Like You
Im Jaebum
Park Jinyoung
Romance, Friendship
Cungik's present,
Kalau Im Jaebum boleh jujur, mencintai itu tidak sama dengan menyukai. Dulu sekali, mungkin ketika jenjang usianya masih manis-manisnya, ia menyukai tetangganya, yang sesungguhnya usianya tiga atau empat tahun diatasnya –ia lupa. Tapi itu dulu, sekarang, gadis itu telah dipinang kakak kelasnya. Dan Jaebum tidak begitu terluka. Tidak sungguh-sungguh menangis karena cinta pertama.
Kondisi sekarang berbeda, Jaebum telah dewasa. Banyak hal yang ia pelajari dari perjalanan panjangnya hingga usianya kini. Ia bukan sekadar suka. Ia jatuh cinta. Jaebum yakin sekali. Ia bahkan bisa berhari-hari tidak makan hanya karena orang yang sama yang selalu mengusik hidupnya.
Namanya Park Jinyoung, dulu semasa sekolah menengah adalah adik kelasnya. Sewaktu perguruan tinggi tetap adik kelasnya –berbeda jurusan. Jaebum menyukai bisnis, Jinyoung menyukai desain.
Dulu Jaebum tidak se-pecundang sekarang. Ketika ia ada di semester empat, dan Jinyoung di semester tiga, ia pernah menyatakan keinginan untuk memiliki Jinyoung. Sayangnya, Dewi Fortuna tidak sedang bersamanya. Ia ditolak. Sakit? Tentu saja. Ia bahkan harus absen tiga hari demi perawatan akibat penyakit lambungnya yang kambuh.
Mungkin Jinyoung tidak sepenuhnya menolaknya, hanya yang dulu dikatakan ia tak ingin terganggu pendidikannya. Mungkin kalau Jaebum sedikit lebih peka, Jinyoung juga jatuh hati padanya. Terlanjur sakit, Jaebum tak ingin terluka lagi, sepertinya.
Hanya teman chatting, sering hangout bareng. Sekedar disitu saja hubungan mereka sekarang. Rekan bisnis juga. Jaebum masih trauma. Meski ia diam-diam tahu bagaimana perasaan Jinyoung terhadapnya.
"Hyung, jangan melamun. Kau bisa tidak lekas sembuh," Jaebum segan menolehkan mukanya. Ia tahu dari nadanya saja itu suara siapa. Pun dengan wangi yang menusuk-nusuk indra penciumnya, andai bisa, ia ingin menumpahkan rindunya pada Jinyoung sekarang juga.
"Kenapa lagi, Hyung? Kukira kau makan dengan benar akhir-akhir ini,"
Jinyoung melontarkan tanya, dan Jaebum sedikit melirikkan netranya. Dengan kemeja biru dan celana pendek selutut, Jinyoung memang manis. Pantas Jaebum makin sering masuk rumah sakit –memang apa hubungannya?
"Banyak pikiran, Jinyoung," Suaranya merendah, memang khas Jaebum sekali.
"Kebanyakan memikirkan saham? Bukannya sahammu sedang naik, Hyung?"
"Bukan itu,"
Jinyoung menatap Jaebum penasaran, yang ditatap hanya mengangkat bahu.
"Ceritakan padaku," Jinyoung memaksa. Jaebum menegakkan tubuhnya.
"Kau mau jadi pacarku?"
"Ha?"
"Kutanya sekali lagi, kau mau jadi pacarku?"
Jinyoung berkedip sekali-sekali, "Tidak nyambung,"
Tapi Jaebum mencekal lengannya, membuat dada Jinyoung berdetak tak sesuai aturan.
"Aku banyak memikirkanmu. Aku jatuh cinta padamu,"
Jinyoung melongo, sialan. Jaebum memang pandai membuat hatinya mencelos dalam ketakutan, lalu dalam euforia kebahagiaan.
"Mau, 'kan?"
Jinyoung tersenyum setan, "Boleh, boleh. Asal jangan masuk rumah sakit lagi. Lagipula, Hyung, biarkan aku tidak membayar sewa untuk butikku, ya?"
Alis Jaebum mengkerut, "Memanfaatkan cinta tulusku?"
"Tidak. Memanfaatkan kekasihku yang kaya," Jinyoung membagi senyum. Jaebum turut melengkungkan bibir. Tertawa bersama, status tidak lagi dipertanyakan. Jaebum mencintai Jinyoung, bukannya menyukai.
-fin-
.
Haiiii semuanya. Masih pada ingat saya? Mungkin kini saya hanya menjadi bagian kerdil dari JJP yaa. Sudahlah. Saya comeback gara-gara mau bikn FF seventeen ga ada ide, nyantolnya ke JJP /edisi curhat/. Btw ada yang suka ff Seventeen gak?
