apa Sakura-chan?"
"Emm.. Saya hanya ingin memberikan ini untuk sensei" katanya memberikan sekotak suhsi dengan wajah menunduk untuk menyembunyikan pipinya yang sudah memerah.
"Oh, terima kasih ya Sakura-chan. Kau baik sekali, kalau begitu saya masuk kelas dulu ya" katanya sambil tersenyum dan berbalik menuju ruang kelas.
Memang sudah kebiasaan setiap hari pasti ada saja salah seorang murid yang memberikannya makanan, buku, cokelat, bahkan surat cinta. Pernah dulu waktu ia baru beberapa bulan mengajar di SHS, waktu itu ia baru selesai mengajar olahraga. Baru saja ia membuka loker tempat ia menaruh tas, dari dalam lokernya berhamburan amplop yang rata-rata berwarna pink dan isi dari amplop itu adalah surat cinta. Tidak hanya dari para muridnya bahkan dari para guru pun ada juga. Waktu itu ia hanya bisa tertawa kecil dan menghela napas melihat semua surat-surat itu.
"Selamat pagi anak-anak" sapa Naruto ketika ia sudah sampai di kelas XI IPA 1.
"Selamat pagi Naruto sensei' jawab para murid serempak.
"Baiklah, silahkan buka buku matematika kalian halaman 370"
Baru saja ia hendak menjelaskan pelajaran hari itu ada saja murid yang langsung memanggilnya.
"Sensei, apakah sensei sudah sarapan pagi?" tanya Ino.
"Sudah Ino-chan" jawabnya sambil tersenyum.
"Sensei, parfum apa yang sensei pakai?" tanya Kiba yang tak mau kalah dengan Ino.
"Emm, memangnya ada apa Kiba? Apakah wangi parfum saya mengganggu kalian?" tanyanya bingung dengan pertanyaan muridnya.
"Eh, tidak kok sensei kami sangat-sangat suka dengan wangi parfum sensei" sahut Ten-Ten.
"Eh, anu itu sensei. Saya hanya penasaran, habisnya wangi parfum sensei bisa membuat para gadis naksir sensei sih. Makanya saya juga mau punya parfum seperti sensei" jawab Kiba malu-malu.
"Ahaha, baiklah nanti selesai pelajaran saya akan saya beritau apa wangi parfum saya"
"Baiklah sensei" balasnya dengan sebuah senyuman lebar.
"Baiklah kalau begitu kita mulai pelajaran hari ini" katanya mengakhiri sesi pertanyaan tidak penting yang selalu ia alami setiap mengajar.
Tentu saja para murid sangat semangat belajar, penyebabnya tidak lain dan tidak bukan karena sang guru yang sangat tampan, baik, dan ramah. Murid mana yang tidak semangat belajar jika mempunyai guru yang nyaris 'sempurna' seperti Naruto.
Dua jam pelajaran terasa begitu cepat berlalu bagi para murid yang kelasnya sedang di ajari oleh guru idola mereka. Tak terasa waktu istirahat pun akhirnya tiba.
KRINGGG
"Baiklah anak-anak kali ini pelajaran saya sampai disini dulu. Selamat siang semua" sambil berjalan menuju pintu. Baru saja ia hendak melangkah menuju pintu sudah ada saja murid yang memanggilnya. Sepertinya menjadi guru idola seperti Naruto harus mempunyai kesabaran ekstra dalam menghadapi tingkah para muridnya.
"Sensei! Tunggu sebentar!" sergah Kiba.
"Iya, ada apa Kiba? Apakah ada pelajaran yang belum kau mengerti?"
"Eh, anu bukan itu sensei emm..." katanya terlihat ragu melanjutkan perkataannya "emm.. itu sensei saya masih penasaran apa wangi dan merk parfum yang sensei pakai" sambil menggaruk belakang kepalanya yang sebenarnya tidak gatal tersebut.
"Oh, itu. Hahaha, baiklah-baiklah akan saya beritau, merk parfum yang saya pakai namanya Kenzo dan wangi citrus, apa ada lagi yang ingin kau tanyakan?"
"K-kenzo? Parfum yang sering dipakai oleh artis-artis terkenal itu sensei? Yang harganya sangat mahal itu sensei?" katanya hampir berteriak karena tidak percaya.
"Ah, kau bisa saja. Yang kupakai bukan yang asli kok, mana mungkin seorang guru sepertiku mampu membeli parfum yang asli?" katanya sambil tertawa kecil.
"Oh iya ya benar juga sensei. Baiklah terima kasih atas waktunya" kemudian ia pun pergi meninggalkan Naruto.
'Huuh, hampir saja ketahuan' batin Naruto. Tidak seorang pun yang mengetahui siapa dirinya. Padahal jika ia kembali ke Tokyo ia dapat dengan mudah dikenali. Perusahaan yang di pimpinnya sangat terkenal di Tokyo. Ia pun merupakan pewaris satu-satunya kekayaan keluarga Namikaze-Uzumaki setelah sang kakak Namikaze-Uzumaki Kyuubi meninggal.
