Tsuki no Tama

NaruSasu Fanfic

By Arisuke Fuyuki

Disc © Masashi Kishimoto

Rate T

Romance/Supranatural

Warning: AU/OOC/OOT/Typo/Yaoi/Shonen-ai

-Chapter 1-

Happy Reading~

.

.

.

.

.

Namaku Uchiha Sasuke, remaja laki laki biasa, dan usiaku 16 tahun.

Hari ini adalah hari pertamaku dirumah nenekku. Yah hari ini aku pindah ke rumah kuno masa perang ditengah era modern milik nenekku, karena dia sedang pergi keluar kota untuk menemui seseorang. Dan aku tidak tahu siapa itu.

Kebetulan rumah nenekku masih satu distrik dengan rumahku, dengan orangtuaku tentunya. Ah, dan seorang kakak laki-laki.

Jika muncul pertanyaan kenapa aku yang dipilih menjaga rumah ini, mudah saja, ayahku, ibuku, dan kakakku terlalu takut untuk tinggal dirumah nenek yang memang terlalu kuno. Terlebih lagi nenekku mempercayai hal hal yang menyangkut supranatural. Orang tua memang aneh. Meski jaman telah berubah nenek tetaplah nenek.

"Yak, tinggal satu lagi!" ucapku lalu mengangkat sebuah kardus berisi barang barang nenek yang masih tertinggal di kamar yang akan aku gunakan. Aku berniat memindahkannya ke gudang untuk sementara. Jarak gudang dengan kamar cukup jauh dan itu membuatku sedikit kerepotan.

Begitu sampai didalam gudang aku menaruh kardus itu di dekat lemari yang berukuran cukup besar. Mungkin butuh 5 orang untuk memindahkannya kemari. Pikirku.

Sebelum melangkahkan kakiku keluar dari tempat pengap itu aku mengedarkan pandanganku. Gudang itu cukup luas. Terdapat banyak benda aneh di dalamnya. Nenek memang fanatik. Aku memutar bola mataku malas lalu membalik tubuhku dan meninggalkan tempat itu.

BRAK

Namun aku terpaksa menghentikan niatku saat mendengar suara aneh dari arah lemari. Mencoba berpikir positif, kemudian aku kembali berniat meninggalkan tempat itu.

BRAK

Lagi, aku mendengar suara aneh dari lemari yang kini bergerak. Seolah ada sesuatu yang memaksa keluar dari lemari itu. Mungkinkah...?

"Ah, mana mungkin ada hantu, aku tidak percaya." aku mengibaskan tanganku menghalau pikiran aneh yang tiba tiba muncul. Situasi ini membuatku berpikiran macam macam.

Karena aku bukan tipe paranoid dan sesalu berpikir realistis, dengan santai aku mencoba mengecek isi lemari itu. Yah sebenarnya aku tidak terlalu santai, tanganku sedikit bergetar, apalagi saat lemari itu kembali di dobrak dengan kasar. Tapi! Bukan berarti aku takut! Ini.. hanya naluri manusia.

Aku meneguk ludahku dengan paksa, aku pegang kenop pintu itu, kukuatkan hatiku, dengan perlahan aku buka lemari itu.

'Tidak ada hantu! tidak ada hantu...'

Ayolah ini berlebihan! Aku tarik pintu lemari itu dengan sekuat tenaga. Dan-

"Keluarlah!"

"AAAAA!"

"EEHH?!"

BRUK

"I-ittai..." kurasakan nyeri dipunggungku saat berbenturan dengan kerasnya lantai. Tapi itu tidak seberapa dibandingkan rasa terkejutku begitu menatap seseorang yang ada di atasku.

Sepasang telinga rubah?

Ekor?

Taring?

Aku merasakan firasat buruk tentang hal ini. Seseorang yang aku duga bergender laki-laki itu juga menatapku dengan terkejut. Tapi tatapannya membuatku cukup risih.

Dengan sekuat tenagaku aku menendangnya hingga terpental jauh, aku sendiri segera bangkit.

"Siapa kau ini?!" tanyaku dengan sedikit saja bagaimana orang asing bisa ada di dalam lemari di gudang nenekku? Dia pasti pencuri.

"O-ouch! Sa-sakit." Dia mengerang sambil memegangi perutnya. Kasian juga.

"Hei! Jawab aku! Jangan jangan kau ini pencuri ya!" sambungku lagi. Dia tersentak kemudian bangkit dari tersungkurnya. Dia membenahi kimono orange aneh miliknya. Siapa dia ini? Bukankah akan sulit mencuri memakai pakaian semacam itu?

"Jangan berpikiran buruk begitu, dong! Aku ini bukan pencuri!" balasnya aku hanya mengangkat sebelah alisku.

"Hee? Begitukah?" ucapku dengan nada tidak yakin, dia hanya mengangguk. Aku menghampirinya, "Lalu bagaimana caramu menjelaskan ini?!" tunjukku pada lemari tempatnya keluar. Laki laki itu menatap lemari itu dengan tatapan bingung.

"Etoo.. aku juga tidak tahu." Dia nyengir sambil menggaruk belakang kepalanya, yang benar saja?! Dia mempermainkanku?!

"Aku serius! Sudah tidak perlu mengelak, kau pasti pencuri, kan?!" orang itu menggeleng, "Aku bilang bukan! Kau tidak dengar ya?! Aku juga tidak tahu bagaimana aku bisa berada di lemari itu!" dia menatapku dengan penuh keseriusan, aku balas menatapnya berusaha mencari kebohongan dibalik iris shapirenya. Tapi nihil, tidak ada kebohongan disana. Aneh.

Aku memundurkan wajahku, "Lalu kau ini siapa? Dilihat dari penampilanmu, apa kau seorang cosplayer?"

Laki-laki bersurai pirang dengan telinga rubah itu mengeryit heran, "Kos-kos apa?"

"Cosplayer!" dia ini bodoh atau pura pura tidak tahu? Sebenarnya dia lahir dijaman apa?

"Uh.. dengar ya, aku ini bukan kos kos seperti katamu tadi! Aku ini seorang youkai! Kitsune! Namaku Naruto!"

"Youkai? Kitsune? Naruto?"

"Hn.. benar."

"Pftttt! Hahahahaha!" Sungguh aku tidak bisa menahan tawaku saat mendengar jawaban absurdnya. Youkai katanya? Apa orang ini sedang dehidrasi?

"H-hoi! Kenapa kau tertawa?!"

"Habis kau lucu sekali, youkai katamu?" ucapku sambil memegang kedua telinganya lalu menariknya.

"I-ittai! Ittai! Cho-chotto! Lepaskan!"

Eh? kenapa dia kesakitan? Te-telinga ini asli? Hieeee?! Aku buru buru melepaskan telinganya. Lalu memundurkan tubuhku. Kurasakan aura hitam keluar dari tubuhnya.

"Kenapa kau tarik telingaku?! Sakit tahu!" Dia berteriak tepat diwajahku. Aku menggeram kesal.

"Memangnya aku tahu itu asli! Kau kan tidak bilang dari awal!"

"Aku kan sudah bilang aku ini siluman! Dasar kau bodoh!"

Aku tidak membalasnya. Aku menatapnya dengan tidak percaya seolah baru menyadari orang ini adalah siluman. Kitsune?

Siluman bernama Naruto itu menatapku dengan heran, "Nande? Ningen? Kau takut?"

Takut?

Seperti disadarkan, aku menyeringai padanya, "Heh, youkai, untuk apa takut padamu? Ini kan rumahku!" balasku dengan angkuh lalu melipat kedua tanganku ke depan dada.

"Sombong sekali, huh? Sepertinya perlu cara kasar untuk menyadarkanmu tentang posisimu sekarang, baka ningen." aku meneguk ludahku saat dia bersiap dengan tangannya yang dilengkapi kuku kuku panjang yang tajam. Aku yakin menusuk atau bahkan membelah tubuhku bukan sesuatu yang sulit untuknya. Che! Tahu begini aku tidak akan mau menjaga rumah ini. Kusso!

"Matilaaah, ningen!"

"Hah?!"

Aku reflek memejamkan mataku saat dia menebaskan kuku tajamnya padaku. Matilah aku.

Tapi..

Aku tidak terluka? Aku membuka mataku perlahan. Hah? Apa-apaan ini?

Disekeliling tubuhku ada cahaya biru yang melindungiku dari serangan Naruto.