Tidak berbeda jauh dengan suasana di ruang kelas tadi. Di dewan guru pun banyak para guru perempuan yang berusaha mendapatkan perhatian Naruto. Ada saja tingkahnya, ada yang berpura-pura tersandung agar dapat jatuh di pelukannya, ada juga yang berpura-pura sakit agar dapat diantar pulang oleh Naruto, ada juga yang sekedar berbasa-basi mengajaknya makan siang bersama.
.
.
.
Satu lagi hari penuh cobaan ia lalui. Jam pun sudah menunjukkan pukul 3 sore. Ia pun segera bergegas pulang, ketika ia melewati koridor sekolah secara tak sengaja ia menabrak seseorang.
BRUKKK
"Ah, gomenasai. Maafkan saya" katanya segera bangkit dan mengambil beberapa bukunya yang terjatuh akibat insiden 'tabrakan' barusan.
"Hn" sahut seseorang yang ditabraknya tadi.
'Huh, ketus sekali sih orang ini' batinnya. Entah setan apa yang merasukinya, tiba-tiba matanya terpaku melihat seseorang yang ditabraknya barusan. Kulitnya putih bagaikan porselen, ia pun memiliki rambut yang berwarna hitam yang senada dengan warna iris matanya. Akan tetapi ia memiliki gaya rambut yang tidak biasa, gaya rambutnya yang melawan gravitasi itu mirip err seperti pantat bebek.
"Apa yang kau lihat hah?" kata orang tersebut menyadarkan Naruto dari lamunannya.
"E-eh tidak apa-apa. Maaf aku duluan" kemudian ia pun pergi meninggalkan orang tersebut.
'Manis juga' batin orang tersebut sambil tersenyum menyeringai ke arah Naruto yang sudah menghilang dari pandangan matanya.
.
.
.
Sesampainya dirumah ia pun segera mengganti bajunya dengan baju kaus dan celana training. Memang sudah kebiasaannya setiap sore ia akan jogging di taman dekat apartemennya. Setelah mengganti bajunya ia pun memakai jaket hitam dengan garis oranye di setiap lengannya, dan tentu saja ia membawa mp3 player kesayangannya. Setelah siap ia pun langsung berlari pelan menuju taman.
Sesampainya di taman 'gangguan' yang dialaminya terus berlanjut. Oleh karena itu ia membawa mp3 player kesayangannya yang di maksudkan untuk mengurangi gangguan dari para gadis yang terus berusaha mengganggu saat-saat tenangnya. Sebenarnya ia sudah mengacuhkan semua tingkah laku para gadis itu, namun tetap saja para gadis itu tetap melakukan hal apapun demi mendapatkan perhatian Naruto. Sungguh tragis sekali hidup mu Naruto. #di rasengan Naruto
Akhirnya setelah susah payah melewati kerumunan para gadis yang menghampirinya ia pun bisa ber-jogging ria dengan tenang. Sesekali ia berhenti untuk sekedar melemaskan ototnya, kemudian berlari lagi. Bisa kalian bayangkan bagaimana tampannya Naruto saat ini. Dengan keringat yang membasahi tubuhnya, jaket yang dipakainya tadi pun sudah ia buka. Dan dapat terlihat dengan jelas bagaimana bentuk tubuhnya yang sangat atletis itu tercetak karena baju kaus yang dipakainya sudah basah oleh keringatnya. Tentu saja banyak para gadis dan waria-waria yang nose bleeding bahkan pingsan ketika melihat pemandangan 'indah' ini. Dan tidak sedikit dari mereka yang langsung mengabadikan momen tersebut di hp ataupun kamera mereka.
Setelah merasa cukup lelah ia pun duduk di salah satu bangku yang ada di taman itu.
"Emm.. Naruto-kun apakah anda lelah?" tak sadar bahwa sudah ada seorang perempuan yang menyodorkan sebotol air mineral ke hadapan wajahnya.
"Eh.. Hinata-chan. Arigatou" katanya sambil menerima botol minum tersebut.
Sontak saja perempuan yang kita ketahui namanya Hinata tersebut langsung memerah. 'Naruto-kun sangat tampan jika dilihat dari jarak sedekat ini' batinnya, detak jantungnya pun sudah tak beraturan karena baru kali ini ia bisa sedekat ini dengan Naruto.
"N-naruto-kun" panggil Hinata malu-malu.
"Hmm.. ada apa Hinata-chan?"
"Emm.. a-apakah Naruto-kun sudah mempunyai pacar?" tanyanya dengan wajah yang sudah sangat memerah bak kepiting rebus.
"Eh? Hahaha aku belum punya pacar Hinata-chan" jawabnya dengan senyuman khasnya.
Hampir saja Hinata berteriak kegirangan begitu mendengar jawaban dari Naruto. Ia hampir tidak percaya bahwa seorang laki-laki tampan seperti Naruto belum mempunyai pacar.