"Arrghh! A-apa ini?!"

Kulihat kitsune itu kesakitan saat berbenturan dengan cahaya yang mengelilingi tubuhku.

"Ma-masaka? Ini seperti cerita di anime, mengerikan." gumamku tak percaya. Apalagi saat cahaya itu mulai melilit leher Naruto dan melemparkannya ke pojokan ruangan hingga membuat sebuah meja terbelang menjadi dua.

Kemudian cahaya pelindung itu menghilang. Mungkin karena melihat keadaan Naruto yang sudah tidak berdaya.

Mataku beralih pada Kitsune malang itu. Lehernya masih terjerat cahaya tadi. Aku menghampirinya dengan khawatir, bahaya jika ada siluman mati disini, bagaimana caraku menguburnya? Yang ada aku dituduh pelaku pembunuhan.

"Ni-ningen, kusso! A-apa yang kau lakukan padaku?!" hee sudah kesakitan begitu masih saja sombong.

"Hora... ini akibat kau macam macam denganku! Baka youkai!" Aku berlagak sombong padahal aku tidak tahu apa apa tentang yang barusan terjadi, yah anggap saja aku menggertaknya. Ini akan membuat siluman bodoh bernama Naruto ini bungkam!

"Cih! Lepaskan aku! Hoi! Kubunuh jika kau tidak melakukannya!" aku tersenyum meremehkannya.

"Kau masih belum sadar dengan posisimu ya?" aku menujuk cahaya yang masih menjerat lehernya. Mata yang berubah menjadi keemasan itu menatapku tidak suka.

"Eh?" aku terkejut saat melihat cahaya itu berubah menjadi kalung dengan liontin berwarna biru. Dia juga tak lagi terlihat kesakitan.

"Heh... hal seperti ini tidak akan menahanku, brengsek!" Naruto menyeringai, lalu menggerakan jari jarinya.

"Haaa!" Aku beteriak saat dia tiba tiba bangkit dan berniat menebasku. Namun belum sempat menyentuhku dia kembali terjatuh dan kalung itu kembali menjerat lehernya.

"Aarrghh! A-apa lagi ini?! Le-leherku! Ka-kalung sialan! Argh!"

Jadi begitu, kalung itu bereaksi jika rubah ini berniat menyakitiku. Aku mengehela nafas pelan melihatnya mencoba melepaskan kalung itu.

"Percuma saja youkai, kalung itu tidak akan lepas dan tidak akan berhenti menyiksamu sebelum kau berhenti berniat menyakitiku." jelasku sambil berjongkok di hadapannya.

"Hh...hh diamlah ni-ningen! Akan kubu-arrgh!"

"Lihat? Kau kembali kesakitan? Mengalahlah, Naruto."

Naruto berdecih tidak suka, sepertinya dia ini siluman yang keras kepala, "Kau tidak ingin mati konyol kan?" ucapku lagi.

"Baik baik! A-aku tidak akan! Tidak akan menyakitimu!" sesuai perkiraan cahaya itu menghilang, dan kalungnya kembali normal. Naruto bernafas lega.

"Aku benar kan?" siluman itu tidak membalas, dia hanya melirikku. Aku mengabaikannya dan kembali menatap lemari besar tempat siluman ini keluar.

Bagaimana bisa? Sebenarnya lemari itu apa? Mungkin kah itu lebih dari sekedar lemari tua? Nenek kau membuatku takut sekarang.

"Hoi omae!" aku tersentak saat mendengar Naruto kembali bersuara. Dia tiba tiba saja sudah duduk di hadapanku. Aku sedikit waspada, mungkin saja dia punya cara lain untuk menyerangku.

"Siapa kau sebenarnya?" tanyanya dengan nada menyelidik. Aku mengeryit, "Bukankah kau sudah tahu aku ini manusia, Kitsune-san?"

Dia mendekatkan wajahnya, "Heee, aku tidak yakin kau itu manusia biasa." aku mendengus lalu memalingkan wajahku, "Memangnya aku peduli?"

"A-apa? Kau..benar benar hah..! Lalu kekuatan apa yang tadi itu?"

Aku hanya diam kemudian menatap kedua tanganku. Benar kekuatan apa yang tadi itu? Kekuatan itu datang begitu saja. Dan melindungiku.