"Memangnya apa apa Hinata-chan?" tanya Naruto balik.
"Eh.. Emm.. Ti-tidak apa-apa kok Naruto-kun. Maaf ya kalau aku sudah tidak sopan menanyakan hal yang bersifat pribadi seperti itu" dengan wajah menunduk dan raut wajah menyesal. Ia takut kalau-kalau Naruto marah padanya.
"Ah, tidak apa-apa kok Hinata-chan. Ku kira ada apa, eh wajahmu kenapa memerah begitu apakah kau sakit?" punggung tangannya pun ia tempelkan di dahi Hinata untuk memastikan bahwa perempuan itu tidak sakit seperti yang ia pikirkan.
Sontak saja tubuh Hinata terlonjak karena tiba-tiba ia sudah merasakan tangan Naruto berada di dahinya. Wajahnya pun semakin memerah dan detak jantungnya semakin tak beraturan.
"Eh.. Emm.. Anu.. A-aku tidak apa-apa kok" berusaha menenangkan detak jantungnya yang sudah seperti genderang mau perang "s-sebaiknya aku pulang sekarang karena hari sudah sore, aku pulang duluan Naruto-kun, jaanee" ia pun segera pergi dari tempat itu. Ia pun pulang dengan wajah berseri-seri.
Sedangkan Naruto yang melihatnya hanya bisa tersenyum kecil, dan ia pun segera pulang ke apartemennya.
.
.
.
Now I'm senseless
Got no feelings left.
My pain won't let this heart beat in my chest,
Now I'm senseless.
Why are we doing this?
I'm so losing it, oh oh, senseless.
Think it smells like rain, water on the floor.
But I don't know cuz I'm so gone
Can't even see tomorrow comin' on.
I can't even hear myself scream,
Can't even feel anything.
And I would die to love you if I could.
Sungguh permainan gitar yang sangat indah. Ditambah lagi dengan suaranya yang sangat indah, sehingga dapat membuat siapapun yang mendengarnya dapat terhanyut dalam permainannya. Hanya gitar, biola dan sebuah grand piano yang biasanya menjadi 'temannya' di kala malam hari seperti ini. Kali ini ia lebih memilih gitar untuk menemaninya.
Sesekali ia menyesap teh hijau kesukaannya. Kemudian ia pun kembali memetik gitarnya dan bersenandung ria, memecah keheningan malam yang sedari tadi menghampiri apartemennya.
Save me from myself, you can
And it's you and no one else
If I could wish upon tomorrow
Tonight would never end
If you asked me I would follow
But for now I'll just pretend
'Cause if anyone can make me fall in love
Only you can take me sailing in your deepest eyes
Bring me to my knees and make me cry
And no one's ever done this
Everything was just a lie and I know, yes, I know
Tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 9 malam. Ia pun melangkah masuk kemudian meletakkan gitarnya tepat di samping grand pianonya. Dan ia pun menuju dapur untuk meletakkan gelas yang ia pakai untuk minum teh hijau kesukaannnya. Setelah itu ia pun menuju kamar untuk beristirahat.
.
.
.
Sang dewi bulan pun sudah pulang ke peraduannya di gantikkan oleh Sang dewa matahari yang bersinar dengan cerahnya di pagi itu. Dan seperti biasa Naruto pun bersiap-siap untuk kembali mengajar.
Setelah ia siap, ia pun melangkahkan kai meninggalkan apartemennya menuju SHS.
Di koridor SHS.
"Naruto!" panggil seorang pemuda.
"Iya, ada apa Shika?"
"Kau disuruh ke ruangan kepala sekolah sekarang juga"
"Oh, baiklah. Terima kasih Shika"
Tak butuh waktu lama ia pun sudah berada di depan pintu ruangan kepala sekolah.
Tok Tok Tok
"Masuk" terdengar suara dari arah dalam.
Kemudian Naruto pun masuk ke dalam ruangan tersebut. Ia pun sedikit terkejut karena ia melihat seseorang yang tak asing duduk di dalam ruangan tersebut. 'Bukankan ini orang yang kutabrak kemarin?' katanya dalam hati.
"Selamat pagi Naruto. Silahkan duduk" kata Kakashi.
"Terima kasih pak" kemudian ia pun segera duduk.
"Oh, iya perkenalkan ini guru baru di sekolah kita, ia akan membantumu mengajar matematika"
"Perkenalkan namaku Uzumaki Naruto" sesopan mungkin aku memperkenalkan diri.
"Uchiha. Uchiha Sasuke"
-MoodMaker-
TBC or END ?
A/N :
Khekhekhe akhirnya jadi juga ni FF.
Oh iya, lagu yang diatas itu semuanya lagu David Archuleta yang pertama judulnya SENSELESS yang kedua judulnya YOU CAN.
Emm, saya bingung apakah FF ini pantas dilanjutkan apa gak, karena menurut saya ini FF ini agak sedikit aneh, hehehe..
Yak, saatnya review itu pun kalau ada yang berkenan review :3
Tengkyuu ^^