"Hei jawab aku!" tiba tiba Naruto menarik daguku dan mencengkeram pipiku, "K-kau ini apa apaan?! Lepaskan!"

"Tidak sebelum kau katakan kekuatan apa tadi?! Bagaimana cara melepaskan kalung ini?! Katakan ningen!" Aku mendorong tangannya.

"Namaku Sasuke! Berhentilah memanggilku begitu!"

"Siapa yang peduli dengan namamu?!"

"Kalo begitu aku juga tidak peduli dengan lehermu!"

"Apa katamu!"

"Berhenti beteriak di depan wajahku, siluman idiot!"

"Te-teme!"

"Dobe!"

.

.

.

~Kitsune-san~

.

.

.

"Benar benar tidak ada apapun..." aku berusaha mengecek isi lemari itu dan benar saja. Tidak ada apapun disana selain baju baju lama milik nenek. Lalu darimana siluman itu muncul?

Aku membalik tubuhku menatap siluman yang kini duduk di atas meja dengan angkuhnya. Dilihat dari pakaian yang dia gunakan, dia sepertinya tidak berasal masa sekarang.

Aku mendekatinya dengan tatapan menyelidik, "Hoi baka Kitsune!" Dia langsung melemparkan tatapan tajam padaku.

"Teme! Jaga mulutmu, karena aku bisa merobeknya sekarang juga!" aku memutar bola mataku malas, "Yare yare, sebelum itu terjadi kupastikan kepalamu terpisah dengan tubuhmu, baka." Aku menyeringai.

"Kau-"

"Ah lupakan aku hanya bercanda.. Sate, yang terpenting sekarang darimana kau berasal, bagaimana kau bisa sampai disini dan bagaimana cara mengembalikanmu."

Naruto memperlihatkan pose berpikir, "Sebenarnya aku berasal dari era peperangan, kemudian caraku sampai disini karena ada siluman berlevel tinggi menyerangku, tapi karena aku tidak ingin kerepotan aku lari-"

"Bilang saja takut."

"Urusai, lalu aku bersembunyi di dalam gua tapi, aku tidak tahu gua apa itu, kemudian aku melihat cahaya aneh dari dalam gua, aku penasaran kemudian aku mengikutinya dan aku terlempar ke dalam lemari itu."

Aku cukup tercengang dengan ceritanya. Tidak mungkin ada mesin waktu disini! Aku yakin nenek tidak secerdas itu. Khe mesin waktu? mustahil, tapi rubah ini bukti nyatanya. Jika itu bukan mesin waktu? Mungkinkah itu... semacam portal penembus dimensi? Tapi bagaimana bisa?

"Hoi! Hoi! Ningen! Kau tidak mendengar ceritaku ya?! Teme!"

"Diamlah Kitsune, aku sedang berpikir tentang bagaimana cara mengembalikanmu, pertama kita harus tahu cahaya apa yang mengantarmu kemari." Naruto menatapku bingung, aku baru sadar dia ini lambat berpikir.

"Bagaimana... caranya?"

Aku menghela nafas pelan, "Hah... ma.. baka Kitsune, bisa kau ceritakan lagi kenapa siluman itu bisa mengejarmu?"

"Eh? Kenapa?"

Aku mendorong dahinya pelan, "Katakan saja! Siapa tahu ada hubungannya dengan semua yang terjadi padamu."

"Ch, sungguh manusia tidak secerewet dirimu diduniaku."

"Katakan saja! Kau itu terlalu banyak bicara!"

"Wakatta wakatta yo!"

.

.

Normal P.O.V

.

.

.

Masa Sengoku Jepang, masa era peperangan dimana para manusia masih dihantui oleh para siluman.

Dimana mana banyak terjadi peperangan dengan banyak perkara, perebutan kekuasaan, perbedaan pendapat, atau bahkan perebutan senjata.

Bicara tentang senjata, di era Sengoku ada sebuah senjata yang dipercaya bisa membuat siapapun yang menggunakannya abadi dan tidak terkalahkan.

Tsuki no Tama

Bola itu adalah senjata yang paling diincar di masa ini. Bola itu membuat siapapun buta dan hilang kendali. Haus akan kekuatan hingga siapapun, entah siluman ataupun manusia akan melakukan apapun untuk mendapatnya.

Karena bola itu memiliki kekuatan yang terlalu mengerikan apalagi jika sampai jatuh ditangan yang salah, seorang Biarawati Shinto atau biasa disebut Miko berniat menyegel kekuatan bola yang sudah menimbulkan banyak pertumpahan darah.

Dia menyegel Tsuki no Tama dalam dirinya. Namun masalah tidak sampai disitu, para siluman dan manusia yang mengetahui hal itu tidak tinggal diam. Mereka berusaha menyerang Miko tersebut.

Membunuhnya dan merebut Tsuki no Tama.

Miko terlahir dengan kekuatan diluar akal sehat manusia. Dia terlahir dan ditakdirkan untuk menjaga Tsuki no Tama. Apapun yang terjadi.

Namun, Miko bertambah tua. Segel yang digunakan untuk menyegel Tsuki no Tama dalam tubuhnya juga melemah. Sampai suatu hari, sang Miko sudah tidak mampu melawan para siluman dengan kekuatan tinggi. Segelnya semakin melemah.

Karena tidak ingin Tsuki no Tama kembali bangkit. Miko tersebut membuka segelnya dan dengan sisa kekuatannya dia menghancurkan Tsuki no Tama hingga terpecah menjadi sembilan bagian.

Bagian bagian itu melesat ke berbagai penjuru. Menghilang bersama kesadaran sang Miko. Perlahan dia menutup matanya. Dan akhirnya sang Miko mati bersama siluman yang terkena efek lepasnya Tsuki no Tama.

Tsuki no Tama adalah senjata yang kuat. Bahkan pecahannya pun bisa menghasilkan kekuatan yang cukup besar. Jadi, meskipun sudah terpecah para siluman dan manusia tidak henti mencari benda itu.

Tapi mereka tidak tahu bahwa kini pecahan Tsuki no Tama, tidak berbentuk pecahan seperti namanya. Namun dia berubah menjadi kumpulan chakra yang akhirnya membentuk monster monster besar. Bijuu, mereka menyebutnya begitu.

.

.

"MATI KAU! BIJUU!"

"GWAAAR!"

Disebuah hutan lebat, terjadi pertarungan besar antara seorang youkai dan Bijuu.

"Hosh.. hosh.. ck kusso!"

Sang youkai terlihat kewalahan menangani Bijuu berbentuk rakun itu. Terdapat beberapa luka parah di tubuhnya tapi sepertinya itu tidak jadi halangan untuknya.

"Aku tidak boleh mati! Aku harus mengalahkannya dan mendapatkan Tsuki no Tama!" dengan penuh keyakinan dan kekuatan yang tersisa youkai itu bangkit dan mengambil kembali pedangnya.

DUAAAR

Sebuah serangan tidak terduga dari Bijuu itu nyaris mengenainya.

"Sial, hampir saja."

Sang youkai menggeram marah lalu berlari ke arah Bijuu itu dan mengarahkan pedangnya ke tubuh Bijuu, dan dengan sekali lompatan youkai muda itu mampu mengenai kepala Bijuu. Membelahnya menjadi dua bagian.

"Matilah kau Bijuu! Serahkan Tsuki no Tama padaku!"

"GWOORR!" teriakan pilu dari sang Bijuu menjadi tanda berakhirnya pertarungan itu. Bijuu itu berubah menjadi sebuah benda yang mirip pecahan kaca berwarna putih.

Dengan cepat sang youkai menangkap benda itu, lalu menatapnya, "Tsuki..no Tama..?" youkai itu tersenyum penuh kemenangan lalu menggenggam pecahan Tsuki no Tama.

"Yoshaaaa! Aku berhasil mendapatkannya! Che, rakun bodoh jika saja kau tidak terlalu memberi perlawanan yang kuat, Naruto-sama ini bisa sedikit ramah padamu."

Youkai bernama Naruto itu meninggalkan tempat pertarungannya dengan penuh bangga.

'Tinggal 8 buah lagi, dan sebentar lagi aku akan menjadi siluman yang sempurna.'

Beberapa ratus meter dari tempat pertarungannya, Naruto mulai merasakan sesuatu yang aneh. Dia merasa diawasi. Naruto mendecih.

"Sepertinya, ada siluman yang menerima sinyal kemunculan pecahan Tsuki no Tama, ma ini akan merepotkan." gumamnya lalu menarik keluar pedang besarnya.

"Baiklah, keluar kau siluman rendahan dan biarkan aku memotong motong tubuhmu." ucapan penuh nada kesombongan itu sepertinya memang ampuh dan benar saja siluman itu keluar tepat dihadapannya.

Naruto menyeringai, "Hoo siluman laba laba? Kau menginginkan ini?" tunjuknya pada Tsuki no Tama yang ada di balik kimono orangenya. Naruto menyisir rambut pirangnya, "Sebelum itu biarkan aku menghancurkan kedelapan kakimu, siluman!"

"GWAAAR!"

Siluman itu mengaum dengan murka, kemudian menyerang Naruto dengan jaring laba labanya. Naruto sempat ingin menghindar tapi luka ditubuhnya membuatnya terjatuh.

"Ku-kusso, lukaku belum sembuh!"

SRUUT

Jaring laba laba itu kembali bergerak untuk menangkap Naruto. Namun beruntung dia bisa menghalau dengan pedangnya. Naruto terpaksa bersembunyi dibalik pohon untuk mengulur waktu. Tapi percuma, siluman itu bisa merasakan keberadaan Tsuki no Tama.

'Jika seperti ini aku harus menggunakan Tsuki no Tama-'

BRAAAK

Pohon tempatnya bersembunyi tiba tiba roboh karena serangan siluman laba-laba. Naruto melompat dengan sisa tenaga yang ada.

"Dia bahkan tidak memberiku kesempatan menggunakan Tsuki no Tama, jika terus sepeti ini aku bisa kalah, aku harus lari selagi ada kesempatan."

Naruto membalik tubuhnya lalu melompat ke batang batang pohon. Melarikan diri adalah cara terbaiknya sekarang.

Shapirenya melirik ke arah belakang,"Sial keras kepala sekali, dia masih saja mengejarku!"

Naruto berhenti sejenak lalu mengedarkan pandangannya, mencari tempat persembunyian sementara. Dan akhirnya dia menemukan sebuah gua. Dengan segera Naruto masuk ke dalam gua itu. Namun laba laba itu masih bisa mengikutinya masuk ke gua.

"Sial-eh?"

"GWAAR-!"

BRUK

Naruto tercengang melihat apa yang terjadi. Siluman itu tubuhnya terpotong potong saat memasuki mulut gua. Aneh sekali, dia juga siluman tapi dia baik baik saja.

"Tempat macam apa ini?" Naruto menatap gua itu penuh kecurigaan.

"Hee? apa itu?"

Jauh di dalam gua Naruto melihat cahaya aneh. Karena merasa penasaran dia menghampiri cahaya itu yang ternyata mirip sebuah kekkai. Naruto mulai merasa waspada. Bagaimana bisa sebuah gua memiliki dua kekkai?

Naruto meneguk ludahnya, dia mencoba menembus kekkai itu. Sedikit takut, bagaimana jika tubuhnya bernasib sama dengan siluman tadi? Tidak, tidak dia harus berpikir positif.

Naruto segera melompat menembus kekkai itu dengan mudahnya. Sedikit terkejut namun akhirnya dia tersenyum karena tidak terjadi apapun padanya.

"Semudah itu? Ah aku memang hebat."

Naruto kembali meneliti gua itu tidak ada apapun disini selain tulang tulang siluman. Naruto juga mencium bau manusia. Sepertinya beberapa ratus tahun lalu telah terjadi pertarungan hebat disini.

"Hah?"

Naruto tersentak menatap Tsuki no Tama dibalik kimononya. Benda itu bersinar.

"Tsuki no..Tama bereaksi dengan tempat ini?" Sinar itu semakin kuat, hingga sebuah lubang di tempat itu mengeluarkan cahaya yang sama.

"A-apa yang terjadi?!" tubuh Naruto menegang. Kedua cahaya dari sumber yang berbeda itu kini menyatu menghasilkan cahaya yang semakin terang hingga semuanya menjadi putih. Naruto tidak bisa melihat apapun dan merasakan apapun. Semua gelap dalam sekejap.

.

.

.

"Dan begitulah, tiba tiba saja aku sampai di lemari itu." Naruto menunjuk lemari tua di belakang Sasuke.

Sasuke menanggapi cerita Naruto dengan anggukan paham, "Ooh jadi kau ini memang Kitsune yang sok tahu dan sombong sekali."

Naruto cengo sendiri, 'Sebenarnya bagian mana yang dia tangkap?' Naruto sedikit menyesal karena menceritakan kisahnya pada Sasuke.

"Hoi, Kitsune apa kau membawa Tsuki no Tama yang kau ceritakan?" Naruto mengangguk, "Tentu saja."

Sasuke mengulurkan tangannya, "Kemarikan."

"Hee?! Untuk apa? Ningen tidak membutuhkan benda seperti ini! Apalagi kau!" Naruto melipat kedua tangannya kedepan dada.

Sasuke merengut kesal, "Aku cuma mau lihat benda terkuat dimasamu! Ayolah sebentar saja!" tangan Sasuke bergerak menarik narik lengan Naruto.

Naruto sama sekali tidak menatapnya, "Damare, Ningen! Aku tidak akan menunjukkannya padamu!"

"Kenapa? Kau bilang aku tidak akan bisa menggunakannya kan? Jadi tidak masalah jika aku melihatnya."

Naruto tersenyum miris lalu menatap Sasuke, "Kau itu mengerikan dan berbahaya, lihat apa yang sudah kau lakukan padaku?!"

Sasuke melepaskan lengan Naruto lalu mendengus, "Heleh, itu kan karena kesalahanmu sendiri!" Naruto memutar bola matanya.

"Cepat Kitsune! Perlihatkan benda itu padaku!" Naruto menjauhkan tubuhnya.

"Tidak akan! Lagipula saat awal aku melihatmu kau seperti orang yang tidak tertarik dengan hal hal semacam ini? Kenapa sekarang kau penasaran?"

"Tidak ada urusannya denganmu! Berikan saja!"

"Tidak!"

"Berikan Kitsune! Tsuki no Tama! Berikan .Padaku!"

"Ti-! Hah?!" Naruto terlonjak kaget saat tiba tiba Tsuki no Tama kembali bersinar, "Hoaaa! Kali ini aku akan dikirim kemana?!" Naruto mengacak surainya frustasi.

Sedangkan Sasuke hanya diam menatap benda yang secara perlahan keluar dari balik kimono Naruto. Matanya seperti dihipnotis.

'Kekuatan ini? Entah kenapa aku... seperti pernah merasakannya.. Tsuki no Tama..'

Naruto yang sempat terdiam akhirnya tersadar begitu melihat keanehan yang terjadi. Tsuki no Tama juga bereaksi terhadap Sasuke. Sudah dia duga pemuda itu bukan sekedar manusia biasa. Dia bahkan bisa memanggil Tsuki no Tama keluar.

"Tsuki no Tama.." lirihnya membuat Naruto semakin keheranan. Naruto ingin menghentikan Sasuke dengan mengguncang kedua bahu remaja itu.

"Hoi! Ningen! Hentikan apapun yang kau lakukan! Hentikan itu! Ningen! Sadarlah!" Naruto berdecak kesal karena Sasuke sama sekali tidak merespon panggilannya.

"Apa yang terjadi padamu?! Sadarlah! Sasuke! Sasuke! Hoi!"

"Tsuki..no Tama.." lagi Sasuke menggumamkan nama benda itu. Kemudian tanganya terulur untuk meraih Tsuki no Tama yang semakin bersinar terang.

'Si-sial kejadian yang sama seperti sebelumya! Anak ini..!'

Naruto menatap Sasuke dengan kesal. Saat cahayanya semakin kuat hingga semua berubah putih. Naruto secara tiba tiba memeluk Sasuke. Dia tidak tahu apa yang harus dia lakukan.

Dan apapun yang ada dihadapannya kini kembali putih dan dia hanya bisa mengeratkan pelukannya lalu memejamkan matanya.

'Lagi...kejadian merepotkan... kembali terjadi..'

.

.

.

Continued..

.

.

.

Yosh~ aku hadir dengan fanfic baru :v Mutlichap supranatural :'v Pasti udah tahu kan ini adaptasinya darimana :v udah tahu kan :v

.

Sampai jumpa di next chapter~ :*

RnR~